Sinopsis K-Drama : Do You Like Brahms? Episode 05

Sinopsis K-Drama : Do You Like Brahms? Episode 05

Images by : SBS

Episode 03

Innig : Tulus

 

 

Song Ah sudah ada di terminal kereta bawah tanah. Saat dia mencari kartu kereta, tanpa sengaja dia malah memegang album Joon Young yang tadi di belinya. Saat di toko kaset tadi, Song Ah membeli dua kaset. Satu kaset untuk perusahaan (yang di minta Young In) dan satu lagi untuk dirinya.

 Song Ah jadi ragu untuk pulang karna memikirkan Joon Young.

--

 

Joon Young berada di kedai sendirian. Dia mengingat saat Song Ah bertanya pendapatnya mengenai permainan tadi, apa dia menyukainya?

 

Lamunannya buyar ketika seseorang meletakkan kaset albumnya di atas meja. Song Ah. Joon Young jelas kaget karna Song Ah kembali dan bahkan meminta tanda tangannya di album itu. Dengan malu, Song Ah bilang kalau dia adalah fans Joon Young. Joon Young tertawa dan malah menggoda Song Ah yang tadi bilang kalau dia kurang bermain bagus hari ini.

 

Song Ah dengan panik menjawab kalau dia nggak bilang kalau permainan Joon Young hari ini tidak bagus. Hari ini permainan Joon Young bagus dan dia menyukainya tapi dia sedikit lebih menyukai permainan piano-nya waktu itu. Karna itu, dia meminta tanda tangan Joon Young.

Joon Young tertawa, tampak bahagia lebih dari pada sebelumnya. Dia kemudian menanyakan pegawai kedai, apa mereka ada spidol permanen yang bisa di pinjamkan?

 

 

Saat itu, ponsel Song Ah berbunyi, jadi dia pamit keluar sebentar. Ada SMS dari Min Seong yang mengajaknya minum bersama. Song Ah ragu sejenak. Dia melihat ke dalam kedai, tampaknya tujuannya, memang ingin menemani Joon Young.

 

Setelah membalas pesan Min Seong, Song Ah kembali ke dalam kedai. Joon Young langsung memberitahunya kalau dia tidak dapat spidol untuk tanda tangan, jadi, apa bisa dia membawa album itu dan memberikannya kembali ke Song Ah saat sudah di tandatangani-nya?

“Boleh aku duduk di sini?” tanya Song Ah, tidak menjawab pertanyaan Joon Young barusan. (Ini scene terakhir di episode 04 kemarin).

Joon Young tentu mempersilahkan. Mereka berdua tersenyum canggung satu sama lain.

 

Joon Young mengajak Song Ah berbincang dengan menceritakan caranya menghabiskan waktu. Dulu, dia selalu menghabiskan waktu dengan ke perpustakaan, kemudian dia akan pergi bermain ke halaman Istana Gyeonghui (kan tahu sendiri, kalau di sana, mereka masih tetap menjaga tempat bersejarah dan di jadikan tempat wisata gitu).

“Kamu sangat kuno,” komentar Song Ah, tertawa.

“Aku tidak bisa menyangkalnya,” tanggapi Joon Young, sambil tertawa juga. “Tapi saat aku datang ke Seoul sesekali, semuanya telah berubah, tapi istana itu selalu di tempat yang sama, terlihat sama. Jadi, aku terus memikirkan tempat itu. Aku memainkan musik modern tapi karya Bach, Mozart, Beethoven, lebih sering menyentuh hatiku. Seolah-olah karya mereka bertahan, tidak berubah, untuk waktu yang lama.”

“Orang-orang sepertimu sudah lama menyukainya. Itu sebabnya musiknya masih hidup,” ujar Song Ah.

Joon Young menyukai tanggapan itu. Mereka kembali diam. Joon Young tiba-tiba membahas sesuatu. Dia tahu kalau yang akan di ceritakannya ini sedikit melenceng, tapi dia ingin menceritakan pada Song Ah mengenai apa yang terlintas di pikirannya saat memikirkan kompetisi. Dia menyuruh Song Ah menebak. Song Ah menebak, mungkin latihan atau upacara penghargaan?

“Keheningan,” ujar Joon Young, memberitahu jawabannya. “Keheningan seperti tadi. Itu yang pertama ku pikirkan tiap kali memikirkan kompetisi.”

Flashback

Saat itu, aku kali pertama mengikuti kompetisi di luar negeri. Semua peserta menginap di hotel yang sama. Di malam pertama, aku tertidur.

Joon Young muda mengikuti kompetisi di luar negeri untuk pertama kalinya. Dia mendapat kamar sendiri dan piano sendiri di dalam kamar. Hari pertama, dia tertidur nyenyak.

Aku bangun pagi sekali karena mendengar musik piano yang lantang. Lebih dari 30 peserta memiliki piano masing-masing. dan semua orang mulai berlatih saat fajar.

Suara kontestan – kontestan yang latihan bermain piano sebelum kompetisi, sangat mengganggu Joon Young. Hari masih gelap, tapi suara piano sudah terdengar hingga ke kamarnya. Suara yang membuatnya tidak bisa tidur.

Awalnya aku tidak bisa membiasakan diri.

Joon Young juga jadi sangat tegang menghadapi kompetisi. Dia hanya duduk diam di depan piano karna merasa gugup dan tidak tahu harus latihan lagu apa. Suara piano dari kamar-kamar lain terus menerus berdengung.

Tapi setelah babak pertama, suaranya berkurang.

Setelah babak pertama, suara piano semakin berkurang. Joon Young sangat menyadari hal itu.

Mereka yang gagal telah pulang. Setelah itu, aku hanya mendengar sekitar sepuluh piano.

 

 Joon Young sampai mendekatkan diri ke dinding, untuk mengetahui apakah kontestan dari kamar sebelah masih ada atau tidak. Walau suara piano sdah sangat berkurang, tapi di atas meja Joon Young terlihat banyak sekali pil obat. Mungkin, itu adalah obat tidur.

Beberapa hari kemudian, setelah babak kedua, jumlahnya turun menjadi enam. Setelah hari terakhir, aku diberi tahu harus menghadiri pesta perayaan. Aku kembali ke kamarku larut malam. Saat itu sunyi sekali. Sebelum pagi itu, aku mendengar musik piano dari beberapa kamar lainnya. Tapi aku tidak mendengar apa pun setelah pagi itu.

 

Joon Young pulang setelah menerima penghargaan. Dan untuk pertama kalinya semenjak dia tiba di hotel itu, suasanya sangat hening. Tidak ada suara apapun. Suasana yang membuatnya merasa tenang dan mampu tertidur.

End

“Keheningan malam itu begitu kuat hingga aku tidak bisa melupakannya,” ujar Joon Young, mengakhiri ceritanya.

Dari awal Song Ah mendengarkan cerita itu dengan seksama. Dia seolah dapat merasakan kesulitan yang Joon Young alami selama masa-masa itu.

--

Song Ah pulang dengan taksi. Di perjalanan, dia tampak memikirkan sesuatu.

--

 

Joon Young berjalan pulang. Di tengah jalan, dia mendapat SMS dari Jung Kyung yang menanyakan apakah dia sudah pulang? Joon Young membalas pesan itu : “Aku di depan rumahku. Tadi aku makan malam dengan Song Ah.”

Jung Kyung kembali mengirim pesan dengan mengajak Joon Young untuk pergi ke konser filharmoni di hari Sabtu ini. Tampaknya, Jung Kyung takut kalau Joon Young akan menolak, karna dia segera menambahkan kalau Hyun Ho menjadi pemain selo tamu di konser itu.

Dan benar saja, Joon Young baru membalas kalau dia mau ikut.

--

 

Esok hari,

Song Ah memeriksa ponselnya. Kemarin malam, dia membalas pesan Min Seong dengan meminta maaf karna tidak bisa menemaninya minum. Dia beralasan kalau masih ada kerjaan dan menyuruh Min Seong untuk mengajak Dong Yun saja.

Tapi, dari kemarin, Ming Seong belum juga membalas pesan Song Ah.  Song Ah sudah mengirimkan pesan lagi padanya pag ini, meminta maaf dan mengajak ketemu. Tapi, sampai sekarang, pesannya belum di balas juga.

 

Fokus Song Ah teralih dari Min Seong karna dia mendengar Young In yang sedang berteleponan dengan Ny. Na dan nada suaranya tampak panik. Itu karna pianis pengiring untuk konser filharmoni di hari Sabtu nanti, pingsan. Penyelenggara ingin Joon Young yang menjadi pianis penggantinya. Jadi, Young In ingin menanyakan pendapat Ny. Na, mengenai apa yang harus mereka lakukan.

Ny. Na menjawab bijak agar Young In menanyakan langsung pada Joon Young. Dia tidak bisa menanyakannya karna tahu Joon Young akan merasa tertekan jika dia yang memintanya. Young In mengerti dan berkata akan menanyakannya pada Joon Young.

Da Woon, Seung Jae dan Hae Na yang mendengar masalah itu, jadi bergosip. Da Woon merasa kasihan pada para pianis karna dia pernah mendengar kalau pianis itu bermain setidaknya 120 kali dalam setahun. Seung Jae malah menjelekkan Joon Younng yang dia rasa hanya bermain 80 hingga 90 kali saja setahun ini. Da Woon membela Joon Young dengan menyuruh Seung Jae untuk menghitung juga waktu yang di gunakan Joon Young untuk naik turun pesawat, tampil, menghadiri resepsi VP, mengadakan jumpa fans, tidur, bangun dan pindah tempat lagi. Tentu saja, itu pasti juga melelahkan.

“Bagi orang yang baru memenangi kompetisi dan meraih ketenaran, kelelahan adalah kemewahan. Menjaga kesehatan adalah bagian dari menjadi profesional,” ujar Seung Jae, membalas argumen Da Woon.

“Bukankah tahun ini Pak Park rehat panjang?” tanya Hae Na. “Aku diberi tahu dia tidak akan bermain selama setahun.”

“Itu benar, tapi dia akan menerima jika Direktur memintanya. Meskipun sekarang masa rehatnya, dia akan bermain di pesta hari jadi yayasan kita yang ke-15.”

Saat itu, Young In keluar dari ruangannya. Mereka tentu ingin tahu apa keputusannya. Young In memberitahu kalau Joon Young tidak bisa di hubungi. Dia keluar dari ruangannya untuk menanyai Song Ah, apakah Joon Young akan datang latihan hari ini? Song Ah menjawab tidak.

Dan karna itu, Young In meminta bantuan Song Ah untuk pergi mencari Joon Young.

--

 

 

Song Ah ingat cerita Joon Young kemarin mengenai caranya menghabiskan waktu. Jadi, dia mencari ke toko buku. Karna di toko buku nggak nemu, dia pergi ke Istana Gyeongui. Dan benar saja, Joon Young ada di Istana Gyeonghui, sedang duduk menikmati alam.

Setelah memberitahu masalah yang terjadi, Joon Young segera menelpon Young In dengan ponsel Song Ah. Song Ah sedikit menjauh agar tidak bisa mendengar obrolan mereka.

“Maaf membuatmu berkeliling mencariku. Ponselku tertinggal di rumah,” ujar Joon Young sambil mengembalikan ponsel Song Ah.

“Tidak apa-apa.”

--

 

Song Ah kembali ke kantor dan mendengar obrolan Young In dengan yang lain. Joon Young ternyata menolak bermain dan yang akan menggantikannya adalah Seung Ji Min. Ji Min sedang melakukan tour keliling Jepang, dan kebetulan sekali di hari Sabtu nanti Ji Min bebas tugas, jadi dia bisa menggantikan utnuk bermain.

Seung Jae berseru senang mendengarnya. Tadi itu, tiketnya masih bersisa, tapi saat tahu Seung Ji Min akan tampil, tiket yang di jual langsung ludes. Seung Jae bahkan mengemukakan rasa leganya karna Joon Young menolak dan mereka menemukan jalan keluar yang lebih baik (dia nggak bilang gitu, tapi kesannya seperti itu).

Young In tampaknya tidak suka dengan komentar Seung Jae, karna dia langsung bilang kalau tiket konser Joon Young juga akan terjual habis. Da Woon kelihatannya berada di pihak Joon Young, karna dia berkomentar kalau Joon Young menolak karna sedang masa rehat.

“Bukan karena itu. Katanya dia tidak pernah memainkannya,” ujar Young In.

“Materinya apa?”

“"Piano Concerto No. 1" oleh Brahms,” jawab Young In.

Song Ah yang sedari tadi mendengarkan, terdiam. Dia teringat dengan alunan Träumerei yang di mainkan Joon Young hari itu. Dan dia mengingat bagaimana tatapan mata Jung Kyung pada Joon Young saat dia meminta Joon Young memainkan Träumerei.

Song Ah duduk termenung. Dia teringat bagaimana tatapan mata Joon Young saat melihat Jung Kyung di bandara.

Ada moment saat kita tiba-tiba menyadari sesuatu.  

 Brahms (Song Ah teringat akan Joon Young)

 Clara (Song Ah teringat akan Jung Kyung)

Song Ah teringat saat dia menanyakan kepada Joon Young, apakah dia menyukai Brahms? Dan saat itu, Joon Young menjawab tidak.

 

Song Ah menatap fotonya dengan Dong Yun dan Min Seong. Dia membandingkannya dengan foto Joon Young, Jung Kyung dan Hyun Ho yang ada di internet. Kisah mereka, mungkin saja mirip.

--

Malam hari,

Saat pulang, Ibu memberikan Song Ah dua buah tiket konser filharmoni besok. Itu pemberian dari teman ibunya. Song Ah jelas senang dan langsung menelpon Min Seong untuk ikut ke konser itu besok. Sayangnya, Min Seong tidak bisa ikut besok dan mengajak Song Ah untuk bicara lain kali saja. Song Ah jadi khawatir karna suara Min Seong juga terdengar seperti habis menangis. Min Seong tidak mau memberitahu apapun dan langsung memutuskan sambungan telepon.

Karna Min Seong tidak bisa, maka Song Ah mengirim pesan pada Dong Yun, mengajaknya ke konser besok.

--

 

 

Esok hari, hari konser filharmoni,

Joon Young dan Jung Kyung tiba lebih awal. Dan sialnya, mereka malah mendengar beberapa pengunjung yang menggosipi Joon Young yang akan menjadi pengganti Seung Ji Min kalau Ji Min tidak jadi bermain hari ini.

Jung Kyung tidak suka mendengar mereka yang merendahkan Joon Young, jadi dengan suara yang di keraskan, dia bertanya pada Joon Young, “Joon Young, kenapa kau menolak bermain hari ini?”

Pengunjung yang bergosip tadi lantas terkejut karna baru sadar kalau Joon Young ada di sana. Mereka juga jelas malu karna ternyata Ji Min bermain karna Joon Young menolak tampil.

“Jangan lakukan itu,” bisik Joon Young.

“Kenapa tidak?”

“Kamu mempermalukan Ji Min.”

“Kamu tidak keberatan orang lain membandingkanmu dengannya?”

“Tidak.”

“Aku keberatan.”

“Aku tidak keberatan,” balas Joon Young dengan raut wajah yang mengeras, tanda kalau dia tidak ingin berdebat.

Seperti takdir, Song Ah ternyata mendapat tempat duduk di sebelah Joon Young. Dia datang sendirian karna Dong Yun tidak menjawab telepon dan tidak membalas pesannya. Konser sudah mau di mulai, tapi Dong Yun tidak juga datang. Joon Young mengira kalau teman Song Ah datang terlambat dan Song Ah mengiyakan dengan canggung.

 

 

 

Konser di mulai. Semua pengunjung bertepuk tangan saat para pemain orkestra memasuki panggung. Di tengah konser, Song Ah malah lebih terfokus melihat Joon Young yang tampak melamun.

--

Begitu selesai, Joon Young dan Jung Kyung langsung menemui Hyun Ho, memberikan selamat atas penampilannya.

 

Sementara Song Ah, dia pergi ke belakang panggung. Berdiri diam di depan pintu. Wajahnya tampak sedih mengingat dirinya terakhir kali di usir dari sana (episode 01). Song Ah sangat ingin bisa tampil di panggung tersebut, tapi takdir seolah belum mengizinkannya.

Joon Young yang lewat, melihatnya yang berdiri menatap ke panggung. Sosok belakangnya tampak sedih.

--

Song Ah membawa Joon Young, Jung Kyung dan Dong Yun ke resto milik Dong Yun. Mereka bertiga tampaknya mengenal Dong Yun juga karna Song Ah bisa dengan santai memberitahu mereka kalau lantai dua resto adalah tempat kerja sekaligus tempat tinggal Dong Yun.

 

Hyun Ho berujar kalau dia ingin bertemu dengan Dong Yun, jadinya, Song Ah menawarkan diri untuk menelpon Dong Yun. Teleponnya tidak di angkat.

“Omong-omong, kenapa kamu memanggilnya "CEO Yoon"?” tanya Hyun Ho, “Kamu memanggilnya CEO Yoon, bukan Dong Yun. Apa orang lain memanggilnya begitu?”

“Mereka pasti tidak sedekat itu,” komentar Jung Kyung.

“Tidak, kami dekat,” jawab Song Ah, tampak panik + gugup.

“Dong Yun adalah CEO,” ujar Joon Young, seolah membantu Song Ah keluar dari pertanyaan itu.

“Benar. Jika semua memanggilnya begitu, aku juga berpikir begitu,” balas Hyun Ho.

Joon Young tampaknya beneran ingin membantu Song Ah agar Hyun Ho tidak terus menanyai Song Ah. Cara yang di lakukan Joon Young adalah dengan bilang mau mencuci tangan.

 

Sialnya, saat mau ke kamar mandi, yang letaknya di bawah tangga menuju lantai dua (dari restoran ada pintu samping menuju kamar mandi, nah kalau keluar dari pintu samping itu, selain ada kamar mandi, ada juga tangga yang menuju ke lantai dua tempat tinggal Dong Yun), dia malah melihat Min Seong dan Dong Yun yang berbicang.

Dong Yun mengejar Min Seong dan meminta tolong padanya untuk tidak cerita pada Song Ah kalau malam itu, mereka tidur bersama. Min Seong mengiyakan karna dia tahu kalau Song Ah tidak suka melihat mereka minum – minum.

Pembicaraan mereka itu sangat mengejutkan Joon Young. Joon Young jadi teringat pembicaraannya dengan Song Ah di bandara, dan dari cara bicaranya, Song Ah tampaknya menyukai Dong Yun.

 

Karna itu, saat Joon Young melihat Song Ah membuka pintu samping, Joon Young segera menutup paksa pintu itu agar Song Ah tidak melihat Min Seong yang ke sana. Begitu Min Seong sudah pergi, Joon Young baru melepaskan genggaman tangannya di handle pintu. Dia juga berbohong pada Song Ah kalau dia tadi mencoba membuka pintu ke arah yang salah, makanya tadi tertahan.

 

Song Ah percaya padanya. Dia kemudian minta izin mau ke lantai 2 menemui Dong Yun. Joon Young takut kalau Song Ah terluka, jadi dia kembali berbohong kalau sedang ada tamu di tempat Dong Yun. Barusan dia naik ke atas dan melihat ada tamu, makanya dia kembali turun. Itu semua hanya kebohongan Joon Young, tapi Song Ah percaya padanya.

 

Joon Young dan Song Ah kembali ke meja bergabung dengan Jung Kyung dan Hyun Ho. Tidak lama, Dong Yun turun dan bergabung dengan mereka. Dong Yun tampak gugup saat Hyun Ho bertanya kenapa dia tidak mengangkat telepon tadi?

“Aku sedang bersama tamu tadi,” jawab Dong Yun, tampak sangat gugup.

“Tunggu, Song Ah baru saja memeriksa apakah kamu ada di sana,” beritahu Hyun Ho.

“Tadi kamu ke atas?” tanya Dong Yun, cemas.

“Ya. Tapi...”

 

“Tadi aku ke toilet dan memastikan apakah kamu di atas, dan rupanya kamu bersama tamu. Jadi, aku kembali turun,” potong Joon Young, mencoba menyelamatkan situasi.

Dan untung saja, mereka tidak membahas topik itu lebih lanjut.

Mereka menikmati makanan yang tersaji. Di tengah acara makan, Song Ah terdiam seperti melamun. Dong Yun menanyainya dan Song Ah menjelaskan kalau dia hanya sedang mendengarkan musik. Musik yang di putar sekarang adalah musik kesukaannya : “Moonlight Sonata” oleh Beethoven.

Musik selanjutnya yang di putar adalah musik kesukaan Dong Yun : “Violin Sonata No. 1” oleh Brahms. Song Ah memberitahu kalau dia juga menyukai musik ini. Hyun Ho langsung berkomentar kalau rasanya, semua yang memainkan violin pasti menyukai lagu ini, termasuk Jung Kyung kan?

“Sebenarnya, bukan hanya karena lagunya, aku menyukainya karena kisah di baliknya,” ujar Jung Kyung.

“Kenapa? Tentang apa kisahnya?” tanya Dong Yun.

“Setelah Schumann meninggal, Clara membesarkan anak sendirian. Putra bungsu mereka meninggal setelah melawan penyakit. Setelah mendengar itu, Brahms menulis melodi singkat untuk Clara dan mengiriminya surat. Seperti itulah kisah di balik "Violin Sonata No.1" oleh Brahms.”

“Itu cara Brahms untuk menghiburnya. Lewat musik, bukan kata-kata,” komentar Dong Yun.

“Tapi bukankah lebih baik jika dia menghiburnya secara langsung? Jika bisa bertindak seperti itu, Brahms pasti sudah menaklukkan hati Clara sejak awal,” komentar Hyun Ho.

“Bagi Brahms, musik lebih nyaman daripada kata-kata. Sama seperti Joon Young,” ujar Jung Kyung tiba-tiba.

Pembahasan mereka semakin mendalam. Dong Yun menanyakan pendapat mereka, apakah musik sungguh bisa menghibur? Seperti pendapat Hyun Ho barusan, di saat kita sangat menderita dan sedih, bukankah kata-kata lebih menghibur daripada musik.

 

“Tapi tetap saja bukankah kita harus memercayainya? Bahwa musik bisa menghibur. Karena kita semua orang yang memilih untuk bermain musik,” pendapat Song Ah.

Pendapat yang membuat semuanya terdiam seolah merenungkan.

--

 

Makan malam sudah selesai. Hyun Ho pulang bersama Jung Kyung. Joon Young pulang sendiri. Sementara Dong Yun mengajak Song Ah ke tempatnya karna dia sudah selesai memperbaiki violin Song Ah yang rusak waktu itu (episode 03).

Song Ah beneran nggak tahu apa yang terjadi antara Dong Yun dan Min Seong, sehingga dia menanyakan kabar Min Seong pada Dong Yun. Dia juga mengungkapkan rasa khawatirnya karna saat di telepon kemarin, Min Seong tampak sakit. Apa di hari Min Seong mengajaknya minum bersama dan dia tidak bisa, mereka minum berdua? Apa mereka minum hingga sangat mabuk sampai Min Seong mengalami pengar?

 

Dong Yun sangat cemas Song Ah tahu yang terjadi. Dia menjawab dengan berbohong kalau mereka hanya minum sedikit. Sikapnya sangat kaku dan gugup, tapi Song Ah tidak menyadarinya sama sekali.

--

Ny. Na menemui Joon Young. Dia menanyakan rencana Joon Young. Joon Young memberitahu kalau dia akan kembali kuliah dan lulus. Ny. Na kemudian menanyakan, apakah Joon Young punya pacar? Ada wanita yang di sukai? Joon Young tersenyum dan menjawab tidak.

--

 

Dalam perjalanan ke kantor, Song Ah mendapat pesan dari temannya yang mengucapkan ulang tahun padanya. Hati Song Ah jadi senang saat mendapat pesan itu, apalagi teman-temannya mengajak untuk merayakannya di restoran Dong Yun.

 

Joon Young yang kebetulan lewat dan menyapanya, melihat Song Ah yang tersenyum bahagia membaca pesan. Song Ah memberitahu kalau itu pesan dari temannya.

“Itu Dong Yun?” tanya Joon Young.

“Apa? Bukan. Kenapa kamu tiba-tiba menanyakan Dong Yun?”

“Satu-satunya temanmu yang kukenal adalah Dong Yun.”

“Aku juga punya teman lain. Tapi aku paling dekat dengan CEO Yoon. Dia mengajariku untuk ujian masuk universitas.”

Karna sudah tidak ada lagi yang mau di bicarakan atau di bincangkan, maka mereka saling pamitan.

--

 

Semua team sedang rapat. Seung Jae memberitahu kalau Kyunghoo Credit Card ingin memandu konser gelar wicara dengan Joon Young di SMP Seni Hanguk. Young In tidak suka dengan rencana acara itu. Dia lebih setuju mereka meminta Joon Young bermain daripada melakukan konser gelar  wicara.

“Begini, anak-anak klien sudah sering menghadiri konser Pak Park. Sejujurnya, kini tiket konsernya lebih mudah didapatkan daripada beberapa tahun lalu. Jadi, meski kita menggelar konser privat untuk mereka, itu kurang efektif. Karena belakangan ini, Seung Ji Min lebih populer,” jelas Seung Jae. “Joon Young bahkan tidak punya piano, Sampai-sampai Direktur Noh mengiriminya piano putrinya. Ada banyak hal yang bisa dia bicarakan.”

“Piano di ruang tamu?” tanya Da Woon, penasaran.

“Ya, yang itu. Itulah yang membuat Joon Young menonjol. Seung Ji Min mengalahkannya di hampir semua hal lainnya. Itulah kenyataannya. Orang lain ingin menjual apa saja demi ketenaran. Dia hanya perlu menjual dirinya. Mudah, bukan? Seorang ayah yang selalu punya masalah seputar uang. Seorang ibu yang melunasi utangnya dengan uang kompetisinya. Dia mengatasi masa lalu itu...”

“Masalahnya, itu bukan masa lalu. Itu masih berlangsung,” potong Young In, menghentikan omong kosong Seung Jae. “Katakan kita tidak akan melakukannya,” putuskan Young In.

“Dia hanya perlu bicara...,” Seung Jae masih berusaha membujuk.

"Sekarang masa rehat Pak Park (Joon Young), dan selama satu tahun, selain pesta hari jadi yayasan, dia tidak akan menghadiri acara resmi apa pun.",” ujar Young In, menegaskan keputusannya.

 

D O    Y O U    L I K E    B R A H M S ?

 

 

Post a Comment

Previous Post Next Post