Sinopsis K-Drama : Do You Like Brahms? Episode 14

 

Sinopsis K-Drama : Do You Like Brahms? Episode 14

Images by : SBS


Dong Yun mendapat telepon dari Eun Ji yang menelpon untuk menanyakan dimana dia membeli kue ulang tahun Song Ah waktu itu. Dia mau beli karna rasanya sangat enak. Dong Yun memberi tahu kalau dia membelinya dari toko di Jamsil, tapi harus memesan seminggu sebelumnya. Mendengar harus menunggu seminggu, Eun Ji memilih membeli kue di toko biasa saja.

Ah, btw, mengenai kencan buta yang waktu itu di tawarkannya, temannya bilang dia punya waktu minggu ini. Dong Yun awalnya bingung, tapi pas udah ngerti dan mau nolak, Eun Ji malah langsung mematikan telepon.

Karna Eun Ji menelpon, Dong Yun jadi teringat kejadian di hari ulang tahun Song Ah waktu itu.


Flashback

Di saat Song Ah mengucapkan tanpa suara “gomawo” pada Joon Young, Dong Yun ternyata melihat hal tersebut. Dia juga melihat sneyum malu Joon Young.

End


Dong Yun tampaknya memikirkan kedekatan Song Ah dan Joon Young.

--


Esok hari,

Min Seong dan Song Ah bertemu. Min Seong menceritakan mengenai kekesalannya karna Eun Ji akan mengaturkan kencan buta untuk Dong Yun. Dia bercerita, tapi Song Ah tidak fokus mendengarkan. Awalnya, Min Seong sok merajuk karna Song Ah tidak mendengarkannya, tapi kemudian dia menjadi khawatir karna wajah Song Ah tampak lesu dan sedih.

Karna Min Seong memaksanya bercerita, Song Ah pun akhirnya jujur.


“Ada seseorang yang ku suka,” jujur Song Ah.

“Orang yang kau suka? Siapa? Aku kenal?”

“Park Joon Young.”

“Pianis Park Joon Young?” ulang Min Seong. Terkejut.

“Ya.”

“Terus, Joon Young sudah tahu kau menyukainya?”

“Tentu dia tahu. Aku sudah menyatakan perasaan.”


Min Seong tambah kaget. Dia tidak menyangka Song Ah bisa duluan menyatakan perasaan. Lalu, apa yang Joon Young katakan?

“Dia memintaku menunggu. Tapi… kayaknya dia tidak akan datang padaku. Jika dia mau, dia pasti sudah melakukannya.”

Jawaban Song Ah yang sedih, tentu membuat Min Seong ikutan sedih.

--


Karna masalah kemarin, Song Ah pun menghindari Joon Young. Joon Youn juga tidak tahu harus bagaimana sehingga dia membiarkan Song Ah menghindarinya.

--



Malam hari,

Begitu kembali ke apartemennya, Joon Young menelpon Young In untuk menanyakan keadaan Ny. Na. Saat tahu Ny. Na sudah lebiih membaik, Joon Young sangat lega. Tapi, ketika Young In menyuruhnya untuk datang menjenguk, Joon Young menolak dan berkata akan datang lain kali saja.

--


Young In menemui Ny. Na dan memberitahu masalah Chris yang ingin mencabut hak manajemen Joon Young di Korea dari Yayasan Kyunghoo. Dia sudah mencoba membujuk Chris, tapi Chris sangat ngotot pas dia menelpon.

“Apa yang Joon Young katakan?” tanya Ny. Na.


“Aku  belum membicarakan masalah ini padanya. Aku tadi bicara sebentar dengannya di telepon, tapi dia tidak menyebutkannya, jadi kurasa dia belum tahu.”

Ny. Na kemudian membahas topik lain. Mengenai Joon Young yang kembali belajar dengan prof. Yoo. Ny. Na takut kalau Young In merasa canggung dengan prof. Yoo karna mereka dulu pacaran. Young In tersenyum dan berujar kalau semua itu hanyalah masa lalu.


“Saat dewasa, cinta bukan lagi masalah besar,” ujar Ny. Na. “Banyak yang harus kita lakukan dalam hidup, bukannya tersesat dalam cinta. Tapi siapa yang tahu itu ketika mereka masih muda?”

“Aku juga seperti itu.”


“Makanya… aku sengaja menyakiti orang,” ujar Ny. Na, teringat kejamnya dia pada Joon Young dan Hyun Ho. “Apa mereka akan mengerti seiring berjalannya waktu? Sekarang, cinta adalah segalanya bagi mereka, makanya mereka menyalahkanku. Aku menyakiti perasaan mereka. Tapi nanti… tidak, meski mereka tidak mengerti, biarkan saja. Tapi… itu membuatku merasa tidak enak. Astaga, aku juga ingin di kenang sebagai orang yang baik oleh semua orang.”

“Anda sudah menjadi orang baik bagi banyak orang,” ujar Young In, serius.

Ucapannya bisa membuat Ny. Na sedikit tersenyum.

--


Kakak Song Ah yang baru pulang kerja, curhat pada ibunya mengenai masalah kerjannya. Ini mengenai bosnya yang menyuruhnya menunggu dan bilang akan memberikan kasus itu padanya. Tapi, setelah dia menunggu, kasus itu malah menjadi milik Bu Jang. Dia sangat kesal dan ingin bicara dengan bosnya. Dia mau menangani kasus itu.

“Kau harus pandai menahan amarahmu,” nasehat Ibu. “Bagaimana bisa kau berbeda dengan adikmu (Song Ah)?”

“Emang kenapa? Apa ibu mau aku jadi lemah sepertinya?!” teriak Kakak Song Ah.



Song Ah yang hanya sedang mengambil minum, jadi kesal karna kakaknya melampiaskan kekesalan padanya. Tapi, tidak ada satupun yang mendengarkan protesnya. Ayah bahkan memberi tanda agar Song Ah masuk dulu ke kamar.

--


Hae Na sedang kencan dengan pacarnya, Seung Woo. Di saat dia sedang kencan, ibunya malah menelpon menyuruhnya untuk pulang dan latihan violin. Hae Na sangat kesal hingga berteriak meminta ibunya berhenti membicarakan masuk ke Juilliard.


Dan ternyata… Seung Woo tidak tahu kalau Hae Na akan melamar ke Juilliard. Makanya, saat dia menemukan paket formulir Hae Na untuk melanjutkan kuliah ke Juilliard, dia marah.

--



Song Ah berlatih violin kembali tidur. Ayah masuk ke kamarnya dan mengajaknya berbincang. Dia meminta Song Ah untuk tidak mempedulikan perkataan kakaknya tadi. Dia juga sudah menegur kakak tadi.

“Ayah. Jika seseorang hanya menunggu dan tidak melakukan apa-apa, apa orang akan berpikir dia menyebalkan?”


“Ayah juga pandai menunggu. Menunggu bus, kereta bawah tanah, dan menunggu makanan di restoran,” jawab Ayah. “Song Ah, ayah menunggu untuk melihat bagaimana kau akan menemukan kebahagiaanmu. Tidak peduli jalan apa yang kau tempuh, ayah akan percaya kau akan menemukan jalan yang membuatmu paling bahagia.”


Jawaban Ayah atas pertanyaannya, membuat hati Song Ah merasa tenang dan hangat. Dia terharu dan juga bahagia atas dukungan ayah.


Ayah kemudian mengalihkan topik dengan melihat-lihat CD yang Song Ah miliki. CD milik Joon Young menarik perhatiannya karna ada tulisan ‘To Violinis : Chae Song Ah.”

“Dia orang baik,” ujar Ayah, menebak kepribadian Joon Young.


“Ya. Dia orang yang baik.”

--



Joon Young berlatih seorang diri. Tapi, entah kenapa, dia tidak bisa mendapatkan feel-nya. Dan dengan saputangannya, seperti kebiasaan, dia menyeka tuts pianonya. Detik itu juga, dia baru menyadari alasan Song Ah merasa sedih saat dia menyodorkan sapu tangan untuk mengelap tangan Song Ah yang ketumpahan lelehan ice cream.

--



Hubungan Jung Kyung dan ayahnya tampak tidak dekat. Tampak dari cara mereka berbincang. Bahkan saat Jung Kyung memberithau dia putus dengan Hyun Ho, ayah menampakan ekspresi datar.

“Jung Kyung, seiring berjalannya waktu, kau cenderung mengingat saat kau menyakiti seseorang daripada saat seseorang menyakitimu,” nasehat ayah. “Jadi, jangan… menyakiti seseorang terlalu dalam.”


Nasehat ayah itu seolah menjadi tamparan bagi Jung Kyung. Dia jadi tersadar betapa kasarnya dia pada Hyun Ho.

--


Hyun Ho bekerja sambilan mengajari cello pada seorang siswi SMA yang ingin masuk universitas Seoryeong. Dan kebetulannya, hari ini adalah hari gajiannya. Begitu selesai mengajar dan menerima gaji, Hyun Ho langsung pulang.


Hubungan Hyun Ho dengan kedua orangtuanya dekat. Mereka bisa saling bercanda. Ibu Hyun Ho juga dekat dengan Joon Young karna mereka menyuruh Hyun Ho menelpon Joon Young untuk datang dan makan malam bersama. Ayah sampai berkomentar kalau ibu tidak pernah mengundang Jung Kyung.


Ibu ternyata merasa segan mengundang Jung Kyung karna Jung Kyung kan belum menikah dengan Hyun Ho. Dan juga, sepertinya Jung Kyung tidak akan suka makanan rumahan seperti mereka.

Hyun Ho tidak ingin terlibat dalam pembicaraan, jadi dia pamit pulang duluan dengan alasan lelah sudah mengajar tiga kali seharian ini.

--


Jung Kyung ternyata sudah menunggu Hyun Ho di dekat rumahnya. Awalnya, Hyun Ho mengajak Jung Kyung untuk ke rumahnya bicara, tapi kemudian mengurungkan niatnya. Dia menyuruh Jung Kyung memberitahu langsung saja tujuannya datang.

“Maafkan aku,” ujar Jung Kyung, masih dengan wajah dinginnya.


“Untuk apa?”


“Aku berbohong mengenai aku tidur dengan Joon Young.”


“Apa itu begitu penting hingga kau kemari? Kau bilang… fakta bahwa kau mengatakan itu… menunjukkan bagaimana perasaanmu,” ujar Hyun Ho, tersenyum tapi kita bisa tahu kalau hatinya sangat terluka. “Kau tahu kenapa aku mendaftar di Universitas Seoryeong? Karna aku harus melakukan sesuatu. Lulus dengan predikat summa cum laude dari Universitas Seoryeong dan PhD dari Indiana, tidak ada artinya. Ada banyak pemain cello sepertiku di Korea. Aku tidak begitu kaya. Aku harus melakukan apapun yang ku bisa untuk bertahan hidup.”


“Hyun Ho…”


“Alasan kedua adalah…,” potongnya, “Kau… aku mau selevel denganmu. Aku tidak mau mempermalukanmu. Aku mau jadi seseorang yang pantas… dan cocok untuk berdiri di sampingmu. Itulah usaha dan cintaku padamu. Sekarang tidak ada artinya kan?” ujarnya, tersenyum getir. “Selamat tinggal. Dan jangan ke sini lagi.”


Usai mengatakan itu, Hyun Ho berbalik pergi, meninggalkan Jung Kyung. Walau Jung Kyung menangis, dia tidak membalikan tubuhnya.


Tapi, begitu tiba, di rumahnya, di dalam kamarnya, Hyun Ho menangis penuh kepedihan. Cinta yang selama ini di lindunginya dan di perjuanginya, lenyap.


Jung Kyung masih ada di tempat tadi. Menangis terisak-isak. (Percuma. Dia sudah menyakiti perasaan orang. Walau mau putus, seharusnya dia mengatakannya dengan baik, bukannya seperti ini. Dia terlalu menganggap sepele hubungannya selama 10 tahun dengan Hyun Ho).

--



Esok hari,

Song Ah kembali latihan di hadapan prof. Lee. Ah, dan tampaknya Prof. Lee tidak mendengarkan dengan serius. Saat Song Ah mau bertanya mengenai not, Prof. Lee malah sibuk menelpon.

--


Joon Young sudah selesai latihan. Sebelum dia keluar dari ruangan prof. Yoo, prof. Yoo menanyakan mengenai kabar Joon Young yang sedang dekat dengan seorang violin wanita. Dia dengar gadis itu melakukan apapun untuk mendekati Joon Young.

“Dia tidak seperti itu,” sangkal Joon Young dengan tegas.


“Jangan serius begitu,” balas Prof. Yoo. “Apa kau punya pacar? Dunia musik jauh lebih kecil daripada yang kau pikirkan. Orang-orang suka berbicara tentang bagaimana kau pacaran kemudian putus. Gosip itu berlangsung lama. Jika kau punya pacar, rahasiakan demi gadis itu.”

--


Ah, tampaknya, tujuan Prof. Lee menjadikan Song Ah di pihaknya adalah untuk membantunya untuk membuat kelompok Chamber. Dia beneran muka dua, deh. Apalagi pas Joon Young kebetulan lewat, dia langsung manggil dengan sangat ramah dan menggoda hubungannya dengan Song Ah. Dia blak-blakan memberitahu gosip kalau mereka pacaran.


“Tidak,” sangkal keduanya bersamaan.

“Tidak? Semua profesor tahu,” ujar Prof. Lee. “Song Ah. Tak satupun dari profesor tahu siapa kamu..”

“Tidak,” potong Joon Young. “Itu tidak benar.”


“Kalau tidak benar, ya sudah. Tidak perlu terlalu serius. Kamu mempermalukanku,” ujar Prof. Lee, merasa malu.

“Maaf. Tapi, rumor itu tidak benar.”

“Baik. Aku mengerti,” ujar Prof. Lee, canggung.

Bukan hanya prof. Lee, Song Ah pun merasa sakit hati karna Joon Young begitu kuat menyangkal hubungan mereka. Prof. Lee udah mau pergi, tapi dia malah mendapat telepon dari Hae Na. Dan udah siap telepon, prof. Lee meminta Song Ah untuk pergi ke kelas master. Awalnya, Prof. Lee menyuruh Hae Na ke sana, tapi Hae Na menelpon tidak bisa.


“Song Ah. Kamu mau mengambil kelas master? Aku meminta Hae Na mengambilnya, tapi dia sakit. Kelasnya akan segera dimulai. Jika tidak ada kelas kuliah, kamu mau ikut? Dapatkan pelajaran privat untuk ujian masukmu. Kamu akan diajari oleh kandidat profesor. Namanya Lee Jung Kyung. Kamu tidak harus ikut.”

“Aku akan pergi,” ujar Song Ah. “Aku mau les privat.”


Joon Young tampak kaget, tidak menyangka Song Ah akan menerima.

--


Jung Kyung bertemu dengan prof. Song untuk mendengarkan sarannya.


“Kamu akan lulus kelas master selama kamu tidak mengacau. Yang penting adalah resitalnya. Kamu harus mencetak banyak poin untuk itu. Jadi, carilah pianis hebat yang bisa mengiringimu,” saran prof. Song.

--



Joon Young mengajak Song Ah bicara. Dia menanyakan keputusan Song Ah, bukankah Song Ah nantinya akan merasa tidak nyaman di dekat Jung Kyung?

“Tidak nyaman.  Tapi… perasaanku padamu memang penting, tapi aku punya hal lain yang ku suka dan ingin jadi hebat untuk itu. Sekarang, bagiku, masuk pascasarjana yang terpenting. Aku tidak mau kehilangan kesempatan dimana aku bisa belajar sesuatu yang baru hanya karna perasaanku.”

Joon Young mengerti dengan penjelasan Song Ah. Jadi, dia tidak berkomentar apapun. Song Ah juga pamit pergi duluan.


“Rumor yang di katakan profesor tadi, aku bingung darimana itu berasal,” ujar Song Ah, sebelum pergi. “Tapi, aku kesal. Mendengar kau menyangkalnya sangat kuat di depanku… itu mengecewakan.”


“Aku mengatakannya karenamu. Jika seandainya rumor itu beredar di sekitarmu, aku mengkhawatirkanmu,” jujur Joon Young.

“Jangan bicara begitu. Meskipun mungkin kau hanya mengatakannya, tapi setiap kata yang kau katakan dan setiap hal kecil yang kau lakukan, mempengaruhiku. Dan sekarang, aku tidak mau merasa seperti itu lagi.”


Pembicaraan mereka terhenti mendadak karna Jung Kyung tiba-tiba muncul, padahal masih ada yang ingin Joon Young katakan pada Song Ah. Dan tanpa tahu malunya, Jung Kyung langsung menghampiri Joon Young dan mengajaknya bicara, tanpa mempedulikan Song Ah. Song Ah yang sadar diri, langsung pergi.

“Mainkan piano di pertunjukkanku,” perintah Jung Kyung.


“Tidak mau!” tegas Joon Young.


Jawaban itu terdengar jelas oleh Song Ah.


“Aku tidak akan bermain untukmu,” ujar Joon Young penuh penekanan pada Jung Kyung.


Song Ah mendengar jelas ucapannya tersebut.

D O    Y O U    L I K E    B R A H M S ?


Post a Comment

Previous Post Next Post