Images by : SBS
Dong
Yun mendapat telepon dari Eun Ji yang menelpon untuk menanyakan dimana dia
membeli kue ulang tahun Song Ah waktu itu. Dia mau beli karna rasanya sangat
enak. Dong Yun memberi tahu kalau dia membelinya dari toko di Jamsil, tapi
harus memesan seminggu sebelumnya. Mendengar harus menunggu seminggu, Eun Ji
memilih membeli kue di toko biasa saja.
Ah,
btw, mengenai kencan buta yang waktu itu di tawarkannya, temannya bilang dia
punya waktu minggu ini. Dong Yun awalnya bingung, tapi pas udah ngerti dan mau
nolak, Eun Ji malah langsung mematikan telepon.
Karna
Eun Ji menelpon, Dong Yun jadi teringat kejadian di hari ulang tahun Song Ah
waktu itu.
Flashback
Di saat Song Ah mengucapkan tanpa suara
“gomawo” pada Joon Young, Dong Yun ternyata melihat hal tersebut. Dia juga
melihat sneyum malu Joon Young.
End
Dong
Yun tampaknya memikirkan kedekatan Song Ah dan Joon Young.
--
Esok
hari,
Min
Seong dan Song Ah bertemu. Min Seong menceritakan mengenai kekesalannya karna
Eun Ji akan mengaturkan kencan buta untuk Dong Yun. Dia bercerita, tapi Song Ah
tidak fokus mendengarkan. Awalnya, Min Seong sok merajuk karna Song Ah tidak
mendengarkannya, tapi kemudian dia menjadi khawatir karna wajah Song Ah tampak
lesu dan sedih.
Karna
Min Seong memaksanya bercerita, Song Ah pun akhirnya jujur.
“Ada
seseorang yang ku suka,” jujur Song Ah.
“Orang
yang kau suka? Siapa? Aku kenal?”
“Park
Joon Young.”
“Pianis
Park Joon Young?” ulang Min Seong. Terkejut.
“Ya.”
“Terus,
Joon Young sudah tahu kau menyukainya?”
“Tentu
dia tahu. Aku sudah menyatakan perasaan.”
Min
Seong tambah kaget. Dia tidak menyangka Song Ah bisa duluan menyatakan
perasaan. Lalu, apa yang Joon Young katakan?
“Dia
memintaku menunggu. Tapi… kayaknya dia tidak akan datang padaku. Jika dia mau,
dia pasti sudah melakukannya.”
Jawaban
Song Ah yang sedih, tentu membuat Min Seong ikutan sedih.
--
Karna
masalah kemarin, Song Ah pun menghindari Joon Young. Joon Youn juga tidak tahu
harus bagaimana sehingga dia membiarkan Song Ah menghindarinya.
--
Malam
hari,
Begitu
kembali ke apartemennya, Joon Young menelpon Young In untuk menanyakan keadaan
Ny. Na. Saat tahu Ny. Na sudah lebiih membaik, Joon Young sangat lega. Tapi,
ketika Young In menyuruhnya untuk datang menjenguk, Joon Young menolak dan
berkata akan datang lain kali saja.
--
Young
In menemui Ny. Na dan memberitahu masalah Chris yang ingin mencabut hak
manajemen Joon Young di Korea dari Yayasan Kyunghoo. Dia sudah mencoba membujuk
Chris, tapi Chris sangat ngotot pas dia menelpon.
“Apa
yang Joon Young katakan?” tanya Ny. Na.
“Aku belum membicarakan masalah ini padanya. Aku
tadi bicara sebentar dengannya di telepon, tapi dia tidak menyebutkannya, jadi
kurasa dia belum tahu.”
Ny.
Na kemudian membahas topik lain. Mengenai Joon Young yang kembali belajar
dengan prof. Yoo. Ny. Na takut kalau Young In merasa canggung dengan prof. Yoo
karna mereka dulu pacaran. Young In tersenyum dan berujar kalau semua itu
hanyalah masa lalu.
“Saat
dewasa, cinta bukan lagi masalah besar,” ujar Ny. Na. “Banyak yang harus kita
lakukan dalam hidup, bukannya tersesat dalam cinta. Tapi siapa yang tahu itu
ketika mereka masih muda?”
“Aku
juga seperti itu.”
“Makanya…
aku sengaja menyakiti orang,” ujar Ny. Na, teringat kejamnya dia pada Joon
Young dan Hyun Ho. “Apa mereka akan mengerti seiring berjalannya waktu?
Sekarang, cinta adalah segalanya bagi mereka, makanya mereka menyalahkanku. Aku
menyakiti perasaan mereka. Tapi nanti… tidak, meski mereka tidak mengerti,
biarkan saja. Tapi… itu membuatku merasa tidak enak. Astaga, aku juga ingin di
kenang sebagai orang yang baik oleh semua orang.”
“Anda
sudah menjadi orang baik bagi banyak orang,” ujar Young In, serius.
Ucapannya
bisa membuat Ny. Na sedikit tersenyum.
--
Kakak
Song Ah yang baru pulang kerja, curhat pada ibunya mengenai masalah kerjannya.
Ini mengenai bosnya yang menyuruhnya menunggu dan bilang akan memberikan kasus
itu padanya. Tapi, setelah dia menunggu, kasus itu malah menjadi milik Bu Jang.
Dia sangat kesal dan ingin bicara dengan bosnya. Dia mau menangani kasus itu.
“Kau
harus pandai menahan amarahmu,” nasehat Ibu. “Bagaimana bisa kau berbeda dengan
adikmu (Song Ah)?”
“Emang
kenapa? Apa ibu mau aku jadi lemah sepertinya?!” teriak Kakak Song Ah.
Song
Ah yang hanya sedang mengambil minum, jadi kesal karna kakaknya melampiaskan
kekesalan padanya. Tapi, tidak ada satupun yang mendengarkan protesnya. Ayah
bahkan memberi tanda agar Song Ah masuk dulu ke kamar.
--
Hae
Na sedang kencan dengan pacarnya, Seung Woo. Di saat dia sedang kencan, ibunya
malah menelpon menyuruhnya untuk pulang dan latihan violin. Hae Na sangat kesal
hingga berteriak meminta ibunya berhenti membicarakan masuk ke Juilliard.
Dan
ternyata… Seung Woo tidak tahu kalau Hae Na akan melamar ke Juilliard. Makanya,
saat dia menemukan paket formulir Hae Na untuk melanjutkan kuliah ke Juilliard,
dia marah.
--
Song
Ah berlatih violin kembali tidur. Ayah masuk ke kamarnya dan mengajaknya
berbincang. Dia meminta Song Ah untuk tidak mempedulikan perkataan kakaknya
tadi. Dia juga sudah menegur kakak tadi.
“Ayah.
Jika seseorang hanya menunggu dan tidak melakukan apa-apa, apa orang akan
berpikir dia menyebalkan?”
“Ayah
juga pandai menunggu. Menunggu bus, kereta bawah tanah, dan menunggu makanan di
restoran,” jawab Ayah. “Song Ah, ayah menunggu untuk melihat bagaimana kau akan
menemukan kebahagiaanmu. Tidak peduli jalan apa yang kau tempuh, ayah akan
percaya kau akan menemukan jalan yang membuatmu paling bahagia.”
Jawaban
Ayah atas pertanyaannya, membuat hati Song Ah merasa tenang dan hangat. Dia
terharu dan juga bahagia atas dukungan ayah.
Ayah
kemudian mengalihkan topik dengan melihat-lihat CD yang Song Ah miliki. CD
milik Joon Young menarik perhatiannya karna ada tulisan ‘To Violinis : Chae
Song Ah.”
“Dia
orang baik,” ujar Ayah, menebak kepribadian Joon Young.
“Ya.
Dia orang yang baik.”
--
Joon
Young berlatih seorang diri. Tapi, entah kenapa, dia tidak bisa mendapatkan feel-nya. Dan dengan saputangannya, seperti
kebiasaan, dia menyeka tuts pianonya. Detik itu juga, dia baru menyadari alasan
Song Ah merasa sedih saat dia menyodorkan sapu tangan untuk mengelap tangan
Song Ah yang ketumpahan lelehan ice cream.
--
Hubungan
Jung Kyung dan ayahnya tampak tidak dekat. Tampak dari cara mereka berbincang.
Bahkan saat Jung Kyung memberithau dia putus dengan Hyun Ho, ayah menampakan
ekspresi datar.
“Jung
Kyung, seiring berjalannya waktu, kau cenderung mengingat saat kau menyakiti
seseorang daripada saat seseorang menyakitimu,” nasehat ayah. “Jadi, jangan…
menyakiti seseorang terlalu dalam.”
Nasehat
ayah itu seolah menjadi tamparan bagi Jung Kyung. Dia jadi tersadar betapa
kasarnya dia pada Hyun Ho.
--
Hyun
Ho bekerja sambilan mengajari cello pada seorang siswi SMA yang ingin masuk
universitas Seoryeong. Dan kebetulannya, hari ini adalah hari gajiannya. Begitu
selesai mengajar dan menerima gaji, Hyun Ho langsung pulang.
Hubungan
Hyun Ho dengan kedua orangtuanya dekat. Mereka bisa saling bercanda. Ibu Hyun
Ho juga dekat dengan Joon Young karna mereka menyuruh Hyun Ho menelpon Joon
Young untuk datang dan makan malam bersama. Ayah sampai berkomentar kalau ibu
tidak pernah mengundang Jung Kyung.
Ibu
ternyata merasa segan mengundang Jung Kyung karna Jung Kyung kan belum menikah
dengan Hyun Ho. Dan juga, sepertinya Jung Kyung tidak akan suka makanan rumahan
seperti mereka.
Hyun
Ho tidak ingin terlibat dalam pembicaraan, jadi dia pamit pulang duluan dengan
alasan lelah sudah mengajar tiga kali seharian ini.
--
Jung
Kyung ternyata sudah menunggu Hyun Ho di dekat rumahnya. Awalnya, Hyun Ho
mengajak Jung Kyung untuk ke rumahnya bicara, tapi kemudian mengurungkan
niatnya. Dia menyuruh Jung Kyung memberitahu langsung saja tujuannya datang.
“Maafkan
aku,” ujar Jung Kyung, masih dengan wajah dinginnya.
“Untuk
apa?”
“Aku
berbohong mengenai aku tidur dengan Joon Young.”
“Apa
itu begitu penting hingga kau kemari? Kau bilang… fakta bahwa kau mengatakan
itu… menunjukkan bagaimana perasaanmu,” ujar Hyun Ho, tersenyum tapi kita bisa
tahu kalau hatinya sangat terluka. “Kau tahu kenapa aku mendaftar di
Universitas Seoryeong? Karna aku harus melakukan sesuatu. Lulus dengan predikat
summa cum laude dari Universitas
Seoryeong dan PhD dari Indiana, tidak ada artinya. Ada banyak pemain cello
sepertiku di Korea. Aku tidak begitu kaya. Aku harus melakukan apapun yang ku
bisa untuk bertahan hidup.”
“Hyun
Ho…”
“Alasan
kedua adalah…,” potongnya, “Kau… aku mau selevel denganmu. Aku tidak mau mempermalukanmu.
Aku mau jadi seseorang yang pantas… dan cocok untuk berdiri di sampingmu.
Itulah usaha dan cintaku padamu. Sekarang tidak ada artinya kan?” ujarnya,
tersenyum getir. “Selamat tinggal. Dan jangan ke sini lagi.”
Usai
mengatakan itu, Hyun Ho berbalik pergi, meninggalkan Jung Kyung. Walau Jung
Kyung menangis, dia tidak membalikan tubuhnya.
Tapi,
begitu tiba, di rumahnya, di dalam kamarnya, Hyun Ho menangis penuh kepedihan.
Cinta yang selama ini di lindunginya dan di perjuanginya, lenyap.
Jung
Kyung masih ada di tempat tadi. Menangis terisak-isak. (Percuma. Dia sudah
menyakiti perasaan orang. Walau mau putus, seharusnya dia mengatakannya dengan
baik, bukannya seperti ini. Dia terlalu menganggap sepele hubungannya selama 10
tahun dengan Hyun Ho).
--
Esok
hari,
Song
Ah kembali latihan di hadapan prof. Lee. Ah, dan tampaknya Prof. Lee tidak
mendengarkan dengan serius. Saat Song Ah mau bertanya mengenai not, Prof. Lee
malah sibuk menelpon.
--
Joon
Young sudah selesai latihan. Sebelum dia keluar dari ruangan prof. Yoo, prof.
Yoo menanyakan mengenai kabar Joon Young yang sedang dekat dengan seorang
violin wanita. Dia dengar gadis itu melakukan apapun untuk mendekati Joon
Young.
“Dia
tidak seperti itu,” sangkal Joon Young dengan tegas.
“Jangan
serius begitu,” balas Prof. Yoo. “Apa kau punya pacar? Dunia musik jauh lebih
kecil daripada yang kau pikirkan. Orang-orang suka berbicara tentang bagaimana
kau pacaran kemudian putus. Gosip itu berlangsung lama. Jika kau punya pacar,
rahasiakan demi gadis itu.”
--
Ah,
tampaknya, tujuan Prof. Lee menjadikan Song Ah di pihaknya adalah untuk
membantunya untuk membuat kelompok Chamber. Dia beneran muka dua, deh. Apalagi
pas Joon Young kebetulan lewat, dia langsung manggil dengan sangat ramah dan
menggoda hubungannya dengan Song Ah. Dia blak-blakan memberitahu gosip kalau
mereka pacaran.
“Tidak,”
sangkal keduanya bersamaan.
“Tidak?
Semua profesor tahu,” ujar Prof. Lee. “Song Ah. Tak satupun dari profesor tahu
siapa kamu..”
“Tidak,”
potong Joon Young. “Itu tidak benar.”
“Kalau
tidak benar, ya sudah. Tidak perlu terlalu serius. Kamu mempermalukanku,” ujar
Prof. Lee, merasa malu.
“Maaf.
Tapi, rumor itu tidak benar.”
“Baik.
Aku mengerti,” ujar Prof. Lee, canggung.
Bukan
hanya prof. Lee, Song Ah pun merasa sakit hati karna Joon Young begitu kuat
menyangkal hubungan mereka. Prof. Lee udah mau pergi, tapi dia malah mendapat
telepon dari Hae Na. Dan udah siap telepon, prof. Lee meminta Song Ah untuk
pergi ke kelas master. Awalnya, Prof. Lee menyuruh Hae Na ke sana, tapi Hae Na
menelpon tidak bisa.
“Song
Ah. Kamu mau mengambil kelas master? Aku meminta Hae Na mengambilnya, tapi dia
sakit. Kelasnya akan segera dimulai. Jika tidak ada kelas kuliah, kamu mau
ikut? Dapatkan pelajaran privat untuk ujian masukmu. Kamu akan diajari oleh
kandidat profesor. Namanya Lee Jung Kyung. Kamu tidak harus ikut.”
“Aku
akan pergi,” ujar Song Ah. “Aku mau les privat.”
Joon
Young tampak kaget, tidak menyangka Song Ah akan menerima.
--
Jung
Kyung bertemu dengan prof. Song untuk mendengarkan sarannya.
“Kamu
akan lulus kelas master selama kamu tidak mengacau. Yang penting adalah
resitalnya. Kamu harus mencetak banyak poin untuk itu. Jadi, carilah pianis
hebat yang bisa mengiringimu,” saran prof. Song.
--
Joon
Young mengajak Song Ah bicara. Dia menanyakan keputusan Song Ah, bukankah Song
Ah nantinya akan merasa tidak nyaman di dekat Jung Kyung?
“Tidak
nyaman. Tapi… perasaanku padamu memang
penting, tapi aku punya hal lain yang ku suka dan ingin jadi hebat untuk itu.
Sekarang, bagiku, masuk pascasarjana yang terpenting. Aku tidak mau kehilangan
kesempatan dimana aku bisa belajar sesuatu yang baru hanya karna perasaanku.”
Joon
Young mengerti dengan penjelasan Song Ah. Jadi, dia tidak berkomentar apapun.
Song Ah juga pamit pergi duluan.
“Rumor
yang di katakan profesor tadi, aku bingung darimana itu berasal,” ujar Song Ah,
sebelum pergi. “Tapi, aku kesal. Mendengar kau menyangkalnya sangat kuat di
depanku… itu mengecewakan.”
“Aku
mengatakannya karenamu. Jika seandainya rumor itu beredar di sekitarmu, aku
mengkhawatirkanmu,” jujur Joon Young.
“Jangan
bicara begitu. Meskipun mungkin kau hanya mengatakannya, tapi setiap kata yang
kau katakan dan setiap hal kecil yang kau lakukan, mempengaruhiku. Dan
sekarang, aku tidak mau merasa seperti itu lagi.”
Pembicaraan
mereka terhenti mendadak karna Jung Kyung tiba-tiba muncul, padahal masih ada
yang ingin Joon Young katakan pada Song Ah. Dan tanpa tahu malunya, Jung Kyung
langsung menghampiri Joon Young dan mengajaknya bicara, tanpa mempedulikan Song
Ah. Song Ah yang sadar diri, langsung pergi.
“Mainkan
piano di pertunjukkanku,” perintah Jung Kyung.
“Tidak
mau!” tegas Joon Young.
Jawaban
itu terdengar jelas oleh Song Ah.
“Aku
tidak akan bermain untukmu,” ujar Joon Young penuh penekanan pada Jung Kyung.
Song
Ah mendengar jelas ucapannya tersebut.
D O Y O U
L I K E B R A H M S ?