Original Network : OCN
“Drama ini fiksi. Nama, tempat,
organisasi, insiden, entitas, dan pekerjaan tidak terkait kehidupan nyata”
Kereta
melaju cepat menembus gelapnya malam.
8 April 2008
Ketika
Do Won A baru saja turun dari bus, dia mendapatkan telpon dari Ayah Seo Kyung
yang memberitahunya bahwa ponsel Ayahnya ketinggalan. Dan dia pun mengerti
serta berniat untuk ke sana.
Jam
yang memisahkan dua dunia bergerak.
Ketika
Do Won B bersiap untuk menyebrang, Seo Kyung lewat dan tidak sengaja menabrak
nya. Lalu Do Won B pun membantu Seo Kyung memungut kan barang Seo Kyung yang
terjatuh. Kemudian setelah itu, Seo Kyung pun berlari ke arah stasiun untuk
berteduh. Dan melihat itu, Do Won B hanya tetap berdiri di tempat nya untuk
menunggu lampu merah berubah supaya dia bisa segera menyebrang.
Do Won : “Jalan bercabang yang menuju dua
dunia. Hari itu, keputusan kami yang berbeda membedakan nasib kami.”
Do
Won A berjalan menghampiri Seo Kyung yang berada di stasiun.
Jam
yang memisahkan dua dunia bergerak.
Ketika
lampu penyebrangan berubah hijau, Do Won B segera berjalan menyebrangi jalan.
Kereta
melaju cepat menembus gelapnya malam.
Seseorang
membunuh Ayah Seo Kyung. Tepat disaat itu, Ayah Do Won datang, dia memberitahu
bahwa dia adalah tukang reparasi perapian yang tadi pagi, dan ponsel nya
ketinggalan. Setelah mengatakan itu, diapun masuk ke dalam rumah, karena
ternyata pagar rumah Seo Kyung tidak ada di kunci.
Do
Won B mendapatkan sms. "528-2, Gyeongmu-dong, Songin-gu, Mugyeong".
Alamat rumah Seo Kyung. Dan Do Won B pun segera menuju ke sana.
Didalam
rumah. Ayah Do Won jatuh pingsan. Lalu saat dia tersadar, dia merasa kepala nya
sangat sakit. Dan dia heran ketika melihat Ayah Seo Kyung terbaring di sebelah
nya. Dia mengira Ayah Seo Kyung sedang tidur, jadi diapun memanggil nya dan
mencoba untuk membangunkan nya dengan menggocang tubuhnya.
Disaat
itu, kalung emas yang ada di tubuh Ayah Seo Kyung terjatuh. Dan Ayah Do Won
memungut kalung tersebut. Lalu petir menyambar, membuat ruangan menjadi terang,
dan Ayah Do Won sangat terkejut, karena dia baru sadar bahwa Ayah Seo Kyung
meninggal. Dengan buru- buru, dia mengambil kalung emas tersebut dan ponsel
nya, lalu berlari pergi darisana. Tapi sialnya, ketika dia berlari, dia tidak
sengaja tersandung botol obat dan terjatuh. Namun setelah itu, dia segera
berdiri dan berlari.
Do
Won B sampai di dekat rumah Seo Kyung. Dan ketika dia melihat Ayahnya berlari
dengan terburu- buru, dan sebuah mobil melaju dengan kencang dari belakang
Ayahnya, dia segera menarik Ayahnya ke samping.
Lalu
kemudian, Do Won B memanggil si pengemudi mobil untuk keluar. Tapi si pengemudi
mobil malah langsung melarikan diri.
“Do
Won,” panggil Ayah dengan tangan yang gemetar dan berlumuran darah. Dan melihat
kondisi itu, Do Won B sangat terkejut.
Jam
yang memisahkan dua dunia bergerak.
Do
Won A berjalan menghampiri Seo Kyung yang berada di stasiun. Dan dia memberikan
payung nya kepada Seo Kyung. Lalu setelah itu, dia pun berlari menyebrangi
jalan.
Kereta
melaju cepat menembus gelapnya malam.
Do
Won A berlari sambil melindungi dirinya menggunakan tas. Dia berniat untuk
segera pulang ke rumah. Tapi tiba- tiba Bibi pemilik toko berteriak memanggil
nya. Jadi diapun berhenti sebentar di toko tersebut.
“Aku
kasihan padamu, tapi kesabaranku pun ada batasnya. Berantakan sekali! Selalu
saja!” bentak Bibi pemilik toko, marah sambil menunjukkan pecahan botol yang
harus di bersihkan nya.
“Maaf.
Maaf, Bu,” kata Do Won A. “Sini. Biar kubersihkan,” katanya dengan sikap baik.
“Tak
usah! Cari ayahmu sana. Dia mabuk. Barangkali dia berbuat onar di luar,” usir
Bibi pemilik toko. Dan Do Won A mengiyakan serta meminta maaf. Lalu dia berlari
pergi.
Do
Won A berlari dan mencari- cari Ayahnya, tapi dia tidak berhasil menemukan
Ayahnya. Lalu dia melihat banyak orang berkumpul, jadi dia menghampiri mereka.
Dan dia menemukan Ayahnya terbaring di pinggir jalan.
“Ayah.
Ayah,” panggil Do Won A sambil menangis panik. “Tolong panggilkan ambulans.
Cepat,” pintanya kepada orang di sekitar.
Kejadian
setelah itu. Do Won A dan Seo Kyung tumbuh besar bersama, dan hubungan mereka
sangat dekat. Tapi kemudian Seo Kyung di temukan meninggal di stasiun. Dan Do
Won A menangis histeris.
Do
Won B melompat keluar dari dalam kereta dan sampai di Dunia A. Sedangkan
Do Won A, dia sampai di dunia lain, yaitu Dunia B.
Ketika
seseorang masuk ke dalam rumahnya secara diam- diam, Do Won A segera menahan orang
tersebut. Tapi dia terkejut saat melihat siapa orang tersebut.
Train Episode 5
Diruang
tamu. Do Won A menanyai, “Kau... benar-benar Ayah? Ayah tidak kecelakaan?”
“Apa?
Kecelakaan? Kecelakaan apa?” tanya Ayah, heran. Lalu dia berusaha untuk
menutupi kaki nya yang terluka. “Ini sepele. Aku terluka saat bekerja. Aku
dipenjara lebih dari 10 tahun. Tak ada pilihan lain selain kerja fisik.
Setidaknya, kaki dan tanganku masih lengkap. Itu cukup,” jelas nya dengan
tenang. Dan mendengar itu, Do Won A hanya diam.
Ayah
kemudian mengatakan bahwa dia pulang, karena dia khawatir saat melihat nama Do
Won diberitakan dimana- mana. Dan mendengar itu, Do Won A tetap diam saja,
sehingga Ayah menjadi ragu dan khawatir.
“Beritanya
tak benar, 'kan?” tanya Ayah, perhatian. Dan saat dia melihat raut wajah Do Won
A tampak aneh. Dia jadi merasa tidak enak. “Aku lega kau baik-baik saja. Aku
sudah seenaknya. Maaf, aku datang tiba-tiba. Aku takkan datang lagi,” katanya.
Lalu diapun berniat untuk pergi.
Do
Won A menghentikan Ayah dan menanyai, apa yang sebenarnya terjadi 12 tahun
lalu. Karena dia yakin bahwa bukan Ayahlah pembunuh Ayah Seo Kyung. Kemudian
dia menangis dan meminta Ayah untuk menjelaskan padanya. Dia ingin tahu. Dan
mendengar itu, dengan kaku Ayah menjawab bahwa dia tidak ingat. Terkadang dia
merasa ini tidak adil. Terkadang dia berpikir bahwa dia mungkin sungguh
membunuh saat mabuk seperti kata orang. Juga setiap hari dia merasa bersalah,
karena telah menjadi Ayah Do Won. Jadi dia meminta Do Won untuk menganggap nya
sudah tidak ada di dunia lagi.
Setelah
mengatakan itu, Ayah mengambil tas nya dan berniat untuk pergi. Tapi Do Won A
segera menghentikan nya lagi. “Aku benci Ayah karena mati. Bagiku Ayah tak
berhak mati. Bahkan kuharap Ayah tak mati dengan tenang. Aku membenci Ayah
bertahun-tahun. Jadi, sekarang...” katanya sambil menahan tangis nya.
Mendengar
itu, Ayah berdiri terpaku ditempatnya, dan tidak mengatakan apapun. Do Won A
lalu mendekati nya dan mengambil tas nya. “Kita lanjutkan besok pagi,” katanya.
Do
Won A menelusuri berita 12 tahun lalu, berita saat Ayahnya ditangkap. Dan
kemudian dia memperhatikan Ayah yang tertidur nyenyak di dalam kamar. Dia
memperhatikan kaki Ayahnya yang terluka dan tangan Ayah nya yang kasar. Lalu
dengan perhatian, dia menutupi Ayahnya menggunakan selimut supaya Ayah tidak
kedinginan.
Pagi
hari. Saat Do Won A bangun, dia heran kenapa ada selimut di tubuhnya, dan
dengan segera dia memeriksa ke dalam kamar nya. Dan ternyata Ayah telah pergi.
Dan diapun segera mencari-cari Ayahnya. Tapi dia tidak bisa menemukan Ayahnya.
Lalu
pada saat Do Won A keluar dari dalam rumah, dia melihat sepatunya dijemur di
gantungan. Dan melihat itu, dia teringat Ayah nya yang sering membersihkan
sepatunya.
“Hei. Sudah berapa kali Ayah bilang? Sepatu
pria harus bersih agar hidup yang dijalani tak ternodai,” kata Ayah, mengomeli
Do Won A sambil dia sibuk mencucikan sepatu Do Won A.
“Astaga. Berkat Ayah, jalan hidupku akan
penuh bunga,” kata Do Won A sambil memeluk Ayah nya dengan senang. Lalu dia
pamit dan berangkat ke sekolah.
Do
Won A di panggil ke kantor Kepala Divisi Kriminal. Dan diapun ke sana, tapi dia
ragu untuk mengetuk pintunya. Sebab dia mengingat perkataan Mi Sook di
dunianya. “Misalnya kau membunuhnya
pun... Seo-kyung takkan bisa hidup kembali, Do-won.”
Setelah
ragu sejenak, Do Won A mengetuk pintu ruangan dan masuk ke dalam. Dan disana
dia bertemu dengan Mi Sook yang lain.
“Aku
meneleponmu berkali-kali setelah tahu kau dibebaskan, tapi tak kau angkat,”
kata Mi Sook dengan lembut dan perhatian.
“Ponselku
hilang,” balas Do Won A, beralasan. “Sudah beli ponsel baru kemarin,” jelas nya
dengan sikap canggung. “Aku sudah menyusahkanmu, ya? Maaf.”
“Aku
menunggu teleponmu. Saat kau diburu sebagai tersangka, kupikir mungkin kau akan
meminta bantuanku. Aku menunggumu, seperti dulu,” jelas Mi Sook. “Pokoknya,
syukurlah masalahnya tuntas,” katanya lega.
Mendengar
itu, Do Won A tidak merasa canggung lagi berbicara kepada Mi Sook dari dunia
lain ini. Dengan terus terang, dia meminta bantuan Mi Sook untuk kasus 12 tahun
lalu. Dan Mi Sook merespon bahwa ternyata kasus ini lagi, Ayah Do Won di jebak.
Do Won A : “Ternyata aku pun mencurigainya di
dunia ini.”
Do
Won A menjelaskan kepada Mi Sook bahwa dia ada melihat perhiasan yang dicuri 12
tahun lalu. Dia tidak bermaksud untuk menyalahkan Mi Sook, sebab dulu dia juga
mengira kalau Ayah nya adalah pembunuh. Tapi itu bukan kasus biasa, melainkan
kasus pembunuhan berantai. Tampaknya Do Won B dulu pernah mengatakan itu juga,
jadi Mi Sook sudah bisa menebak apa yang Do Won A katakan mengenai pembunuhan
berantai, dan dia meminta bukti pendukung. Dan Do Won A merasa bingung harus bagaimana.
“Aku
paham kau membenciku. Bagaimanapun, akulah yang meringkus ayahmu. Tapi, Do-won,
sampai kapan kau akan terus begini? Sampai kapan aku harus melihatmu
menghancurkan diri sendiri?” tanya Mi Sook, tidak mempercayai Do Won A.
Do
Won A berdiri di stasiun kereta api dan memperhatikan kereta yang lewat.
Mi
Sook memikirkan kata- kata Do Won A barusan kepadanya, tentang Ayah Do Won yang
sekarang menghilang. Lalu diapun segera menelpon seseorang, “Aku ingin minta
tolong. Bisa tolong carikan seseorang?” pinta nya.
Do
Won A duduk sampai malam di stasiun dan berpikir keras.
Do
Won A menaiki kereta. Dari pagi sampai malam, dia sama sekali tidak turun dari
kereta. Dia terus memperhatikan pemandangan di luar kereta dan waktu di jam
tangan nya.
Kemudian
setelah itu, Do Won A duduk merenung di stasiun. “Kenapa tak terjadi apa-apa?” pikir nya, stress. Lalu dia teringat
sesuatu. “Hujan?”
Tags:
Train