Original Network : tvN
Semua orang di dalam desa menghilang.
Ji A dan Lee
Yeon sama- sama pergi dari rumah ke rumah untuk memeriksa apakah ada orang
hidup, tapi mereka tidak menemukan satu orang pun. Bahkan mayat kemarin pun
telah menghilang.
“Mereka
tidak dibawa secara paksa. Aku tidak melihat tanda-tanda perlawanan atau
keraguan,” kata Ji A.
“Mungkin
mereka pergi bersama. Dan membawa mayat itu bersama mereka?” tebak Lee Yeon.
“Mereka
meninggalkan dompet dan barang berharga lainnya,” balas Ji A, tidak setuju.
“Mereka menghilang begitu saja. Ke manakah mereka?” tanyanya, heran.
Ji A
menghubungi kantor polisi dan melaporkan kejadian hilangnya seluruh penduduk.
Setelah Ji A
selesai menelpon. Dia mengikuti Lee Yeon yang menemukan sesuatu di pinggir
laut. Melihat tiang- tiang bambu dan kain putih yang berada dipinggir laut, Ji
A merasa kalau ini seperti jalur untuk menyambut Raja Naga. Dan Lee Yeon
mengomentari bahwa arah jalur ini salah. Dan Ji A tidak mengerti.
“Gwimunbang.
Haluan yang memungkinkan iblis masuk dan keluar,” kata Lee Yeon, menjelaskan.
“Jadi, pintu
ini tidak dipasang untuk menyambut Raja Naga yang sebenarnya,” kata Ji A,
menyimpulkan.
Hyeonuiong
menelpon pihak neraka untuk meminta kain kafan lagi. Dan dia menginginkan
pengiriman kilat. Lalu ketika dia melihat Taluipa, dia langsung menyelesaikan
telponnya dan mematikan telponnya.
“Kamu yakin
itu Imoogi? Kamu tidak bisa melihat dia pergi ke mana?” tanya Hyeonuiong,
peduli dengan kekhawatiran dan masalah Taluipa.
“Apakah dia
memakai jimat? Dia tidak meninggalkan jejak sedikit pun,” gumam Taluipa,
bertanya- tanya.
“Haruskah
kita memberi tahu Yeon?” tanya Hyenuiong, menyarankan.
“Berhentilah
membuat keributan. Yeon tidak boleh tahu,” balas Taluipa dengan tegas. Dan
Hyeonuiong pun diam serta pergi untuk melanjutkan pekerjaannya kembali.
Taluipan : “Aku penasaran
apakah ini alasanaku tidak bisa meramalkan masa depan Yeon.”
Pyung Hee
menghampiri Lee Yeon dan Ji A untuk memberitahu sesuatu. Sekitar pukul 02.00
lebih sedikit, dia terbangun karena haus, lalu dia mendengar ada suara
tangisan. Awalnya dia mengira itu suara kucing liar, tapi ternyata bukan, dia
sangat yakin kalau itu suara tangisan bayi. Anehnya, dipulau ini hanya ada
wanita tua saja dan tidak ada wanita hamil sama sekali. Lebih tepat nya
kejadian ini terjadi pukul 02.40, karena pada pukul segitu semua jam dirumah
mati. Mendengar itu, Ji A memeriksa waktu di jam tangannya, dan perkataan Pyung
Hee benar.
“Dini hari:
Antara pukul 01.00 dan 03.00. Itu ketika pintu ke dunia lain terbuka,” gumam
Lee Yeon.
“Aku
penasaran apa yang terjadi semalam,” gumam Ji A, penasaran.
"Bab 4: Di Ambang Kematian"
Kedua orang
tua palsu Yoo Ri merayakan ulang tahun Yoo Ri dengan cukup meriah direstoran
dan mereka juga memberikannya hadiah ulang tahun yang cukup mahal. Menerima
itu, Yoo Ri merasa sangat senang.
“Sayang,
kapan kamu akan menikah?” tanya Ayah Yoo dengan perhatian.
“Dia masih
muda,” balas Ibu Yoo, melindungi Yoo Ri.
“Dia 24
tahun. Sudah tidak muda.”
“Usianya 25
tahun,” balas Ibu Yoo.
Mendengar,
kedua orang tua palsunya berdebat, Yoo Ri hanya tersenyum saja sambil menikmati
steaknya menggunakan tangan, karena dia agak kesulitan menggunakan pisau.
Ayah Yoo
merasa bingung, ketika mengetahui kalau sekarang Yoo Ri berusia 25 tahun.
Karena seingatnya, Yoo Ri mengalami kecelakaan disaat usianya 24 tahun.
Kecelakaan itu terjadi saat Yoo Ri pergi ke Nepal untuk mendaki. Yoo Ri
terjatuh dan tewas. Dia sangat yakin karena dia melihat jasad Yoo Ri saat itu.
Mendengar itu, Ibu Yoo sama sekali tidak ingat dan tidak tahu. Tapi Ayah Yoo
sangat yakin.
Mendengar
itu, Yoo Ri merasa sangat tidak senang dan membanting garpunya. “Aku sudah
menyuruh Ayah melupakan semua ingatan tidak penting itu,” katanya dengan tajam.
“Siapa...
Siapa kamu?” tanya Ayah Yoo, tidak kenal dengan Yoo Ri.
Lee Yeon
membelikan ponsel baru untuk Ji A, sebagai ganti untuk ponsel Ji A yang dicuri
oleh Lee Rang. Lalu dia juga mengunduhkan sebuah aplikasi di ponsel baru Ji A.
Kemudian dia mengingatkan Ji A untuk jangan menjawab telpon dari nomor tidak
dikenal ataupun dari Lee Rang. Mendengar itu, Ji A merasa kagum kepada Lee
Yeon, karena dia tidak menyangka bahwa Lee Yeon juga mengetahui teknologi.
“Sekitar
waktu ini tahun lalu, aku dihubungi Kejaksaan Wilayah Seoul Pusat. Seseorang
memakai namaku secara ilegal!” kata Lee Yeon, bercerita. “Aku merobek telinga
pria yang mencuri 20.000 dolar dariku. Tapi itu tidak cukup. Aku tidak bisa
tidur,” keluh nya.
Mendengar
cerita itu, Ji A merasa geli dan tertawa. Lalu dia meminta nomor ponsel Lee
Yeon. Dan Lee Yeon menolak, karena dia merasa mereka berdua belum saling cukup
mengenal.
“Ada
beberapa hal yang belum sempat kutanyakan semalam. Aku juga ingin tahu lebih
banyak tentangmu,” kata Ji A, menjelaskan.
“Baiklah.
Kamu sangat konsisten,” balas Lee Yeon, memberikan nomor ponselnya.
Setelah itu,
Ji A pamit dan pergi. Dan Lee Yeon memperhatikannya dengan seksama.
Yoo Ri
menggunakan kekerasan untuk membuat Ayah Yoo mengingat kalau sekarang dialah
adalah putrinya. Dia mencengkram wajah Ayah Yoo dengan kuat. Dan tepat disaat
itu, Lee Rang datang serta menghentikan tindakannya tersebut.
Sebelah mata
Lee Rang berubah seperti mata rubah. “Apa keinginanmu?” tanya nya.
“Aku ingin
putriku hidup kembali,” jawab Ayah Yoo.
“Aku sudah mengabulkan
keinginanmu,” balas Lee Rang. Lalu dia menunjuk Yoo Ri. “Siapa dia?”
“Dia
putriku, Ki Yoo Ri. Usianya 25 tahun, dan dia akan mengambil alih pasarayaku,”
jawab Ayah Yoo.
Mendengar
jawaban itu, Lee Rang merasa puas dan menjentikkan jarinya. Lalu dia
memerintahkan Ayah Yoo dan Ibu Yoo untuk pergi. Dan dengan patuh, mereka berdua
pun pergi.
Setelah
mereka berdua pergi, Yoo Ri langsung berseru gembira, karena dia merindukan Lee
Rang. Kemudian dia menceritakan tentang Shin Joo yang lebih manis daripada
dugaannya, karena Shin Joo begitu takut begitu melihat pistolnya dan dia
berhasil mendapatkan kalung Shin Joo.
“Simpan
saja. Dia akan datang mengambilnya pada waktu yang tepat,” komentar Lee Rang.
“Apa yang
harus kulakukan saat itu? Bolehkah aku membunuhnya?” tanya Yoo Ri, bersemangat.
“Yoo Ri.
Kamu tahu kapan kerang terasa paling lezat?” tanya Lee Rang sambil mengambil
satu kerang. “Saat bunga persik mekar. Saat itulah cangkangnya mengeras dan
dagingnya menjadi empuk. Jika menginginkan bahan terbaik, kamu harus belajar
menunggu. Perlakukan dia dengan baik, dan buat dia bersenang-senang. Yeon
sangat menyayanginya,” jelasnya. Dan Yoo Ri mengiyakan dengan patuh.
Kemudian
setelah itu, Lee Rang pamit dan pergi, karena dia ingin menyapa Lee Yeon.
Direstoran
es krim. Lee Rang bersikap sangat santai berhadapan dengan Lee Yeon, bahkan dia
berani mengambil sesuap es krim Lee Yeon, lalu mengomentari bahwa itu terasa
sangat buruk. Dengan kesal, Lee Yeon bertanya, kemana penduduk pulau tersebut.
Dan Lee Rang bersikap tidak peduli.
“Setahuku,
satu dari mereka bukan manusia,” kata Lee Yeon.
“Aku juga
mendengar rumor serupa yang mengatakan ada makhluk aneh yang tinggal di sumur
di gunung,” balas Lee Rang. Dan Lee Yeon ingin tahu apa itu. “Menurutmu
mungkinkah itu dia? Ular yang merenggut kekasihmu darimu?” tanyanya sambil
memperhatikan reaksi Lee Yeon.
“Aku sudah
membunuh makhluk itu,” balas Lee Yeon sambil mendengus dengan yakin.
“Hidup tidak
selalu berjalan sesuai rencanamu,” balas Lee Rang, penuh misteri. “Tapi aku
tahu satu hal. Kekasihmu juga tidak akan berumur panjang kali ini.”
Mendengar
itu, Lee Yeon menatap Lee Rang dengan tatapan tajam.
Ji A
mendiskusikan kasus penduduk yang hilang kepada Detektif Baek. Dia merasa
kejadian ini sama seperti kejadian di sebuah pulau di Carolina Utara pada tahun
1950.
Diatas atap.
Lee Yeon menanyai, sejak kapan Lee Rang menjadi sejahat ini. Dan Lee Rang
menjawab bahwa ini karena Lee Yeon menelantarkan hutan demi melindungi A Eum.
Dan dia menghabiskan bertahun- tahun mengutuki Lee Yeon.
“Apa yang
kamu inginkan dariku?” tanya Lee Yeon, langsung ke intinya.
“Hanya ada
satu cara untuk menghentikanku. Bunuh aku di sini sekarang dengan kedua
tanganmu,” jawab Lee Rang sambil menaruh pisau ke tangan Lee Yeon. “Bunuh aku.
Sama seperti kamu datang untuk memburuku hari itu.”
Flash back
Lee Rang
membunuh satu desa tanpa rasa ampun sama sekali. Kemudian Lee Yeon datang. Dan
melihatnya, Lee Rang merasa sangat senang, karena mereka sudah lama tidak
bertemu. Dan dia sangat merindukan Lee Yeon. Setelah kepergiaan Lee Yeon,
orang- orang mulai membakar gunung, dan dia berniat untuk menunggu Lee Yeon
disana, tapi disana terlalu panas dan menakutkan.
“Itukah
alasanmu membunuh semua orang ini? Bahkan mereka yang tidak bersalah?” tanya
Lee Yeon.
“Mereka
berdosa hanya dengan hidup dan bernapas. Aku baru saja menghabisi satu desa.
Mereka berlutut dan memohon ampun,” jawab Lee Rang dengan bangga.
“Begitu
rupanya,” balas Lee Yeon. “Dahulu kamu tidak bisa melewati anjing yang terluka.
Kamu banyak berubah,” komentarnya.
“Ikutlah
denganku. Mari kita ajarkan manusia siapa kita,” ajak Lee Rang.
Mendengar
itu, Lee Yeon melangkah mundur menjauhi Lee Rang sedikit. Dan Lee Rang merasa
heran ada apa. Dengan berat hati, Lee Yeon menjelaskan bahwa ini adalah
perintah dari para hakim akhirat. Setelah mengatakan itu, dia mengeluarkan
pedang nya dan bersikap untuk menghukum Lee Rang.
“Lee Rang,
yang membunuh begitu banyak orang tidak berdosa akan menanggung dosa-dosanya
hari ini dengan nyawanya,” kata Lee Yeon dengan berat hati. Lalu dia menyayat
Lee Rang menggunakan pedang nya.
Flash back
end
Menurut Lee
Rang, Lee Yeon sungguh brengsek. Karena mencampakkan adik sendiri demi seorang
wanita, lalu mengkhianati adik sendiri demi melakukan tugas. Dan semua tugas
itu demi membantu A Eum untuk bisa bereinkarnasi. Dia bisa selamat hanya karena
Lee Yeon melewatkan titik vitalnya. Jika tidak, maka dia akan mati saat itu dan
terbakar di Neraka kawah yang berapi. Mendengar itu, Lee Yeon merasa agak
bersalah.
“Bunuh aku.
Hanya itu cara agar kekasihmu bisa hidup,” tantang Lee rang.
“Baiklah.
Tidak akan terlalu buruk mengakhiri hidupmu lebih cepat daripada hidup sembrono
seperti ini,” balas Lee Yeon sambil bersiap
untuk menususk Lee Rang.
Pada
akhirnya, Lee Yeon beneran menusuk Lee Rang. Tapi dia menususk Lee Rang
menggunakan pegangan pisau yang tidak tajam. Dan Lee Rang meneriaki, kenapa Lee
Yeon tidak membunuhnya.
“Berhentilah
bersikap seperti anak yang ditelantarkan. Kamu bukan anak kecil lagi,” kata Lee
Yeon, menasehati. Lalu dia membuang pedang yang di pegangnya. Dan berjalan
pergi.
Dengan
emosi, Lee Rang mengambil pedang itu dan menyerang Lee Yeon sedikit. “Kamu tahu
kenapa aku menahan diri? Karena aku ingin melihat raut wajahmu saat dia mati
lagi di hadapanmu.”
“Tidak
peduli selemah apa pun sikapmu, aku tahu ini bukan jati dirimu yang
sesungguhnya,” balas Lee Yeon. Kemudian dia pamit dan berjalan pergi.
Detektif
Baek mengingatkan Ji A untuk jangan sampai kasus penduduk yang hilang ini
sampai ke media. Dan Ji A mengerti, tapi dia tidak yakin dengan keluarga atau
kerabat para korban yang menghilang.
“Tidak ada,”
kata Detektif Baek, menjelaskan. “Mereka tidak punya keluarga atau kerabat.”
“41 penduduk
dari desa itu?” tanya Ji A, tidak menyangka.
“Ya. Yang
lebih menyeramkan, mereka bukan penduduk asli pulau itu. Mereka pindah bersama
sekitar tahun 1950-an. Di hari yang sama, dengan perahu yang sama,” jelas
Detektif Baek dengan perasaan ngeri.
Hyeonuiong
menasehati Shin Joo untuk jangan pernah menikah. Karena bagi pria, pernikahan
itu seperti gol bunuh diri. Dan Shin Joo tidak percaya, karena Hyeonuiong
berhasil mendapatkan kakak ipar seperti Raja Hades, dan menurutnya itu adalah
gol kemenangan. Dan dengan keras, Hyeonuiong langsung membentak Shin Joo.
“Kenapa kamu
memarahi Shin Joo?” tanya pemilik restoran, Bok Hye Ja, melindungi Shin Joo.
“Aku pasti sudah memukulmu jika bukan karena Raja Hades.”
“Omong-omong,
bagaimana kalian berdua bertemu?” tanya Shin Joo, ingin tahu.
“Itu sebuah
kejahatan. Dahulu, istriku mengintip selagi aku mandi di sungai,” kata
Hyeonuiong, bercerita. Dan mendengar itu, Hye Ja tertawa, karena itu terdengar
seperti cinta pada pandangan pertama.
“Kalau
begitu, apa dia mengajakmu berkencan dahulu?’ tanya Hye Ja, ingin tahu.
“Aku diculik
malam itu. Dia menutupi kepalaku dengan karung dan membawaku pergi. Dia
mendudukkanku dan mengatakan dua hal. "Kamu mau tinggal denganku atau
pergi ke Neraka?", "Kamu mau tidur denganku atau pergi ke
Neraka?" Jadi, aku tidur dengannya,” kata Hyeonuiong dengan sedih dan menyesal.
Taluipa
memarahi Lee Yeon, karena berani membunuh orang. Dan Lee Yeon beralasan bahwa
tindakannya tidak salah, karena Dukun itu tampak sudah mau mati juga. Serta itu
darurat.
“Hukumanmu
telah diputuskan. Apa yang kamu pikirkan?” tanya Taluipa.
“Aku
bersedia menerima hukuman apa pun. Jadi, jangan terlalu mengkhawatirkanku,”
jawab Lee Yeon dengan santai.
“Apa karena
wanita itu? Akhirnya kamu menemukannya?” tanya Taluipa. Dan Lee Yeon tidak
merasa yakin, karena dia tidak bisa merasakan manik rubahnya di dalam Ji A.
Tapi Ji A sangat, sangat mirip sekali dengan A Eum.
Taluipa
dengan serius menyarankan Lee Yeon untuk berhenti, karena manusia dan rubah
tidak bisa berjodoh. Jadi obsesi Lee Yeon hanya akan menimbulkan malapetaka,
baik bagi Lee Yeon sendiri atau bagi A Eum yang terlahir kembali.
“Aku tidak
mengharapkan apa pun sebesar itu,” kata Lee Yeon dengan pelan. “Bahkan jika
hidup selama ribuan tahun, kita semua punya masa yang kita sukai. Era yang
paling kita sukai,” jelasnya.
Dengan
bersimpati Taluipa menatap Lee Yeon. “Lalu?”
“Seperti
itulah rasanya bagiku. Masa kesukaanku adalah saat dia menghirup udara yang
sama denganku.”
“Bahkan jika
terlahir kembali, dia tidak akan menjadi orang yang sama,” kata Taluipa,
menasehati.
“Aku tidak
peduli. Yang kuinginkan hanyalah melihat dia perlahan menua seraya mengalami
kebahagiaan, kemarahan, kesedihan, dan kesenangan dalam hidup,” jelas Lee Yeon,
bersungguh- sungguh.
Taluipa
masih ingin menasehati Lee Yeon. Tapi tepat disaat itu, Ji A menelpon. Jadi Lee
Yeon memintanya untuk diam. Lalu dengan sikap keren, dia menjawab telpon Ji A.
Ji A
mengajak Lee Yeon untuk makan bersama di luar. Dan mendengar itu, Lee Yeon pun
pamit kepada Taluipa. Dengan kesal, Taluipa membentak Lee Yeon dan mengingatkan
bahwa hukuman dari Akhirat bukanlah lelucon.
“Tapi aku
bahkan belum sempat minum seteguk pun hari ini,” keluh Lee Yeon.
“Ini kali
terakhir aku akan bersikap lunak. Kamu harus kembali sebelum tengah malam,”
kata Taluipa dengan tegas. Dan Lee Yeon mengiyakan dengan santai. Lalu diapun
pergi.