Original Network : tvN
Ji
A ingin tahu apa yang terjadi selanjutnya. Dia ingin tahu, bagaimana A Eum bisa
mati. Dan dengan acuh, Lee Yeon membalas bahwa itu bukanlah urusan Ji A, karena
dia tidak ingin Ji A terlibat dan berada dalam bahaya lagi. Tapi Ji A memaksa
ingin tahu.
“Terkadang,
lebih baik tidak tahu. Jadi, jalani hidupmu sebagai orang yang tidak tahu
seperti selama ini,” kata Lee Yeon, menasehati dengan serius.
“Aku tidak berniat hidup sebagai versi lama seseorang yang tidak kukenal,” balas Ji A.
Tanpa
mengatakan apapun, Lee Yeon membuka plester yang menutupi lukanya. Dan Ji A
berusaha untuk menghentikannya, tapi kemudian dia merasa kaget dan kagum,
karena semua luka Lee Yeon sudah mulai sembuh.
“Ayo
cari udara segar,” ajak Lee Yeon.
Yoo
Ri merasa malu dengan luka ditubuhnya. Karena luka ini menandakan bahwa dulu
dia pernah menghuni kebun binatang. Dan Shin Joo menatap nya dengan rasa iba
serta pilu. Itu membuatnya tidak nyaman.
“Kalau
begitu, jangan membuatnya menatapmu seperti itu,” kata Lee Rang, menyarankan.
“Bagaimana orang bisa melihat tanpa mata?” jelas nya. Dan Yoo Ri langsung
mengerti.
Lee
Rang tiba- tiba mendengar suara binatang
meringis, dan diapun menyuruh Yoo Ri untuk berhenti.
Tiga
murid bisbol melempari anjing liar yang kakinya terantai.. Kemudian Lee Rang
pun menghentikan mereka untuk berhenti menyiksa anjing. tersebut Lalu ketika
mereka tidak mau, dia memelintir tangan dari salah satu mereka.
“Bagaimana
makhluk selemah ini bisa menduduki puncak rantai makanan?” tanya Lee Rang,
meremehkan mereka.
“Jangan
hanya berdiri saja di sana!” teriak murid yang tangannya di pelintir. Dan kedua
temannya pun mengambil tongkat bisbol serta berniat untuk membantunya.
Tepat
disaat itu, Yoo Ri datang. Dengan ramah, dia menyapa mereka berdua, tapi mereka
berdua malah ingin memukul nya. Jadi diapun menghajar mereka berdua sampai
mereka berdua kesakitan. “Perih, bukan?” tanyanya dengan bangga. Lalu dia
tersenyum ke arah Lee Rang. Dan Lee Rang balas tersenyum.
“Kamu
belum boleh menangis. Waktuku sangat banyak,” kata Lee Rang kepada tiga murid
bisbol tersebut. Lalu Yoo Ri menutupi kepala mereka bertiga menggunakan karung
kecil.
Lee
Yeon membawa Ji A ke kamar mayat yang ada dirumah duka, dan menepuk- nepuk
dinding. “Keluarlah. Keluarlah,” katanya, memanggil dua hantu anak kecil yang
mengganggu Ji A sebelumnya. “Adik-adik, mendekatlah,” panggilnya dengan ramah,
ketika dua hantu anak tersebut muncul. Dan dengan takut- takut, mereka berdua
mendekati Lee Yeon.
Lee
Yeon menjitak kepala mereka berdua. Lalu dengan serius, Lee Yeon memberikan
pelajaran dan nasihat kepada mereka berdua. Arwah tidak boleh menempel pada
manusia, terutama kepada Ji A. Mendengar
itu, Ji A tertawa. Lalu dia berjongkok di depan dua hantu anak tersebut untuk
bertanya- tanya.
“Siapa
nama kalian?” tanya Ji A dengan ramah.
“Aku
Min Seo,” jawab hantu yang paling tua umurnya
“Aku
Yeon Seo,” jawab hantu yang paling muda umurnya.
Ji
A kemudian memperlihatkan artikel berita yang berjudul ‘Pengabaian Anak Harus
Ditangani, Tragedi Dua Saudari Belia'. Ji A merasa yakin, kalau Min Seo dan
Yeon Seo mendekatinya karena ingin memberitahukan sesuatu kepadanya dan artikel
berita ini adalah masalahnya.
Ayah
Min Seo dan Yeon Seo merasa sangat sedih sekali, ketika membaca berita di koran
mengenai kedua putri nya. Disana tertulis bahwa tragedi tersebut terjadi,
karena dia, Ayah, kedua anak tersebut menghilang selama tiga hari dan
menelantarkan kedua anak tersebut.
Lee
Rang dan Yoo Ri menghukum ketiga murid bisbol dengan cara mempermainkan mereka
bertiga. “Aku membuat ini sendiri. Kartu peluang yang baik atau buruk.
Kemungkinannya 50-50,” kata Lee Rang, menjelaskan aturan permainan. Dan ketiga
murid tersebut merasa sangat ngeri. “Pilih satu saja,” paksa Lee Rang.
Dengan
takut- takut, salah satu dari mereka memilih kartu yang Lee Rang pegang. Dan
ketika melihat kartu apa itu, Yoo Ri tertawa serta bertepuk tangan. “Selamat,”
katanya. Dan mereka bertiga merasa bingung apa maksud kartu ‘Donasi Bakat’ yang
di pilih barusan.
“Apa
yang kalian kuasai?” tanya Lee Rang dengan serius.
“Kami
pandai bermain bisbol,” jawab mereka bertiga sambil tertawa percaya diri. “Jika
kamu melepaskan kami, kami akan mengajarimu,” kata mereka, mencoba untuk
bernegosiasi.
Yoo
Ri tertawa lagi. Sebab apa yang mereka bertiga pikirkan itu salah. Kartu
‘Donasi Bakat’ itu berarti mereka bertiga tidak akan bisa bermain bisbol untuk
selama- lamanya lagi. Dengan kata lain, mereka bertiga mendonasikan bakat itu.
Mendengar itu, mereka bertiga merasa panik dan menangis ngeri.
“Dia
tampak kidal bagiku,” komentar Lee Rang. “Astaga, terserahlah. Yu Ri, patahkan
kedua tangan mereka,” perintahnya. Dan dengan bersemangat Yoo Ri menarik tali
yang mengikat mereka bertiga sambil tertawa.
“Jangan,
kumohon. Maafkan kami! Tidak akan kami ulangi! Tidak, jangan!” pinta mereka
bertiga, memohon dengan putus asa.
Ji
A mengunjungi Ayah Min Seo dan Yeon Seo. Dia memperkenalkan dirinya sebagai
teman Min Seo dan Yeon Seo. Mendengar itu, Ayah merasa agak malu dan menjelaskan
bahwa dia adalah supir truk, jadi dia jarang pulang, dan kedua putrinya biasa
di urus oleh Adiknya. Namun hari itu, adiknya kebetulan mengikuti wawancara
kerja. Dan Ji A mengetahui hal itu.
“Tahukah
Anda bahwa ada ceri di dalam tas itu?” tanya Ji A sambil menatap ke arah tas
yang Ayah pegang.
“Kamu
pasti sangat akrab dengan anak-anakku. Ceri ini cukup mahal. Tapi mereka bahkan
tidak menyentuhnya karena mereka tidak menyukai apa pun yang kubeli untuk
mereka,” jawab Ayah dengan sedih.
Ji
A mengambil satu ceri yang sudah mengering dan memperhatikan itu dengan serius.
“Maukah Anda ikut denganku sebentar?” tanyanya mengajak Ayah.
Lee
Yeon membawa Adik dari Ayah Min Seo dan Yeon Seo ke tempat pembakaran.
“Menurutmu bagaimana rasanya dibakar hidup-hidup?” tanyanya. “Kudengar suhunya
sekitar 1.000 derajat Celsius. Panas sekali. Kamu alasanku berada di sini
merasakan panas ini.”
Dengan
ngeri, Adik menanyai, kenapa Lee Yeon melakukan ini kepadanya. Dan Lee Yeon
menjawab bahwa ini karena Adik telah melakukan hal yang buruk kepada keponakan
sendiri. Lalu dia mengancam untuk mendorong Adik ke dalam tungku pembakaran.
Dan dengan takut, Adik pun mengakui kejahatannya.
“Kamu
melakukan pelecehan seksual, bukan?” tanya Lee Yeon.
“Ya,
tapi aku bersumpah tidak berniat begitu. Aku mabuk berat. Aku tidak bermaksud
membunuh mereka. Tapi anak-anak berlari ke balkon …” jawab Adik, membela diri.
Setelah
Adik mengakui kejahatannya, Lee Yeon pun melepaskannya. Ternyata Ayah ada
disana, dan mendengar pengakuan itu, dia merasa sangat marah dan ingin membunuh
Adik. Tapi Ji A langsung menenangkan nya, karena polisi akan segera ke sini.
“Sulit
kupercaya aku tidak tahu. Aku bodoh sekali,” kata Ayah, menyalahkan dirinya
sendiri.
“Pak,
alasan Min Seo dan Yeon Seo tidak memakan ceri itu bukan karena mereka tidak
menyukai Anda. Mereka hanya mengira ceri ini terlalu berharga. Mereka tidak
bisa memakannya karena ingin menyimpan apa yang Anda belikan untuk mereka,”
kata Ji A, menjelaskan maksud ceri yang tidak dimakan.
Mengetahui
itu, Ayah menangis semakin sedih.
Min
Seo dan Yeon Seo menangis sambil memeluk Ayah dari belakang. Melihat itu, Ji A
serta Lee Yeon ikut merasa bersedih untuk kesedihan yang mereka rasakan.
Anjing
yang Lee Rang selamatkan terus mengikuti Lee Rang. Dan melihat sikapnya, Lee
Rang mengomentari bahwa si Anjing pasti sangat bodoh. Sedangkan Yoo Ri, dia
merasa bersimpati kepada si Anjing. Lalu dia menyarankan supaya mereka membawa
si Anjing untuk ikut dengan mereka saja. Dan mendengar itu, Lee Rang teringat
dengan Anjing peliharaan nya dulu.
Flash
back
Lee
Rang : “Hanya ada satu hal yang bisa kulakukan. Dan itu adalah
mengakhiri rasa sakitnya sendiri.”
Lee
Rang ingin membunuh Anjing peliharaannya untuk mengakhiri penderitaan si
Anjing. Tapi dia tidak tega dan tidak berani. “Kak Yeon. Tolong. Kak Yeon!”
teriaknya sambil menangis.
Lee
Rang :”Seharusnya tidak kubiarkan dia merebut hatiku.
Seharusnya aku tidak memberinya nama. Aku seharusnya tidak tidur memeluknya.
Pada hari Yeon meninggalkan hutan, aku kehilangan segalanya yang berharga
bagiku.”
Nama
Anjing tersebut adalah Geomdoong. Itu adalah Anjing pemberian dari Lee Yeon.
Dan Lee Rang selalu bermain- main bersama dengannya dan menghabiskan waktu
dengannya.
Flash
back
“Mari
kita membawanya. Kumohon,” ajak Yoo Ri, menyarankan.
“Tidak,”
jawab Lee Rang dengan tegas. “Aku tidak suka anjing. Usia mereka terlalu
singkat.”
Setelah
mengatakan itu, Lee Rang pun berjalan pergi. Dan karena merasa bersimpati
kepada si Anjing, maka Yoo Ri pun mengajak si Anjing untuk ikut dengannya. Dan
dengan senang, si Anjing berkaki tiga itu mengikuti Yoo Ri.
Min
Seo dan Yeon Seo berjalan pergi dari dunia sambil bergandengan tangan. Dan
melihat kepergiaan mereka berdua, Ji A tersenyum bahagia mengantarkan mereka.
Tiba-
tiba banyak anak yang muncul di belakang Ji A. Dan Lee Yeon pun mengusir mereka
semua untuk bermain di tempat lain saja. Dan dengan murung, mereka semua pun
berjalan pergi.
Ditaman.
Lee Yeon menjelaskan kepada Ji A bahwa anak- anak barusan harus mengakhiri
kebencian mereka untuk bisa meninggalkan Dunia orang hidup. Tapi sayangnya
sekarang sudah terlambat, karena mereka sudah meninggal terlalu lama. Dahulu
para orang tua tidak membuatkan batu nisan untuk anak mereka yang meninggal,
supaya mereka tidak terus mengingat kematian anak- anak mereka. Dan itu adalah
adat yang menyedihkan. Sambil mendengarkan cerita itu, Ji A terus menatap Lee
Yeon sambil tersenyum.
“Kamu
terus menatapku. Kenapa?” tanya Lee Yeon dengan heran, ketika menyadari Ji A
terus menatap nya.
“Tidak
ada alasan. Kamu hanya tampak agak berbeda hari ini,” jawab Ji A. Lalu dia
mengucapkan terima kasih untuk segala yang Lee Yeon lakukan. Dan Lee Yeon
tersenyum menanggapi itu.
Hujan
tiba- tiba turun. Dan Lee Yeon pun membuka payungnya serta memayungi Ji A. Lalu
dia mengajak Ji A untuk makan atau minum- minum bersama, jika Ji A memang mau
berterima kasih. Setelah mengatakan itu, Lee Yeon berjalan duluan.
Ketika
hujan mengenainya lagi, Ji A langsung mengikuti Lee Yeon dan berdiri dibawah
payung yang sama dengannya. “Aku lebih suka miras,” kata nya sambil tersenyum.
“Bukankah
tadi kamu membawa payung?” tanya Lee Yeon, heran.
“Hilang,”
jawab Ji A dengan acuh.
“Apa
kamu bodoh?”
“Ya,
aku bodoh.”
Sebenarnya
payung Ji A tidak hilang, tapi dia sengaja meninggalkan payung nya di bangku
taman.
Lee
Yeon dan Ji A berjalan bersama-sama dibawah satu payung yang sama. Dan ketika
bahu mereka selalu bertabrakan, mereka berdua saling bersikap malu- malu sambil
tersenyum- senyum sendiri.
Lalu
dengan perhatian, Lee Yeon mengarahkan payung nya lebih mencondong ke arah Ji A
supaya Ji A tidak basah. Dan melihat sikap perhatian Lee Yeon, Ji A mendorong
payung itu ke tengah lagi supaya bahu sebelah Lee Yeon tidak basah terkena
hujan demi dirinya. Namun kemudian, Lee Yeon mencondong kan payung nya ke arah
Ji A lagi. Dan Ji A merasa senang menyadari hal itu.
Ketika
mereka berdua sampai di dekat gang kecil, ada pohon yang menghalangi mereka
berdua untuk melewati gang tersebut bersama- sama. Dan Lee Yeon pun mengeluh.
Mendengar keluhan itu, Ji A tertawa sambil memeluk bahu Lee Yeon serta
membawanya untuk melewati pohon itu dengan cara menunduk bersama- sama. Dan Lee
Yeon merasa sangat senang dengan kedekatan tersebut.
“Kamu
selalu membawa payung ini,” komentar Ji A.
“Aku
benci basah. Itu buruk untuk buluku,” balas Lee Yeon sambil bersikap keren.
“Ah.
Pasti seperti anjing yang benci mandi,” balas Ji A sambil tertawa senang. “Aku
menemukanmu karena payung ini.”
“Aku
mengizinkanmu menemukanku,” balas Lee Yeon, kesal. “Memangnya aku tidak bisa
kabur dari seseorang jika berusaha?” katanya. Dan Ji A tertawa semakin keras.
Shin
Joo terkejut ketika dia pulang dan melihat Yoo Ri ada di tempatnya. Dan dengan
serius, Yoo Ri menyuruh Shin Joo untuk mengobati si Anjing yang dibawanya. Dan
Shin Joo pun langsung melakukannya.
“Dia
kurang gizi dan mengidap penyakit kulit. Talinya menusuk ke dalam kulitnya,”
kata Shin Joo menjelaskan. Lalu dia mengulurkan tangannya. “Di mana kalungku?
Aku harus bicara dengannya.”
Dengan
terpaksa Yoo Ri pun mengembalikan kalung Shin Joo.
Shin
Joo memakai kalung nya, lalu dia mulai berkomunikasi dengan si Anjing. “Apa
yang terjadi? … Sakit sekali, bukan? …
Ya. Jadi, bukan dia pelakunya?” katanya sambil menatap Yoo Ri. Dan Yoo Ri
menatap ganas pada Shin Joo.
Shin
Joo memuji kerja bagus Yoo Ri, karena sudah membawa si Anjing ke tempat nya
untuk di obati. Lalu Yoo Ri mulai mencoba untuk menggoda Shin Joo lagi. Dan
dengan serius, Shin Joo menyuruh Yoo Ri untuk duduk saja.
Dengan
perhatian, Shin Joo mulai mengobati si Anjing. Dan memperhatikan nya, Yoo Ri
merasa kagum serta sedikit terpesona.