Sinopsis K- Drama : Flower Of Evil episode 7 part 3





Sinopsis K- Drama : Flower Of Evil episode 7 part 3
Original Network : tvN
Ibu Ji Won membawa Eun Ha ke apotek Mi Ja. Dia memberitahu Mi Ja bahwa dia ada keperluan penting, jadi dia meminta Mi Ja untuk menjaga cucu mereka, yaitu Eun Ha. Dan Mi Ja menolak. Tapi seolah- olah tidak mendengar, Ibu Ji Won terus saja berbicara.

“Pastikan dia makan malam. Aku akan menjemputnya pukul 20.00. Sampai jumpa,” kata Ibu Ji Won. Lalu diapun langsung pergi meninggalkan Eun Ha kepada Mi Ja.
“Hei, tunggu. Astaga, dasar tidak sopan…” keluh Mi Ja, kesal.


Mi Ja kemudian menatap Eun Ha dan mengeluh padanya. Dengan sikap tenang dan riang, Eun Ha tersenyum manis dan menjelaskan bahwa Nenek (Ibu Ji Won) memberitahunya, kalau dia dan Mi Ja pasti bisa cepat akrab. Karena mereka ada keluarga.
“Apa?” keluh Mi Ja.

“Aku akan belajar. Nenek bisa fokus bekerja,” kata Eun Ha dengan patuh. Lalu diapun mengeluarkan bukunya dan alat tulisnya serta mulai belajar.


Melihat buku yang Eun Ha pelajari, Mi Ja langsung merebut buku tersebut dan memarahinya. Karena itu adalah buku untuk anak kelas 3. Jadi buku itu tidak cocok untuk Eun Ha. Dan Eun Ha menjelaskan bahwa dia bisa mengerjakan nya.
“Apa ibumu menyuruhmu mempelajari ini? Apa dia akan menghukummu jika tidak kamu kerjakan? Apa dia memukulmu?” tanya Mi Ja, perhatian.

“Tidak, aku mengerjakannya karena bisa,” jawab Eun Ha.


Mi Ja sama sekali tidak percaya. Dengan kasar, dia merobek dan menghancurkan buku Eun Ha. Dan Eun Ha menangis, karena merasa takut melihat sikap Mi Ja.
“Jangan menangis. Nenek melakukan ini untukmu,” bentak Mi Ja. Dan Eun Ha semakin menangis keras. Mi Ja pun merasa bersalah dan tidak tega. “Berhentilah menangis. Apa yang kamu inginkan? Apa yang harus nenek lakukan?” bujuknya.

“Aku... Aku mau... Aku mau pai,” jawab Eun Ha, berhenti menangis. “Belikan aku pai susu.”


Hee Sung mendengarkan ulang suara Pelaku. Lalu dia mengetuk- ngetuk jarinya di atas meja dan penanya. Dia berusaha memikirkan suara siapa itu.

“Kamu tahu kenapa dia tewas? Karena dia ingin tahu. Pria tua tidak berguna itu tidak tahu tempatnya.”


Ji Won tiba- tiba pulang. Dan Hee Sung pun langsung menutup laptopnya serta berhenti mendengarkan suara Pelaku. Lalu ketika dia melihat tas yang dibawa oleh Ji Won, dia tertegun. Namun dia berusaha untuk tetap bersikap tenang.
“Tas apa ini?” tanya Hee Sung dengan sikap biasa sambil memperhatikan reaksi Ji Won.

“Ini tas Do Hyun Su. Nam Soon Kil menyimpannya sebelum dia meninggal. Aku beruntung. Itu jatuh ke tanganku,” jawab Ji Won sambil memperhatikan reaksi Hee Sung. “Aku akan mencoba menangkap Do Hyun Su,” jelasnya.


Tangan Hee Sung yang berada di bawah meja bergetar sedikit karena gugup. “Bagaimana kamu akan menangkapnya hanya dengan sebuah tas?”

“Karena itulah aku membutuhkan bantuanmu,” jelas Ji Won sambil memperlihatkan pemutar kaset milik Hyun Su dan buku sketsa Hyun Su. “Lihatlah.”


Ji Won : “Aku juga bisa menjadi sepertimu. Aku bisa berbohong kepadamu tanpa berkedip.”

Hee Sung membuka buku sketsa yang Ji Won berikan. Sambil melihat gambar di dalam buku tersebut, dia mendengarkan penjelasan Ji Won.


Ji Won menceritakan dengan sikap biasa. Dia ada bertanya dengan Chef direstoran tempat Hyun Su bekerja dulu. Chef disana mengatakan bahwa Hyun Su ingin menabung untuk membuat bengkel logam, dan Hyun Su terkadang membuat beberapa benda supaya sentuhannya tidak hilang. Jadi menurutnya, sekarang Hyun Su pasti masih menggeluti kriya logam.


Melihat sketsa dibuku tersebut, Hee Sung merasa gugup, karena benda yang ada dibuku sketsa sama persis dengan benda yang dia buat. “Aku harus melihat karya aslinya. Sulit mengetahui gayanya hanya dengan melihat sketsa,” jelas nya dengan tenang. “Aku tidak tahu dia membuat barang besar atau aksesori kecil. Sulit mengetahui kebiasaannya. Aku bahkan tidak tahu bahan apa yang dia gunakan.”
“Jadi, aku sudah berpikir. Bisakah kamu ikut denganku ke bengkel Do Min Seok?” tanya Ji Won. Dan mata Hee Sung sedikit bergetar. “Mereka bilang Do Hyun Su sering mengurung diri di bengkel. Dia juga sering bolos sekolah,” kata Ji Won, lanjut menjelaskan sambil memperhatikan reaksi Hee Sung. “Kamu menyisihkan waktu siang ini, bukan?” tanyanya. Dan Hee Sung mengganguk kan kepalanya dengan canggung. “Ikut aku. Ini bisa sekaligus menjadi kencan.”

“Tentu,” jawab Hee Sung sambil tersenyum.


“Aku akan mengambil mobilnya. Keluarlah jika sudah siap,” balas Ji Won sambil tersenyum juga. Lalu ketika dia berbalik dan berjalan pergi, senyum di wajahnya langsung menghilang.

Setelah Ji Won keluar dari ruangan, Hee Sung memegang dadanya dengan erat. Dia tampak seperti kesakitan. Tapi dia berusaha untuk menahan dirinya.


Di café. Mi Ja menyuruh Eun Ha untuk cepat makan, karena dia harus kembali ke apotek. Dan dengan patuh, Eun Ha mengiyakan, lalu dia mulai makan dengan cepat. Melihat itu, Mi Ja merasa tidak tega, dan dia menyuruh Eun Ha untuk makan pelan- pelan saja, jika tidak, Eun Ha bisa sakit. Dan dengan patuh, Eun Ha mengiyakan.



“Saat nenek merobek buku gambarmu tadi…” kata Mi Ja dengan gugup.
“Aku tidak akan cerita. Aku tidak mau Ayah membentak Nenek,” jawab Eun Ha.

“Siapa yang membentak siapa?” keluh Mi Ja. Lalu dengan perhatian, dia menlapkan bibir Eun Ha yang sedikit kotor.



Didalam mobil. Hee Sung menanyai, kenapa Ji Won bekerja begitu giat untuk menangkap Hyun Su. Dan Ji Won beralasan bahwa jika dia berhasil menangkap Hyun Su, maka dia bisa mendapatkan promosi special dan karier nya di kepolisian akan gemilang.
“Aku terkejut. Aku tidak menduga kamu berambisi seperti itu,” komentar Hee Sung.

“Siapa yang tidak punya ambisi? Aku harus merebut kesempatan selagi memungkinkan,” balas Ji Won. Kemudian mereka berdua saling diam.

Moo Jin mempersilahkan Hae Su untuk masuk ke dalam apatermennya. Lalu ketika mereka masuk, dia segera membersihkan dan merapikan apatermen nya dengan buru- buru. Kemudian dia mau menyiapkan makan malam untuk Hae Su juga. Dan Hae Su menolak. Tapi Moo Jin tidak mendengarkan.
“Pamanku punya kilang anggur besar di Argentina. Jadi, dia sering mengirimiku anggur. Anggur Argentinia memiliki sedikit rasa pahit dan manis,” kata Moo Jin sambil membuka sebotol anggur.


Karena Moo Jin tidak mau mendengarkan, maka Hae Su pun diam dan memperhatikan seluruh isi apatermen Moo Jin. Disana terdapat banyak penghargaan. “Keadaanmu baik- baik saja. Syukurlah,” gumamnya, merasa senang untuk Moo Jin.


“Ini, minumlah,” kata Moo Jin, memberikan segelas anggur kepada Hae Su. “Aku akan memasak dengan cepat. Haruskah aku memutar musik?” tanyanya untuk menghilangkan kecanggungan. Lalu sebelum Hae Su menjawab, dia langsung menyalakan musik untuk Hae Su.


Moo Jin kemudian berjalan dengan lambat ke dapur. Lalu setelah berpikir sejenak, dia mulai berbicara lagi kepada Hae Su. Dia mengakui bahwa dia sebenarnya sering memikirkan Hae Su. Lalu menurutnya, Hae Su adalah korban terbesar dari kejahatan yang Do Min Seok dan Do Hyun Su lakukan. Dan dia tidak bersungguh- sungguh dengan ucapannya pada saat mereka putus dulu. Mendengar itu, Hae Su langsung menghabiskan anggur yang berada di dalam gelas nya dalam sekali teguk. Dan melihat itu, Moo Jin pun berhenti berbicara.


Setelah menghabiskan anggur nya, Hae Su menlap mulutnya dan memberanikan dirinya. Dia berjalan dengan cepat mendekati Moo Jin. “Itu bukan suara Hyun Su. Suara komplotan itu. Itu bukan suara Hyun Su,” jelas nya dengan tegas.

Mendengar itu, dengan gugup, Moo Jin meremas remote ditangannya. Lalu dia mematikan musik yang dinyalakannya. “Kamu masih ingin melindunginya? Kamu pikir dia akan berterima kasih padamu? Tidak. Adikmu sama sekali tidak memedulikanmu, dan menjalani hidup yang baik,” kata Moo Jin dengan tajam.


“Hyun Su tidak mungkin mengatakan itu,” balas Hae Su dengan yakin. Lalu dia diam sejenak, dan Moo Jin menunggu nya. “Karena aku yang membunuhnya. Orang sebenarnya yang membunuh mandor desa Gakyeongri adalah aku.”

Mengetahui hal tersebut, Moo Jin sangat terkejut.


Sesampainya di rumah Do Min Seok, Hyun Su merasa ragu untuk masuk ke dalam. Tapi karena Ji Won ingin masuk, maka diapun mengikutinya.

Pada saat masuk ke halaman, Hee Sung melihat bekas tanda di pohon. Dan dia teringat akan kenangan nya dulu bersama dengan Hae Su.

Flash back

Hae Su mengajak Hyun Su untuk pergi ke halaman rumah yang ada pohon tingginya. Disana dia memberikan tanda di pohon menggunakan pisau. Lalu dia menyuruh Hyun Su untuk melihat tanda tersebut.


“Setelah kamu setinggi ini, kakak akan mencari Ibu untukmu. Lihat. Bagaimana kamu akan tumbuh setinggi ini? Kamu harus makan dengan baik, bukan? Jika tidak makan karena Ibu pergi, kamu akan atau tidak akan tumbuh? Tidak akan, bukan? Kamu mengerti?” tanya Hae Su, menasehati.
“Kak Hae Su, kenapa Kakak marah kepadaku?” tanya Hyun Su, tidak mengerti.

“Kakak tidak marah, kakak khawatir.”


Do Min Seok kemudian datang dan memanggil Hyun Su untuk ikut dengan nya. Dengan perhatian, Hae Su menyuruh Hyun Su untuk mematuhi Ayah, apapun yang Ayah katakan jawab aja ‘baik’. Jika tidak Hyun Su akan disuruh menyalin ‘Myeongsim Bogam’ di dalam rubanah lagi. Mendengar itu, Hyun Su mengangguk kan kepalanya tanda mengerti.
“Ayo,” ajak Hae Su. Dan Hyun Su pun mengikutinya.

Flash back end


Melihat Hee Sung hanya berdiri diluar saja, Ji Won memanggilnya. Dan Hee Sung pun segera mengikutinya lagi.
Pintu rumah tergembok dengan kuat, sehingga mereka tidak bisa masuk. Tapi kemudian Ji Won menemukan jalan pintas lain untuk masuk ke dalam rumah. Yaitu melalui jendela rumah yang tidak terkunci. Dan dengan terpaksa, Hee Sung pun mengikutinya lagi.


“Mungkinkah Hyun Su yang membuat ini?” tanya Ji Won, ketika dia menemukan sebuah benda seni dilantai. Dan Hyun Su mengomentari kalau itu adalah karya amatir dan tidak bisa di jual. “Dia masih belia saat itu. Hasil karyanya mungkin makin baik.”


“Sebenarnya, tempat yang ingin kudatangi adalah tempat lain. TKP. Rubanah,” kata Ji Won sambil tersenyum dan memperhatikan reaksi Hee Sung.
“Untuk apa?” tanya Hee Sung, gugup tapi tidak terlalu kentara.

“Jika terlalu berat bagimu, tunggu aku di mobil. Aku akan melihatnya sendiri,” balas Ji Won.



“Tidak apa-apa. Ayo,” ajak Hee Sung sambil mengambil senter Ji Won dan menuntun jalan.
Dengan sikap waspada, Ji Won memeriksa pistol yang dibawanya. Lalu dia mengikuti Hee Sung.

Post a Comment

Previous Post Next Post