Sinopsis K-Drama : Do You Like Brahms? Episode 19

 

Sinopsis K-Drama : Do You Like Brahms? Episode 19

Images by : SBS



Min Seong lagi nunggu bis di halte dan kebetulan sekali, Joon Young muncul dan menunggu bis juga. Dengan semangat, Min Seong menyapanya dan mengajaknya untuk ikut bersamanya.



Akhirnya, mereka pun pergi bersama ke acara ulang tahun Min Soo dengan taksi. Joon Young masih merasa ragu untuk ikut karna dia kan tidak di undang dan juga tidak mengenal orang yang ulang tahun. Min Seong menyakinkannya dan menjelaskan kalau dia membawa Joon Young agar dia tidak terlalu di marahi karna sudah membuka rahasia besar : mengenai Joon Young dan Song Ah yang pacaran.

Min Seong sangat mudah bersosialisasi. Dia tanpa canggung membicarakan banyak hal mengenai Song Ah. Dia juga pamer kalau antaranya dan Song Ah tidak pernah punya rahasia karna mereka sangat dekat. Dia bahkan lebih tahu seberapa besar Song Ah menyukai Joon Young. Selama ini, Song Ah tidak pernah bilang suka sesuatu selain bermain violin. Jadi, dia meminta Joon Young agar menjaga Song Ah.


Mendengar itu, Joon Young tersenyum lebar. Dia bahagia menyadari kalau Song Ah sangat menyukainya.




Begitu tiba, Min Seong mengajak Joon Young untuk masuk diam-diam dan memberikan kejutan pada Song Ah karna Song Ah tidak tahu kalau dia membawa Joon Young. Karna begitu, Min Seong masuk dengan suara langkah yang berusaha tidak terdengar sama sekali.

“Begini, Dong Yun. Aku sangat menyukai Joon Young,” ujar Song Ah. Min Seong dan Joon Young yang ada di belakang, tersenyum mendengar hal itu.


“Itukah jawabanmu? Itukah jawabanmu atas pengakuanku?” tanya Dong Yun. Dan dalam sepersekian detik, senyum di wajah Min Seong menghilang.


“Aku juga menyukaimu. Sudah lama sekali. Sangat. Itu rahasia yang selama ini kusembunyikan dari semua orang. Tapi…”


Mata Min Seong mulai berkaca-kaca. Dan terdengar suara detingan yang membuat Song Ah tidak menyelesaikan kalimatnya dan berbalik. Dia sangat terkejut saat melihat Min Seong.



Min Seong merasa sakit hati dan terluka, bergegas pergi dari sana. Song Ah segera mengejarnya.

“Aku baru saja memberi tahu Joon Young kita tidak punya rahasia. Aku membanggakan bahwa sedekat itulah kita.”

“Min Seong.”


“Tapi aku tidak tahu kamu menyukai Dong Yun.”

“Tidak, dengarkan...”

“Jangan bicara. Aku tidak mau dengar. Kamu senang telah membodohiku selama ini?” tanyanya sambil menangis. Dia tidak mau mendengarkan jawaban Song Ah dan langsung pergi begitu saja.


Song Ah sangat shock hingga tidak tahu harus gimana. Joon Young tahu hal itu dan segera menghampirinya. Sementara Dong Yun, dia juga ingin menghampiri, tapi kalah cepat dari Joon Young.

--



Joon Young membawa Song Ah ke depan minimarket dan membelikannya air putih agar dia bisa lebih tenang.

“Aku sungguh tidak ingin menyakitinya. Jadi, aku berpura-pura tidak tahu atau berusaha mengalihkan banyak hal. Kukira aku perhatian kepadanya. Min Seong pasti akan sangat terluka. Merasa seperti orang bodoh. Aku tahu betul bagaimana rasanya. Itu sebabnya aku merasa sangat bersalah. Kenapa ini sulit sekali?” ujar Song Ah meluapkan perasaannya pada Joon Young. Dia sangat menyesal hingga menangis.


Joon Young tidak mengatakan apapun dan hanya menyodorkan sapu tangannya pada Song Ah. Song Ah dapat menggunakan sapu tangan itu untuk mengelap air matanya. Joon Young juga mengelus punggung Song Ah dengan harapan bisa membuatnya lebih tenang.


Episode 10

Sotto voce : Dalam bisikan



Karna masalah dengan Min Seong, Song Ah jadi tidak begitu fokus bekerja. Saat Prof. Lee mengajaknya bicara, dia bahkan tidak mendengarkan. Setelah di panggil beberapa kali, Song Ah baru ngeh. Prof. Lee benar-benar menjengkelkan. Dia menyuruh Song Ah untuk meminta semua anggota orkestra kamar membeli lima tiket lagi masing-masing.


Song Ah kaget hingga menanyakan ulang, takut salah dengar. Dengan santai, Prof. Lee bilang kalau ini adalah penampilan pertama mereka jadi mereka harus menjual semua tiket sampai habis. Karna satu tiket 50 dollar maka total yang harus di keluarkan para anggota per orang adalah 250 dollar.

Song Ah merasa tidak enak menyuruh para anggota membeli tiket tambahan lagi. Dia dengan lembut, menjelaskan pada Prof. Lee kalau para anggota orkestra mereka sebelumnya sudah membeli 5 hingga 20 tiket. Jadi, meminta mereka membeli lebih banyak, akan…

“Akan apa?” tanya Prof. Lee dengan nada mengintimidasi.

“Tidak ada.

“Sebaiknya kamu mengatakannya.”

“Jadi, maksudku... Jika para anggota membeli semua tiket, masyarakat tidak bisa mendapatkan tiket untuk melihat kita bermain meskipun mereka mau. Jadi, kupikir lebih baik membiarkan beberapa baris tersedia,” jelas Song Ah.


“Astaga. Kamu benar sekali,” serunya dengan nada riang. “Astaga, Song Ah. Kenapa kamu pintar sekali? Astaga. Baiklah kalau begitu. Minta para anggota membeli tiga lagi, bukan lima,” lanjutnya.


Song Ah tidak berani berkata apapun lagi. Karna percuma saja, dia tidak akan di dengarkan.

--



Seung Jae menemui Joon Young dan menyuruhnya untuk melakukan wawancara, tapi isi wawancaranya adalah membahas mengenai kehidupan pribadi dan keluarga Joon Young. Tentu saja, rencananya di tolak tegas oleh Joon Young. Bukannya menyerah, Seung Jae malah terus membujuk dan bahkan menyebut Joon Young adalah artisnya.

“Aku tetap tidak mau. Aku tidak mau membahas keluargaku di televisi untuk...”


“Joon Young,” ujarnya, memotong ucapan Joon Young. “Andai Seung Ji Min tampil di acara seperti itu, maka dia hanya bisa membicarakan musik. Tapi situasimu agak berbeda. Mengerti? Aku akan memberikan beberapa fakta. Orang-orang tidak peduli dengan musikmu. Agar orang-orang tertarik pada musikmu, maksudku, pada kenyataannya, mereka akan lebih cepat tertarik dengan hal lain jika tahu tentangmu lebih dahulu. Ini tahun 2020. Orang-orang tidak lagi menghampiri musikus tunggal yang bermain sendiri. Jika kamu tidak melakukan apa pun dan akhirnya dilupakan, apa kamu akan bermain piano sendirian di kamarmu dan tetap miskin? Untuk melakukan hal yang kamu inginkan, kamu harus belajar melakukan hal yang tidak kamu inginkan,” ujarnya, menghina kehidupan Joon Young. Menyebalkan!

“Pak Park!”

“Kini aku seorang perwakilan. Aku bertanggung jawab atas manajemenmu di Korea,” balasnya, sok berkuasa.


“Bukan saat ini, tapi calon. Aku belum menyelesaikannya dengan Chris,” balas Joon Young. Mengingatkan bahwa belum tentu Seung Jae akan menjadi perwakilannya.


Mendengar itu, Seung Jae mendengus kesal. Terdiam menahan amarah.

--



Karna keinginan Prof. Lee, terpaksa Song Ah yang berkeliling menemui para anggota orkestra kamar dan meminta mereka membeli tiket tambahan 3 lagi. Salah satu anggota orkestra tersebut adalah Hae Na. Hae Na menunjukkan rasa jengkelnya terang-terangan. Dia tidak masalah di suruh membeli tiket tambahan lagi, hanya saja, dia tidak bangga menjadi anggota orkestra ini.


“Sebagai anggota, aku tidak berhak mengeluh, tapi sejujurnya, aku tidak begitu bangga menjadi anggota orkestra ini. Kamu menghancurkan murid-murid lain hanya untuk menjilat profesor. Kamu tidak malu? Aku tahu itu agar kamu bisa masuk ke sekolah pascasarjana. Aku akan mentransfer uang untuk tiketnya nanti,” ujar Hae Na dan langsung pergi.

Ucapan Hae Na itu menusuk Song Ah. Apa yang Hae Na katakan ada benarnya dan itulah kenapa Song Ah merasa malu.

--


Jung Kyung menemani Prof. Song ke toko baju. Mereka ke sana karna prof. Song ingin membeli baju untuk prof. Choi. Mumpung di sana, Prof. Song menyuruh Jung Kyung untuk membeli baju juga mumpung di sini.


“Aku sudah lama ingin bertanya kepadamu. Kamu di masa kejayaanmu, dan kamu juga cantik. Kenapa kamu berpakaian begitu lusuh? Saat kamu masih kecil, ibumu mendandanimu dengan hati-hati,” ujar prof. Song. “- Ambilkan dia beberapa pakaian.”


“Tidak, jangan hiraukan aku.”

“Kenakan pakaian yang lebih cerah hari ini. Demi kebaikanku,” bujuk prof. Song.

--


Song Ah pergi ke gedung kampus Min Seong untuk menemuinya. Sayang, kedatangannya di sambut dingin sama Min Seong. Belum juga dia mengatakan apapun, Min Seong sudah terlebih dahulu bicara.


“Aku tidak bisa mengendalikan perasaan Dong Yun. Jadi, aku tidak menyalahkanmu karena dia menyukaimu. Tapi… Andai menjadi kamu, aku tidak akan menyukainya. Bukan. Kurasa tidak bisa menyukainya. Itulah teman sejati.”

“Min Seong, aku sungguh minta maaf. Aku sungguh…”


“Enyahlah,” ujarnya kejam dan langsung meninggalkan Song Ah.

--



Jung Kyung akhirnya memilih sebuah gaun dan mencobanya. Ketika melihat pantulan dirinya di cermin, dia malah teringat ucapan Joon Young kalau dia pacaran dengan Song Ah.


Saat dia keluar dari ruang ganti, Prof. Song memuji Jung Kyung yang tampak cantik. Dia kemudian membahas apakah Jung Kyung sudah memutuskan pakaian untuk resitalnya nanti? Karna Jung Kyung menjawab belum, Prof. Song menyuruh Jung Kyung untuk menunjukkan padanya dulu pakaian resitalnya entah itu pakaian lama atau baru.

Prof. Song kemudian menanyakan mengenai pengiring piano Jung Kyung saat resital nanti. Dengan ekspresi yang tampak bangga, Jung Kyung menyebutkan nama Joon Young. Prof. Song memuji pilihannya, tapi dia mau tahu juga, berapa tarif Park Joon Young? Jung Kyung langsung diam, menyadari kalau dia tidak ada menanyakan hal itu.

--


Song Ah menemui Joon Young untuk curhat. Ini adalah kali pertamanya bertengkar dengan teman sejak SD. Dia tidak tahu harus gimana. Joon Young memberikan saran agar Song Ah memberikan waktu bagi Min Seong untuk berpikir dan menenangkan diri. Dan juga, jangan terlalu khawatir dan bersemangatlah. Seiring berjalannya waktu, Min Seong pasti akan memahami alasan Song Ah.


“Benarkah?” tanya Song Ah.

“Pasti.”

Pendapat dan nasehat dari Joon Young sedikit menenangkan kegundahan di hati Song Ah.

--



Prof. Lee membawa Song Ah ke pesta taman. Di sana ada banyak profesor di bidang musik. Prof. Lee juga memperkenalkan Song Ah sebagai asistennya tahun depan. Tapi, bukannya memperkenalkan dengan lebih akrab, Prof. Lee hanya membahasnya sekilas.


Kejengkelan mulai melanda Prof. Lee saat semua teman-temannya yang langsung heboh menghampiri Prof. Song yang baru datang. Mereka juga bersikap sangat ramah pada Jung Kyung saat Prof. Song memperkenalkannya sebagai muridnya.



Pesta berlangsung hingga malam. Saat pertunjukkan musik, Song Ah mendengarkan dan menikmati musik dengan sepenuh hati. Tapi, berkebalikan darinya, Prof. Lee tidak menyukainya. Dan alasannya, karena orang yang memainkan musik adalah murid dari Prof. Song.

--


Joon Young menuju ke Yayasan Kyunghoo. Dan tanpa sengaja, dia malah memergoki Young In yang sedang merokok di taman. Young In dengan cepat langsung mematikan api rokok dan membuangnya ke tong sampah. Mereka juga duduk dan berbincang. Joon Young ternyata sudah tahu kalau Young In merokok, tapi bukankah Young In bilang akan berhenti? Apa dia gagal berhenti?


“Aku gagal total. Astaga, kebiasaan sulit diperbaiki. Berhenti melakukan kebiasaan juga memengaruhi seluruh hidupku,” cerita Young In.

“Aku tahu.”

“Bagaimana kamu tahu? Kebiasaan apa yang kamu perbaiki?”


“Tiap kali aku duduk di depan piano, ada lagu yang selalu kuputar lebih dahulu sebelum mulai bermain. Aku melakukannya selama sekitar 15 tahun.”

“Astaga, kudengar musikus punya kebiasaan masing-masing,” komentar Young In. ““Kamu juga punya kebiasaan. Aku tidak tahu.”

“Ya. Tapi... Aku tidak memainkannya lagi.”

“Kenapa?”

“Aku ingin memperbaiki kebiasaanku. Sudah lama aku tidak memainkannya.”


“Lagu apa itu?” tanya Young In, penasaran, tapi Joon Young tidak menjawab.  “Ada apa? Kamu membuatku penasaran. Tapi aku penasaran apakah kita benar-benar harus memaksakan diri untuk memperbaiki kebiasaan lama. Menurutmu kenapa kebiasaan adalah kebiasaan? Kita terbiasa dengan kebiasaan itu secara alami dan dalam beberapa hal, itu bagian dari hidup kita. Jika kita memaksakan diri untuk memperbaiki kebiasaan lama dan merusak hal lain selama proses itu, bukankah lebih baik membiarkannya saja?” tanya Young In.

--



Acara pesta untuk si empunya acara sudah selesai. Prof. Lee lah yang menawarkan diri untuk mengantarnya pulang. Tapi, dia benar-benar kelewatan karna dia tidak memberikan tumpangan pada Song Ah dan menyuruhnya untuk mencari tumpangan dari orang lain.


Dan satu-satunya orang yang masih tersisa dan bisa memberikannya tumpangan hanyalah Jung Kyung. Tentu saja, hanya berdua dengan Jung Kyung di dalam mobil membuatnya merasa canggung. Untuk memecah kecanggungan, Song Ah berterimakasih atas pengajaran Jung Kyung waktu itu. Jung Kyung hanya menanggapi singkat.



Ponsel Song Ah berbunyi. Ada pesan masuk dari Joon Young yang menanyakan apakah pertemuan yang di hadiri Song Ah sudah selesai? Song Ah yang merasa canggung karna ada Jung Kyung di sana, memutuskan untuk tidak membalas dulu pesan Joon Young.

Jung Kyung sadar kalau Song Ah merasa tidak nyaman dengannya.


“Kamu akan terus merasa tidak nyaman mulai sekarang. Aku tidak bilang akan mencoba melakukan apa pun. Aku hanya akan melakukan yang harus kulakukan, begitu pun dengan Joon Young. Tapi aku hanya menunggu. Sama seperti Joon Young menungguku selama ini,” ujar Jung Kyung.

Ucapannya mengidikasikan kalau dia tidak menyerah dan seolah Joon Young hanya sedang berpaling sesaat darinya.

--



Joon Young berada di depan piano. Dia hendak berlatih tapi pertanyaan Young In terus terngiang di kepalanya. Apakah kebiasaan itu lebih biak tidak di ubah jika bisa merusak semua hal lain selama prosesnya?

Di tengah kegalauannya tersebut, dia mendapat balasan dari Song Ah.



Song Ah ada di depan Yayasan. Keduanya sedang dalam suasana hati bimbang dan bertemu satu sama lain, seolah bisa membuat mereka melupakan sejenak kebimbangan tersebut. Song Ah tampaknya benar-benar kepikiran ucapan Jung Kyung karna tiba-tiba saja dia ingin mampir ke apartemen Joon Young. Alasan Song Ah melakukannya karena dia pernah melihat Jung Kyung keluar dari gedung apartemen Joon Young.


Joon Young mengizinkan. Tapi, sebelum membiarkan Song Ah masuk, dia meminta Song Ah menunggu sebentar di depan. Dengan panik, Joon Young mulai merapikan selimutnya yang berantakan, sofa, gelas kotor di atas meja di pindahkan ke wastafel. Setelah itu, dia baru mengizinkan Song Ah masuk. Dia juga memberikan sepasang sandal rumah baru.



Song Ah memuji kamar apartemen Joon Young yang bersih. Joon Young menawarkan Song Ah minum. Tapi, minuman yang di milikinya hanya teh panas, karna dia tidak punya es batu juga. Song Ah melihat pemandangan malam dari jendela kamar Joon Young. Dari sana, gedung Kyunghoo terlihat jelas. Walau indah, tapi bukankah di malan hari, sinar lampu-lampu gedung terlalu terang?


Mereka terus berbincang. Song Ah kemudian jujur kalau dia ingin lebih tahu banyak hal mengenai Joon Young, itulah kenapa dia ingin berkunjung. Dan dari apartemen Joon Young, dia bisa sedikit lebih tahu kalau Joon Young tidak mempunyai banyak perabotan dan pandai membersihkan.


Senyuman Joon Young terus saja terpancar. Mungkin karna terlalu grogi karna ada Song Ah, Joon Young malah tidak sengaja memecahkan gelas. Song Ah dengan panik langsung mendekat dan menanyakan keadaan Joon Young. Dia juga melarang Joon Young untuk tidak memegang pecahan gelas karna takut tangannya nanti akan terluka. Dia yang akan membersihkan dan menanyakan dimana tisue basah? joon Young memberitahu kalau tissue basah ada di laci mejanya.



Pas membuka laci meja Joon Young, Song Ah malah menemukan sapu tangan Jung Kyung ada di sana. Hatinya berkecamuk, tapi dia berusaha mengabaikannya.


Song Ah membersihkan pecahan gelas. Joon Young ikutan membantu, tapi Song Ah memarahinya.

“Kubilang jangan. Kamu bermain piano.”

“Kamu tidak bermain violin? Biar kubersihkan,” balas Joon Young dan ikut membereskan.


Song Ah terdiam. Mungkin tersentuh karna Joon Young menganggap tangannya sama berharganya. Setelah membersihkan pecahan gelas dan duduk sejenak, Song Ah pamit pulang karna hari sudah larut. Ekspresi Song Ah sangat berbeda dari sebelumnya.

Pas mau pulang, hujan malah turun dengan deras. Dan…


Eng ing eng. Song Ah meminjam payung Joon Young. Wkwkwk. Ku kira, Song Ah akan menginap.

 

D O    Y O U    L I K E    B R A H M S ?

 

Post a Comment

Previous Post Next Post