Sinopsis K- Drama : Tale of the Nine Tailed Episode 4 part 1

 


Original Network : tvN

Semua orang di dalam desa menghilang.

Ji A dan Lee Yeon sama- sama pergi dari rumah ke rumah untuk memeriksa apakah ada orang hidup, tapi mereka tidak menemukan satu orang pun. Bahkan mayat kemarin pun telah menghilang.

“Mereka tidak dibawa secara paksa. Aku tidak melihat tanda-tanda perlawanan atau keraguan,” kata Ji A.


“Mungkin mereka pergi bersama. Dan membawa mayat itu bersama mereka?” tebak Lee Yeon.

“Mereka meninggalkan dompet dan barang berharga lainnya,” balas Ji A, tidak setuju. “Mereka menghilang begitu saja. Ke manakah mereka?” tanyanya, heran.


Ji A menghubungi kantor polisi dan melaporkan kejadian hilangnya seluruh penduduk.


Setelah Ji A selesai menelpon. Dia mengikuti Lee Yeon yang menemukan sesuatu di pinggir laut. Melihat tiang- tiang bambu dan kain putih yang berada dipinggir laut, Ji A merasa kalau ini seperti jalur untuk menyambut Raja Naga. Dan Lee Yeon mengomentari bahwa arah jalur ini salah. Dan Ji A tidak mengerti.

“Gwimunbang. Haluan yang memungkinkan iblis masuk dan keluar,” kata Lee Yeon, menjelaskan.

“Jadi, pintu ini tidak dipasang untuk menyambut Raja Naga yang sebenarnya,” kata Ji A, menyimpulkan.


Hyeonuiong menelpon pihak neraka untuk meminta kain kafan lagi. Dan dia menginginkan pengiriman kilat. Lalu ketika dia melihat Taluipa, dia langsung menyelesaikan telponnya dan mematikan telponnya.

“Kamu yakin itu Imoogi? Kamu tidak bisa melihat dia pergi ke mana?” tanya Hyeonuiong, peduli dengan kekhawatiran dan masalah Taluipa.

“Apakah dia memakai jimat? Dia tidak meninggalkan jejak sedikit pun,” gumam Taluipa, bertanya- tanya.

“Haruskah kita memberi tahu Yeon?” tanya Hyenuiong, menyarankan.

“Berhentilah membuat keributan. Yeon tidak boleh tahu,” balas Taluipa dengan tegas. Dan Hyeonuiong pun diam serta pergi untuk melanjutkan pekerjaannya kembali.

Taluipan : “Aku penasaran apakah ini alasanaku tidak bisa meramalkan masa depan Yeon.”



Pyung Hee menghampiri Lee Yeon dan Ji A untuk memberitahu sesuatu. Sekitar pukul 02.00 lebih sedikit, dia terbangun karena haus, lalu dia mendengar ada suara tangisan. Awalnya dia mengira itu suara kucing liar, tapi ternyata bukan, dia sangat yakin kalau itu suara tangisan bayi. Anehnya, dipulau ini hanya ada wanita tua saja dan tidak ada wanita hamil sama sekali. Lebih tepat nya kejadian ini terjadi pukul 02.40, karena pada pukul segitu semua jam dirumah mati. Mendengar itu, Ji A memeriksa waktu di jam tangannya, dan perkataan Pyung Hee benar.

“Dini hari: Antara pukul 01.00 dan 03.00. Itu ketika pintu ke dunia lain terbuka,” gumam Lee Yeon.

“Aku penasaran apa yang terjadi semalam,” gumam Ji A, penasaran.



"Bab 4: Di Ambang Kematian"


Kedua orang tua palsu Yoo Ri merayakan ulang tahun Yoo Ri dengan cukup meriah direstoran dan mereka juga memberikannya hadiah ulang tahun yang cukup mahal. Menerima itu, Yoo Ri merasa sangat senang.


“Sayang, kapan kamu akan menikah?” tanya Ayah Yoo dengan perhatian.

“Dia masih muda,” balas Ibu Yoo, melindungi Yoo Ri.

“Dia 24 tahun. Sudah tidak muda.”

“Usianya 25 tahun,” balas Ibu Yoo.

Mendengar, kedua orang tua palsunya berdebat, Yoo Ri hanya tersenyum saja sambil menikmati steaknya menggunakan tangan, karena dia agak kesulitan menggunakan pisau.


Ayah Yoo merasa bingung, ketika mengetahui kalau sekarang Yoo Ri berusia 25 tahun. Karena seingatnya, Yoo Ri mengalami kecelakaan disaat usianya 24 tahun. Kecelakaan itu terjadi saat Yoo Ri pergi ke Nepal untuk mendaki. Yoo Ri terjatuh dan tewas. Dia sangat yakin karena dia melihat jasad Yoo Ri saat itu. Mendengar itu, Ibu Yoo sama sekali tidak ingat dan tidak tahu. Tapi Ayah Yoo sangat yakin.

Mendengar itu, Yoo Ri merasa sangat tidak senang dan membanting garpunya. “Aku sudah menyuruh Ayah melupakan semua ingatan tidak penting itu,” katanya dengan tajam.

“Siapa... Siapa kamu?” tanya Ayah Yoo, tidak kenal dengan Yoo Ri.

Lee Yeon membelikan ponsel baru untuk Ji A, sebagai ganti untuk ponsel Ji A yang dicuri oleh Lee Rang. Lalu dia juga mengunduhkan sebuah aplikasi di ponsel baru Ji A. Kemudian dia mengingatkan Ji A untuk jangan menjawab telpon dari nomor tidak dikenal ataupun dari Lee Rang. Mendengar itu, Ji A merasa kagum kepada Lee Yeon, karena dia tidak menyangka bahwa Lee Yeon juga mengetahui teknologi.

“Sekitar waktu ini tahun lalu, aku dihubungi Kejaksaan Wilayah Seoul Pusat. Seseorang memakai namaku secara ilegal!” kata Lee Yeon, bercerita. “Aku merobek telinga pria yang mencuri 20.000 dolar dariku. Tapi itu tidak cukup. Aku tidak bisa tidur,” keluh nya.



Mendengar cerita itu, Ji A merasa geli dan tertawa. Lalu dia meminta nomor ponsel Lee Yeon. Dan Lee Yeon menolak, karena dia merasa mereka berdua belum saling cukup mengenal.

“Ada beberapa hal yang belum sempat kutanyakan semalam. Aku juga ingin tahu lebih banyak tentangmu,” kata Ji A, menjelaskan.

“Baiklah. Kamu sangat konsisten,” balas Lee Yeon, memberikan nomor ponselnya.


Setelah itu, Ji A pamit dan pergi. Dan Lee Yeon memperhatikannya dengan seksama.

Yoo Ri menggunakan kekerasan untuk membuat Ayah Yoo mengingat kalau sekarang dialah adalah putrinya. Dia mencengkram wajah Ayah Yoo dengan kuat. Dan tepat disaat itu, Lee Rang datang serta menghentikan tindakannya tersebut.


Sebelah mata Lee Rang berubah seperti mata rubah. “Apa keinginanmu?” tanya nya.

“Aku ingin putriku hidup kembali,” jawab Ayah Yoo.

“Aku sudah mengabulkan keinginanmu,” balas Lee Rang. Lalu dia menunjuk Yoo Ri. “Siapa dia?”

“Dia putriku, Ki Yoo Ri. Usianya 25 tahun, dan dia akan mengambil alih pasarayaku,” jawab Ayah Yoo.

Mendengar jawaban itu, Lee Rang merasa puas dan menjentikkan jarinya. Lalu dia memerintahkan Ayah Yoo dan Ibu Yoo untuk pergi. Dan dengan patuh, mereka berdua pun pergi.


Setelah mereka berdua pergi, Yoo Ri langsung berseru gembira, karena dia merindukan Lee Rang. Kemudian dia menceritakan tentang Shin Joo yang lebih manis daripada dugaannya, karena Shin Joo begitu takut begitu melihat pistolnya dan dia berhasil mendapatkan kalung Shin Joo.

“Simpan saja. Dia akan datang mengambilnya pada waktu yang tepat,” komentar Lee Rang.



“Apa yang harus kulakukan saat itu? Bolehkah aku membunuhnya?” tanya Yoo Ri, bersemangat.

“Yoo Ri. Kamu tahu kapan kerang terasa paling lezat?” tanya Lee Rang sambil mengambil satu kerang. “Saat bunga persik mekar. Saat itulah cangkangnya mengeras dan dagingnya menjadi empuk. Jika menginginkan bahan terbaik, kamu harus belajar menunggu. Perlakukan dia dengan baik, dan buat dia bersenang-senang. Yeon sangat menyayanginya,” jelasnya. Dan Yoo Ri mengiyakan dengan patuh.

Kemudian setelah itu, Lee Rang pamit dan pergi, karena dia ingin menyapa Lee Yeon.

Direstoran es krim. Lee Rang bersikap sangat santai berhadapan dengan Lee Yeon, bahkan dia berani mengambil sesuap es krim Lee Yeon, lalu mengomentari bahwa itu terasa sangat buruk. Dengan kesal, Lee Yeon bertanya, kemana penduduk pulau tersebut. Dan Lee Rang bersikap tidak peduli.


“Setahuku, satu dari mereka bukan manusia,” kata Lee Yeon.

“Aku juga mendengar rumor serupa yang mengatakan ada makhluk aneh yang tinggal di sumur di gunung,” balas Lee Rang. Dan Lee Yeon ingin tahu apa itu. “Menurutmu mungkinkah itu dia? Ular yang merenggut kekasihmu darimu?” tanyanya sambil memperhatikan reaksi Lee Yeon.

“Aku sudah membunuh makhluk itu,” balas Lee Yeon sambil mendengus dengan yakin.

“Hidup tidak selalu berjalan sesuai rencanamu,” balas Lee Rang, penuh misteri. “Tapi aku tahu satu hal. Kekasihmu juga tidak akan berumur panjang kali ini.”

Mendengar itu, Lee Yeon menatap Lee Rang dengan tatapan tajam.

Ji A mendiskusikan kasus penduduk yang hilang kepada Detektif Baek. Dia merasa kejadian ini sama seperti kejadian di sebuah pulau di Carolina Utara pada tahun 1950.


Diatas atap. Lee Yeon menanyai, sejak kapan Lee Rang menjadi sejahat ini. Dan Lee Rang menjawab bahwa ini karena Lee Yeon menelantarkan hutan demi melindungi A Eum. Dan dia menghabiskan bertahun- tahun mengutuki Lee Yeon.

“Apa yang kamu inginkan dariku?” tanya Lee Yeon, langsung ke intinya.

“Hanya ada satu cara untuk menghentikanku. Bunuh aku di sini sekarang dengan kedua tanganmu,” jawab Lee Rang sambil menaruh pisau ke tangan Lee Yeon. “Bunuh aku. Sama seperti kamu datang untuk memburuku hari itu.”


Flash back

Lee Rang membunuh satu desa tanpa rasa ampun sama sekali. Kemudian Lee Yeon datang. Dan melihatnya, Lee Rang merasa sangat senang, karena mereka sudah lama tidak bertemu. Dan dia sangat merindukan Lee Yeon. Setelah kepergiaan Lee Yeon, orang- orang mulai membakar gunung, dan dia berniat untuk menunggu Lee Yeon disana, tapi disana terlalu panas dan menakutkan.


“Itukah alasanmu membunuh semua orang ini? Bahkan mereka yang tidak bersalah?” tanya Lee Yeon.

“Mereka berdosa hanya dengan hidup dan bernapas. Aku baru saja menghabisi satu desa. Mereka berlutut dan memohon ampun,” jawab Lee Rang dengan bangga.

“Begitu rupanya,” balas Lee Yeon. “Dahulu kamu tidak bisa melewati anjing yang terluka. Kamu banyak berubah,” komentarnya.

“Ikutlah denganku. Mari kita ajarkan manusia siapa kita,” ajak Lee Rang.


Mendengar itu, Lee Yeon melangkah mundur menjauhi Lee Rang sedikit. Dan Lee Rang merasa heran ada apa. Dengan berat hati, Lee Yeon menjelaskan bahwa ini adalah perintah dari para hakim akhirat. Setelah mengatakan itu, dia mengeluarkan pedang nya dan bersikap untuk menghukum Lee Rang.

“Lee Rang, yang membunuh begitu banyak orang tidak berdosa akan menanggung dosa-dosanya hari ini dengan nyawanya,” kata Lee Yeon dengan berat hati. Lalu dia menyayat Lee Rang menggunakan pedang nya.

Flash back end

Menurut Lee Rang, Lee Yeon sungguh brengsek. Karena mencampakkan adik sendiri demi seorang wanita, lalu mengkhianati adik sendiri demi melakukan tugas. Dan semua tugas itu demi membantu A Eum untuk bisa bereinkarnasi. Dia bisa selamat hanya karena Lee Yeon melewatkan titik vitalnya. Jika tidak, maka dia akan mati saat itu dan terbakar di Neraka kawah yang berapi. Mendengar itu, Lee Yeon merasa agak bersalah.


“Bunuh aku. Hanya itu cara agar kekasihmu bisa hidup,” tantang Lee rang.

“Baiklah. Tidak akan terlalu buruk mengakhiri hidupmu lebih cepat daripada hidup sembrono seperti ini,” balas Lee Yeon sambil bersiap  untuk menususk Lee Rang.


Pada akhirnya, Lee Yeon beneran menusuk Lee Rang. Tapi dia menususk Lee Rang menggunakan pegangan pisau yang tidak tajam. Dan Lee Rang meneriaki, kenapa Lee Yeon tidak membunuhnya.

“Berhentilah bersikap seperti anak yang ditelantarkan. Kamu bukan anak kecil lagi,” kata Lee Yeon, menasehati. Lalu dia membuang pedang yang di pegangnya. Dan berjalan pergi.



Dengan emosi, Lee Rang mengambil pedang itu dan menyerang Lee Yeon sedikit. “Kamu tahu kenapa aku menahan diri? Karena aku ingin melihat raut wajahmu saat dia mati lagi di hadapanmu.”

“Tidak peduli selemah apa pun sikapmu, aku tahu ini bukan jati dirimu yang sesungguhnya,” balas Lee Yeon. Kemudian dia pamit dan berjalan pergi.


Detektif Baek mengingatkan Ji A untuk jangan sampai kasus penduduk yang hilang ini sampai ke media. Dan Ji A mengerti, tapi dia tidak yakin dengan keluarga atau kerabat para korban yang menghilang.

“Tidak ada,” kata Detektif Baek, menjelaskan. “Mereka tidak punya keluarga atau kerabat.”

“41 penduduk dari desa itu?” tanya Ji A, tidak menyangka.

“Ya. Yang lebih menyeramkan, mereka bukan penduduk asli pulau itu. Mereka pindah bersama sekitar tahun 1950-an. Di hari yang sama, dengan perahu yang sama,” jelas Detektif Baek dengan perasaan ngeri.

Hyeonuiong menasehati Shin Joo untuk jangan pernah menikah. Karena bagi pria, pernikahan itu seperti gol bunuh diri. Dan Shin Joo tidak percaya, karena Hyeonuiong berhasil mendapatkan kakak ipar seperti Raja Hades, dan menurutnya itu adalah gol kemenangan. Dan dengan keras, Hyeonuiong langsung membentak Shin Joo.


“Kenapa kamu memarahi Shin Joo?” tanya pemilik restoran, Bok Hye Ja, melindungi Shin Joo. “Aku pasti sudah memukulmu jika bukan karena Raja Hades.”

“Omong-omong, bagaimana kalian berdua bertemu?” tanya Shin Joo, ingin tahu.

“Itu sebuah kejahatan. Dahulu, istriku mengintip selagi aku mandi di sungai,” kata Hyeonuiong, bercerita. Dan mendengar itu, Hye Ja tertawa, karena itu terdengar seperti cinta pada pandangan pertama.


“Kalau begitu, apa dia mengajakmu berkencan dahulu?’ tanya Hye Ja, ingin tahu.

“Aku diculik malam itu. Dia menutupi kepalaku dengan karung dan membawaku pergi. Dia mendudukkanku dan mengatakan dua hal. "Kamu mau tinggal denganku atau pergi ke Neraka?", "Kamu mau tidur denganku atau pergi ke Neraka?" Jadi, aku tidur dengannya,” kata Hyeonuiong dengan sedih dan menyesal.



Taluipa memarahi Lee Yeon, karena berani membunuh orang. Dan Lee Yeon beralasan bahwa tindakannya tidak salah, karena Dukun itu tampak sudah mau mati juga. Serta itu darurat.

“Hukumanmu telah diputuskan. Apa yang kamu pikirkan?” tanya Taluipa.

“Aku bersedia menerima hukuman apa pun. Jadi, jangan terlalu mengkhawatirkanku,” jawab Lee Yeon dengan santai.

“Apa karena wanita itu? Akhirnya kamu menemukannya?” tanya Taluipa. Dan Lee Yeon tidak merasa yakin, karena dia tidak bisa merasakan manik rubahnya di dalam Ji A. Tapi Ji A sangat, sangat mirip sekali dengan A Eum.


Taluipa dengan serius menyarankan Lee Yeon untuk berhenti, karena manusia dan rubah tidak bisa berjodoh. Jadi obsesi Lee Yeon hanya akan menimbulkan malapetaka, baik bagi Lee Yeon sendiri atau bagi A Eum yang terlahir kembali.

“Aku tidak mengharapkan apa pun sebesar itu,” kata Lee Yeon dengan pelan. “Bahkan jika hidup selama ribuan tahun, kita semua punya masa yang kita sukai. Era yang paling kita sukai,” jelasnya.

Dengan bersimpati Taluipa menatap Lee Yeon. “Lalu?”




“Seperti itulah rasanya bagiku. Masa kesukaanku adalah saat dia menghirup udara yang sama denganku.”

“Bahkan jika terlahir kembali, dia tidak akan menjadi orang yang sama,” kata Taluipa, menasehati.

“Aku tidak peduli. Yang kuinginkan hanyalah melihat dia perlahan menua seraya mengalami kebahagiaan, kemarahan, kesedihan, dan kesenangan dalam hidup,” jelas Lee Yeon, bersungguh- sungguh.


Taluipa masih ingin menasehati Lee Yeon. Tapi tepat disaat itu, Ji A menelpon. Jadi Lee Yeon memintanya untuk diam. Lalu dengan sikap keren, dia menjawab telpon Ji A.

Ji A mengajak Lee Yeon untuk makan bersama di luar. Dan mendengar itu, Lee Yeon pun pamit kepada Taluipa. Dengan kesal, Taluipa membentak Lee Yeon dan mengingatkan bahwa hukuman dari Akhirat bukanlah lelucon.



“Tapi aku bahkan belum sempat minum seteguk pun hari ini,” keluh Lee Yeon.

“Ini kali terakhir aku akan bersikap lunak. Kamu harus kembali sebelum tengah malam,” kata Taluipa dengan tegas. Dan Lee Yeon mengiyakan dengan santai. Lalu diapun pergi.

Post a Comment

Previous Post Next Post