Original Network : tvN
"Bab 4, Aku Juga Menunggumu"
Ji
A mengobati luka- luka ditubuh Lee Yeon sambil menjelaskan bahwa walaupun Lee
Yeon terluka, dia tidak bisa membawa Lee Yeon ke rumah sakit, dan dulu dia
pernah mempelajari caranya memberikan pertolongan pertama dari Ibunya yang
seorang Dokter. Jadi Lee Yeon bisa tenang. Mendengar itu, Lee Yeon hanya diam
dan meringis kesakitan.
“Buka mulutmu,” perintah Ji A. Dan dengan bingung, Lee Yeon membuka mulutnya. Lalu Ji A memasukkan permen ke dalam mulutnya. “Saat masih kecil, ibuku sering memberiku permen stroberi setiap kali aku pergi ke rumah sakit untuk disuntik. Setelah itu, aku tidak takut pergi ke rumah sakit,” katanya, bercerita. Lalu kemudian dia diam.
“Teruslah
bicara,” pinta Lee Yeon.
Ji
A pun lanjut bercerita. Polisi memberitahu bahwa pelaku yang membunuh kedua
orang tuanya bukanlah manusia. Lalu dia dirawat di rumah sakit kejiwaan anak.
Disana Dokter tidak mengizinkannya untuk pulang. Dan Lee Yeon berkomentar bahwa
dia setuju dengan si Dokter.
Karena
tidak diizinkan untuk pulang, maka Ji A pun memperhatikan si Dokter. Lalu suatu
saat, dia melihat si Dokter mencuri propofol. Dan kemudian dia membuat
kesepakatan dengan si Dokter. Lebih tepat nya dia mengancam si Dokter supaya
mengizinkan nya untuk pulang. Dan si Dokter pun mengizinkan nya. Lalu Ji A
pulang dengan mobil pamannya.
Flash
back
Ketika
Ji A duduk didepan rumah dan menangis, karena dia merindukan kedua orang
tuanya. Disaat itu, dua kunang- kunang muncul di hadapan nya. Dan dia merasa
sangat senang.
Ji
A : “Aku
akhirnya pulang setelah tiga bulan. Tapi aku tidak suka sendirian tanpa orang
tuaku, jadi, aku duduk di depan pintu. Dua kunang-kunang yang kulihat terasa
seperti orang tuaku.”
Lee
Yeon mengingat kenangan tersebut juga. Karena dia yang mengirimkan dua kunang-
kunang itu untuk menghibur Ji A yang sedang bersedih.
Flash
back end
Dengan
perhatian, Ji A membalut luka ditubuh Lee Yeon. Kemudian ketika Lee Yeon telah
tertidur, Ji A memperhatikan nya dengan serius sambil merenungkan perkataan Lee
Yeon sebelum nya.
Lee
Yeon : “Aku
juga menunggumu.”
Pagi
hari. Ketika Lee Yeon terbangun duluan, dia memperhatikan Ji A yang tidur
didekatnya. Dengan pelan, dia menyentuh wajah Ji A sedikit, karena takut Ji A
akan terbangun.
Disebuah
rumah. Seorang anak pria yang masih tergolong sangat muda, dia mempelajari
pelajaran yang sulit.
Tangan
Ji A bergerak sedikit dan tidak sengaja bersentuhan dengan tangan Lee Yeon. Dan
sentuhan sedikit itu membuat Lee Yeon merasa sangat senang serta puas. Lalu dia
berniat untuk memegang tangan Ji A. Namun sialnya, disaat itu Shin Joo datang
sambil berteriak, dan Lee Yeon pun merasa kesal. Lalu dia memberikan tanda
supaya Shin Joo diam, sebab Ji A masih tidur. Tapi Shin Joo tidak memperhatikan
tanda itu.
“Lihat
dirimu. Kamu benar-benar kacau. Kamu membuatku sangat khawatir,” kata Shin Joo
dengan suara keras sambil memukul tempat tidur.
“Bisakah
kamu diam?” keluh Lee Yeon. Dan Shin Joo merasa bingung kenapa harus diam.
Tepat
disaat itu, Ji A terbangun. Dan ketika melihat Shin Joo, dia merasa terkejut.
Begitu juga dengan Shin Joo. Tapi kemudian Shin Joo mengabaikan Ji A dan
memeluk Lee Yeon dengan perasaan terharu.
“Akhirnya
kamu berhasil! Kamu menemukannya setelah menanti 600 tahun seperti orang
bodoh,” komentar Shin Joo. Lalu ketika sadar kalau Lee Yeon sedang sakit,
diapun melepaskan Lee Yeon.
“Kamu
menangis?” tanya Lee Yeon sambil meringis.
“Kenapa
aku menangis?” gumam Shin Joo sambil menghapus air matanya.
Ji
A memanggil Shin Joo. Dan dengan sopan, Shin Joo memberikan hormat kepada Ji A.
Lalu dia memperkenalkan dirinya dengan cerita yang sangat panjang. Dia adalah
pengikut setia Lee Yeon. Saat ini dia adalah dokter, pengawal, dan pelayan Lee
Yeon. Karena dia, Lee Yeon jadi bisa hidup dengan layak dan baik, karena untuk
mencuci pakaian dalam sendiri saja, Lee Yeon sama sekali tidak bisa. Mendengar
itu, Lee Yeon menyuruh Shin Joo untuk diam.
“Akhirnya
aku mengerti kenapa kamu tahu segalanya tentang hewan. Kamu sebenarnya rubah?”
komentar Ji A sambil memperhatikan Shin Joo.
“Jangan
melihat terlalu dekat,” balas Shin Joo, bersikap malu- malu.
“Dia
sangat angkuh sekarang. Dia membuat tanda tangan dan praktik sendiri,” jelas
Lee Yeon.
“Anggap
saja semua itu sudah ditakdirkan,” balas Shin Joo dengan bangga sambil
cengengesan.
Mendengar
itu, Ji A dan Lee Yeon terdiam, karena tidak bisa berkomentar apapun untuk
sikapnya.
Lee
Rang merasa tidak bersemangat, apapun yang dia beli atau makan, tidak ada yang
bisa memuaskannya. Dan dia merasa, apakah mungkin ini karena dia sudah hidup
terlalu lama. Tapi kemudian dia merasa bersemangat kembali, ketika dia melihat
jam tangan yang dipakai si karyawan toko. Dia menginginkan jam tangan tersebut.
“Berapa
harga jam tangan itu?” tanya Lee Rang, tertarik.
“Yang
ini sangat murah,” jawab si karyawan toko dengan sopan.
“Kenapa
kamu memakai jam tangan murahan?”
“Ini
milik mendiang ayahku,” jawab si karyawan toko. Dan Lee Rang semakin merasa
tertarik. “Ya, ini benda paling berharga di dunia bagiku.”
“Berikan
kepadaku,” pinta Lee Rang. Dan si karyawan toko pun memperlihatkan jam
tangannya.
Dibelakang
tali jam ada tulisan kecil yang di tulis oleh Ayah si karyawan toko. Dan
mengetahui itu, Lee Rang mengajak si karyawan toko untuk tukaran. Dia akan
memberikan jam tangan mahal yang baru dibelinya. Lalu dia akan mengambil jam
tangan murah milik si karyawan toko. Dan si karyawan toko tertawa dengan kaku
serta mengomentari, apakah Lee Rang hanya bercanda saja.
“Tidak.
Aku penasaran yang mana pilihanmu. Keluarga? Atau …” kata Lee Rang, memberikan
pilihan.
Setelah
selesai, Lee Rang masuk ke dalam mobil Yoo Ri yang sudah menunggu sedari tadi.
Dengan
perhatian, Shin Joo membantu Lee Yeon untuk berjalan dan bahkan membantu Lee
Yeon untuk meniup bubur yang masih panas, lalu menyuapinya. Melihat itu, Ji A
memperhatikan mereka berdua dengan serius. Dan Lee Yeon merasa malu, jadi dia
menghentikan Shin Joo serta mulai makan sendiri. Tapi kemudian dia malah
melukai lidahnya sendiri, karena dia memasukkan bubur panas begitu saja ke
dalam mulutnya tanpa meniup nya.
Melihat
itu, Ji A menyuruh Shin Joo untuk membantu Lee Yeon. Dan Shin Joo menolak serta
mendorong tanggung jawab kepada Ji A. Dan Ji A juga ingin menolak, tapi Shin
Joo tidak mengizinkan.
“Kekuatan
cinta. Itu pengobatan paling efektif,” kata Shin Joo, menjelaskan. “Pak Lee
pemarah, tidak bisa mengekspresikan dirinya, dan pelit, tapi dia orang paling
romantis di dunia. Dia memiliki aset bernilai lebih dari 30 juta dolar. Dia
tampan. Dia tidak mengidap penyakit kronis. Harapan hidupnya sangat panjang,
itu gila,” jelasnya seperti orang tua yang mencari jodoh untuk anak nya.
Mendengar
itu, Lee Yeon menyuruh Shin Joo untuk pergi. Dan Shin Joo pun mengiyakan. Lalu
Ji A mengikutinya berdiri untuk mengantarkannya keluar.
“Beri
dia es krim setelah dia menghabiskan buburnya. Bahkan jika dia merengek, ya?”
kata Shin Joo, mengingatkan Ji A, sebelum dia beneran pergi. “Saat mandi, beri
dia tiga bebek karet. Dia menyukainya.”
“Hei,
kubilang pergi!” bentak Lee Yeon, merasa malu. Dan Shin Joo tertawa. Lalu
diapun beneran pergi.
Lee
Rang membuang jam tangan milik si karyawan toko barusan, dan dia merasa senang
ketika jam tangan tersebut hancur begitu saja di lindas oleh mobil- mobil.
“Apa
itu?” tanya Yoo Ri, ingin tahu.
“Sesuatu
yang merupakan benda paling berharga bagi seorang pemuda sampai beberapa saat
lalu. Dia tidak punya sesuatu seperti itu lagi. Sama sepertiku,” jawab Lee
Rang, puas.
Melihat
Lee Yeon sangat menikmati es krim nya, maka Ji A pun ingin mencoba juga. Dan
melihat Ji A memakan es krim nya, Lee Yeon merasa sangat senang dan terpesona memperhatikan Ji
A.
“Apa
yang kamu pikirkan?” tanya Ji A dengan canggung, saat menyadari Lee Yeon terus
menatapnya.
“Hanya
bahwa sesuatu sesederhana es krim bisa membuat hidup semanis ini,” jawab Lee
Yeon dengan serius.
Ji
A merasa penasaran dan ingin tahu tentang bagaimana cinta pertama Lee Yeon,
jadi diapun bertanya. Dan Lee Yeon pun menceritakan tentang A Eum. Dimulai dari
bagaimana pertemuan pertama mereka.
Flash
back
A
Eum yang berarti ‘bersuara tinggi’. Pertama kali bertemu, A Eum memperlakukan
Lee Yeon seperti anjing. Lalu Lee Yeon pun membalas nya dengan bersiul
memanggil harimau peliharaan nya. Dan mendengar suara raungan harimau, Ji A
menutup kedua telinga serta matanya dengan takut. Setelah itu, dia merasa
terkagum- kagum kepada Lee Yeon.
“Setelah
kamu tahu, enyahlah. Kecuali kamu mau menjadi mangsa harimau,” ancam Lee Yeon
dengan acuh.
“Aku
ingin kamu melayaniku. Kamu akan kuberi nasi setiap hari. Aku akan memberimu
pakaian sutra. Kamu akan hidup mewah. Ya?” kata A Eum, menawarkan dengan sikap
bangga.
Flash
back end
Mendengar
cerita tersebut, Ji A merasa itu sangat lucu dan tertawa. Dan Lee Yeon
menjelaskan bahwa karena A Eum seperti itu, maka dia mendorong A Eum dan mengusirnya. Lalu A Eum turun dari gunung
sambil menangis. Tapi keesokan harinya A Eum kembali lagi. Karena A Eum sangat
gigih, maka diapun bermurah hati dan membiarkan A Eum untuk menang saat itu.
Flash
back
“Jika
kamu meleset lagi, aku akan memakanmu,” kata Lee Yeon, memperingatkan sambil
duduk memakan apel nya dengan santai di bawah pohon.
Didepan,
A Eum berdiri dan mencoba untuk memanah Lee Yeon, tapi pada akhirnya dia gagal,
karena Lee Yeon berhasil menangkap anak panah nya. Lalu diapun beralasan bahwa ini meleset karena angin.
Jadi dia ingin ulang lagi.
“Kamu
tidak berbakat. Manusia. Pergi dan menyulam atau menerbangkan layangan saja,
ya?” kata Lee Yeon sambil mengembalikan anak panah A Eum.
“Jangan
berani-berani memerintahku. Kamu menguji kesabaranku,” balas A Eum.
“Lihat
bocah ini. Memangnya kamu siapa harus bersabar denganku?” keluh Lee Yeon.
“Lemparkan,”
perintah A Eum. Dan Lee Yeon pun melemparkan apelnya, dan dengan mudah A Eum
berhasil memanah apel tersebut. Melihat itu, Lee Yeon merasa terkejut, karena
tidak menyangka.
A
Eum menjelaskan bahwa dia bukannya tidak bisa memanah dengan baik, tapi dia
hanya tidak ingin melukai Lee Yeon. Sebab dia menyukai Lee Yeon. Mendengar itu,
Lee Yeon merasa malu dan melangkah mundur.
Hubungan
Lee Yeon dan A Eum berlanjut sambil A Eum menjadi dewasa. Dan Lee Yeon sering
menemani A Eum untuk berlatih memanah.
“Bukankah
ini saatnya memberitahuku?” tanya Lee Yeon, ingin tahu alasan Ji A gigih
berlati memanah. “Jangan memberiku omong kosong seperti, ‘Karena itu keren,’
jelasnya, memperingatkan.
“Aku
akan membunuh ayahku. Dia raja bangsa ini,” jawab Ji A dengan serius.
Angin
mulai berhembus dengan kencang. Dan melihat keseriusan Ji A, maka Lee Yeon pun
membantu serta mengajarkan Ji A supaya bisa semakin membaik dalam memanah.
“Selama
aku ada, angin menjadi milikmu,” kata Lee Yeon sambil memeluk Ji A dari
belakang.
Flash
back end
Mendengar
cerita itu, Ji A merasa terkesan. Dan dia lalu merasa heran, kenapa A Eum ingin
membunuh Ayahnya sendiri. Dan jawabannya, Ayah A Eum adalah Raja, tapi dia
tidak bertindak seperti Raja. Jeritan terdengar setiap hari dari Istana dan
penderitaan dan kesengsaraan tidak ada hentinya. Sebenaranya Raja tersebut
adalah suatu makhluk jahat yang berada di Istana serta berpura- pura menjadi
Raja. Orang menyebutnya Naga Bumi.
“Naga
bumi? Maksudmu Imoogi?” tebak Ji A.
“Omong-omong,
anak siapa itu sehingga kamu merahasiakannya…” tanya si Guru yang di
perkerjakan oleh Pria Rang. Dan Pria Rang tidak meresponnya. “Sebenarnya, siapa
yang peduli anak siapa itu? Semua bayi adalah malaikat,” katanya sambil tertawa
dengan canggung.
“Kamar
anak itu terletak di ujung lantai dua,” kata Pria Rang, memberitahu.
“Begitu
rupanya. Lalu apa yang harus kulakukan dahulu?” tanya si Guru.
“Saat
ini, dia hanya perlu makan,” jawab Pria Rang.
“Ya,
tentu saja,’ jawab si Guru.
Melihat
si Guru masuk ke dalam jebakannya, Pria Rang tersenyum dengan senang dan puas.
Ketika
si Guru masuk ke dalam kamar Imoogi, dia merasa heran, karena ada banyak jimat
yang di tempel di dinding. Lalu dengan canggung, dia memanggil Imoogi. “Nak?
Waktunya makan.”
Mendengar
itu, Imoogi mengambaikan si Guru sambil terus membaca buku pelajarannya. Dan
karena itu, si Guru pun mendekati Imoogi. Lalu ketika dia melihat wajah dan
kulit Imoogi yang memiliki sisik ular, dia merasa terkejut dan ngeri, dia
mengira itu adalah penyakit menular.
Sebelum
si Guru sempat pergi, Imoogi menangkap pergelangan tangannya dan menghisap
hidupnya.
Pria
Rang mengabaikan suara jeritan si Guru.
Imoogi
menutup pintu kamarnya kembali.