Sinopsis K- Drama : Tale of the Nine Tailed Episode 5 part 1




Original Network : tvN

"Bab 4, Aku Juga Menunggumu"

Ji A mengobati luka- luka ditubuh Lee Yeon sambil menjelaskan bahwa walaupun Lee Yeon terluka, dia tidak bisa membawa Lee Yeon ke rumah sakit, dan dulu dia pernah mempelajari caranya memberikan pertolongan pertama dari Ibunya yang seorang Dokter. Jadi Lee Yeon bisa tenang. Mendengar itu, Lee Yeon hanya diam dan meringis kesakitan.

“Buka mulutmu,” perintah Ji A. Dan dengan bingung, Lee Yeon membuka mulutnya. Lalu Ji A memasukkan permen ke dalam mulutnya. “Saat masih kecil, ibuku sering memberiku permen stroberi setiap kali aku pergi ke rumah sakit untuk disuntik. Setelah itu, aku tidak takut pergi ke rumah sakit,” katanya, bercerita. Lalu kemudian dia diam.


“Teruslah bicara,” pinta Lee Yeon.

Ji A pun lanjut bercerita. Polisi memberitahu bahwa pelaku yang membunuh kedua orang tuanya bukanlah manusia. Lalu dia dirawat di rumah sakit kejiwaan anak. Disana Dokter tidak mengizinkannya untuk pulang. Dan Lee Yeon berkomentar bahwa dia setuju dengan si Dokter.

Karena tidak diizinkan untuk pulang, maka Ji A pun memperhatikan si Dokter. Lalu suatu saat, dia melihat si Dokter mencuri propofol. Dan kemudian dia membuat kesepakatan dengan si Dokter. Lebih tepat nya dia mengancam si Dokter supaya mengizinkan nya untuk pulang. Dan si Dokter pun mengizinkan nya. Lalu Ji A pulang dengan mobil pamannya.


Flash back

Ketika Ji A duduk didepan rumah dan menangis, karena dia merindukan kedua orang tuanya. Disaat itu, dua kunang- kunang muncul di hadapan nya. Dan dia merasa sangat senang.

Ji A : “Aku akhirnya pulang setelah tiga bulan. Tapi aku tidak suka sendirian tanpa orang tuaku, jadi, aku duduk di depan pintu. Dua kunang-kunang yang kulihat terasa seperti orang tuaku.”

Lee Yeon mengingat kenangan tersebut juga. Karena dia yang mengirimkan dua kunang- kunang itu untuk menghibur Ji A yang sedang bersedih.

Flash back end



Dengan perhatian, Ji A membalut luka ditubuh Lee Yeon. Kemudian ketika Lee Yeon telah tertidur, Ji A memperhatikan nya dengan serius sambil merenungkan perkataan Lee Yeon sebelum nya.

Lee Yeon : “Aku juga menunggumu.”



Pagi hari. Ketika Lee Yeon terbangun duluan, dia memperhatikan Ji A yang tidur didekatnya. Dengan pelan, dia menyentuh wajah Ji A sedikit, karena takut Ji A akan terbangun.


Disebuah rumah. Seorang anak pria yang masih tergolong sangat muda, dia mempelajari pelajaran yang sulit.



Tangan Ji A bergerak sedikit dan tidak sengaja bersentuhan dengan tangan Lee Yeon. Dan sentuhan sedikit itu membuat Lee Yeon merasa sangat senang serta puas. Lalu dia berniat untuk memegang tangan Ji A. Namun sialnya, disaat itu Shin Joo datang sambil berteriak, dan Lee Yeon pun merasa kesal. Lalu dia memberikan tanda supaya Shin Joo diam, sebab Ji A masih tidur. Tapi Shin Joo tidak memperhatikan tanda itu.

“Lihat dirimu. Kamu benar-benar kacau. Kamu membuatku sangat khawatir,” kata Shin Joo dengan suara keras sambil memukul tempat tidur.


“Bisakah kamu diam?” keluh Lee Yeon. Dan Shin Joo merasa bingung kenapa harus diam.

Tepat disaat itu, Ji A terbangun. Dan ketika melihat Shin Joo, dia merasa terkejut. Begitu juga dengan Shin Joo. Tapi kemudian Shin Joo mengabaikan Ji A dan memeluk Lee Yeon dengan perasaan terharu.


“Akhirnya kamu berhasil! Kamu menemukannya setelah menanti 600 tahun seperti orang bodoh,” komentar Shin Joo. Lalu ketika sadar kalau Lee Yeon sedang sakit, diapun melepaskan Lee Yeon.

“Kamu menangis?” tanya Lee Yeon sambil meringis.

“Kenapa aku menangis?” gumam Shin Joo sambil menghapus air matanya.


Ji A memanggil Shin Joo. Dan dengan sopan, Shin Joo memberikan hormat kepada Ji A. Lalu dia memperkenalkan dirinya dengan cerita yang sangat panjang. Dia adalah pengikut setia Lee Yeon. Saat ini dia adalah dokter, pengawal, dan pelayan Lee Yeon. Karena dia, Lee Yeon jadi bisa hidup dengan layak dan baik, karena untuk mencuci pakaian dalam sendiri saja, Lee Yeon sama sekali tidak bisa. Mendengar itu, Lee Yeon menyuruh Shin Joo untuk diam.

“Akhirnya aku mengerti kenapa kamu tahu segalanya tentang hewan. Kamu sebenarnya rubah?” komentar Ji A sambil memperhatikan Shin Joo.

“Jangan melihat terlalu dekat,” balas Shin Joo, bersikap malu- malu.


“Dia sangat angkuh sekarang. Dia membuat tanda tangan dan praktik sendiri,” jelas Lee Yeon.

“Anggap saja semua itu sudah ditakdirkan,” balas Shin Joo dengan bangga sambil cengengesan.

Mendengar itu, Ji A dan Lee Yeon terdiam, karena tidak bisa berkomentar apapun untuk sikapnya.


Lee Rang merasa tidak bersemangat, apapun yang dia beli atau makan, tidak ada yang bisa memuaskannya. Dan dia merasa, apakah mungkin ini karena dia sudah hidup terlalu lama. Tapi kemudian dia merasa bersemangat kembali, ketika dia melihat jam tangan yang dipakai si karyawan toko. Dia menginginkan jam tangan tersebut.

“Berapa harga jam tangan itu?” tanya Lee Rang, tertarik.

“Yang ini sangat murah,” jawab si karyawan toko dengan sopan.

“Kenapa kamu memakai jam tangan murahan?”

“Ini milik mendiang ayahku,” jawab si karyawan toko. Dan Lee Rang semakin merasa tertarik. “Ya, ini benda paling berharga di dunia bagiku.”

“Berikan kepadaku,” pinta Lee Rang. Dan si karyawan toko pun memperlihatkan jam tangannya.




Dibelakang tali jam ada tulisan kecil yang di tulis oleh Ayah si karyawan toko. Dan mengetahui itu, Lee Rang mengajak si karyawan toko untuk tukaran. Dia akan memberikan jam tangan mahal yang baru dibelinya. Lalu dia akan mengambil jam tangan murah milik si karyawan toko. Dan si karyawan toko tertawa dengan kaku serta mengomentari, apakah Lee Rang hanya bercanda saja.

“Tidak. Aku penasaran yang mana pilihanmu. Keluarga? Atau …” kata Lee Rang, memberikan pilihan.

Setelah selesai, Lee Rang masuk ke dalam mobil Yoo Ri yang sudah menunggu sedari tadi.




Dengan perhatian, Shin Joo membantu Lee Yeon untuk berjalan dan bahkan membantu Lee Yeon untuk meniup bubur yang masih panas, lalu menyuapinya. Melihat itu, Ji A memperhatikan mereka berdua dengan serius. Dan Lee Yeon merasa malu, jadi dia menghentikan Shin Joo serta mulai makan sendiri. Tapi kemudian dia malah melukai lidahnya sendiri, karena dia memasukkan bubur panas begitu saja ke dalam mulutnya tanpa meniup nya.

Melihat itu, Ji A menyuruh Shin Joo untuk membantu Lee Yeon. Dan Shin Joo menolak serta mendorong tanggung jawab kepada Ji A. Dan Ji A juga ingin menolak, tapi Shin Joo tidak mengizinkan.


“Kekuatan cinta. Itu pengobatan paling efektif,” kata Shin Joo, menjelaskan. “Pak Lee pemarah, tidak bisa mengekspresikan dirinya, dan pelit, tapi dia orang paling romantis di dunia. Dia memiliki aset bernilai lebih dari 30 juta dolar. Dia tampan. Dia tidak mengidap penyakit kronis. Harapan hidupnya sangat panjang, itu gila,” jelasnya seperti orang tua yang mencari jodoh untuk anak nya.

Mendengar itu, Lee Yeon menyuruh Shin Joo untuk pergi. Dan Shin Joo pun mengiyakan. Lalu Ji A mengikutinya berdiri untuk mengantarkannya keluar.


“Beri dia es krim setelah dia menghabiskan buburnya. Bahkan jika dia merengek, ya?” kata Shin Joo, mengingatkan Ji A, sebelum dia beneran pergi. “Saat mandi, beri dia tiga bebek karet. Dia menyukainya.”

“Hei, kubilang pergi!” bentak Lee Yeon, merasa malu. Dan Shin Joo tertawa. Lalu diapun beneran pergi.


Lee Rang membuang jam tangan milik si karyawan toko barusan, dan dia merasa senang ketika jam tangan tersebut hancur begitu saja di lindas oleh mobil- mobil.

“Apa itu?” tanya Yoo Ri, ingin tahu.

“Sesuatu yang merupakan benda paling berharga bagi seorang pemuda sampai beberapa saat lalu. Dia tidak punya sesuatu seperti itu lagi. Sama sepertiku,” jawab Lee Rang, puas.


Melihat Lee Yeon sangat menikmati es krim nya, maka Ji A pun ingin mencoba juga. Dan melihat Ji A memakan es krim nya, Lee Yeon merasa  sangat senang dan terpesona memperhatikan Ji A.

“Apa yang kamu pikirkan?” tanya Ji A dengan canggung, saat menyadari Lee Yeon terus menatapnya.

“Hanya bahwa sesuatu sesederhana es krim bisa membuat hidup semanis ini,” jawab Lee Yeon dengan serius.


Ji A merasa penasaran dan ingin tahu tentang bagaimana cinta pertama Lee Yeon, jadi diapun bertanya. Dan Lee Yeon pun menceritakan tentang A Eum. Dimulai dari bagaimana pertemuan pertama mereka.


Flash back

A Eum yang berarti ‘bersuara tinggi’. Pertama kali bertemu, A Eum memperlakukan Lee Yeon seperti anjing. Lalu Lee Yeon pun membalas nya dengan bersiul memanggil harimau peliharaan nya. Dan mendengar suara raungan harimau, Ji A menutup kedua telinga serta matanya dengan takut. Setelah itu, dia merasa terkagum- kagum kepada Lee Yeon.


“Setelah kamu tahu, enyahlah. Kecuali kamu mau menjadi mangsa harimau,” ancam Lee Yeon dengan acuh.

“Aku ingin kamu melayaniku. Kamu akan kuberi nasi setiap hari. Aku akan memberimu pakaian sutra. Kamu akan hidup mewah. Ya?” kata A Eum, menawarkan dengan sikap bangga.

Flash back end

Mendengar cerita tersebut, Ji A merasa itu sangat lucu dan tertawa. Dan Lee Yeon menjelaskan bahwa karena A Eum seperti itu, maka dia mendorong A Eum dan  mengusirnya. Lalu A Eum turun dari gunung sambil menangis. Tapi keesokan harinya A Eum kembali lagi. Karena A Eum sangat gigih, maka diapun bermurah hati dan membiarkan A Eum untuk menang saat itu.


Flash back

“Jika kamu meleset lagi, aku akan memakanmu,” kata Lee Yeon, memperingatkan sambil duduk memakan apel nya dengan santai di bawah pohon.

Didepan, A Eum berdiri dan mencoba untuk memanah Lee Yeon, tapi pada akhirnya dia gagal, karena Lee Yeon berhasil menangkap anak panah nya. Lalu diapun  beralasan bahwa ini meleset karena angin. Jadi dia ingin ulang lagi.


“Kamu tidak berbakat. Manusia. Pergi dan menyulam atau menerbangkan layangan saja, ya?” kata Lee Yeon sambil mengembalikan anak panah A Eum.

“Jangan berani-berani memerintahku. Kamu menguji kesabaranku,” balas A Eum.

“Lihat bocah ini. Memangnya kamu siapa harus bersabar denganku?” keluh Lee Yeon.

“Lemparkan,” perintah A Eum. Dan Lee Yeon pun melemparkan apelnya, dan dengan mudah A Eum berhasil memanah apel tersebut. Melihat itu, Lee Yeon merasa terkejut, karena tidak menyangka.


A Eum menjelaskan bahwa dia bukannya tidak bisa memanah dengan baik, tapi dia hanya tidak ingin melukai Lee Yeon. Sebab dia menyukai Lee Yeon. Mendengar itu, Lee Yeon merasa malu dan melangkah mundur.

Hubungan Lee Yeon dan A Eum berlanjut sambil A Eum menjadi dewasa. Dan Lee Yeon sering menemani A Eum untuk berlatih memanah.

“Bukankah ini saatnya memberitahuku?” tanya Lee Yeon, ingin tahu alasan Ji A gigih berlati memanah. “Jangan memberiku omong kosong seperti, ‘Karena itu keren,’ jelasnya, memperingatkan.

“Aku akan membunuh ayahku. Dia raja bangsa ini,” jawab Ji A dengan serius.


Angin mulai berhembus dengan kencang. Dan melihat keseriusan Ji A, maka Lee Yeon pun membantu serta mengajarkan Ji A supaya bisa semakin membaik dalam memanah.

“Selama aku ada, angin menjadi milikmu,” kata Lee Yeon sambil memeluk Ji A dari belakang.

Flash back end

Mendengar cerita itu, Ji A merasa terkesan. Dan dia lalu merasa heran, kenapa A Eum ingin membunuh Ayahnya sendiri. Dan jawabannya, Ayah A Eum adalah Raja, tapi dia tidak bertindak seperti Raja. Jeritan terdengar setiap hari dari Istana dan penderitaan dan kesengsaraan tidak ada hentinya. Sebenaranya Raja tersebut adalah suatu makhluk jahat yang berada di Istana serta berpura- pura menjadi Raja. Orang menyebutnya Naga Bumi.

“Naga bumi? Maksudmu Imoogi?” tebak Ji A.


“Omong-omong, anak siapa itu sehingga kamu merahasiakannya…” tanya si Guru yang di perkerjakan oleh Pria Rang. Dan Pria Rang tidak meresponnya. “Sebenarnya, siapa yang peduli anak siapa itu? Semua bayi adalah malaikat,” katanya sambil tertawa dengan canggung.

“Kamar anak itu terletak di ujung lantai dua,” kata Pria Rang, memberitahu.

“Begitu rupanya. Lalu apa yang harus kulakukan dahulu?” tanya si Guru.

“Saat ini, dia hanya perlu makan,” jawab Pria Rang.

“Ya, tentu saja,’ jawab si Guru.

Melihat si Guru masuk ke dalam jebakannya, Pria Rang tersenyum dengan senang dan puas.


Ketika si Guru masuk ke dalam kamar Imoogi, dia merasa heran, karena ada banyak jimat yang di tempel di dinding. Lalu dengan canggung, dia memanggil Imoogi. “Nak? Waktunya makan.”


Mendengar itu, Imoogi mengambaikan si Guru sambil terus membaca buku pelajarannya. Dan karena itu, si Guru pun mendekati Imoogi. Lalu ketika dia melihat wajah dan kulit Imoogi yang memiliki sisik ular, dia merasa terkejut dan ngeri, dia mengira itu adalah penyakit menular.


Sebelum si Guru sempat pergi, Imoogi menangkap pergelangan tangannya dan menghisap hidupnya.


Pria Rang mengabaikan suara jeritan si Guru.


Imoogi menutup pintu kamarnya kembali.

Post a Comment

Previous Post Next Post