Sinopsis K- Drama : Tale of the Nine Tailed Episode 7 part 1

 




Original Network : tvN

Ketika Ji A terbangun, dia sudah berada didalam kamar Imoogi. Dan dia merasa sangat heran. Tapi kemudian saat dia tersentak, dia sudah kembali lagi ke ruang tamu nya sendiri.

Lalu tiba- tiba kulit di belakang leher Ji A berubah menjadi bersisik seperti kulit ular. Namun sesaat kemudian, sisk tersebut menghilang.


Taluipa memberitahukan informasi mengejutkan kepada Lee Yeon. “Apa yang keluar dari sumur langsung bersembunyi. Tapi sebagiannya baru-baru ini ditemukan. Di tubuhnya. Dia kehilangan butiran rubah yang kamu berikan padanya. Akibatnya, sesuatu terbangun di dalam dirinya.”



Mengetahui informasi tersebut, Lee Yeon merasa sangat terkejut dan terguncang. “Kenapa di sana, dari semua tempat, padahal dia butuh waktu 600 tahun untuk akhirnya dilahirkan kembali?” tanyanya. Dia merasa sakit untuk penderitaan yang Ji A harus alami. “Yang dia inginkan hanyalah menjalani hidupnya senormal mungkin bersama keluarganya. Lalu kenapa … Kenapa ada di dalam dirinya?!”

“Itulah takdirnya,” jawab Taluipa, singkat. Dan Lee Yeon tidak terima.



Taluipa kemudian membentak Lee Yeon, karena Lee Yeon mempertanyakan kehendak Yang Mahakuasa untuk takdir Ji A. Dan Lee Yeon tidak peduli. Dia juga merasa seperti terkhianati, karena Taluipa pasti sudah tahu tentang ini sejah awal, karena itulah Taluipa memintanya untuk melupakan A Eum (Ji A). Oleh sebab itu, dia membutuhkan kompensasi.

Menggunakan kekuatannya, Lee Yeon mengambil pecahan kaca yang berada disekitarnya sambil berjalan mendekati Taluipa selangkah demi selangkah. Dan Taluipa menghentikan itu menggunakan kekuatan nya. “Aku menerima dan membantumu ketika kamu tidak punya apa-apa. Berani sekali kamu berpikir aku berutang sesuatu padamu?” katanya, mempertanyakan dengan kesal.

“Cukup!” kata Hyeonuiong, menengahi mereka berdua. Dan mereka berdua pun berhenti.


Dengan nada tajam dan serius, Lee Yeon mengancam Taluipa, jika dia mendapati Ji A akan mati lebih awal, maka dia akan membuat kekacauan di Alam Orang Hidup dan Mati. Dan Taluipa sama sekali tidak peduli dan juga tidak takut dengan ancaman tersebut, lalu dia membentak Lee Yeon untuk pergi saja.



Pria Rang datang ke kamar Imoogi dan menanyai bagaimana perasaan Imoogi. Dan Imoogi menjawab bahwa dia merasa seperti akan menangis, karena dia harus menunggu sekian lama untuk akhirnya bisa bertemu dengan orang itu. Mendengar itu, Pria Rang diam dan tidak berkomentar.

“Kamu pikir aku aneh. Apa aku bukan lagi Imoogi yang pernah kamu kenal?” kata Imoogi, menebak pikiran Pria Rang. “Jika aku berubah, itu karena dunia telah berubah. Imoogi dan rubah berekor sembilan hidup di dunia yang berubah pesat. Tidak perlu melihat dunia dengan cara yang kuno,” katanya, menjelaskan.

“Sekarang, mereka akan mulai mencari kita,” kata Pria Rang, merasa khawatir.

“Itulah yang kutunggu. Aku sudah tidak sabar untuk bertemu orang itu,” balas Imoogi.


Hyeonuiong menghibur Lee Yeon supaya jangan sakit hati kepada Taluipa, karena walaupun berhati dingin, tapi Taluipa benar- benar menyayangi Lee Yeon. Dan dia menyarankan Lee Yeon untuk jangan melompat ke dalam api jika tahu itu berbahaya. Sebab jika Lee Yeon dan Ji A menjalin hubungan, maka salah satu dari mereka harus mati pada akhirnya. Itulah takdir Lee Yeon dan Ji A begitu Imoogi terlahir kembali.



“Tidak, Ji A tidak akan mati. Tidak akan. Aku sudah berjanji. Aku berjanji akan membantunya menjalani hidup yang layak kali ini. Aku akan melindunginya meski harus mati,” kata Lee Yeon dengan sangat serius.

Lalu Lee Yeon pamit kepada Hyeonuiong dan pergi darisana. Dan Hyeonuiong hanya bisa membiarkan nya saja sambil menghela nafas bersimpati.

"Bab 7: Perangkap Samsara"


Dalam perjalanan, Lee Yeon melihat para keluarga yang bermain- main bersama dengan bahagia. Ada Ayah, Ibu, dan Dua Anak. Melihat itu, Lee Yeon mengingat akan keinginan Ji A dan kerinduan JI A kepada kedua orang tuanya.


Sesampainya didepan rumah Ji A, Lee Yeon merasa ragu untuk masuk. Dia mencoba untuk menenangkan emosinya terlebih dahulu.

Kemudian di dalam rumah. Dengan polos, Ji A menjelaskan bahwa dia tidak tahu kalau butiran rubah ternyata sangat penting. Jadi karena itu, diapun memberikannya begitu saja kepada si peramal. Mengetahui itu, Lee Yeon menanyai Ji A dengan kesal, kenapa Ji A bisa memberikan butiran rubah itu dengan sangat mudahnya, seperti itu adalah permen. Dan Ji A menjawab bahwa itu karena, dia tidak bisa kehilangan Lee Yeon. Dan mendengar itu, Lee Yeon pun terdiam.

“Aku akan tinggal di sini untuk sementara,” kata Lee Yeon, memutuskan. Dan Ji A tidak mengerti kenapa begitu tiba- tiba seperti ini. “Setidaknya itu yang bisa kulakukan demi keselamatanmu. Jangan membuatku mempertaruhkan nyawaku demi menyelamatkanmu,” jelasnya dengan tegas. Dan Ji A mengerti.

“Kamu menggunakan nyawamu untuk bernegosiasi, jadi, sulit menolaknya,” kata Ji A, tidak masalah kalau Lee Yeon ingin tinggal dirumahnya.


Ji A kemudian menceritakan bahwa barusan dia ada bermimpi buruk. Dia bertemu dengan seorang anak pria, dan anak itu menyapa nya. Awalnya dia merasa takut, tapi setelah bangun, ntah mengapa dia merasa senang bertemu dengan anak itu. Rasanya seolah dia mengenal anak itu atau semacamnya.

Mendengar itu, Lee Yeon diam dan menatap Ji A dengan perasaan campur aduk. Khawatir, cemas, tidak tahu harus melakukan apa, dan stress.


Di bar. Lee Rang memikirkan kata- kata si peramal. Lee Yeon adalah orang yang paling berharga baginya.

Yoo Ri kemudian datang. Dia dan Lee Rang mengobrolkan hal biasa. Lalu Yoo Ri menanyai, apakah Lee Rang berhasil mendapatkan benda yang Lee Rang cari. Dan Lee Rang menunjukkan kacamata alis harimau yang di dapatkannya.


“Kenapa kamu terlihat sedih sekali?” tanya Yoo Ri, heran. Kepadahal Lee Rang berhasil mendapatkan alis harimau.

“Aku tidak sedih. Aku marah,” jawab Lee Rang dengan nada kesal. “Aku marah karena masih memiliki emosi manusia. Mungkin karena rasku campuran.”

Dengan bersemangat, Yoo Ri menanyai, bagaimana Ibu Lee Rang, apakah Ibu ada merangkul dan menggendong Lee Rang, apakah Ibu ada menangkap ayam dan memberikan bagian yang enak kepada Lee Rang. Mendengar itu, Lee Rang merasa tambah kesal dan terganggu. Dan menyadari itu, Yoo Ri meminta maaf. Dia bertanya karena dia hanya ingin tahu bagaimana rasanya dicintai.

“Cinta?” gumam Lee Rang sambil mengingat tentang Ibunya.

Flash back

Ibu Rang membawa Lee Rang masuk ke dalam hutan. Dan sesampainya didekat bebatuan tempat ritual, Ibu Rang menyuruh Lee Rang untuk menunggu disana. Dan Lee Rang menolak, sebab dia sangat takut.

“Ibu akan segera kembali setelah mengumpulkan kacang hazel,” janji Ibu Rang, menyakinkan Lee Rang.


“Biarkan aku ikut Ibu. Aku ingin ikut Ibu,” rengek Lee Rang.

“Kenapa kamu sangat menyulitkan ibu?!” bentak Ibu Rang dengan emosi. “Ibu tidak merelakan hidup hanya karena kamu. Kamu ingin kita berdua mati saja?” tanyanya.

Mendengar itu, Lee Rang merasa sedih. Tapi dia mencoba menahan air matanya.


Lee Rang duduk sendirian didalam hutan dan menunggu seperti perkataan Ibu. Dia duduk dengan perasaan cemas dan takut. Lalu ketika dia mendengar suara ranting yang di injak, dia mengira itu adalah Ibu. Jadi diapun memanggilnya, tapi ternyata yang datang adalah zombie busuk.

Flash back end


“Cinta bisa membunuhmu. Orang yang lebih mencintai orang lain menjadi mangsa,” kata Lee Rang, menjelaskan.

“Aku tidak mau. Aku lebih suka menjadi predator,” balas Yoo Ri, merasa ngeri.

Lee Rang kemudian memperhatikan Yoo Ri, dan dia menebak apakah ini karena Shin Joo, jadi Yoo Ri mulai memikirkan tentang cinta. Dan Yoo Ri menyangkal. Dia tidak akan goyah apapun yang terjadi dan musuh Lee Rang akan selalu menjadi musuhnya. Setelah mengatakan itu, Yoo Ri pun pergi.


Shin Joo melakukan perhitungan dari gabungan nama Yoo Ri dan namanya. Dan hasil perhitungannya, tingkat kecocokan mereka adalah 99%. Melihat itu, Shin Joo merasa sangat senang dan tertawa. Lalu dia mulai berkomunikasi kepada Anjing yang Yoo Ri berikan.


“Omong-omong, ibumu berpura-pura tidak suka, tapi dia menghabiskan sup ayamnya. Gaya bicaranya kasar, tapi dia bukan orang jahat. Kamu tahu itu, bukan?” kata Shin Joo dengan bangga. “Apa? Kamu mau sup ayam? Kamu baru makan makanan anjingmu setengah jam lalu. Kamu tidak ingat?” katanya, membentak si Anjing dengan kesal. Dan dengan malas, si Anjing pun mengabaikan Shin Joo dan pergi.



Ji A kesulitan untuk tidur, karena Lee Yeon terus berdiri dan menatapnya. Lebih parahnya lagi, Lee Yeon berniat berdiri disana semalaman. Dan ketika dia protes, Lee Yeon malah menawarkan diri untuk mengawasi dari luar kamar. Dan itu jadi lebih menakutkan.

“Kamu tidak suka ini, tidak suka itu. Bagaimana caraku melindungimu?” tanya Lee Yeon dengan kesal.

“Tidurlah di sofa,” balas Ji A. Dan Lee Yeon menolak, karena itu terletak sangat jauh. “Kalau begitu, tidurlah di sini,” balas nya. Dan tanpa ragu, Lee Yeon langsung naik ke atas tempat tidur. “Maksudku di kamar, bukan di ranjangku,” keluhnya, kesal.

“Seperti yang kubilang, aku modern. Aku butuh ranjang untuk tidur. Tidurlah di lantai jika takut,” balas Lee Yeon sambil menutup matanya dengan tenang.

“Aku tidak takut,” balas Ji A, keras kepala. Lalu diapun menutup matanya juga.


Baru sesaat, Lee Yeon sudah membuka matanya lagi. Dia mengakui bahwa dia sama sekali tidak bisa tidur. Dan Ji A pun menceritakan bahwa dulu Ayahnya pernah mengajarkan begini, jika kita tidak bisa tidur, maka bayangkalah sesuatu yang membuat kita bahagia hanya dengan memikirkannya. Lalu mereka berdua saling bergantian mengatakan sesuatu yang mereka sukai.

“Payung merah,” kata Ji A, mengatakan benda terakhir yang mem buatnya bahagia. Lalu diapun tertidur. Dan mendengar itu, Lee Yeon menatap Ji A.

Pria kecil yang pernah bertemu dan mengobrol bersama dengan Lee Yeon ditaman (ep 1 part 1). Dia mendorong Lee Rang ke pinggir, saat dia melihat ada sepeda motor yang akan lewat. Setelah itu dengan bangga dia meminta pujian. Dan Lee Rang merasa bingung, karena sebelumnya semuanya baik- baik saja, tanpa si pria kecil perlu mendorong nya. Serta dia kurang menyukai anak yang ingusan.



“Apa Paman suka Spiderman?” tanya si pria kecil dengan ceria. Dan Lee Rang menjawab tidak. “Kenapa? Aku menyukainya,” katanya.

“Aku sama sekali tidak peduli. Berhentilah bicara denganku. Suasana hatiku sudah buruk tanpa bantuanmu,” balas Lee Rang dengan serius. Lalu diapun berjalan pergi.


Menerima sikap dingin dari Lee Rang, si pria kecil merasa agak sedih. Lalu kemudian, dia menemukan kacamata Alis Macan milik Lee Rang yang terjatuh di tanah. Dia ingin mengembalikan itu, tapi Lee Rang sudah terlanjur menghilang begitu saja.


Lee Yeon memotong sayur sambil mengomel- ngomel. Dia sudah bangun sejak pukul 04.30, tapi sekarang belum ada satupun makanan yang jadi. Shin Joo kemudian datang. Dan melihat semua makanan gagal yang Lee Yeon buat, diapun menyuruh Lee Yeon untuk menyingkir saja dan biarkan dia saja yang memasaknya biar lebih cepat dan enak.


Dengan patuh, Lee Yeon pun duduk dan membiarkan Shin Joo untuk memasak.

Saat Ji A terbangun, dan melihat Lee Yeon sudah tidak ada disebelahnya, diapun merasa heran.


Lalu ketika Ji A keluar dari kamar dan turun ke lantai bawah, dia melihat Lee Yeon sedang memasak didapur. Dan dia merasa kagum.

Dengan bangga, Lee Yeon mempersilahkan Ji A untuk memakan sup pollack kering di atas meja, seolah- olah itu adalah makanan buatan nya sendiri.

“Kamu membuat semua ini sendirian?” tanya Ji A, kagum.

“Itu tidak penting. Yang penting niatnya,” balas Lee Yeon tanpa rasa malu.


Sebelum Ji A sempat makan, Shin Joo datang dengan memakai apron serta sarung tangan pembersih. Dan melihatnya, Ji A merasa sangat terkejut. Tapi Shin Joo tidak menyadari itu. Secara langsung dia menanyai, dimana Ji A meletakkan pemutih, karena dia ingin menggosok ubin di kamar mandi, juga membuang rambut dari saluran air. Lalu kemudian dia menasehati Ji A untuk jangan membiarkan makanan pesanan menumpuk di kulkas, karena itu akan menimbukan kuman.

“Dia seperti ibu mertua,” keluh Ji A.

“Aku tidak mau mencampuri rumah orang lain, tapi Pak Lee tidak pernah melakukan tugas rumah tangga seumur hidupnya. Dan dia menderita gangguan obsesif kompulsif,” kata Shin Joo, menjelaskan.

“Apa, Berandal?” bentak Lee Yeon. Dan dengan ngeri, Shin Joo pun langsung pergi dengan alasan ingin mencari pemutih.


Ji A kemudian mencium sesuatu yang tidak enak. Dan ketika dia melihat ke dalam westafel, ternyata ada banyak makanan hangus yang dibuang.

“Bukan "hangus". Lebih tepatnya aku gagal mengendalikan suhunya,” kata Lee Yeon, membela dirinya. Lalu dia mengajak Ji A untuk makan.




Dengan lahap, Ji A memakan makanan yang ada dan memberikan ajungan jempol sebagai pujian kepada Lee Yeon. Dan dari jauh, Shin Joo memperhatikan kedekatan antara mereka berdua dengan perasaan senang.



Sebelum Ji A berangkat bekerja, Shin Joo datang menghampirinya dan memberikan sebotol jus jeruk. Kemudian dia mengingatkan Ji A untuk berhati- hati, karena jika Ji A terluka, maka Lee Yeon akan lebih terluka lagi. Dan Ji A mengerti. Serta dia merasa senang, karena Lee Yeon mempunyai teman sebaik Shin Joo yang sangat peduli padanya.

“Dia sangat berharga bagiku,” kata Shin Joo dengan tegas dan serius.

“Aku berjanji. Aku akan berusaha sebaik mungkin untuk tetap selamat. Yeon juga telah menjadi berharga bagiku,” balas Ji A dengan bersungguh- sungguh.


Ketika Ji A dan Shin Joo turun ke lantai bawah, mereka heran melihat Lee Yeon yang berpakaian dengan sangat rapi. Dan Lee Yeon memberitahu bahwa dia mau berangkat bekerja.


Dalam perjalanan. Ji A menanyai, apakah Lee Yeon akan bekerja di tempatnya. Dan Lee Yeon mengiyakan. Dia adalah rubah ekor sembilan, jadi tidak akan ada yang bisa menghalangi nya untuk bekerja disana.

“Tapi kenapa memakai setelan?” tanya Ji A, heran. “Hanya para eksekutif yang memakai dasi,” jelas nya. “Bisakah setidaknya kamu melepas itu?”

“Tidak, aku akan berpura-pura menjadi eksekutif,” balas Lee Yeon.


Saat masuk ke dalam kantor, beberapa karyawan menyapa Lee Yeon dengan hormat. Dan dengan tenang, Lee Yeon balas menyapa mereka. Melihat itu, Ji A merasa kagum dan ingin tahu.

“Apa-apaan ini? Kamu menghipnotis mereka?” tanya Ji A. Dan Lee Yeon membenarkan. “Tapi kenapa memilih peran direktur?”

“Di acara TV, itu posisi yang dipegang oleh orang yang tampan dan kaya,” jawab Lee Yeon.

“Lalu? Apa kegiatanmu berikutnya sebagai direktur?” tanya Ji A dengan geli.

“Aku akan menunggumu di sini,” jawab Lee Yeon dengan santai. “Saat menunggu, tidak ada yang bisa lebih baik. 24 jam? Aku bisa duduk di sana bahkan selama 24 tahun.”

Mendengar itu, Ji A merasa tersentuh. Dan dengan perhatian, dia bantu merapikan dasi Lee Yeon. Dan Lee Yeon merasa sangat senang.

“Semoga harimu menyenangkan. Telepon aku jika terjadi sesuatu,” kata Lee Yeon, mengingatkan.

“Baik. Terima kasih, Yeon, sudah mendampingiku,” balas Ji A sambil tersenyum.


Hyeonuiong : “Jika kalian menjalin hubungan, salah satu dari kalian harus mati pada akhirnya. Itu sudah takdirmu dan dia begitu makhluk itu lahir kembali.”

Lee Yeon : “Ini mungkin kehidupan terakhirku.”


Ji A berbalik dan melambaikan tangan kepada Lee Yeon. Dan Lee Yeon balas melambai kepadanya. “Kurasa kondisinya bisa lebih buruk,” gumamnya, pelan.

Post a Comment

Previous Post Next Post