Original Network : tvN
Saat rubah berusia 100 tahun,
itu bisa berubah menjadi wanita cantik atau menjadi pria yang menjalin hubungan
dengan wanita cantik.
Namun, rubah berusia 1.000 tahun menerima berkat langit dan menjadi rubah yang sempurna. Keahliannya menyamai dukun hebat yang membuatnya bisa melihat jauh ke depan.
"Tahun
1999, Yeou Gogae"
Dalam
perjalanan di mobil. Ibu Nam memberikan hadiah ulang tahun kepada Ji A.
Hadiahnya sebuah hiasan yang bisa menghasilkan musik ketika di putar. Menerima
hadiah tersebut Ji A merasa sangat senang.
“Kamu
menyukai hadiahmu?” tanya Ayah Nam.
“Ya, aku
menyukainya,” jawab Ji A sambil tersenyum.
Perjalanan
berjalan dengan baik. Tapi tiba- tiba saja semua lampu jalan mati, dan mobil
masuk ke dalam kegelapan yang sangat pekat. Dan lalu mobil menabrak sesuatu dan
mengalami kecelakaan.
Didalam
mobil yang terbalik karena kecelakaan, Ji A melihat kedua orang tua nya penuh
dengan darah dan mereka berdua sama sekali tidak sadarkan diri. Kemudian Ji A
melihat beberapa orang lewat di dekat mobil dan dengan lemah, dia berteriak meminta
tolong. Tapi orang yang lewat diluar mobil sama sekali tidak ada merespon. Jadi
Ji A melepaskan sabuk pengaman yang dipakainya dan keluar dari dalam mobil.
Ketika Ji A
keluar dari mobil, dia melihat dua orang yang sangat mirip sekali dengan Ibu
dan Ayahnya. Melihat mereka, Ji A langsung menjerit ketakutan.
Ji A
tersentak bangun dari tidurnya. Dengan panik, dia memandang ke sekelilingnya.
Ternyata dia berada di dalam rumah dan kedua orang tua nya baik- baik saja.
“Syukurlah.
Itu mimpi,” kata Ji A, senang. Lalu dia memeluk Ibu Nam. “Aku sayang Ibu. Aku
sangat menyayangi Ibu,” katanya. Lalu dia gantian memeluk Ayah Nam juga. “Aku
sayang Ayah. Aku sangat menyayangi Ayah.”
“Astaga.
Ayah juga sangat menyayangimu, Ji A. Kamu bermimpi buruk?” tanya Ayah Nam,
perhatian.
“Aku tidak
mau memikirkannya,” jawab Ji A dengan manja.
Ji A lalu
mengambil hiasan musiknya dan memainkannya. Dan ketika dia memainkan itu, dia
melihat kepala kuda yang berada di hiasan itu putus. Lalu dia melihat ke arah
lengan baju nya, dan ada sedikit bercak darah dilengan nya. Melihat itu, Ji A
langsung teringat kecelakaan yang sebelumnya terjadi.
Mengingat
itu, Ji A merasa sangat bingung. Dia memandang ke arah Ayah dan Ibunya, dia
memperhatikan sikap mereka berdua. Dan dia merasa heran, karena Ayah dan Ibunya
tertawa sangat keras, kepadahal acara yang mereka tonton di TV bukanlah acara
komedi, melainkan berita kebakaran yang meembuat 22 orang cedera.
Merasa ada
yang aneh, Ji A pun mencoba untuk mengetes kedua orang tuanya. “Ibu, aku lapar.
Aku mau kue kenari,” pinta nya dengan sikap manja.
Dengan
perhatian, Ibu Nam pun segera mencarikan kue kenari di dapur. Dan secara diam-
diam Ji A mengambil gunting serta berdiri di dekatnya.
“Kurasa kita
sudah menghabiskannya. Boleh ibu belikan besok?” tanya Ibu Nam.
“Kita tidak
pernah membeli kue kenari. Aku harus ke rumah sakit karena ternyata aku alergi
kacang,” jawab Ji A.
“Ah. Benar
juga. Ibu lupa,” balas Ibu Nam.
“Ibuku tidak
pernah lupa karena dia dokter,” balas Ji A. Lalu ketika Ibu Nam menyentuhnya,
dia langsung menusuk Ibu Nam menggunakan gunting. “Kamu bukan ibuku. Di mana
ibuku?!”
“Aku ibumu,”
jawab Ibu Nam sambil mencengkeram leher Ji A.
Secara
refleks, Ji A langsung menendang Ibu Nam. Lalu dia bersembunyi dibawah meja.
Dan ketika Ayah Nam serta Ibu Nam bekerja sama untuk menangkapnya. Dia langsung
kabur ke lantai dua dan masuk ke dalam kamarnya. Dia menahan pintu kamarnya
menggunakan lemari dan barang- barang berat yang berada di dalam kamar. Tapi
Ayah Nam dan Ibu Nam yang palsu ini berhasil menghancurkan pegangan pintu.
“Dasar anak
nakal,” kata Ayah Nam sambil mengintip ke dalam kamar melalui lubang pintu. Dan
lalu Ibu Nam gantian mengintip juga. Melihat itu, Ji A merasa sangat ngeri.
Ji A berlari
menjauhi pintu kamar dan bersembunyi di sudut kamar sambil menutup matanya
menggunakan kedua tangan nya. Lalu disaat itu, Lee Yeon datang ntah dari mana
dan berdiri di hadapannya.
“Apa kamu A
Eum?” tanya Lee Yeon sambil menggunakan kekuatan nya kepada Ji A. Setelah itu,
dia merasa kecewa. “Kurasa bukan. Kamu bukan A Eum,” katanya. Lalu dia berlutut
di hadapan Ji A dan menatap nya dengan serius. “Lupakan semua yang kamu lihat
hari ini. Jika tidak…” bisik nya.
Mendengar
suara Lee Yeon, Ji A membuka matanya sedikit dan mengintip.
Ketika Ji A
menurunkan tangan nya dan melihat ke sekeliling nya, dia berada ditengah jalan.
Dia melihat mobil orang tua nya berada dalam keadaan terbalik dan ada banyak
polisi di sekitar. Tapi orang tua nya sama sekali tidak ada terlihat dimanapun.
Dan diapun mulai menangis.
Lee Yeon
memperhatikan semua itu dari atas langit sambil memegang sebuah payung.
Kemudian dia menghilang begitu saja, ntah kemana.
"Bagian Pertama: Insiden yang Terjadi di
Yeou Gogae"
"21
tahun kemudian”
Alarm
pengingat di samping meja berbunyi. “Pernikahan, 29 Agustus 2020”
Lee Yeon
bangun dengan malas. Lalu dia mandi untuk menyegarkan dirinya. Setelah itu, dia
mulai membuat kopi dan memakan sarapan yang tersedia di atas meja. Tapi sarapan
itu sama sekali tidak membuatnya berselera. Dia lebih memilih untuk memakan es
krim saja.
Diatas meja,
ada note yang mengingatkan Lee Yeon untuk sarapan terlebih dahulu sebelum
memakan es krim, tapi Lee Yeon tidak peduli dan membuang note tersebut ke
tempat sampah.
Setelah
selesai bersiap- siap, Lee Yeon mengambil payung nya dan berangkat.
Orang- orang
mengeluh kesal, karena diramalan cuaca katanya hari ini tidak hujan, tapi ntah
kenapa hujan tiba- tiba saja turun dan membuat mereka menjadi basah.
“Itu karena
seekor rubah akan menikah hari ini,” gumam Lee Yeon sambil menatap hujan. Lalu
dia masuk ke dalam gedung resepsi pernikahan.
Dengan
santai, Lee Yeon masuk ke dalam ruang pengantin wanita. Dan melihat kedatangan
Lee Yeon, si pengantin langsung mengusir para teman- teman nya untuk keluar
dari ruangan.
Setelah
teman- temannya pergi, si pengantin menyapa Lee Yeon dengan gugup. Lalu dia
menanyai, bagaimana caranya Lee Yeon bisa menemukannya. Dan Lee Yeon menyindir
bahwa si pengantin tidak akan bisa bersembunyi dan menyembunyikan masa lalu
yang haus darah hanya dengan mengubah penampilan dan identitas saja.
“Maafkan
aku,” pinta si pengantin. Tapi Lee Yeon menolak permintaan maaf nya. “Aku sudah
berubah. Aku tidak melukai manusia lagi.”
“Beraninya kamu bermimpi memiliki akhir yang bahagia setelah memakan begitu banyak hati?” balas Lee Yeon.
“Aku jatuh
cinta sekarang. Aku ingin hidup sebagai manusia. Kumohon,” pinta si pengantin,
memohon dengan tulus. Tapi Lee Yeon tidak peduli, karena si pengantin harus
mati hari ini. “Kamu juga pernah mencintai manusia. Aku yakin kamu
memahaminya,” bujuk nya. Dan Lee Yeon tetap tidak peduli. Jadi diapun
mengeluarkan cakar nya.
“Kamu pasti
tidak mengetahui ini. Tapi pertama, aku benci saat orang mengungkit masa laluku.
Kedua, jangan berani-berani mengeluarkan cakarmu,” kata Lee Yeon, mengetahui
niat si pengantin.
Dengan
marah, si pengantin menyerang Lee Yeon menggunakan cakarnya. Namun Lee Yeon
bereaksi lebih cepat, dia mengeluarkan pedang dari payung nya dan mengarahkan
nya ke leher si pengantin. Dan dengan putus asa, si pengantin memohon supaya
dia berikan waktu terakhir kali untuk bisa bertemu dengan pasangan nya.
Tepat disaat
itu, staff gedung masuk ke dalam ruangan. “Waktunya untuk upacara pernikahan,”
katanya, mengingatkan.
“Baiklah,”
jawab Lee Yeon sambil menyembunyikan pedang dibalik tubuh nya. Begitu juga
dengan si pengantin, dia menyembunyikan cakar nya di balik tubuhnya.
“Hanya
sampai upacara berakhir,” gumam Lee Yeon dengan pelan, sehingga hanya si pengantin
yang bisa mendengar itu. Lalu dia tersenyum kepada staff gedung.
Ji A
mengubah naskahnya lagi, sehingga rekannya mengomel. Namun Ji A tidak peduli.
Naskah nya adalah tentang makhluk asing seperti monster atau hantu di dalam
legenda urban.
“Aku tidak
percaya ada monster atau hantu, tapi ini membuatku takut,” komentar Rekan Pyo.
“Aku sama
sekali tidak takut, tapi aku percaya mereka ada,” balas Ji A dengan serius.
“Benarkah?
Kenapa? Kamu melihatnya secara langsung?”
Mendengar
pertanyaan itu, Ji A teringat akan kecelakaan kedua orang tuanya dulu. Dan itu
adalah kenangan yang tidak disukainya, jadi dia mengalihkan pembicaraan.
“Cuacanya buruk,” katanya sambil memandang ke luar jendela.
Si pengantin
merasa sangat gugup ketika Lee Yeon yang berada di kursi tamu terus menatap ke
arahnya.
Ji A dan Rekan
Pyo sampai di gedung pernikahan. Dan setelah mengisi buku tamu, Ji A menolak
tiket makan yang diberikan padanya, karena dia tidak pernah bisa mencerna
makanan pernikahan. Sebab udara yang di penuhi kebahagiaan membuatnya sesak.
Mendengar alasan itu, Rekan Pyo merasa itu lucu dan aneh.
“Terkadang
cobalah menyerap kebahagiaan yang dipaksakan. Siapa tahu? Kamu mungkin bertemu
pria yang ditakdirkan untukmu,” kata Rekan Pyo, menasehati Ji A.
Tepat disaat
itu, Lee Yeon lewat di dekat mereka berdua. Dia berjalan sambil memperhatikan
setiap kamera CCTV yang berada di dalam gedung.
“Aku butuh
cerita yang ditakdirkan untukku. Informannya membatalkan,” kata Ji A sambil
memperlihatkan pesan yang baru saja didapatkannya.
Membaca peasn
itu, Rekan Pyo merasa kecewa.
Lee Yeon
menunggu semua tamu keluar dari ruangan. Lalu dia masuk ke ruang ganti
pengantin wanita.
Ketika Lee
Yeon masuk, si pengantin langsung menyerang nya. Dan dengan sigap, Lee Yeon pun
langsung balas menyerang nya sampai kepala si pengantin wanita menjadi berputar
ke belakang nya.
Dengan
perlahan, si pengantin membetulkan kepalanya kembali. “Mantan ahli
Baekdudaegan. Dengan wewenang apa kamu menghukum kami?” tanyanya dengan tajam.
“Dengarkan
berandal ini. Aku menonton acara TV Amerika dan makan es krim jika bukan
karenamu,” keluh Lee Yeon.
“Kamu hanya
rubah berekor sembilan yang dicopot dari status roh gunungnya karena melanggar
tabu,” sindir si pengantin dengan sinis.
“Karena
itulah aku menebusnya sekarang.”
Si pengantin
mengambil vas bunga yang berada didekatnya. Lalu melemparkan itu kepada Lee
Yeon. Dan Lee Yeon menggunakan payung nya sebagai pelindung. Tapi sesudah itu,
si pengantin tiba- tiba saja menghilang.
Lee Yeon
mengunci pintu ruangan pernikahan, dan menghancurkan semua kamera CCTV yang
berada di ruangan. “Benarkah kamu pikir kamu bisa bersembunyi berpakaian
seperti itu?” tanyanya.
Mendengar
itu, si pengantin diam dan bersembunyi di belakang pasangan nya. Dia mengira
Lee Yeon tidak akan berani melakukan apapun jika ada banyak orang, tapi tanpa
disangka, Lee Yeon sama sekali tidak takut dan ragu.
Merasa
terdesak, si pengantin pun kembali mengeluarkan cakarnya. Tapi tanpa diduga,
pasangannya begitu baik dan melindungi nya untuk menghentikan Lee Yeon. Dan
ketika Lee Yeon tanpa ragu menyerang pasangannya, si pengantin merasa sangat
marah dan emosi. Tapi Lee Yeon berhasil menghentikan nya.
“Tidak.
Jangan lihat. Kumohon,” pinta si pengantin kepada pasangan nya.
Payung yang
Lee Yeon berubah menjadi pedang berapi. Dan menggunakan pedang itu, dia menusuk
si pengantin. “Bodoh sekali. Seharusnya kamu kabur saat punya waktu,”
komentarnya.
“Aku ingin
menjadi pengantin.”
“Jangan
melakukan hal bodoh seperti jatuh cinta lain kali,” kata Lee Yeon, menasehati
dengan dingin.
“Aku punya
satu permintaan terakhir. Tolong hapus kenangan indah tentangku saja dari
ingatannya,” pinta si pengantin dengan sedih. Dan Lee Yeon mengabulkan
permintaan nya.
Si pengantin
berakhir menjadi debu dan musnah begitu saja.
Setelah si
pengantin menghilang, Lee Yeon mendekati si pasangan. Dia menatap si pasangan
dengan mata emas nya. “Dengarkan baik-baik. Mempelai wanitamu…”
Karena si
pengantin menghilang, pesta pernikahan menjadi kacau. Rekan Pyo memberitahu Ji
A bahwa pernikahan di ruangan sebelah dibatalkan, karena si pengantin wanita
kabur.
Tepat disaat
itu, Lee Yeon lewat. Dan melihat nya, Ji A merasakan perasaan familiar. “Siapa dia?”
“Siapa dia?
Kamu mengenalnya?” tanya Rekan Pyo, menyadarkan Ji A.
“Tidak,”
jawab Ji A dengan cepat.
“Bagaimana pernikahan yang damai berubah menjadi begitu rumit. Entahlah. Mungkin itu cerita yang ditakdirkan untukmu,” kata Rekan Pyo, kembali membahas pernikahan di ruangan sebelah.
Ji A dan Rekan
Pyo memeriksa ruangan pernikahan disebelah. Ji A merasa heran, kenapa si
pengantin meninggalkan gaun nya diatas panggung. Dan Rekan Pyo pun bercerita.
Pada saat
istirahat, seorang pria datang dan berkata kepada si pasangan. “Dia wanitaku.”
Lalu setelah itu, si pengantin memegang tangan pria itu dan berkata. “Aku akan
pergi bersama cintaku.” Semua saksi mengatakan hal itu.
“Ada tanda
perlawanan. Ada perkelahian,” kata Ji A, memperhatikan gaun si pengantin.
“Tidak ada
yang menyebutkan itu,” balas Rekan Pyo, heran.
“Yang
terpenting, kenapa gaun ini ada di sini?” tanya Ji A.
“Kamu benar.
Dia pergi memakai apa?” gumam Rekan Pyo, tersadar.
“Pernyataan
saksi dan TKP menceritakan kisah yang berbeda,” gumam Ji A, merasa tertarik dan
bersemangat. “Aku harus melihat seperti apa kisah cinta wanita ini.”
“Baiklah.
Aku akan meminta videonya,” kata Rekan Pyo, mengerti.
Ji A kemudian memotret gaun si pengantin sebagai bukti. Dan ketika dia sibuk memotret, dia menemukan bulu- bulu halus berwarna coklat kemerahan.