Sinopsis K- Drama : Tale of the Nine Tailed Episode 6 part 3

 



Original Network : tvN

Lee Yeon terus memperhatikan Ji A dengan seksama. Lalu ketika Ji A mulai membahas tentang orang yang ingin membunuhnya, Lee Yeon menawarkan diri untuk menyelidiki hal tersebut.


“Aku tidak mengerti. Kenapa dia mengincarku dan kenapa orang tuaku harus menderita karena itu?” tanya Ji A, penuh pertanyaan. “Apa sebenarnya aku ini? Yeon, kenapa kamu terus melindungiku tanpa banyak penjelasan?” tanyanya.

“Karena aku tidak ingin kamu terluka,” jawab Lee Yeon dengan serius sambil mengelus kepala Ji A. “Aku tidak mau kamu melakukan apa pun untukku. Semoga hidupmu berakhir bahagia. Selain itu, aku ingin kamu memercayaiku.”


Lee Yeon kemudian terpikir sebuah cara bagus. Dia akan menggunakan Lee Rang supaya mereka bisa menemukan pria yang ingin membunuh Ji A. Dan memikirkan itu, Lee Yeon pun menjawab telpon dari Lee Rang.

Dengan kesal, Lee Rang menanyai, kenapa Lee Yeon tidak menjawab 22 telpon darinya. Dan Lee Yeon menjawab bahwa dia sibuk. Dan Lee Rang tidak peduli serta mengajak Lee Yeon untuk bertemu.

“Apa yang kamu rencanakan kali ini?” tanya Lee Yeon, bersikap waspada.

“Aku hanya merindukanmu. Itu saja,” balas Lee Rang, berbohong.

“Kamu jelas menginginkan sesuatu. Aku sibuk. Sampai jumpa,” balas Lee Yeon. Dan mendengar itu, Lee Rang semakin merasa kesal. “Di mana kamu sekarang?” tanya Lee Yeon kemudian, merasa puas.


Lee Yeon meminjam kuas seorang pedagang. Lalu dia menggunakan air, dan menuliskan sebuah karakter yang dibaca ‘Cari’ di sepatunya. Setelah sesaat karakter tersebut kemudian menghilang. Dan Ji A merasa takjub.

“Sepatu ini akan memandu Rang kepada pria itu,” katanya, menjelaskan. “Kita hanya punya satu kesempatan. Hari ini, kita harus mengawasi Rang apa pun yang terjadi.”

“Baik, aku tidak akan kehilangan dia apa pun yang terjadi,” janji Ji A, penuh tekad.


Sesampainya ditempat peramal, Lee Yeon menyuruh Ji A untuk masuk duluan. Sementara dia akan menukar sepatu Lee Rang dengan milik nya terlebih dahulu.



Ketika Ji A datang, Lee Rang menyapa nya dengan ramah. Tapi Ji A mengabaikannya serta bersikap sinis kepadanya. Karena dia tidak menyukai Lee Rang.

“Kamu sangat sensitif hari ini. Ini mulai membuatku bersemangat,” komentar Lee Rang.

“Kamu selalu bersemangat setiap kali kita bertemu. Kamu seperti mengonsumsi narkoba,” balas Ji A dengan sinis. Lalu Lee Yeon datang.


Ketika Lee Yeon telah datang, Lee Rang memanggil si peramal. Dan si peramal pun datang. Melihat nya, Lee Yeon merasa kalau si peramal hanyalah penipu saja, jadi dia menarik kumis si peramal untuk membuktikan itu. Tapi ternyata itu adalah kumis sungguhan.



“Dia terus bicara omong kosong,” kata Lee Yeon, masih tidak percaya.

“Dia sengaja melakukan itu, dasar bodoh,” balas Lee Rang. Lalu dia menyuruh si peramal untuk mulai memeriksa Lee Yeon. “Mustahil dia yang paling berarti bagiku,” gumamnya dengan pelan.


Si peramal membuka kaca mata yang dikenakannya. Lalu menggunakan kaca pembesar, dia memeriksa Lee Yeon. Dan benar, Lee Yeon adalah hal paling berharga dalam hidup Lee Rang. Mendengar itu, Lee Rang mengumpat pelan. Sedangkan Lee Yeon serta Ji A sama sekali tidak mengerti ada apa.

Tanpa menjelaskan apapun, si peramal memberikan Alis Macan kepada Lee Rang. Kemudian Lee Rang pun pamit untuk pergi duluan.

“Apa yang kamu lakukan?” tanya Lee Yeon, menghentikan Lee Rang.

“Bagaimana mengatakannya, ya? Aku menjualmu,” jawab Lee Rang. “Dia akan menjelaskan bagaimana situasinya. Lagi pula, kamu punya banyak waktu. Sampai jumpa lain kali,” pamitnya.

Ji A ingin segera mengikuti Lee Rang, tapi Lee Yeon menghentikannya supaya menunggu sebentar lagi.


Ketika keluar, Lee Rang merasa bingung kemana sepatunya. “Hei. Dimana sepatuku?” teriaknya, bertanya dengan kesal.

“Entahlah,” jawab Lee Yeon dengan sikap acuh.

“Dia selalu bersikap kekanak-kanakan pada saat paling tidak terduga,” gumam Lee Rang, merasa malas. Lalu diapun menggunakan sepatu milik Lee Yeon.

Didalam ruangan. Lee Yeon memberikan tanda kepada Ji A supaya mereka segera mengikuti Lee Rang. Tapi si peramal malah menahan kaki Lee Yeon. Jadi Lee Yeon pun menyuruh Ji A untuk pergi duluan.

“Lepaskan aku,” perintah Lee Yeon.

“Kamu milikku,” balas si peramal. “Kesepakatan adalah kesepakatan.”


Ji A melihat Lee Rang sudah berjalan semakin menjauh dan diapun merasa panik. Dia masuk kembali ke dalam dan memanggil Lee Yeon untuk segera pergi. Tapi tiba- tiba si peramal malah membuat Lee Yeon menghilang dan masuk ke dalam tas ajaibnya. Melihat itu, Ji A sangat terkejut.

“Pergilah. Tokonya tutup untuk hari ini,” usir si peramal. “Dia masuk dalam koleksiku,” jelasnya.

Ji A merasa buru- buru, karena dia sangat ingin mengikuti kemana Lee Rang. “Kamu akan ada di sini besok?” tanyanya, memastikan keamanan Lee Yeon terlebih dahulu.

“Aku hanya bekerja kapan pun aku menginginkannya. Lokasinya selalu berubah,” jawab si peramal. Lalu diapun bersiap untuk menutup toko.




Ji A merasa sangat bimbang. Antara harus mengikuti Lee Rang atau menyelamatkan Lee Yeon. Tapi kemudian dia teringat perkataan si Gurbenur, juga perhatian yang Lee Yeon berikan. Dan diapun memutuskan pilihannya, dia ingin menyelamatkan Lee Yeon.

“Katakan apa yang harus kulakukan untuk mendapatkan Yeon kembali,” kata Ji A.

“Peraturannya tetap sama. Kamu bisa menukarnya dengan benda paling berharga bagimu,” jawab si peramal. “Jika kamu tidak kembali sebelum pukul 21.00, kesepakatan kita tidak sah.”


Lee Rang tanpa sadar mengemudi menuju ke rumah si pria yang ingin membunuh Ji A.


Ji A berlari sekuat tenaga sambil terus memeriksa waktu di jam tangannya.


Sesampainya dirumah, Ji A berpikir keras, apa barang yang paling berharga untuknya. Dia membongkar semua lemari dirumahnya. Lalu dia menaruh semua barang yang menurutnya paling berharga di atas tempat tidur dan berpikir.

Jam pasir terus bergerak turun.


Ji A membawa barang nya ke tempat wisata. Disana dengan panik, dia berteriak memanggil penjaga yang bertugas. “Halo? Tolong buka pintunya! Halo?” panggilnya sambil mengedor- ngedor pintu gerbang. “Apa ada orang di dalam? Halo? Pak!” teriak nya dengan rasa frustasi.


Disaat Ji A merasa sangat putus asa, si Gurbenur muncul dan membuka kan pintu gerbang untuk nya. “Aku mendengar suara yang tidak asing. Kedengarannya mendesak,” jelasnya sambil mempersilahkan Ji A untuk masuk ke dalam.

“Terima kasih. Terima kasih!” kata Ji A sambil berlari dengan buru- buru.


Tepat disaaat jam pasir habis, Ji A sampai.

Ji A memberikan kotak musik nya. Itu adalah hadiah ulang tahun terakhir yang orang tua nya berikan. Dan ini sudah 21 tahun sejak kedua orang tuanya menghilang.

“Ada darah di sini,” komentar si peramal.

“Karena itu aku bertahan,” jawab Ji A.

“Ini seperti hal terakhir yang menghubungkanmu dengan orang tuamu,” kata si peramal, menyimpulkan. Dan Ji A menganggukan kepalanya.




Sesampainya didepan rumah pria yang ingin membunuh Ji A. Yaitu rumah Pria Rang. Disana Lee Rang baru tersadar, kenapa dia datang ke sana.


Dengan heran, Lee Rang memeriksa sepatu yang di kenakannya. Dan benar saja, disepatu tersebut ada kata ‘Cari’. Dan kemudian kata ‘Cari’ tersebut hangus dan menghilang tanpa jejak.





Si peramal menemukan sesuatu yang menarik pada Ji A. Dan diapun menyuruh Ji A untuk mengulurkan tangan. Dan dengan patuh Ji A pun mengulurkan tangan kirinya.


“Kamu terlahir dengan takdir yang sangat spesial. Air dan api mungkin bertempur, dan bumi mungkin gelap, tapi logam akan menguasainya. Jadi, meski kamu dikelilingi kegelapan, bulan akan menyinari dari langit,” kata si peramal dengan bersemangat.

“Apa maksudnya?” tanya Ji A, tidak mengerti.

“Kamu memiliki butiran rubah. Itu bulanmu. Berikan aku butiran itu,” pinta si peramal. “Hidupmu sangat diberkati sekalipun tanpa bulan itu. Jadi, …”

“Akan kuberikan kepadamu. Aku tidak percaya pada takdir,” kata Ji A tanpa ragu.

Kesepakatan pun tercipta. Dan garis di tangan Ji A kemudian berubah.


Imoogi menggerak kan salah satu pion caturnya. “Butiran rubahnya hilang,” gumamnya dengan senang.


Ji A tidak memberitahu Lee Yeon apa yang dia berikan untuk membeli Lee Yeon. Dia bahkan merasa bahwa harga Lee Yeon sangat murah. Jadi Lee Yeon adalah miliknya dari sekarang.

“Kamu penjahat yang lebih mengerikan daripada Jafar,” komentar Lee Yeon.


Dirumah. Lee Yeon menanyai, kenapa Ji A tidak mengikuti Lee Rang. Dan Ji A menjelaskan bahwa sebenarnya dia merasa bingung. Tapi dia yakin bahwa dia bisa mempercayai Lee Yeon. Dan hidupnya akan berakhir bahagia bersama dengan Lee Yeon.

Mendengar itu, Lee Yeon merasa bangga dan senang.

Ji A kemudian memperhatikan foto kedua orang tuanya dan merasa rindu. Dia merasa bersalah, karena ternyata alasan kedua orang tuanya menghilang adalah karena dirinya.

“Kamu boleh menangis jika menginginkannya,” kata Lee Yeon, mengibur Ji A. Dan Ji A menolak sambil menikmati ceker ayam nya.

Didalam kamar. Imoogi berdiri diam sendirian.

Taluipa tiba- tiba merasa gelisah.


Lee Yeon pamit kepada Ji A. dan Ji A menghentikannya. “Yeon, tunggu. Jangan terlalu baik kepadaku. Sejujurnya, itu membuatku takut. Memiliki pelindungku membuatku ingin menjadi mengandalkanmu, dan aku khawatir itu hanya akan menjadikanku makin lemah. Jadi, begitulah kamu menjalani hidupmu,” katanya dengan lemas. Lalu diapun tertidur.

Dengan lembut, Lee Yeon mengelus wajah Ji A. “Ini janjiku kepadamu. Kamu akan bersatu kembali dengan keluargamu dan menjalani sisa hidupmu. Saat waktunya tiba, kamu akan melupakan waktumu bersamaku dan pengetahuan yang kamu miliki tentang duniaku. Kamu akan menjalani kehidupan normal manusia.”


Lee Yeon tiba- tiba muncul, dan Taluipa pun merasa terkejut serta memarahinya.

“Nenek tahu semuanya, bukan?” tanya Lee Yeon langsung. “Imoogi. Dia masih hidup.”



Saat Ji A terbangun, dia sudah berada didalam kamar tempat Imoogi berdiri sendirian. Dan dia merasa sangat bingung serta heran. Karena sebelumnya dia berada di ruang tamu rumahnya sendiri.


Taluipa duduk dengan tenang dan menjelaskan, “Gadis itu yang membangunkannya dari tidurnya. Dan kamu yang mencarinya, melawan nasihatku.”

“Kalau begitu, dia hidup. Kalau begitu, apa yang kuperjuangkan?” tanya Lee Yeon, merasa kecewa. “Kenapa A Eum harus merelakan nyawanya?”

“Itu jalan yang kalian berdua pilih. Aku sudah berulang kali memperingatkanmu. Rubah dan manusia tidak akan pernah berakhir bersama. Obsesimu akan menimbulkan malapetaka,” kata Taluipa dengan serius dan tegas. Tapi Lee Yeon tidak peduli. Sekarang dia hanya ingin tahu dimana Imoogi.


Imoogi membalikkan wajahnya dan menatap Ji A. “Halo,” sapanya.

Ji A tersentak dan kembali ke dalam ruang tamu rumahnya sendiri.


“Apa yang keluar dari sumur langsung bersembunyi. Tapi sebagian baru-baru ini ditemukan,” kata Taluipa, memberitahu.

“Apa?”



Dileher Ji A muncul semacam sisik ular.

Post a Comment

Previous Post Next Post