Sinopsis K-Drama : Do You Like Brahms? Episode 22
Images by : SBS
Joon
Young berbincang dengan Song Ah. Dia membahas mengenai Seung Jae yang tadi
bertemu dengan Song Ah. Apa Seung Jae ada mengatakan sesuatu yang aneh? Dia khawatir
kalau Seung Jae mengatakan sesuatu yang membuat Song Ah kesal.
“Dia
baru saja memberiku nasihat bagus. Dia bilang ada jalan lain yang bisa aku
ambil selain bermain musik. Dia bilang sudah terlambat secara realistis. Orang
lain telah memainkan violin selama 20 tahun, tapi aku bahkan belum memainkan
setengahnya. Dia bilang hampir mustahil bagiku untuk mengejar mereka. Dan aku
bahkan tidak punya bakat untuk mengatasi waktu yang terakumulasi itu. Sebenarnya,
aku merasa hampir menangis, tapi ucapannya benar. Jadi, aku berterima kasih
padanya atas nasihatnya,” cerita Song Ah.
Joon
Young tidak tahu bagaimana harus menghibur Song Ah, selain mengenggam
tangannya. Dia mengenggam tangan Song Ah dengan sangat erat. Dan hal itu sudah
bisa memberikan sedikit kelegaan di hati Song Ah.
--
Sayangnya, begitu tiba di rumah. Dalam keadaan sunyi, Song Ah kembali merasa minder mengenai hubungannya dengan Joon Young. Dia minder pada Jung Kyung yang berbakat dan jauh lebih lama mengenal Joon Young.
Karena
kita terlambat bertemu... Karena aku terlambat memulai... Apakah fakta bahwa
aku menyukainya tidak cukup untuk mengejar waktu yang sudah terakumulasi?
--
Esok
hari,
Prof.
Lee benar-benar kelewatan. Dia membeli sebuah bros secara online dari penjual
di Daejeon, tapi karna takut di tipu, dia ingin membayar dan menjemput
barangnya langsung di Daejeon. Dan untuk melakukan itu, dia memanfaatkan Song
Ah. Dia memerintahkan Song Ah ke Daejeon. Dengan sok perhatian, dia bilang jika
Song Ah pergi sekarang, Song Ah akan bisa langsung pulang malam ini.
Jauh
di dalam hatinya, Song Ah tidak mau, tapi dia juga tidak berani menolaknya.
--
Song
Ah tidak lupa mengabari Joon Young kalau mereka tidak akan bisa makan siang
bersama karna dia akan ke Daejeon sekarang. Begitu tahu Song Ah akan ke
Daejeon, Joon Young segera menyusulnya ke halte bus. Tentu saja, Song Ah sangat
terkejut saat melihat Joon Young.
Oh
ya, btw, Song Ah berbohong pada Joon Young kalau dia ke Daejeon untuk menjemput
barang untuk orkestra kamar Prof. Lee.
Joon
Young ternyata adalah orang Daejeon, jadi dia bisa tahu tempat yang akan Song
Ah tuju di Daejeon. Song Ah menyuruh Joon Young untuk tidak khawatir karna dia
tidak akan tersesat, toh, di Daejeon kan masih pakai bahasa Korea, jadi gampang
kalau mau nanya. Setelah Song Ah membahas rencananya hari ini, giliran Joon
Young. Hari ini, Joon Young akan berlatih dengan Jung Kyung di rumah Jung
Kyung.
Pembicaraan
mereka berakhir karna bus yang harus Song Ah tumpangi untuk ke terminal sudah
tiba.
--
Jung
Kyung benar-benar menyiapkan dirinya dengan cantik untuk menyambut Joon Young.
Saat pembantunya memberitahu kalau ada tamu, Jung Kyung sampai berkali-kali
menata rambutnya. Karna terburu-buru keluar kamar, Jung Kyung lupa membawa
hpnya. Dan pas itu pula, ada telepon masuk di hp-nya.
“Udah
datang?” sapa Jung Kyung, ceria. Tapi, keceriaannya lenyap saat melihat siapa
tamu yang datang.
--
Song
Ah sudah membeli tiket dan tinggal menunggu bus jalan. Saat bus hampir
berangkat, seseorang naik ke bus dan duduk di sebelah Song Ah. Joon Young.
“Aku
senang masih sempat mengejarmu,” ujar Joon Young, senang.
Song
Ah sangat terkejut.
“Sedang
apa kamu di sini? Bukankah kamu pergi latihan?”
“Tidak.
Aku tidak mau kamu pergi sendiri. Jadi, aku datang.”
Jawaban
yang otomatis membuat senyum merekah di wajah Song Ah.
--
Tamu
yang datang menemui Jung Kyung adalah Ji Won. Dia datang dengan membawa
violinnya, tapi tanpa memberitahu ibunya. Tampaknya, dia bolos les, karna dia
masih mengenakan seragam sekolah.
“Jawabanku
adalah nomor tiga. Aku sangat takut kepada ibuku dan profesorku,” ujar Ji Won.
Datang untuk memberitahu jawabannya atas pertanyaan Jung Kyung kemarin. “Bukannya
aku tidak suka bermain violin. Aku menyukainya. Tapi...”
“Aku
tahu. Kamu takut pada ibumu dan profesor, bukan? Kamu takut tidak akan menjadi
juara pertama. Dan kamu takut dengan pendapat orang lain terhadapmu. Tapi tetap
saja, kamu sangat suka bermain violin. Jadi, kamu tidak boleh berhenti,”
nasehat Jung Kyung.
“Bagaimana
kamu tahu?”
“Aku
juga seperti itu.”
“Aku
ingin bermain violin denganmu,” ujar Ji Won, mengutarakan keinginannya.
--
Ny.
Na mengunjungi makam Kyung Seon. Tampak sekali kalau dia sangat merindukan
putrinya.
--
Begitu
selesai menemui Ji Won, Jung Kyung kembali ke kamar. Dia baru melihat panggilan
tidak terjawab dan pesan dari Joon Young. Joon Young mengirim pesan permintaan
maaf karna tidak bisa berlatih dengan Jung Kyung hari ini.
--
Song
Ah akhirnya selesai mengambil barang pesanan prof. Lee. Begitu selesai, dia
menelpon Prof. Lee dan tidak ada jawaban apapun dari Prof. Lee. Raut wajah Song
Ah pun tampak sangat kecewa.
Begitu
selesai, dia menghampiri Joon Young yang menunggu sedikit lebih jauh. Karna
urusan Song Ah sudah selesai dan mereka berdua juga belum ada membeli tiket
pulang, jadi mereka tidak di kejar-kejar oleh waktu. Dan Joon Young
memanfaatkannya untuk membawa Song Ah berkeliling Daejeon, sembari memberitahu
tempat masa kecilnya.
Dia
membawa Song Ah juga ke sebuah tempat kursus piano. Itu adalah tempatnya dulu
berlatih piano. Sebelum dia pindah SMP ke Seoul, dia menghabiskan sebagian
besar waktu masa kecilnya di tempat itu karna dia tidak punya piano di rumah. Keduanya
tampak bersenang-senang.
Dan
secara kebetulan, mereka bertemu dengan Ibu Joon Young.
--
Jung
Kyung berlatih sendirian. Mood-nya
beneran buruk karna Joon Young tidak datang. Lagi sibuk berlatih, Prof. Song
malah menelpon menanyakan kapan Joon Young akan bergabung dengan grup musik
kamarnya. Jung Kyung hanya menjawab setengah hati dengan jawaban ‘ya.’
Karna
telepon Prof. Song tadi, Jung Kyung jadi teringat informasi yang di dapatnya
dari Dong Yun, mengenai Hyun Ho yang di usir dari musik kamar Prof. Lee hanya
karna dia mantannya.
--
Ibu
beneran senang melihat Joon Young. Semakin senang saat Joon Young memperkenalkan
Song Ah sebagai pacar. Song Ah sangat senang mendengarnya.
Ibu
mengajak Joon Young dan Song Ah untuk makan dulu di restorannya. Joon Young
menolak walaupun ibu terus membujuk. Tidak di duga, Song Ah langsung mengiyakan
tawaran Ibu.
--
Ibu
benar-benar memasak banyak makanan untuk Song Ah dan Joon Young. Dia bahkan
memberitahu Song Ah kalau ini kali pertama Joon Young mengajak seseorang ke
Daejeon. Karna ibu harus melayani pelanggan lain, jadi dia membiarkan Song Ah
dan Joon Young makan berdua.
“Terima
kasih. Aku tahu ini tidak nyaman,” ujar Joon Young, merasa segan.
“Kamu
putra yang tidak berperasaan, Joon Young. Kita datang jauh-jauh kemari dan
bahkan bertemu ibumu. Bagaimana mungkin kita pergi begitu saja? Kamu bahkan
tidak pernah mengajak teman ke rumah.”
“Tidak
pernah. Ini kali pertamaku. Ini juga kali pertama aku merasa seperti ini.”
Jawaban
yang malah membuat keduanya jadi tersipu malu.
--
Jung
Kyung menemui Prof. Lee untuk membahas mengenai Hyun Ho.
“Tidak
sulit mengundangnya kembali ke musik kamarku,” ujar Prof. Lee, bisa menebak apa
mau Jung Kyung. “Tapi kamu, Jung Kyung. Profesor Song pensiun tahun ini. Jika
kamu menggantikannya, kita harus saling berhadapan selama bertahun-tahun
sebagai rekan guru dan rekan kerja. Aku menantikannya. Karena itulah aku ingin
menyarankan kamu mensponsori musik ruanganku. Maka aku akan mempertimbangkan
untuk merekrut Hyun Ho kembali.”
“Sepertinya
kamu salah paham,” ujar Jung Kyung, tajam.
“Salah
paham bagaimana?”
“Aku
meminta bertemu hari ini karena kupikir dia dirugikan karena kesalahpahaman.”
“Tapi?”
“Dia
bukan seseorang yang pantas dijadikan sandera untuk tawar-menawar. Aku hampir
terlibat dan membuatmu kesal. Maafkan aku. Lupakan pertemuan kita hari ini,”
ujar nya dan langsung pergi.
Prof.
Lee sampai tidak bisa berkata-kata.
--
Selesai makan, Song Ah dan Joon Young pamit pulang pada Ibu. Ibu tampaknya menyukai Song Ah yang sangat sopan. Song Ah juga memuji Ibu Joon Young yang pandai memasak.
Begitu
dari restoran ibu, mereka tidak langsung ke terminal bus melainkan ke café
terdekat untuk minum teh. Joon Young yang mengajak Song Ah ke sana.
“Aku
bahkan tidak tahu kapan aku melihat ayahku untuk kali terakhir. Dia sangat baik
kepada orang lain. Dia minum terlalu banyak, tapi dia tidak pernah berkelahi. Masalahnya,
dia terus melakukan sesuatu. Dia memulai bisnis dan berinvestasi di suatu
tempat. Aku mengerti dia ingin melakukan sesuatu, tapi tidak ada yang pernah
berhasil. Untuk sesaat, Aku merasa aku bermain piano untuk menghasilkan uang
untuk melunasi utangnya. Pemikiran bahwa aku tidak meminta bantuan orang lain dan
mampu membayar semuanya sendiri, serta kesuksesanku dan lain-lain... Itu tidak
benar. Direktur Nah dan bahkan Jung Kyung. Aku baru tahu mereka selama ini
membantu. Aku tidak menduga akan memberitahumu saat ikut hari ini,” cerita Joon
Young, mengenai keluarganya.
“Terima
kasih karena memberitahuku.”
“Aku
yang harus berterima kasih karena kamu mengizinkanku bicara.”
“Sebenarnya,
ada yang ingin kusampaikan juga. Aku tidak di sini karena musik kamar. Profesor
Lee membeli bros bekas di internet. Dia tidak memercayai penjual itu. Jadi, dia
menyuruhku. Aku tidak yakin apa aku harus melakukan hal seperti itu juga. Tapi
aku membungkuk dan bilang mau, lalu pergi. Jadi, sejujurnya, aku membeli tiket
ke Daejeon sambil berpikir aku sungguh tidak mau datang ke sini. Tapi saat ini,
aku senang sudah datang. Terima kasih,” cerita Song Ah juga. “Terimakasih,
karna sudah ikut.”
Keduanya tersenyum. Bahkan dalam perjalanan pulang, SongA h tertidur dengan bersandar pada bahu Joon Young. Joon Young tampak bahagia. Dia terus mengenggam erat tangan Song Ah dan menyadarkan kepalanya ke kepala Song Ah. Tidur dengan senyuman.
D O Y O U
L I K E B R A H M S ?
(Andai
mereka bisa selamanya terus terbuka satu sama lain seperti ini, mungkin segala
pikiran yang tidak perlu, tidak akan menjadi beban dalam hubungan mereka).