Sinopsis K-Drama : Do You Like
Brahms? Episode 10
Images by : SBS
Min
Seong dan Dong Yun tampak sama-sama canggung. Min Seong juga tampak bingung
harus memulai darimana.
“Aku
menyukaimu,” ujar Min Seong, menyatakan perasaannya.
Dong
Yun tampak belum siap mendengar pernyataan itu.
--
Hyun
Ho membawa Jung Kyung ke kedai pinggir jalan untuk bicara. Jung Kyung ingin
langsung membahas mengenai kebohongannya waktu itu, bahwa sebenarnya dia datang
ke resital Joon Young di New York. Tapi, baru saja dia hendak membahas, Hyun Ho
sudah memotong ucapannya dengan membicarakan kedai pinggir jalan yang mereka
datangi ini. Ini adalah pertama kalinya Jung Kyung kemari, jadi dia mau tahu
pendapatnya. Bukankah Jung Kyung sering bilang ingin kemari?
“Bukankah
kamu bilang ingin datang ke sini? Tapi tempat ini biasa saja, bukan? Bukankah
situasinya juga begitu? Kamu hanya penasaran. Aku dan kamu... Aku dan kamu
telah bersama untuk waktu yang lama. Itu karena kamu hanya penasaran. Aku
mengerti,” ujar Hyun Ho, berusaha untuk menahan perasaan kecewa dan sedihnya.
“Hyun
Ho.”
“Semuanya
sama,” ujar Hyun Ho, menghentikan Jung Kyung untuk mengatakan apapun. “Begitu
kamu membuat pilihan itu, kamu akan menyesalinya. Itu akan menjadi lebih tidak
nyaman dan kamu tidak akan menyukainya. Jika sangat penasaran, kamu boleh pergi
sebentar lagi. Kamu boleh mencari udara segar. Tapi tolong jangan tinggalkan
aku,” mohonnya.
“Hyun
Ho. Mari kita akhiri sekarang,” putuskan Jung Kyung, dengan berusaha menahan
tangis. “Maafkan aku,” lanjutnya dan langsung pergi begitu saja.
--
Daripada
menjawab pernyataan cinta Min Seong, Dong Yun malah berkata kalau dia akan
berpura-pura tidak mendengar hal tersebut. Hati Min Seong merasa terluka
mendengar ucapannya. Dia marah karena bukannya menolak, Dong Yun malah bilang
akan berpura-pura tidak mendengarnya. Kalau begitu, sekalian saja menganggapnya
tidak pernah kemari!
“Aku
tidak percaya aku menyukai orang sepertimu,” ujar Min Seong, kesal hingga dia
menangis.
--
Begitu
tiba di rumah, Jung Kyung melihat fotonya bersama Joon Young dan Hyun Ho. Kini,
retakan di hubungan mereka muncul. Akankah mereka bisa mengatasi retakan
tersebut?
Biasanya,
Jung Kyung meletakkan foto itu di dalam bag
case violinnya dengan posisi menghadap ke depan bersama foto Ibunya, tapi
kini, dia menghadapkan foto itu membelakangi.
--
Hyun
Ho masih ada di kedai, tidak beranjak sedikitpun.
--
Min
Seong pulang dengan hati terluka setelah pertemuannya dengan Dong Yun tadi.
--
Dong
Yun juga berada di workshop nya dan
tampak merasa bersalah pada Min Seong.
--
Esok
hari,
Para
profesor dan pengajar Violin dari berbagai sekolah, universitas dan lembaga
pendidikan berkumpul dalam rapat umum ke-37 Asosiasi Guru Violin Korea. Salah
satu yang ikut hadir adalah Profesor Lee dan Profesor Song dari Universitas
Seoryeong. Profesor Lee Soo Kyung tampaknya sedikit menyindir Profesor Song
yang masih mengikuti rapat ini padahal sudah pensiun.
--
Da
Woon, Hae Na dan Seung Jae makan siang bersama di sebuah restoran. Mood Seung
Jae tampak buruk setelah menerima pesan undangan orkestra J Chamber. Setiap
tahun, dia selalu saja menerima undangan itu. Bukan hanya dia yang menerimanya
tapi juga Da Woon.
Hae
Na yang mendengarkan, menanyakan apakah itu orkestra dari Profesor Song di
Universitas Seoryeong? Seung Jae membenarkan. Dan karna Hae Na dari universitas
itu juga, Seung Jae memintanya agar mengajukan protes agar mereka berhenti
melakuka J Chamber.
“Murid-murid
Profesor Song mendedikasikan segalanya untuk menjadi anggota orkestra itu. Mereka
setidaknya harus menjadi anggota agar punya koneksi di mana-mana,” beritahu Hae
Na.
“Mereka
bahkan tidak pandai bermain. Kenapa mereka terus melakukannya?” tanya Da Woon,
penasaran. “Kamu tidak tahu kenapa Profesor Song meneruskan J Chamber?”
Jiwa
ghibah Seung Jae jadi terpancing. Dia dengan serius menyuruh Hae Na dan Da Woon
agar mendengarkannya, “Para profesor dari departemen musik harus tampil tiap
tahun alih-alih menulis disertasi. Tapi kebanyakan dari mereka berhenti
berlatih setelah menjadi profesor.”
“Kamu
benar. Penampilan profesor kita sungguh...,” seru Hae Na, setuju.
“Bagaimana
mereka bisa bermain selama 90 menit jika kurang bagus? Tapi tidak akan ada
orkestra yang mengundang. Jadi, itu juga mustahil. Pada akhirnya, mereka harus
memilih musik kamar. Tapi masalahnya, Profesor Song telah menjadi seorang
profesor selama sekitar 30 tahun, bukan? Jadi, dia mungkin belum berlatih
selama 30 tahun. Maka dia tidak bisa bermain di trio ukuran kecil atau kuartet
alat musik gesek. Lalu apa yang tersisa?”
“Kamar,”
jawab Da Woon.
“Jadi,
dia mengumpulkan beberapa muridnya untuk mendirikan kamar musik dan tampil. Jadi,
itu sebenarnya tipu muslihat,” jelas Seung Jae.
Hae
Na berseru kecewa karna itu artinya J Chamber hanya tipuan profesor Song untuk
menyembunyikan kemampuannya bermain alat musik. Da Woon masih kepo, emang ada
yang mau membeli tiket untuk pertunjukan itu? Seung Jae menjawab kalau para
murid terpaksa membelinya karna itu sudah menjadi semacam adat turun temurun.
--
Prof.
Lee dan Prof. Song kembali bertemu di toilet. Hubungan keduanya tampak tidak
akur. Tampak jelas saat prof. Song memberikan tiket undangan orkestra J Chamber
dan meminta prof. Lee untuk datang jika sempat. Prof. Song juga pamer bahwa
murid-muridnya bersemangat untuk mengadakan orkestra ini dan keluarga para
muridnya bahkan berbaris untuk mensponsori mereka.
“Asistenku
sangat becus bekerja. Aku sangat beruntung ada orang-orang hebat di sekitarku,”
ujar Prof. Song, seolah pamer. “Benar juga. Kudengar asistenmu ke luar negeri
untuk mengambil gelar doktor. Kurasa dia pergi karena menginginkan guru lain,”
tanyanya sekaligus menyindir Prof. Lee yang di tinggalkan asisten.
“Ya.
Aku sangat merekomendasikannya. Aku tidak boleh membiarkan orang berbakat
seperti dia berada di negara kecil ini. Itu tidak benar sebagai guru,” balas
Prof. Lee.
Keduanya
tampak tersenyum, tapi jelas saling sindir menyindir. Prof. Song kemudian
memberitahu kalau dia mempunyai seorang murid bernama Lee Jung Kyung yang
adalah putri dari pemilik Grup Kyunghoo. Dan Jung Kyung akan melamar untuk
menggantikan posisinya, jadi dia harap Prof. Lee bisa akur dengannya.
“Lagi
pula, kamu tidak punya kamar yang mau mensponsorimu, tapi tidak ada salahnya
berkenalan dengan keluarganya. Jika tidak punya koneksi, kamu harus mencoba
membuatnya,” nasehat Prof. Song, sarat makna.
Prof
Lee hanya menanggapi dengan senyuman. Pembicaraan mereka berakhir karna Prof.
Song sibuk menyapa para muridnya yang sudah sukses.
--
Min
Seong dan Song Ah makan siang bersama di sebuah café yang cantik. Makanannya
bahkan tampak aestetik. Sambil makan, Min Seong memberitahu Song Ah kalau dia
sudah di tolak sama Dong Yun. Dia kemarin menyatakan perasaan dan di tolak.
Ekspresi
Song Ah menunjukkan kalau dia terkejut.
--
Ji
Won dan ibunya pergi ke workshop Dong
Yun untuk memperbaiki violinnya. Suara violinnya terasa berbeda, tapi mereka
juga tidak tahu apa masalahnya. Dong Yun hanya perlu memeriksa sebentar, dan
dia sudah tahu apa masalahnya. Masalahnya adalah di bagian sound post violin dan dia akan menyesuaikannya agar seimbang
kembali.
Ibu
langsung memarahi Ji Won karna tidak memberitahu lebih awal kalau violinnya
terdengar aneh. Besok sudah audisi, kenapa baru hari ini memberitahu?!
“Instrumen
cenderung tidak terduga. Kamu ikut audisi apa?” tanya Dong Yun, mencairkan
kemarahan Ibu Ji Won.
“Audisi
Seniman Kyunghoo Young.”
“Benarkah?
Aku punya teman baik yang bekerja di sana.”
“Benarkah?
Siapa namanya?” tanya Ibu Ji Won, mulai tertarik.
“Chae
Song Ah.”
Sayangnya,
Ibu Ji Won dan Ji Won tidak pernah mendengar nama itu.
“Dia
sangat cantik. Bisa-bisanya kalian tidak tahu,” ujar Dong Yun, memuji Song Ah.
--
Min
Seong masih merasa sedih dengan penolakan Dong Yun kemarin. Bukan, bukan karna
perasaannya di tolak, tapi karna cara Dong Yun menolaknya. Alih-alih mengatakan
: “Aku tidak menyukaimu. Maafkan aku,” atau “Sebenarnya aku sudah menikah,”
atau alasan lainnya yang pasti banyak, Dong Yun malah memberikan jawaban
terburuk : “Aku akan berpura-pura tidak mendengarnya.”
“Aku
tahu aku jatuh cinta padanya meski dia tidak menyukaiku. Ya. Aku tahu betul
itu. Tapi saat kubilang menyukainya, apakah itu sungguh tidak berarti baginya? Rasanya
sakit, Song Ah. Sakit sekali,” ujar Min Seong, walau tidak menangis, tapi
terdengar sangat sedih.
Bukan
hanya Min Seong yang merasa sedih tapi tidak menangis, Song Ah pun merasakan
hal yang sama. Walau begitu, Song Ah tetap tersenyum di hadapan Min Seong.
--
Malam
hari, di kediaman keluarga Jung Kyung.
Ny.
Na mengajak Jung Kyung bicara. Dia meminta Jung Kyung untuk datang ke rapat
dewan direksi yang akan segera di adakan. Itu karna Jung Kyung juga seorang
direktur, jadi dia mau Jung Kyung melakukan tugasnya.
“Baiklah,”
jawab Jung Kyung.
Ny.
Na tahu kalau Jung Kyung hanya menjawab setengah hati. Jadi, dia menyuruh Jung
Kyung untuk mencari orang lain menggantikannya jika tidak mau. Orang yang juga
bisa membantu ayahnya. (Hm, ini artinya, dia mau Jung Kyung segera menikah. Ini
menurutku ya).
Jung
Kyung tahu arah pembicaraan neneknya, jadi dia langsung memberitahu kalau dia
sudah putus dengan Hyun Ho.
“Kamu
mau pendapatku? Aku ingin bertepuk tangan dengan meriah. Dia bukan jodohmu. Tidak
masalah jika dia tidak punya apa-apa. Tapi dia tidak punya nyali atau
keberanian. Dia terlalu naif, seperti anak anjing. Astaga, tidak ada tempat
bagi orang yang sangat santai,” ujar Ny. Na, mengemukakan pendapatnya mengenai
Hyun Ho.
“Itu
sebabnya aku putus dengannya,” potong Jung Kyung dengan nada kesal. “Nenek
tidak perlu sekasar itu.”
“Kamu
pikir aku hanya membicarakan Hyun Ho sekarang?” ujar Ny. Na balik.
Jung
Kyung terdiam menyadari kalau Ny. Na juga membicarakan Joon Young. Karna dia
tidak mau membahas apapun lagi dengan neneknya, Jung Kyung langsung pergi ke
kamarnya.
--
Joon
Young baru saja mau latihan, tapi ibunya menelpon. Melihat nama “Ibu” tertera
di layar ponsel, sudah membuat Joon Young menghela nafas. Tampaknya, dia lelah.
--
Song
Ah sedang merapikan violinnya dan saat melihat fotonya bersama dengan Dong Yung
dan Min Seong, raut wajahnya berubah. Seolah memikirkan sesuatu.
--
Esok
hari,
Ny.
Na pergi ke minimarket keluarga Hyun Ho, dimana Hyun Ho sedang berjaga. Ny. Na juga sempat melihat cincin yang di kenakan
Hyun Ho, tampaknya, dia tahu kalau itu cincin pasangan.
“Sudah
sepuluh tahun sejak orang tuamu mengelola toko ini, ya?” tanya Ny. Na, memulai
obrolan. “Saat ayahmu bekerja di perusahaan konstruksi kami, kukira kamu akan
meminta Jung Kyung mengatakan hal baik tentangnya.”
“Ayahku
harus mengurus dirinya sendiri,” tanggapi Hyun Ho.
“Begitu
rupanya. Kamu bukan tipe orang yang meminta bantuan. Tapi orang yang bijaksana meminta
bantuan di tempat yang tepat pada saat yang tepat. Mungkin karena aku makin
bijak seiring bertambahnya usia. Aku ingin minta tolong. Ada lowongan kerja
untuk profesor musik di Universitas Seoryeong. Kenapa kamu tidak mendaftar? Posisinya
kosong setelah seorang profesor violin pensiun. Tapi kualifikasinya tidak mesti
pemain violin,” ujar Ny. Na, mulai menunjukkan maksud kedatangannya, meminta
Hyun Ho untuk menjadi profesor di Universtias Seoryeong.
“Tapi
posisi itu harus diberikan kepada Jung Kyung…”
“Jung
Kyung juga ingin menjadi profesor di Universitas Seoryeong,” potong Ny. Na. “Dia
sangat keras kepala, berkata ingin berbuat sesukanya. Tapi semua orang punya
tempat sendiri yang cocok dengan mereka. Dan tempat Jung Kyung bukanlah
profesor, tapi direktur yayasan kami.”
“Tapi
bagaimanapun...”
“Apa?
Kamu tidak memenuhi syarat menjadi profesor Universitas Seoryeong?” tebak Ny.
Na, mengetahui apa yang hendak Hyun Ho katakan.
“Itu
salah satunya.”
“Tidak.
Bakatmu tidak berkaitan. Yang percaya padamu dan mendukungmu. Itu mungkin lebih
penting. Itu bisa menjadi keberuntungan atau kemampuanmu. Kali ini, aku jamin
aku tidak memihak Jung Kyung. Aku memihakmu. Joon Young juga pasti akan
menyukainya. Di usia ini, entah itu teman atau rekan, harus ada keseimbangan tertentu
untuk bisa akur. Jika satu orang sangat sukses atau tertinggal, itu bisa
menyebabkan konflik di antara satu sama lain. Saat kamu masih pelajar, itu
bukan masalah besar, tapi apa yang terjadi setelah kamu dewasa? Salah satu dari
kalian adalah direktur sebuah yayasan dan satunya adalah pianis terkenal di
dunia. Kalau begitu, kamu harus menjadi profesor Universitas Seoryeong agar
bisa mengimbangi mereka,” bujuk Ny. Na.
Yang
berarti maksud dari kalimatnya, Hyun Ho sudah tidak setara lagi dengan Jung Kyung
dan Joon Young. Jadi, agar mereka bisa setara, Hyun Ho harus menjadi profesor
universitas.
--
Young
In menghadiri resital salah seorang yang mendapat beasiswa dari Yayasan
Kyunghoo. Dan tanpa sengaja, dia melihat Prof. Lee. Dengan ramah, Young In
menyapanya. Mereka berbincang sesaat. Young In kemudian membahas apa di kelas
Prof. Lee ada murid bernama Chae Song Ah dan Kim Hae Na? Belum selesai Young In
bertanya, Prof. Lee langsung memotong menanyakan apakah kedua muridnya itu
penerima beasiswa Kyunghoo?
Saat
tahu bukan, prof. Lee malah tampak lega. Dia memberitahu Young In kalau nilai
Hae Na di kelas itu hanya kisaran rata-rata, tapi Song Ah lah yang terburuk di
kelas.
“Mereka
magang di Tim Perencanaan Penampilan Panggung,” beritahu Young In. Dari
ekspresinya, dia tampak tidak suka Profesor Lee merendahkan Song Ah.
“Benarkah?
Aku baru tahu sekarang. Ayah Hae Na adalah dekan dari College of Engineeering. Dia
pintar dan pekerja keras seperti ayahnya, bukan?”
“Ya.
Begitu juga Song Ah,” jawab Young In.
“Song
Ah? Bukankah dia mempelajari bisnis di universitas kita? Dia punya kecerdasan. Dia
hanya tidak bisa memainkan biola.”
“Omong-omong,
Song Ah sangat andal dalam pekerjaannya. Dia cerdas dan punya selera yang bagus,”
ujar Young In, memuji Song Ah.
“Benarkah?
Aku senang dia pandai dalam sesuatu,” tanggapi Prof. Lee. Yang entah kenapa,
bagiku terasa seperti mengejek.
--
Suasana
hati Joon Young sedang buruk sehingga dia memutuskan berjalan-jalan di sekitar
istana. Di suasana hati yang buruk itu, Joon Young teringat akan Song Ah dan
mengiriminya pesan. Song Ah menanggapi pesannya. Dan Joon Young langsung
menelponnya.
Tidak
ada hal penting yang mereka bicarakan, hanya berbincang-bincang singkat saja. Karna
Joon Young bilang dia masih belum pulang dan sedang jalan-jalan saja, Song Ah
menebak kalau Joon Young ke istana. Senyum Joon Young merekah karna Song Ah
menebak dengan benar. Dia sedang ada di Deoksugung Stonewall Walkway. Song Ah
pun terkejut karna tebakannya benar, tapi kenapa Joon Young jalan sendirian di
sana?
“Lalu
aku harus berjalan dengan siapa?” tanya Joon Young, balik. Pertanyaan yang
membuat keduanya jadi canggung.
"Kalau
begitu, hati-hati di jalan,” ujar Song Ah, memecah kecanggungan.
“Song
Ah. Kamu sibuk sepulang kerja besok?”
“Tidak,”
jawab Song Ah dengan cepat. Dan dia menyesal karna menjawab begitu cepat.
“Bagus.
Bagaimana kalau kita makan malam bersama?”
“Baiklah.
Tentu saja.”
“Kalau
begitu, sampai jumpa besok. Tidur yang nyenyak.”
Dan
begitulah pembicaraan keduanya berakhir, dengan senyum yang tertoreh di wajah
keduanya. Senyum malu bahagia.
--
Esok
hari,
Joon
Young pergi ke Bank Suhyun untuk mengajukan pinjaman. Sayangnya, pengajuannya
di tolak karna dia sudah mencapai batas pinjaman dan tidak bisa mengajukan
lagi.
--
Hyun
Ho menerima email balasan atas hasil audisinya di Wilsonville Symphony
Orchestra. Dan hasilnya, dia gagal.
--
Sesuai
janji kemarin malam, Joon Young menjemput Song Ah di kantor. Hanya saling
bertemu saja sudah bisa membuat keduanya tersenyum begitu lebar.
Mereka
makan malam bersama dan saling membahas mengenai aktifitas masing-masing. Joon
Young tidak bercerita banyak, hanya bilang kalau hari ini dia mengurus urusan
pribadi. Usai makan, Joon Young mengajak Song Ah untuk jalan-jalan.
“Ternyata
aku benar,” ujar Joon Young, saat mereka berjalan bersama.
“Tentang
apa?”
“Kupikir
aku akan merasa lebih baik jika menemuimu,” ujar Joon Young, tersenyum.
“Apa
terjadi sesuatu hari ini?”
“Entah
kenapa aku memikirkanmu di saat-saat sulit. Aku pasti merepotkan. Maafkan aku.”
“Tidak
apa-apa. Bagaimanapun, akan lebih baik jika kamu tidak mengalami hari-hari yang
buruk.”
“Kamu
bisa meneleponku saat kamu mengalami hari yang buruk,” ujar Joon Young.
“Lebih
baik aku meneleponmu di hari yang baik.”
“Itu
justru lebih baik. Pastikan untuk menelepon,” tanggapi Joon Young.
Mereka
bahkan membuat pinky promise. Ah,
keduanya menatap dan saling tersenyum. Saat berjalan tangan mereka sedikit
bersentuhan, canggung. Tapi, kemudian mereka tertawa. Begitu manis.
D
O Y O U L I K E
B R A H M S ?