Original Network : tvN
Sambil makan dan minum- minum bersama, Lee Yeon dan Ji A saling membahas kesukaan mereka masing- masing, seperti film, musik, dan lainnya. Dan ada banyak hal yang ternyata tidak sama. Tapi ketika akhirnya mereka menemukan sesuatu yang sama, mereka akan selalu bersulang dan tertawa.
“Yeon,
apa impianmu?” tanya Ji A.
“Impian
masa depan? Di usia ini?” balas Lee Yeon.
“Seperti
membuka kafe setelah pensiun,” kata Ji A.
“Kopi
terasa paling lezat saat dibuatkan orang lain,” balas Lee Yeon.
“Seperti
bepergian keliling dunia.”
“Aku
anak rumahan, jadi, lebih suka menonton video di rumah.”
“Menabung
satu juta dolar.”
“Satu
juta dolar? Berapa nomor rekeningmu? Akan kutransfer sekarang,” kata Lee Yeon
dengan serius. Dan Ji A menghentikannya sambil tertawa.
Lee
Yeon kemudian menceritakan impian terbesarnya. Dia ingin menjadi manusia.
Mendengar itu, Ji A menyarankan Lee Yeon untuk maniki kereta bawah tanah di saat
jam sibuk, jika Lee Yeon ingin tahu seperti apa rasanya menjadi manusia. Lalu
Lee Yeon juga harus bekerja lembur, bergadang, mendengarkan omelan bos, dan
stress karena peringkat turun. Karena itulah yang selalu dilakukan dan
dirasakannya sebagai manusia.
“Haruskah
aku menyingkirkannya?” tanya Lee Yeon. “Stasiun TV. Kamu bilang itu
menyiksamu,” katanya. Dan Ji A menolak. “Bagaimana denganmu? Apa impianmu?”
“Bagiku
… Aku tidak keberatan tinggal di gubuk,
tapi aku ingin ibu dan ayahku bersamaku di masa depanku,” jawab Ji A dengan
perasaan rindu.
“Kamu
punya foto orang tuamu? Kirim satu padaku,” kata Lee Yeon dengan serius.
Ketika
pulang, Ji A hampir saja terjatuh. Untungnya, Lee Yeon menahannya. Dan Ji A
beralasan bahwa ini karena lampu jalan mati, jadi sangat gelap. Lalu dia
menanyai, bisakah Lee Yeon menggunakan kekuatan untuk menyalakan lampu- lampu
jalan. Dan Lee Yeon menyuruh Ji A untuk melapor ke otoritas setempat saja.
“Dasar
rubah berekor sembilan tidak berguna,” keluh Ji A.
“Shin
Joo menutup klinik dan berlari jika lampu di rumahku mati. Bahkan rubah berekor
sembilan takut listrik,” balas Lee Yeon, membanggakan dirinya. Dan Ji A
tertawa.
Sesampainya
didepan rumah, Lee Yeon ingin mengatakan sesuatu kepada Ji A, tapi dia tidak
berani. Jadi diapun hanya mengucapkan ‘Selamat malam’ saja. Dan Ji A pun balas
mengucapkan ‘Selamat malam’ juga.
Ketika
Ji A masuk ke dalam halaman rumah, dua kunang- kunang muncul di hadapannya. Dan
lalu dia teringat sesuatu, “Dahulu juga Yeon,” gumam nya dengan bahagia, menyadari
perhatian Lee Yeon.
Dari
tempat yang tinggi, Lee Yeon duduk dan memperhatikan Ji A sampai Ji A masuk ke
dalam rumah.
Pagi
hari. Setiap orang sibuk dengan pekerjaan dan urusan masing- masing.
Lee
Yeon datang ke kantor Imigrasi Akhirat.
Hyeonuiong
memberikan pelajaran singkat kepada Min Seo dan Yeon Seo mengenai dunia
akhirat. “Baiklah. Jadi, mulai sekarang, kalian akan membangun menara batu di
Dunia Bawah Anak-anak. Saat semuanya dibangun, siluman akan muncul dan
merobohkan semuanya, tapi kalian harus terus menumpuk bebatuan. Itu cara agar
suatu hari kalian bisa bereinkarnasi.”
Mendengar
itu, Min Seo dan Yeon Seo menolak untuk pergi ke Dunia Bawah Tanah. Dan
Hyeonuiong menyakinkan mereka berdua bahwa ini akan sangat menyenangkan dan
mereka juga tidak punya pilihan untuk menolak pergi ke sana.
“Kalau
begitu, bolehkah aku membawa mainan ini?” tanya Yeon Seo sambil menunjukkan
salah satu mainannya. Dan Hyenuiong pun merasa tidak tega serta menatap Taluipa
untuk meminta izin nya. Dengan tegas, Taluipa menggelengkan kepalanya.
“Objek
dari Dunia Orang Hidup tidak diizinkan. Maafkan aku, Sayang,” kata Hyeonuiong
dengan lembut kepada Yeon Seo.
Lee
Yeon datang dan melihat hal itu. “Haruskah kamu tidak pengertian seperti ini?
Selalu menuruti peraturan. Kenapa tidak melarang orang mati menerima uang?”
katanya, mengeluh kepada Taluipa.
“Aku
sependapat,” bisik Hyeonuiong kepada Lee Yeon.
“Jangan
ikut campur. Bawa anak-anak ke Dunia Bawah,” perintah Taluipa. Dan Hyeonuiong
pun mengiyakan serta menuntun Min Seo dan Yeon Seo untuk ikut bersama nya.
Sebelum
mereka berdua pergi, Lee Yeon menyelipkan mainan barusan ke tangan Min Seo dan
menasehatinya untuk menjaga Yeon Seo dengan baik. Dan Hyeonuiong mengacungkan
jempol atas kebaikan Lee Yeon.
“Dasar
cengeng,” komentar Taluipa, mengabaikan tindakan mereka berdua.
Lee
Yeon mengomentari sikap Taluipa. Lalu ketika Taluipa mulai merasa kesal, dia
memberikan es kopi kepadanya. Dan
kemudian dia mulai membicarakan maksud kedatangannya. Dia mau mencari kedua orang
tua Ji A.
“Aku
sudah memeriksa daftar nama mereka,” kata Taluipa dengan acuh.
“Mereka
belum mati, tapi sudah 20 tahun tidak bisa dihubungi. Izinkan aku memakai
kewaskitaan,” pinta Lee Yeon sambil memperlihatkan foto kedua orang tua Ji A
secara dekat.
“Tidak,”
tolak Taluipa. “
“Jangan
pelit dengan kekuatanmu,” protes Lee Yeon.
“Maksudku,
aku tidak bisa melihat mereka,” balas Taluipa dengan tegas.
“Mereka
bukan di Akhirat atau di Dunia Orang Hidup,” tebak Lee Yeon, memastikan.
“Aku
akan menanyakan pihak yang awalnya mengambil mereka,” balas Taluipa.
“Siapa
yang mengambil mereka? Siapa itu?” tanya Lee Yeon, ingin tahu. “Kenapa daftar
tugasku makin panjang?” protesnya kemudian.
Pria
Rang ternyata adalah Presiden di perusahaan Ji A. Dan ketika bertemu dengannya,
Ji A bersikap dengan hormat dan sopan. Dan dengan dermawan, Pria Rang memuji
kerja bagus Ji A yang mendapatkan peringkat tertinggi bulan lalu.
Lee
Yeon datang menemui Totem Tua di jalan bawah tanah. Totem Tua itu adalah kakek
mabuk yang bertemu dengan Ji A dihalte bus. Dia memperlihatkan foto kedua orang
tua Ji A kepada Totem Tua dan bertanya, apakah Totem Tua mengenali mereka
berdua.
“Aku
sungguh tidak tahu!” kata Totem Tua, menjawab.
“Seharusnya
kamu menjawabku saat kutanya baik-baik bukannya menjadi berandal picik,” balas
Lee Yeon, setelah dia puas menghajar Totem Tua. “Jadi, maksudmu orang lain tahu
tentang mereka? Siapa dia?”
“G
… Gubernur!” jawab Totem Tua dengan takut- takut.
Ketika
Ji A dan para rekannya sedang makan, Lee Yeon tiba- tiba datang. Dan rekan Kim
merasa terpesona melihat betapa kerennya Lee Yeon. Kemudian ketika Lee Yeon
mendekat, dia merasa semakin terpesona. Tapi Lee Yeon mengabaikan para rekan Ji
A, dan langsung menarik tangan Ji A untuk ikut
bersama dengannya.
“Apa
yang baru saja terjadi?” tanya Team Leader, heran.
“Entahlah,”
jawab rekan Pyo. Karena semua terjadi begitu cepat.
Dalam
perjalanan. Lee Yeon menyalakan lagu kesukaan Ji A. Dan Ji A merasa senang.
Lee
Rang meletakkan Totem Tua digedung tinggi untuk mengancamnya supaya mau
berbicara. “Aku mencari sesuatu. Alis harimau,” katanya.
“Itu
hanya legenda,” jawab Totem Tua dengan takut- takut.
“Aku
pun begitu. Tapi aku di sini memegang
kerahmu,” ancam Lee Rang. “Aku hanya akan bertanya sekali. Kamu melihatnya atau
tidak?”
“Aku
tidak pernah melihatnya,” jawab Totem Tua.
“Benarkah?
Kalau begitu, jatuh sajalah.”
Dengan
ngeri, Totem Tua akhirnya bersedia untuk menjawab dengan jujur. Lalu setelah
itu dia pergi sambil mengeluh kesal.
Lee
Rang tersenyum puas setelah mendapatkan jawaban yang diinginkannya.
Lee
Yeon membawa Ji A ke sebuah tempat wisata. Lalu kemudian dia menyuruh Ji A
untuk menunggu nya sebentar. Dan Ji A pun mengiyakan dengan patuh.
Ketika
menunggu, Ji A tertarik dengan hanbok- hanbok yang di sewakan. Jadi diapun ke
sana.
Saat
Lee Yeon kembali, dia merasa cemas karena Ji A tidak berada di tempat. Dan
diapun berkeliling untuk mencari- cari dimana Ji A berada. Dan akhirnya diapun
menemukan Ji A. Lalu dia mengikutinya.
Ji
A berjalan- jalan dengan memakai hanbok berwarna pink muda. Melihat nya, Lee
Yeon teringat akan A Eum. Dan tanpa mengatakan apapun, dia langsung menarik Ji
A dan menciumnya.
Merasakan itu, Ji A merasa terkejut. Tapi kemudian dia menutup matanya.