Sinopsis K- Drama : Tale of the Nine Tailed Episode 5 part 3

 



Original Network : tvN

Sambil makan dan minum- minum bersama, Lee Yeon dan Ji A saling membahas kesukaan mereka masing- masing, seperti film, musik, dan lainnya. Dan ada banyak hal yang ternyata tidak sama. Tapi ketika akhirnya mereka menemukan sesuatu yang sama, mereka akan selalu bersulang dan tertawa.



“Yeon, apa impianmu?” tanya Ji A.

“Impian masa depan? Di usia ini?” balas Lee Yeon.

“Seperti membuka kafe setelah pensiun,” kata Ji A.

“Kopi terasa paling lezat saat dibuatkan orang lain,” balas Lee Yeon.

“Seperti bepergian keliling dunia.”

“Aku anak rumahan, jadi, lebih suka menonton video di rumah.”

“Menabung satu juta dolar.”

“Satu juta dolar? Berapa nomor rekeningmu? Akan kutransfer sekarang,” kata Lee Yeon dengan serius. Dan Ji A menghentikannya sambil tertawa.

Lee Yeon kemudian menceritakan impian terbesarnya. Dia ingin menjadi manusia. Mendengar itu, Ji A menyarankan Lee Yeon untuk maniki kereta bawah tanah di saat jam sibuk, jika Lee Yeon ingin tahu seperti apa rasanya menjadi manusia. Lalu Lee Yeon juga harus bekerja lembur, bergadang, mendengarkan omelan bos, dan stress karena peringkat turun. Karena itulah yang selalu dilakukan dan dirasakannya sebagai manusia.


“Haruskah aku menyingkirkannya?” tanya Lee Yeon. “Stasiun TV. Kamu bilang itu menyiksamu,” katanya. Dan Ji A menolak. “Bagaimana denganmu? Apa impianmu?”

“Bagiku …  Aku tidak keberatan tinggal di gubuk, tapi aku ingin ibu dan ayahku bersamaku di masa depanku,” jawab Ji A dengan perasaan rindu.

“Kamu punya foto orang tuamu? Kirim satu padaku,” kata Lee Yeon dengan serius.


Ketika pulang, Ji A hampir saja terjatuh. Untungnya, Lee Yeon menahannya. Dan Ji A beralasan bahwa ini karena lampu jalan mati, jadi sangat gelap. Lalu dia menanyai, bisakah Lee Yeon menggunakan kekuatan untuk menyalakan lampu- lampu jalan. Dan Lee Yeon menyuruh Ji A untuk melapor ke otoritas setempat saja.

“Dasar rubah berekor sembilan tidak berguna,” keluh Ji A.

“Shin Joo menutup klinik dan berlari jika lampu di rumahku mati. Bahkan rubah berekor sembilan takut listrik,” balas Lee Yeon, membanggakan dirinya. Dan Ji A tertawa.



Sesampainya didepan rumah, Lee Yeon ingin mengatakan sesuatu kepada Ji A, tapi dia tidak berani. Jadi diapun hanya mengucapkan ‘Selamat malam’ saja. Dan Ji A pun balas mengucapkan ‘Selamat malam’ juga.


Ketika Ji A masuk ke dalam halaman rumah, dua kunang- kunang muncul di hadapannya. Dan lalu dia teringat sesuatu, “Dahulu juga Yeon,” gumam nya dengan bahagia, menyadari perhatian Lee Yeon.


Dari tempat yang tinggi, Lee Yeon duduk dan memperhatikan Ji A sampai Ji A masuk ke dalam rumah.


Pagi hari. Setiap orang sibuk dengan pekerjaan dan urusan masing- masing.

Lee Yeon datang ke kantor Imigrasi Akhirat.


Hyeonuiong memberikan pelajaran singkat kepada Min Seo dan Yeon Seo mengenai dunia akhirat. “Baiklah. Jadi, mulai sekarang, kalian akan membangun menara batu di Dunia Bawah Anak-anak. Saat semuanya dibangun, siluman akan muncul dan merobohkan semuanya, tapi kalian harus terus menumpuk bebatuan. Itu cara agar suatu hari kalian bisa bereinkarnasi.”

Mendengar itu, Min Seo dan Yeon Seo menolak untuk pergi ke Dunia Bawah Tanah. Dan Hyeonuiong menyakinkan mereka berdua bahwa ini akan sangat menyenangkan dan mereka juga tidak punya pilihan untuk menolak pergi ke sana.


“Kalau begitu, bolehkah aku membawa mainan ini?” tanya Yeon Seo sambil menunjukkan salah satu mainannya. Dan Hyenuiong pun merasa tidak tega serta menatap Taluipa untuk meminta izin nya. Dengan tegas, Taluipa menggelengkan kepalanya.


“Objek dari Dunia Orang Hidup tidak diizinkan. Maafkan aku, Sayang,” kata Hyeonuiong dengan lembut kepada Yeon Seo.


Lee Yeon datang dan melihat hal itu. “Haruskah kamu tidak pengertian seperti ini? Selalu menuruti peraturan. Kenapa tidak melarang orang mati menerima uang?” katanya, mengeluh kepada Taluipa.

“Aku sependapat,” bisik Hyeonuiong kepada Lee Yeon.

“Jangan ikut campur. Bawa anak-anak ke Dunia Bawah,” perintah Taluipa. Dan Hyeonuiong pun mengiyakan serta menuntun Min Seo dan Yeon Seo untuk ikut bersama nya.




Sebelum mereka berdua pergi, Lee Yeon menyelipkan mainan barusan ke tangan Min Seo dan menasehatinya untuk menjaga Yeon Seo dengan baik. Dan Hyeonuiong mengacungkan jempol atas kebaikan Lee Yeon.

“Dasar cengeng,” komentar Taluipa, mengabaikan tindakan mereka berdua.



Lee Yeon mengomentari sikap Taluipa. Lalu ketika Taluipa mulai merasa kesal, dia memberikan es kopi  kepadanya. Dan kemudian dia mulai membicarakan maksud kedatangannya. Dia mau mencari kedua orang tua Ji A.

“Aku sudah memeriksa daftar nama mereka,” kata Taluipa dengan acuh.

“Mereka belum mati, tapi sudah 20 tahun tidak bisa dihubungi. Izinkan aku memakai kewaskitaan,” pinta Lee Yeon sambil memperlihatkan foto kedua orang tua Ji A secara dekat.

“Tidak,” tolak Taluipa. “

“Jangan pelit dengan kekuatanmu,” protes Lee Yeon.

“Maksudku, aku tidak bisa melihat mereka,” balas Taluipa dengan tegas.


“Mereka bukan di Akhirat atau di Dunia Orang Hidup,” tebak Lee Yeon, memastikan.

“Aku akan menanyakan pihak yang awalnya mengambil mereka,” balas Taluipa.

“Siapa yang mengambil mereka? Siapa itu?” tanya Lee Yeon, ingin tahu. “Kenapa daftar tugasku makin panjang?” protesnya kemudian.


Pria Rang ternyata adalah Presiden di perusahaan Ji A. Dan ketika bertemu dengannya, Ji A bersikap dengan hormat dan sopan. Dan dengan dermawan, Pria Rang memuji kerja bagus Ji A yang mendapatkan peringkat tertinggi bulan lalu.



Lee Yeon datang menemui Totem Tua di jalan bawah tanah. Totem Tua itu adalah kakek mabuk yang bertemu dengan Ji A dihalte bus. Dia memperlihatkan foto kedua orang tua Ji A kepada Totem Tua dan bertanya, apakah Totem Tua mengenali mereka berdua.

“Aku sungguh tidak tahu!” kata Totem Tua, menjawab.


“Seharusnya kamu menjawabku saat kutanya baik-baik bukannya menjadi berandal picik,” balas Lee Yeon, setelah dia puas menghajar Totem Tua. “Jadi, maksudmu orang lain tahu tentang mereka? Siapa dia?”

“G … Gubernur!” jawab Totem Tua dengan takut- takut.


Ketika Ji A dan para rekannya sedang makan, Lee Yeon tiba- tiba datang. Dan rekan Kim merasa terpesona melihat betapa kerennya Lee Yeon. Kemudian ketika Lee Yeon mendekat, dia merasa semakin terpesona. Tapi Lee Yeon mengabaikan para rekan Ji A, dan langsung menarik tangan Ji A untuk ikut  bersama dengannya.



“Apa yang baru saja terjadi?” tanya Team Leader, heran.

“Entahlah,” jawab rekan Pyo. Karena semua terjadi begitu cepat.


Dalam perjalanan. Lee Yeon menyalakan lagu kesukaan Ji A. Dan Ji A merasa senang.


Lee Rang meletakkan Totem Tua digedung tinggi untuk mengancamnya supaya mau berbicara. “Aku mencari sesuatu. Alis harimau,” katanya.

“Itu hanya legenda,” jawab Totem Tua dengan takut- takut.

“Aku pun begitu.  Tapi aku di sini memegang kerahmu,” ancam Lee Rang. “Aku hanya akan bertanya sekali. Kamu melihatnya atau tidak?”

“Aku tidak pernah melihatnya,” jawab Totem Tua.

“Benarkah? Kalau begitu, jatuh sajalah.”


Dengan ngeri, Totem Tua akhirnya bersedia untuk menjawab dengan jujur. Lalu setelah itu dia pergi sambil mengeluh kesal.

Lee Rang tersenyum puas setelah mendapatkan jawaban yang diinginkannya.


Lee Yeon membawa Ji A ke sebuah tempat wisata. Lalu kemudian dia menyuruh Ji A untuk menunggu nya sebentar. Dan Ji A pun mengiyakan dengan patuh.


Ketika menunggu, Ji A tertarik dengan hanbok- hanbok yang di sewakan. Jadi diapun ke sana.


Saat Lee Yeon kembali, dia merasa cemas karena Ji A tidak berada di tempat. Dan diapun berkeliling untuk mencari- cari dimana Ji A berada. Dan akhirnya diapun menemukan Ji A. Lalu dia mengikutinya.





Ji A berjalan- jalan dengan memakai hanbok berwarna pink muda. Melihat nya, Lee Yeon teringat akan A Eum. Dan tanpa mengatakan apapun, dia langsung menarik Ji A dan menciumnya.

Merasakan itu, Ji A merasa terkejut. Tapi kemudian dia menutup matanya.

Post a Comment

Previous Post Next Post