Original Network : tvN
Ketika Ji A terbangun, dia sudah berada didalam kamar Imoogi. Dan dia merasa sangat heran. Tapi kemudian saat dia tersentak, dia sudah kembali lagi ke ruang tamu nya sendiri.
Lalu tiba-
tiba kulit di belakang leher Ji A berubah menjadi bersisik seperti kulit ular.
Namun sesaat kemudian, sisk tersebut menghilang.
Taluipa
memberitahukan informasi mengejutkan kepada Lee Yeon. “Apa yang keluar dari
sumur langsung bersembunyi. Tapi sebagiannya baru-baru ini ditemukan. Di
tubuhnya. Dia kehilangan butiran rubah yang kamu berikan padanya. Akibatnya,
sesuatu terbangun di dalam dirinya.”
Mengetahui
informasi tersebut, Lee Yeon merasa sangat terkejut dan terguncang. “Kenapa di
sana, dari semua tempat, padahal dia butuh waktu 600 tahun untuk akhirnya
dilahirkan kembali?” tanyanya. Dia merasa sakit untuk penderitaan yang Ji A
harus alami. “Yang dia inginkan hanyalah menjalani hidupnya senormal mungkin
bersama keluarganya. Lalu kenapa … Kenapa ada di dalam dirinya?!”
“Itulah
takdirnya,” jawab Taluipa, singkat. Dan Lee Yeon tidak terima.
Taluipa kemudian
membentak Lee Yeon, karena Lee Yeon mempertanyakan kehendak Yang Mahakuasa
untuk takdir Ji A. Dan Lee Yeon tidak peduli. Dia juga merasa seperti
terkhianati, karena Taluipa pasti sudah tahu tentang ini sejah awal, karena
itulah Taluipa memintanya untuk melupakan A Eum (Ji A). Oleh sebab itu, dia
membutuhkan kompensasi.
Menggunakan
kekuatannya, Lee Yeon mengambil pecahan kaca yang berada disekitarnya sambil
berjalan mendekati Taluipa selangkah demi selangkah. Dan Taluipa menghentikan
itu menggunakan kekuatan nya. “Aku menerima dan membantumu ketika kamu tidak
punya apa-apa. Berani sekali kamu berpikir aku berutang sesuatu padamu?”
katanya, mempertanyakan dengan kesal.
“Cukup!”
kata Hyeonuiong, menengahi mereka berdua. Dan mereka berdua pun berhenti.
Dengan nada
tajam dan serius, Lee Yeon mengancam Taluipa, jika dia mendapati Ji A akan mati
lebih awal, maka dia akan membuat kekacauan di Alam Orang Hidup dan Mati. Dan
Taluipa sama sekali tidak peduli dan juga tidak takut dengan ancaman tersebut,
lalu dia membentak Lee Yeon untuk pergi saja.
Pria Rang
datang ke kamar Imoogi dan menanyai bagaimana perasaan Imoogi. Dan Imoogi
menjawab bahwa dia merasa seperti akan menangis, karena dia harus menunggu
sekian lama untuk akhirnya bisa bertemu dengan orang itu. Mendengar itu, Pria
Rang diam dan tidak berkomentar.
“Kamu pikir
aku aneh. Apa aku bukan lagi Imoogi yang pernah kamu kenal?” kata Imoogi, menebak
pikiran Pria Rang. “Jika aku berubah, itu karena dunia telah berubah. Imoogi
dan rubah berekor sembilan hidup di dunia yang berubah pesat. Tidak perlu
melihat dunia dengan cara yang kuno,” katanya, menjelaskan.
“Sekarang,
mereka akan mulai mencari kita,” kata Pria Rang, merasa khawatir.
“Itulah yang
kutunggu. Aku sudah tidak sabar untuk bertemu orang itu,” balas Imoogi.
Hyeonuiong
menghibur Lee Yeon supaya jangan sakit hati kepada Taluipa, karena walaupun
berhati dingin, tapi Taluipa benar- benar menyayangi Lee Yeon. Dan dia
menyarankan Lee Yeon untuk jangan melompat ke dalam api jika tahu itu
berbahaya. Sebab jika Lee Yeon dan Ji A menjalin hubungan, maka salah satu dari
mereka harus mati pada akhirnya. Itulah takdir Lee Yeon dan Ji A begitu Imoogi
terlahir kembali.
“Tidak, Ji A
tidak akan mati. Tidak akan. Aku sudah berjanji. Aku berjanji akan membantunya
menjalani hidup yang layak kali ini. Aku akan melindunginya meski harus mati,”
kata Lee Yeon dengan sangat serius.
Lalu Lee
Yeon pamit kepada Hyeonuiong dan pergi darisana. Dan Hyeonuiong hanya bisa
membiarkan nya saja sambil menghela nafas bersimpati.
"Bab 7: Perangkap Samsara"
Dalam
perjalanan, Lee Yeon melihat para keluarga yang bermain- main bersama dengan
bahagia. Ada Ayah, Ibu, dan Dua Anak. Melihat itu, Lee Yeon mengingat akan
keinginan Ji A dan kerinduan JI A kepada kedua orang tuanya.
Sesampainya
didepan rumah Ji A, Lee Yeon merasa ragu untuk masuk. Dia mencoba untuk
menenangkan emosinya terlebih dahulu.
Kemudian di
dalam rumah. Dengan polos, Ji A menjelaskan bahwa dia tidak tahu kalau butiran
rubah ternyata sangat penting. Jadi karena itu, diapun memberikannya begitu
saja kepada si peramal. Mengetahui itu, Lee Yeon menanyai Ji A dengan kesal,
kenapa Ji A bisa memberikan butiran rubah itu dengan sangat mudahnya, seperti itu
adalah permen. Dan Ji A menjawab bahwa itu karena, dia tidak bisa kehilangan
Lee Yeon. Dan mendengar itu, Lee Yeon pun terdiam.
“Aku akan
tinggal di sini untuk sementara,” kata Lee Yeon, memutuskan. Dan Ji A tidak
mengerti kenapa begitu tiba- tiba seperti ini. “Setidaknya itu yang bisa
kulakukan demi keselamatanmu. Jangan membuatku mempertaruhkan nyawaku demi
menyelamatkanmu,” jelasnya dengan tegas. Dan Ji A mengerti.
“Kamu
menggunakan nyawamu untuk bernegosiasi, jadi, sulit menolaknya,” kata Ji A,
tidak masalah kalau Lee Yeon ingin tinggal dirumahnya.
Ji A
kemudian menceritakan bahwa barusan dia ada bermimpi buruk. Dia bertemu dengan
seorang anak pria, dan anak itu menyapa nya. Awalnya dia merasa takut, tapi
setelah bangun, ntah mengapa dia merasa senang bertemu dengan anak itu. Rasanya
seolah dia mengenal anak itu atau semacamnya.
Mendengar
itu, Lee Yeon diam dan menatap Ji A dengan perasaan campur aduk. Khawatir,
cemas, tidak tahu harus melakukan apa, dan stress.
Di bar. Lee
Rang memikirkan kata- kata si peramal. Lee Yeon adalah orang yang paling
berharga baginya.
Yoo Ri
kemudian datang. Dia dan Lee Rang mengobrolkan hal biasa. Lalu Yoo Ri menanyai,
apakah Lee Rang berhasil mendapatkan benda yang Lee Rang cari. Dan Lee Rang
menunjukkan kacamata alis harimau yang di dapatkannya.
“Kenapa kamu
terlihat sedih sekali?” tanya Yoo Ri, heran. Kepadahal Lee Rang berhasil
mendapatkan alis harimau.
“Aku tidak
sedih. Aku marah,” jawab Lee Rang dengan nada kesal. “Aku marah karena masih
memiliki emosi manusia. Mungkin karena rasku campuran.”
Dengan
bersemangat, Yoo Ri menanyai, bagaimana Ibu Lee Rang, apakah Ibu ada merangkul
dan menggendong Lee Rang, apakah Ibu ada menangkap ayam dan memberikan bagian
yang enak kepada Lee Rang. Mendengar itu, Lee Rang merasa tambah kesal dan
terganggu. Dan menyadari itu, Yoo Ri meminta maaf. Dia bertanya karena dia
hanya ingin tahu bagaimana rasanya dicintai.
“Cinta?”
gumam Lee Rang sambil mengingat tentang Ibunya.
Flash back
Ibu Rang
membawa Lee Rang masuk ke dalam hutan. Dan sesampainya didekat bebatuan tempat
ritual, Ibu Rang menyuruh Lee Rang untuk menunggu disana. Dan Lee Rang menolak,
sebab dia sangat takut.
“Ibu akan
segera kembali setelah mengumpulkan kacang hazel,” janji Ibu Rang, menyakinkan
Lee Rang.
“Biarkan aku
ikut Ibu. Aku ingin ikut Ibu,” rengek Lee Rang.
“Kenapa kamu
sangat menyulitkan ibu?!” bentak Ibu Rang dengan emosi. “Ibu tidak merelakan
hidup hanya karena kamu. Kamu ingin kita berdua mati saja?” tanyanya.
Mendengar
itu, Lee Rang merasa sedih. Tapi dia mencoba menahan air matanya.
Lee Rang
duduk sendirian didalam hutan dan menunggu seperti perkataan Ibu. Dia duduk
dengan perasaan cemas dan takut. Lalu ketika dia mendengar suara ranting yang
di injak, dia mengira itu adalah Ibu. Jadi diapun memanggilnya, tapi ternyata
yang datang adalah zombie busuk.
Flash back
end
“Cinta bisa
membunuhmu. Orang yang lebih mencintai orang lain menjadi mangsa,” kata Lee
Rang, menjelaskan.
“Aku tidak
mau. Aku lebih suka menjadi predator,” balas Yoo Ri, merasa ngeri.
Lee Rang
kemudian memperhatikan Yoo Ri, dan dia menebak apakah ini karena Shin Joo, jadi
Yoo Ri mulai memikirkan tentang cinta. Dan Yoo Ri menyangkal. Dia tidak akan
goyah apapun yang terjadi dan musuh Lee Rang akan selalu menjadi musuhnya.
Setelah mengatakan itu, Yoo Ri pun pergi.
Shin Joo
melakukan perhitungan dari gabungan nama Yoo Ri dan namanya. Dan hasil
perhitungannya, tingkat kecocokan mereka adalah 99%. Melihat itu, Shin Joo
merasa sangat senang dan tertawa. Lalu dia mulai berkomunikasi kepada Anjing
yang Yoo Ri berikan.
“Omong-omong,
ibumu berpura-pura tidak suka, tapi dia menghabiskan sup ayamnya. Gaya
bicaranya kasar, tapi dia bukan orang jahat. Kamu tahu itu, bukan?” kata Shin
Joo dengan bangga. “Apa? Kamu mau sup ayam? Kamu baru makan makanan anjingmu
setengah jam lalu. Kamu tidak ingat?” katanya, membentak si Anjing dengan
kesal. Dan dengan malas, si Anjing pun mengabaikan Shin Joo dan pergi.
Ji A
kesulitan untuk tidur, karena Lee Yeon terus berdiri dan menatapnya. Lebih
parahnya lagi, Lee Yeon berniat berdiri disana semalaman. Dan ketika dia
protes, Lee Yeon malah menawarkan diri untuk mengawasi dari luar kamar. Dan itu
jadi lebih menakutkan.
“Kamu tidak
suka ini, tidak suka itu. Bagaimana caraku melindungimu?” tanya Lee Yeon dengan
kesal.
“Tidurlah di
sofa,” balas Ji A. Dan Lee Yeon menolak, karena itu terletak sangat jauh.
“Kalau begitu, tidurlah di sini,” balas nya. Dan tanpa ragu, Lee Yeon langsung
naik ke atas tempat tidur. “Maksudku di kamar, bukan di ranjangku,” keluhnya,
kesal.
“Seperti
yang kubilang, aku modern. Aku butuh ranjang untuk tidur. Tidurlah di lantai
jika takut,” balas Lee Yeon sambil menutup matanya dengan tenang.
“Aku tidak
takut,” balas Ji A, keras kepala. Lalu diapun menutup matanya juga.
Baru sesaat,
Lee Yeon sudah membuka matanya lagi. Dia mengakui bahwa dia sama sekali tidak
bisa tidur. Dan Ji A pun menceritakan bahwa dulu Ayahnya pernah mengajarkan
begini, jika kita tidak bisa tidur, maka bayangkalah sesuatu yang membuat kita
bahagia hanya dengan memikirkannya. Lalu mereka berdua saling bergantian
mengatakan sesuatu yang mereka sukai.
“Payung
merah,” kata Ji A, mengatakan benda terakhir yang mem buatnya bahagia. Lalu
diapun tertidur. Dan mendengar itu, Lee Yeon menatap Ji A.
Pria kecil
yang pernah bertemu dan mengobrol bersama dengan Lee Yeon ditaman (ep 1 part
1). Dia mendorong Lee Rang ke pinggir, saat dia melihat ada sepeda motor yang
akan lewat. Setelah itu dengan bangga dia meminta pujian. Dan Lee Rang merasa
bingung, karena sebelumnya semuanya baik- baik saja, tanpa si pria kecil perlu
mendorong nya. Serta dia kurang menyukai anak yang ingusan.
“Apa Paman
suka Spiderman?” tanya si pria kecil dengan ceria. Dan Lee Rang menjawab tidak.
“Kenapa? Aku menyukainya,” katanya.
“Aku sama
sekali tidak peduli. Berhentilah bicara denganku. Suasana hatiku sudah buruk
tanpa bantuanmu,” balas Lee Rang dengan serius. Lalu diapun berjalan pergi.
Menerima
sikap dingin dari Lee Rang, si pria kecil merasa agak sedih. Lalu kemudian, dia
menemukan kacamata Alis Macan milik Lee Rang yang terjatuh di tanah. Dia ingin
mengembalikan itu, tapi Lee Rang sudah terlanjur menghilang begitu saja.
Lee Yeon
memotong sayur sambil mengomel- ngomel. Dia sudah bangun sejak pukul 04.30,
tapi sekarang belum ada satupun makanan yang jadi. Shin Joo kemudian datang.
Dan melihat semua makanan gagal yang Lee Yeon buat, diapun menyuruh Lee Yeon
untuk menyingkir saja dan biarkan dia saja yang memasaknya biar lebih cepat dan
enak.
Dengan
patuh, Lee Yeon pun duduk dan membiarkan Shin Joo untuk memasak.
Saat Ji A
terbangun, dan melihat Lee Yeon sudah tidak ada disebelahnya, diapun merasa
heran.
Lalu ketika
Ji A keluar dari kamar dan turun ke lantai bawah, dia melihat Lee Yeon sedang
memasak didapur. Dan dia merasa kagum.
Dengan
bangga, Lee Yeon mempersilahkan Ji A untuk memakan sup pollack kering di atas
meja, seolah- olah itu adalah makanan buatan nya sendiri.
“Kamu
membuat semua ini sendirian?” tanya Ji A, kagum.
“Itu tidak
penting. Yang penting niatnya,” balas Lee Yeon tanpa rasa malu.
Sebelum Ji A
sempat makan, Shin Joo datang dengan memakai apron serta sarung tangan
pembersih. Dan melihatnya, Ji A merasa sangat terkejut. Tapi Shin Joo tidak
menyadari itu. Secara langsung dia menanyai, dimana Ji A meletakkan pemutih,
karena dia ingin menggosok ubin di kamar mandi, juga membuang rambut dari
saluran air. Lalu kemudian dia menasehati Ji A untuk jangan membiarkan makanan
pesanan menumpuk di kulkas, karena itu akan menimbukan kuman.
“Dia seperti
ibu mertua,” keluh Ji A.
“Aku tidak
mau mencampuri rumah orang lain, tapi Pak Lee tidak pernah melakukan tugas
rumah tangga seumur hidupnya. Dan dia menderita gangguan obsesif kompulsif,”
kata Shin Joo, menjelaskan.
“Apa,
Berandal?” bentak Lee Yeon. Dan dengan ngeri, Shin Joo pun langsung pergi
dengan alasan ingin mencari pemutih.
Ji A
kemudian mencium sesuatu yang tidak enak. Dan ketika dia melihat ke dalam
westafel, ternyata ada banyak makanan hangus yang dibuang.
“Bukan
"hangus". Lebih tepatnya aku gagal mengendalikan suhunya,” kata Lee
Yeon, membela dirinya. Lalu dia mengajak Ji A untuk makan.
Dengan
lahap, Ji A memakan makanan yang ada dan memberikan ajungan jempol sebagai
pujian kepada Lee Yeon. Dan dari jauh, Shin Joo memperhatikan kedekatan antara
mereka berdua dengan perasaan senang.
Sebelum Ji A
berangkat bekerja, Shin Joo datang menghampirinya dan memberikan sebotol jus
jeruk. Kemudian dia mengingatkan Ji A untuk berhati- hati, karena jika Ji A
terluka, maka Lee Yeon akan lebih terluka lagi. Dan Ji A mengerti. Serta dia
merasa senang, karena Lee Yeon mempunyai teman sebaik Shin Joo yang sangat
peduli padanya.
“Dia sangat
berharga bagiku,” kata Shin Joo dengan tegas dan serius.
“Aku
berjanji. Aku akan berusaha sebaik mungkin untuk tetap selamat. Yeon juga telah
menjadi berharga bagiku,” balas Ji A dengan bersungguh- sungguh.
Ketika Ji A
dan Shin Joo turun ke lantai bawah, mereka heran melihat Lee Yeon yang
berpakaian dengan sangat rapi. Dan Lee Yeon memberitahu bahwa dia mau berangkat
bekerja.
Dalam
perjalanan. Ji A menanyai, apakah Lee Yeon akan bekerja di tempatnya. Dan Lee
Yeon mengiyakan. Dia adalah rubah ekor sembilan, jadi tidak akan ada yang bisa
menghalangi nya untuk bekerja disana.
“Tapi kenapa
memakai setelan?” tanya Ji A, heran. “Hanya para eksekutif yang memakai dasi,”
jelas nya. “Bisakah setidaknya kamu melepas itu?”
“Tidak, aku
akan berpura-pura menjadi eksekutif,” balas Lee Yeon.
Saat masuk
ke dalam kantor, beberapa karyawan menyapa Lee Yeon dengan hormat. Dan dengan
tenang, Lee Yeon balas menyapa mereka. Melihat itu, Ji A merasa kagum dan ingin
tahu.
“Apa-apaan
ini? Kamu menghipnotis mereka?” tanya Ji A. Dan Lee Yeon membenarkan. “Tapi
kenapa memilih peran direktur?”
“Di acara
TV, itu posisi yang dipegang oleh orang yang tampan dan kaya,” jawab Lee Yeon.
“Lalu? Apa
kegiatanmu berikutnya sebagai direktur?” tanya Ji A dengan geli.
“Aku akan
menunggumu di sini,” jawab Lee Yeon dengan santai. “Saat menunggu, tidak ada
yang bisa lebih baik. 24 jam? Aku bisa duduk di sana bahkan selama 24 tahun.”
Mendengar
itu, Ji A merasa tersentuh. Dan dengan perhatian, dia bantu merapikan dasi Lee
Yeon. Dan Lee Yeon merasa sangat senang.
“Semoga
harimu menyenangkan. Telepon aku
jika terjadi sesuatu,” kata Lee Yeon, mengingatkan.
“Baik.
Terima kasih, Yeon, sudah mendampingiku,” balas Ji A sambil tersenyum.
Hyeonuiong : “Jika kalian menjalin hubungan, salah satu
dari kalian harus mati pada akhirnya. Itu sudah takdirmu dan dia begitu makhluk
itu lahir kembali.”
Lee Yeon : “Ini mungkin
kehidupan terakhirku.”
Ji A berbalik dan melambaikan tangan kepada Lee Yeon. Dan Lee Yeon balas melambai kepadanya. “Kurasa kondisinya bisa lebih buruk,” gumamnya, pelan.