Original Network : OCN
“Drama ini fiksi. Nama, tempat, organisasi, insiden, entitas, dan
pekerjaan tidak terkait kehidupan nyata”
Digedung
apatermen. Ketika Do Won A datang, Seo Kyung langsung melapor kepadanya. Dia
telah menyelidiki keluarga Dokter Seok. Kedua orang tua Dokter Seok sudah mati,
Ibu Seok meninggal karena kecelakaan saat Dokter Seok masih SMP, dan Ayah Seok
meninggal beberapa tahun lalu karena penyakit. Ayah Seok memiliki perusahaan
distribusi, jadi Dokter Seok mewarisi kekayaan yang cukup besar. Dan tidak ada
hal yang aneh dari kematian kedua orang tua Dokter Seok. Juga Dokter Seok tidak
punya saudara, jadi Dokter Seok hanya tinggal sendirian saja.
Setelah
pintu lift terbuka, Do Won A dan Seo Kyung pun langsung masuk ke dalam sana
bersama- sama.
“Ini
bukan salahmu,” kata Do Won A, memulai pembicaraan, saat Seo Kyung sudah
selesai melapor. “Aku tahu kamu tidak baik-baik saja. Aku tahu kamu menyalahkan
diri sendiri,” katanya, perhatian.
“Seharusnya
aku tahu lebih awal. Kalau begitu, ayahmu dan dirimu yang lain tidak akan
dibunuh oleh Seok Min Jun,” balas Seo Kyung, merasa bersalah.
“Aku
akan melakukan apa pun untuk menghentikannya,” kata Do Won A, bertekad. Sambil
menatap Seo Kyung dengan serius. Lalu saat pintu lift terbuka, mereka pun
keluar bersama- sama.
Didalam
apatermen Dokter Seok. Do Won A dan Seo Kyung berusaha mencari alat yang Dokter
Seok gunakan untuk membunuh, yaitu kalung yang dipakai untuk mencekik para
korban.
Seo
Kyung menemukan sebuah kotak kayu kecil di dalam lemari. Dan didalam kotak itu
ada sebuah buku berjudul ‘Pohon Jeruk Manisku’. Dan di salah satu halaman
tertulis. Hanya saja, kamu memiliki iblis di
darahmu. Lalu ada sobekan sebuah foto yang terselip di dalam buku itu.
Didalam foto, tampak Dokter Seok memegang tangan
seseorang, tapi tidak di ketahui siapa orang tersebut. Karena foto tersebut
sobek separuh. Lalu di dekat tiang listrik yang berada di sebelah Dokter Seok,
ada sebuah poster yang bertuliskan Pasar
Innam. Dan Seo Kyung pun merasa heran.
“Ini bukan Kota
Mukyeong. Tapi menurut dokumennya, dia tinggal di Mukyeong seumur hidupnya,” pikir Seo Kyung,
sangat heran.
Do Won A belum bisa menemukan apapun yang bisa di
jadikannya sebagai bukti, kepadahal waktunya tinggal sedikit lagi. Dan diapun
merasa frustasi.
Dikantor. Setiap orang didalam tim melapor kepada
Do Won A. Pertama dari Detektif Woo, dia telah memeriksa seluruh kertas dan
dokumen yang ada di kantor Dokter Seok, tapi yang di dapatkannya hanya rekam
medis para korban. Kedua dari Joon Young, dia menemukan rekaman Sung Wook yang
datang ke kantor Dokter Seok, tapi itu tidak bisa membuktikkan kalau Dokter
Seok ada melakukan kejahatan. Ketiga dari Seo Kyung, dia mendapat kabar dari Jung
Min bahwa pada palu yang menjadi alat pembunuhan, tidak ada ditemukan sidik
jari selain dari Sung Wook dan noda darah para korban. Mendengar itu, Do Won A
merasa stress dan berpikir keras.
“Dia belum mengatakan atau melakukan apa pun sejak
kemarin. Kita tidak bisa menyerah. Kita masih punya satu hari lagi. Mari kita
geledah mobil Seok Min Jun lagi dan memeriksa keberadaannya. Mari kita coba
semua yang kita bisa,” kata Detektif Woo, menyemangati. Dan Seo Kyung serta
Joon Young pun segera mengikutinya.
Do Won A berpikir keras, haruskah dia kembali ke
Dunia A. Yaitu dunia nya sendiri.
Do Won A menemui Seo Kyung dan memperlihatkan surat
tes DNA yang ditemukan dikuku Do Won B serta dupa yang di pegang oleh Dokter
Seok saat di pemakaman. Hanya itulah satu- satunya bukti yang mereka bisa
gunakan saat ini. Dan buktinya adalah dirinya yang lain, yaitu Do Won B.
Do Won A dan Seo Kyung datang bersama ke rumah
sakit untuk mengambil mayat Do Won B. Tapi sebelum mereka masuk ke dalam, Seo
Kyung menghentikan Do Won A dan menanyai, bagaimana dengan Do Won A nantinya.
Jika ini terungkap, maka Do Won A akan menjadi orang mati, dan Do Won A tidak
bisa tinggal di Dunia B ini lagi. Dan mendengar itu, Do Won A hanya diam saja.
“Kamu akan kembali? Ke duniamu sendiri? Pak Seo,” tanya
Seo Kyung, mendesak Do Won A untuk segera menjawab dan memberitahunya.
“Sebenarnya, aku bertemu dengannya saat aku disini.
Aku tidak keberatan meninggalkan duniaku. Melihatnya hidup-hidup... Bahkan jika dia tidak mengingatku, bahkan
jika dia tidak mengenalku, Aku ingin hidup seperti itu di dunia ini, di
sampingnya,” jelas Do Won A, bercerita mengenai Seo Kyung dari Dunia A dan Seo
Kyung dari Dunia B. “Jika aku kehilangan dia lagi karena keserakahanku, aku
tidak akan bisa memaafkan diriku sendiri. Lebih baik aku meninggalkan tempat
ini. Meski aku tidak akan pernah menemuinya lagi,” jelas nya sambil menatap Seo
Kyung dengan tatapan lembut.
Mendengar itu, Seo Kyung sedikit tidak mengerti,
apa yang Do Won A bicarakan, dan siapa yang Do Won A maksud kan.
Ketika Dokter mengeluarkan mayat dari ruangan, Do
Won A dan Seo Kyung merasa sangat terkejut. Karena itu bukanlah mayat Do Won B,
melainkan mayat orang lain.
Didalam penjara, Dokter Seok membaca buku dengan
serius.
Kamu bukan anak nakal. Masalahnya, Iblis
ada di darahmu.
Aku harap hari Natal ini, sang Iblis
pergi.
Sekali saja sebelum aku mati. Aku ingin
Yesus lahir dalam diriku, bukan Iblis.
Apakah pilihan pertamamu adalah jawaban
benar atau salah?
Kuharap kamu benar kali ini.
Do Won A dan Seo Kyung terlambat. Karena mayat Do
Won B yang asli telah di kremasi.
Do Won A merasa sangat stress. Karena bukti
terakhir yang di milikinya sekarang telah menghilang begitu saja. Dan Seo Kyung
mengerti perasaan itu.
Waktu habis. Do Won A membuka borgol ditangan
Dokter Seok dengan kesal. “Kenapa kamu melakukan hal seperti ini?” tanyanya.
“Tidak apa-apa. Ini menyenangkan,” jawab Dokter
Seok sambil tertawa. “Aku bersenang-senang, berkat kamu.”
“Ah, Benar juga. Aku hampir lupa hadiahnya. Karena
ikut serta dalam permainanku, aku menyiapkan sesuatu. Bukan tujuh. Delapan,” kata
Dokter Seok, memberitahu dengan gembira.
“Apa?”
“Ada satu lagi. Aku membunuh wanita lain tiga hari
lalu. Cari dia sebelum jasadnya menghilang selamanya. Kali ini, kamu mungkin
akan menemukannya lebih dahulu,” kata Dokter Seok kepada orang- orang yang
berada di ruangan pengawasan.
Mendengar itu, setiap orang merasa terkejut. Dan
kesal.
Dengan santai, Dokter Seok berjalan keluar dari
ruang Introgasi dan berjalan pergi. Dan Do Won A pun segera mengikuti nya serta
menahan nya di dinding.
“Kamu tahu siapa aku,” tanya Do Won A dengan serius
sambil mengingat perkataan Pria hitam yang menelpon nya di dalam kereta yang
mengatakan padanya bahwa dirinya telah melewati batas. “Itu juga berlaku
untukku. Mungkin terlihat seperti akhirnya, tapi ini belum berakhir,” jelas
nya.
Mendengar perkataan itu, Dokter Seok teringat pada
perkataan terakhir Do Won B yang terdengar sama seperti perkataan Do Won A
sekarang. “Mungkin terlihat seperti
akhirnya, tapi ini belum berakhir.”
“Banyak orang yang kamu bunuh. Lee Jin Sung dan Seo
Kyung. Kamu akan membayar akibatnya,” kata Do Won A, bertekad.
Mendengar kedua nama itu, Dokter Seok langsung
mendorong dan menahan Do Won A di dinding. “Omong kosong apa itu?” tanyanya,
tidak mengerti. “Aku membunuh siapa? Berhentilah membuatku kesal,” tegasnya,
merasa kesal.
Kemudian Dokter Seok melepaskan Do Won A, dan
memperlihatkan cincin yang di bawanya. Dia menyuruh Do Won A untuk menunggu,
karena nanti Do Won A pasti akan melihat cincin ini lagi di jari seseorang yang
sangat dekat dengan Do Won A.
Diruangan. Mi Sook menanyai Do Won A, benarkah ada
satu korban lain lagi. Dan Do Won A menjawab bahwa mereka masih memeriksa hal
tersebut, apakah Dokter Seok berbohong untuk membuat mereka kesal atau Dokter
Seok memang jujur.
“Temukan jasadnya, bagaimanapun caranya. Hanya
dengan begitu kita bisa menangkapnya,” perintah Mi Sook dengan tegas. Lalu dia
menunjukkan surat pengunduran dirinya yang sudah disiapkan nya sedari dulu. Dan
melihat itu, Do Won A merasa terkejut. “Tidak mengejutkan para petinggi mau aku
mati. Aku bukan hanya menangkap orang yang salah 12 tahun lalu, kali ini, si
pembunuh masuk dan aku membiarkannya pergi karena kurangnya bukti. Polisi ingin
mengakhirinya dengan menyalahkan Lee Sung Wook. Temukan dia, bagaimanapun
caranya. Itu pilihan terakhir kita,” jelas nya dengan serius.
Mendengar itu, Do Won A merasa beban nya semakin
berat. Tapi dia tahu, dia harus menemukan bukti untuk bisa menangkap Dokter
Seok.
Mayat kedelapan di letakkan didalam koper. Dan
koper itu di taruh di dalam sebuah gudang tua yang sudah tidak terpakai lagi.
Koper itu tampak seperti menunggu untuk di temukan. Karena dia ditaruh di
tengah ruangan yang terbuka, bukan ditempat yang tersembunyi.
Seo Kyung membaca data para korban. Dan kemudian
dia mengingat konsultasinya bersama dengan Dokter Seok selama ini.
Flash back
Saat konsultasi,
Seo Kyung selalu mengeluhkan kebencian nya terhadap Jae Chul. Dia sangat
membenci Jae Chul. Kemudian Dokter Seok memberitahukan sebuah kalimat dari buku
‘Pohon Jeruk Manisku’.
“Menempatkan
kebencian dan kemarahanmu kepada orang lain adalah mekanisme pertahanan yang
umum. Saat kenangan diciptakan selama masa remaja atau masa kecil, sulit untuk
melarikan diri dari mereka,” kata Dokter Seok.
Flash back end
Mengingat itu, Seo Kyung menatap foto Dokter Seok
sewaktu kecil dulu. “Siapa itu? Siapa
yang membuatmu marah untuk memproyeksikan kemarahanmu kepada para korban?” pikirnya, bertanya- tanya.
Tepat ketika Seo Kyung ingin pulang, Do Won A
kembali ke kantor. Dia menyuruh Seo Kyung untuk jangan pulang dan tetap berada
ditempat yang bisa terlihat oleh nya. Karena Seo Kyung bisa saja menjadi target
Dokter Seok yang selanjutnya.
Mendengar itu, Seo Kyung merasa terkejut dan tidak
menyangka.
“Cara yang menuju kehidupan. Cara yang berujung
kepada kematian,” gumam Dokter Seok sambil menatap cincin nya. Lalu dia menatap
dirinya sendiri di cermin, dan bertanya pada dirinya sendiri. “Kamu akan ke
arah mana?”
Do Won A memandangi foto nya bersama dengan Seo
Kyung sambil berpikir keras. “Dia tahu
aku menyeberang ke dunia ini. Tapi kenapa?”
Setelah cukup lama berpikir, tapi belum juga bisa
menemukan jawabannya. Maka Do Won A pun berhenti berpikir. Dia menyimpan foto
itu ke dalam dompetnya. Lalu dia masuk ke dalam kamar dimana Seo Kyung sedang
beristirahat. Untuk memeriksa, apakah Seo Kyung baik- baik saja dan aman.
Tags:
Train