Sinopsis K- Drama : Tale of the Nine Tailed Episode 5 part 2

 




Original Network : tvN

Ji A ingin tahu apa yang terjadi selanjutnya. Dia ingin tahu, bagaimana A Eum bisa mati. Dan dengan acuh, Lee Yeon membalas bahwa itu bukanlah urusan Ji A, karena dia tidak ingin Ji A terlibat dan berada dalam bahaya lagi. Tapi Ji A memaksa ingin tahu.

“Terkadang, lebih baik tidak tahu. Jadi, jalani hidupmu sebagai orang yang tidak tahu seperti selama ini,” kata Lee Yeon, menasehati dengan serius.

“Aku tidak berniat hidup sebagai versi lama seseorang yang tidak kukenal,” balas Ji A.


Tanpa mengatakan apapun, Lee Yeon membuka plester yang menutupi lukanya. Dan Ji A berusaha untuk menghentikannya, tapi kemudian dia merasa kaget dan kagum, karena semua luka Lee Yeon sudah mulai sembuh.

“Ayo cari udara segar,” ajak Lee Yeon.


Yoo Ri merasa malu dengan luka ditubuhnya. Karena luka ini menandakan bahwa dulu dia pernah menghuni kebun binatang. Dan Shin Joo menatap nya dengan rasa iba serta pilu. Itu membuatnya tidak nyaman.


“Kalau begitu, jangan membuatnya menatapmu seperti itu,” kata Lee Rang, menyarankan. “Bagaimana orang bisa melihat tanpa mata?” jelas nya. Dan Yoo Ri langsung mengerti.

Lee Rang tiba- tiba mendengar suara binatang  meringis, dan diapun menyuruh Yoo Ri untuk berhenti.


Tiga murid bisbol melempari anjing liar yang kakinya terantai.. Kemudian Lee Rang pun menghentikan mereka untuk berhenti menyiksa anjing. tersebut Lalu ketika mereka tidak mau, dia memelintir tangan dari salah satu mereka.

“Bagaimana makhluk selemah ini bisa menduduki puncak rantai makanan?” tanya Lee Rang, meremehkan mereka.

“Jangan hanya berdiri saja di sana!” teriak murid yang tangannya di pelintir. Dan kedua temannya pun mengambil tongkat bisbol serta berniat untuk membantunya.


Tepat disaat itu, Yoo Ri datang. Dengan ramah, dia menyapa mereka berdua, tapi mereka berdua malah ingin memukul nya. Jadi diapun menghajar mereka berdua sampai mereka berdua kesakitan. “Perih, bukan?” tanyanya dengan bangga. Lalu dia tersenyum ke arah Lee Rang. Dan Lee Rang balas tersenyum.


“Kamu belum boleh menangis. Waktuku sangat banyak,” kata Lee Rang kepada tiga murid bisbol tersebut. Lalu Yoo Ri menutupi kepala mereka bertiga menggunakan karung kecil.




Lee Yeon membawa Ji A ke kamar mayat yang ada dirumah duka, dan menepuk- nepuk dinding. “Keluarlah. Keluarlah,” katanya, memanggil dua hantu anak kecil yang mengganggu Ji A sebelumnya. “Adik-adik, mendekatlah,” panggilnya dengan ramah, ketika dua hantu anak tersebut muncul. Dan dengan takut- takut, mereka berdua mendekati Lee Yeon.

Lee Yeon menjitak kepala mereka berdua. Lalu dengan serius, Lee Yeon memberikan pelajaran dan nasihat kepada mereka berdua. Arwah tidak boleh menempel pada manusia, terutama kepada Ji A.  Mendengar itu, Ji A tertawa. Lalu dia berjongkok di depan dua hantu anak tersebut untuk bertanya- tanya.


“Siapa nama kalian?” tanya Ji A dengan ramah.

“Aku Min Seo,” jawab hantu yang paling tua umurnya

“Aku Yeon Seo,” jawab hantu yang paling muda umurnya.


Ji A kemudian memperlihatkan artikel berita yang berjudul ‘Pengabaian Anak Harus Ditangani, Tragedi Dua Saudari Belia'. Ji A merasa yakin, kalau Min Seo dan Yeon Seo mendekatinya karena ingin memberitahukan sesuatu kepadanya dan artikel berita ini adalah masalahnya.


Ayah Min Seo dan Yeon Seo merasa sangat sedih sekali, ketika membaca berita di koran mengenai kedua putri nya. Disana tertulis bahwa tragedi tersebut terjadi, karena dia, Ayah, kedua anak tersebut menghilang selama tiga hari dan menelantarkan kedua anak tersebut.



Lee Rang dan Yoo Ri menghukum ketiga murid bisbol dengan cara mempermainkan mereka bertiga. “Aku membuat ini sendiri. Kartu peluang yang baik atau buruk. Kemungkinannya 50-50,” kata Lee Rang, menjelaskan aturan permainan. Dan ketiga murid tersebut merasa sangat ngeri. “Pilih satu saja,” paksa Lee Rang.

Dengan takut- takut, salah satu dari mereka memilih kartu yang Lee Rang pegang. Dan ketika melihat kartu apa itu, Yoo Ri tertawa serta bertepuk tangan. “Selamat,” katanya. Dan mereka bertiga merasa bingung apa maksud kartu ‘Donasi Bakat’ yang di pilih barusan.



“Apa yang kalian kuasai?” tanya Lee Rang dengan serius.

“Kami pandai bermain bisbol,” jawab mereka bertiga sambil tertawa percaya diri. “Jika kamu melepaskan kami, kami akan mengajarimu,” kata mereka, mencoba untuk bernegosiasi.


Yoo Ri tertawa lagi. Sebab apa yang mereka bertiga pikirkan itu salah. Kartu ‘Donasi Bakat’ itu berarti mereka bertiga tidak akan bisa bermain bisbol untuk selama- lamanya lagi. Dengan kata lain, mereka bertiga mendonasikan bakat itu. Mendengar itu, mereka bertiga merasa panik dan menangis ngeri.


“Dia tampak kidal bagiku,” komentar Lee Rang. “Astaga, terserahlah. Yu Ri, patahkan kedua tangan mereka,” perintahnya. Dan dengan bersemangat Yoo Ri menarik tali yang mengikat mereka bertiga sambil tertawa.

“Jangan, kumohon. Maafkan kami! Tidak akan kami ulangi! Tidak, jangan!” pinta mereka bertiga, memohon dengan putus asa.


Ji A mengunjungi Ayah Min Seo dan Yeon Seo. Dia memperkenalkan dirinya sebagai teman Min Seo dan Yeon Seo. Mendengar itu, Ayah merasa agak malu dan menjelaskan bahwa dia adalah supir truk, jadi dia jarang pulang, dan kedua putrinya biasa di urus oleh Adiknya. Namun hari itu, adiknya kebetulan mengikuti wawancara kerja. Dan Ji A mengetahui hal itu.

“Tahukah Anda bahwa ada ceri di dalam tas itu?” tanya Ji A sambil menatap ke arah tas yang Ayah pegang.

“Kamu pasti sangat akrab dengan anak-anakku. Ceri ini cukup mahal. Tapi mereka bahkan tidak menyentuhnya karena mereka tidak menyukai apa pun yang kubeli untuk mereka,” jawab Ayah dengan sedih.

Ji A mengambil satu ceri yang sudah mengering dan memperhatikan itu dengan serius. “Maukah Anda ikut denganku sebentar?” tanyanya mengajak Ayah.

Lee Yeon membawa Adik dari Ayah Min Seo dan Yeon Seo ke tempat pembakaran. “Menurutmu bagaimana rasanya dibakar hidup-hidup?” tanyanya. “Kudengar suhunya sekitar 1.000 derajat Celsius. Panas sekali. Kamu alasanku berada di sini merasakan panas ini.”

Dengan ngeri, Adik menanyai, kenapa Lee Yeon melakukan ini kepadanya. Dan Lee Yeon menjawab bahwa ini karena Adik telah melakukan hal yang buruk kepada keponakan sendiri. Lalu dia mengancam untuk mendorong Adik ke dalam tungku pembakaran. Dan dengan takut, Adik pun mengakui kejahatannya.


“Kamu melakukan pelecehan seksual, bukan?” tanya Lee Yeon.

“Ya, tapi aku bersumpah tidak berniat begitu. Aku mabuk berat. Aku tidak bermaksud membunuh mereka. Tapi anak-anak berlari ke balkon …” jawab Adik, membela diri.


Setelah Adik mengakui kejahatannya, Lee Yeon pun melepaskannya. Ternyata Ayah ada disana, dan mendengar pengakuan itu, dia merasa sangat marah dan ingin membunuh Adik. Tapi Ji A langsung menenangkan nya, karena polisi akan segera ke sini.

“Sulit kupercaya aku tidak tahu. Aku bodoh sekali,” kata Ayah, menyalahkan dirinya sendiri.

“Pak, alasan Min Seo dan Yeon Seo tidak memakan ceri itu bukan karena mereka tidak menyukai Anda. Mereka hanya mengira ceri ini terlalu berharga. Mereka tidak bisa memakannya karena ingin menyimpan apa yang Anda belikan untuk mereka,” kata Ji A, menjelaskan maksud ceri yang tidak dimakan.

Mengetahui itu, Ayah menangis semakin sedih.


Min Seo dan Yeon Seo menangis sambil memeluk Ayah dari belakang. Melihat itu, Ji A serta Lee Yeon ikut merasa bersedih untuk kesedihan yang mereka rasakan.



Anjing yang Lee Rang selamatkan terus mengikuti Lee Rang. Dan melihat sikapnya, Lee Rang mengomentari bahwa si Anjing pasti sangat bodoh. Sedangkan Yoo Ri, dia merasa bersimpati kepada si Anjing. Lalu dia menyarankan supaya mereka membawa si Anjing untuk ikut dengan mereka saja. Dan mendengar itu, Lee Rang teringat dengan Anjing peliharaan nya dulu.


Flash back

Lee Rang : “Hanya ada satu hal yang bisa kulakukan. Dan itu adalah mengakhiri rasa sakitnya sendiri.”

Lee Rang ingin membunuh Anjing peliharaannya untuk mengakhiri penderitaan si Anjing. Tapi dia tidak tega dan tidak berani. “Kak Yeon. Tolong. Kak Yeon!” teriaknya sambil menangis.



Lee Rang :”Seharusnya tidak kubiarkan dia merebut hatiku. Seharusnya aku tidak memberinya nama. Aku seharusnya tidak tidur memeluknya. Pada hari Yeon meninggalkan hutan, aku kehilangan segalanya yang berharga bagiku.”

Nama Anjing tersebut adalah Geomdoong. Itu adalah Anjing pemberian dari Lee Yeon. Dan Lee Rang selalu bermain- main bersama dengannya dan menghabiskan waktu dengannya.

Flash back



“Mari kita membawanya. Kumohon,” ajak Yoo Ri, menyarankan.

“Tidak,” jawab Lee Rang dengan tegas. “Aku tidak suka anjing. Usia mereka terlalu singkat.”

Setelah mengatakan itu, Lee Rang pun berjalan pergi. Dan karena merasa bersimpati kepada si Anjing, maka Yoo Ri pun mengajak si Anjing untuk ikut dengannya. Dan dengan senang, si Anjing berkaki tiga itu mengikuti Yoo Ri.

Min Seo dan Yeon Seo berjalan pergi dari dunia sambil bergandengan tangan. Dan melihat kepergiaan mereka berdua, Ji A tersenyum bahagia mengantarkan mereka.


Tiba- tiba banyak anak yang muncul di belakang Ji A. Dan Lee Yeon pun mengusir mereka semua untuk bermain di tempat lain saja. Dan dengan murung, mereka semua pun berjalan pergi.


Ditaman. Lee Yeon menjelaskan kepada Ji A bahwa anak- anak barusan harus mengakhiri kebencian mereka untuk bisa meninggalkan Dunia orang hidup. Tapi sayangnya sekarang sudah terlambat, karena mereka sudah meninggal terlalu lama. Dahulu para orang tua tidak membuatkan batu nisan untuk anak mereka yang meninggal, supaya mereka tidak terus mengingat kematian anak- anak mereka. Dan itu adalah adat yang menyedihkan. Sambil mendengarkan cerita itu, Ji A terus menatap Lee Yeon sambil tersenyum.


“Kamu terus menatapku. Kenapa?” tanya Lee Yeon dengan heran, ketika menyadari Ji A terus menatap nya.

“Tidak ada alasan. Kamu hanya tampak agak berbeda hari ini,” jawab Ji A. Lalu dia mengucapkan terima kasih untuk segala yang Lee Yeon lakukan. Dan Lee Yeon tersenyum menanggapi itu.

Hujan tiba- tiba turun. Dan Lee Yeon pun membuka payungnya serta memayungi Ji A. Lalu dia mengajak Ji A untuk makan atau minum- minum bersama, jika Ji A memang mau berterima kasih. Setelah mengatakan itu, Lee Yeon berjalan duluan.

Ketika hujan mengenainya lagi, Ji A langsung mengikuti Lee Yeon dan berdiri dibawah payung yang sama dengannya. “Aku lebih suka miras,” kata nya sambil tersenyum.

“Bukankah tadi kamu membawa payung?” tanya Lee Yeon, heran.

“Hilang,” jawab Ji A dengan acuh.

“Apa kamu bodoh?”

“Ya, aku bodoh.”

Sebenarnya payung Ji A tidak hilang, tapi dia sengaja meninggalkan payung nya di bangku taman.


Lee Yeon dan Ji A berjalan bersama-sama dibawah satu payung yang sama. Dan ketika bahu mereka selalu bertabrakan, mereka berdua saling bersikap malu- malu sambil tersenyum- senyum sendiri.

Lalu dengan perhatian, Lee Yeon mengarahkan payung nya lebih mencondong ke arah Ji A supaya Ji A tidak basah. Dan melihat sikap perhatian Lee Yeon, Ji A mendorong payung itu ke tengah lagi supaya bahu sebelah Lee Yeon tidak basah terkena hujan demi dirinya. Namun kemudian, Lee Yeon mencondong kan payung nya ke arah Ji A lagi. Dan Ji A merasa senang menyadari hal itu.


Ketika mereka berdua sampai di dekat gang kecil, ada pohon yang menghalangi mereka berdua untuk melewati gang tersebut bersama- sama. Dan Lee Yeon pun mengeluh. Mendengar keluhan itu, Ji A tertawa sambil memeluk bahu Lee Yeon serta membawanya untuk melewati pohon itu dengan cara menunduk bersama- sama. Dan Lee Yeon merasa sangat senang dengan kedekatan tersebut.


“Kamu selalu membawa payung ini,” komentar Ji A.

“Aku benci basah. Itu buruk untuk buluku,” balas Lee Yeon sambil bersikap keren.

“Ah. Pasti seperti anjing yang benci mandi,” balas Ji A sambil tertawa senang. “Aku menemukanmu karena payung ini.”

“Aku mengizinkanmu menemukanku,” balas Lee Yeon, kesal. “Memangnya aku tidak bisa kabur dari seseorang jika berusaha?” katanya. Dan Ji A tertawa semakin keras.


Shin Joo terkejut ketika dia pulang dan melihat Yoo Ri ada di tempatnya. Dan dengan serius, Yoo Ri menyuruh Shin Joo untuk mengobati si Anjing yang dibawanya. Dan Shin Joo pun langsung melakukannya.


“Dia kurang gizi dan mengidap penyakit kulit. Talinya menusuk ke dalam kulitnya,” kata Shin Joo menjelaskan. Lalu dia mengulurkan tangannya. “Di mana kalungku? Aku harus bicara dengannya.”

Dengan terpaksa Yoo Ri pun mengembalikan kalung Shin Joo.


Shin Joo memakai kalung nya, lalu dia mulai berkomunikasi dengan si Anjing. “Apa yang terjadi? …  Sakit sekali, bukan? … Ya. Jadi, bukan dia pelakunya?” katanya sambil menatap Yoo Ri. Dan Yoo Ri menatap ganas pada Shin Joo.


Shin Joo memuji kerja bagus Yoo Ri, karena sudah membawa si Anjing ke tempat nya untuk di obati. Lalu Yoo Ri mulai mencoba untuk menggoda Shin Joo lagi. Dan dengan serius, Shin Joo menyuruh Yoo Ri untuk duduk saja.

Dengan perhatian, Shin Joo mulai mengobati si Anjing. Dan memperhatikan nya, Yoo Ri merasa kagum serta sedikit terpesona.


Post a Comment

Previous Post Next Post