Sinopsis K- Drama : Tale of the Nine Tailed Episode 8 part 2



Original Network : tvN

Pagi hari. Saat datang ke kantor, Ji A menatap ke arah tempat Lee Yeon biasa nya duduk dan menunggu nya. Dan mengingat kenangan saat itu, dia merasa sangat sedih. Lalu dia memeriksa ke sekeliling nya, tapi Lee Yeon sama sekali tidak datang. Dan dia merasa agak kecewa.


Sebenarnya Lee Yeon ada datang, tapi dia bersembunyi di balik dinding supaya Ji A tidak bisa melihat dan menemukannya.


Pria Rang merasakan dada nya sangat sakit sekali. Dan diapun mengambil satu buah ceplukan dan menghirup udara hitam yang ada di dalamnya. Barulah setelah itu, dia merasa tenang.



“Astaga, hidupmu bahkan akan lebih lama dariku,” komentar Lee Rang, melihat hal itu.

“Kamu mau satu? Tampaknya ini bisa berguna untukmu,” balas Pria Rang.

“Akan kutolak hari ini. Jiwa manusia meninggalkan bau menyengat tiap kali dimakan,” balas Lee Rang, merasa jijik.

“Tapi aku tetap hidup karena mengisap hidup mereka. Kamu juga, Pak Lee,” balas Pria Rang dengan senang.

“Tapi kenapa ceplukan? Itu menyeramkan.”

“Aku diberi tahu bahwa ini yang paling mirip dengan jiwa manusia,” jawab Pria Rang sambil mengkagumi buah ceplukan yang ada di pohon.


Lee Rang kemudian membahas tentang Imoogi. Dan Pria Rang menjawab bahwa ini belum waktunya, dan ini demi kebaikan Lee Rang sendiri, karena dia tidak ingin melihat Lee Rang terluka. Mendengar itu, Lee Rang merasa kesal dan menarik kerah baju Pria Rang.

“Hanya karena aku membiarkanmu bersenang-senang bukan berarti aku penurut,” geram Lee Rang, emosi. Dan Pria Rang tertawa. Lalu tepat disaat itu, Imoogi datang.


Dengan ramah, Imoogi menyapa Lee Rang. “Senang bertemu denganmu. Aku juga sudah menantikan ini.”


Yoo Ri terkejut ketika melihat wajah Shin Joo yang penuh dengan lebam. Dan Shin Joo menolak untuk membahas tentang lukanya, serta dia langsung mengalihkan pembicaraan dengan membahas tentang Anjing peliharaan mereka. Dia ingin Yoo Ri membantunya untuk memikirkan nama yang tepat bagi si Anjing. Sebab Yoo Ri adalah Ibu si Anjing. Mendengar kata ‘Ibu’, Yoo Ri merasa agak malu serta gugup, lalu diapun bantu memikirkan nama untuk si Anjing.

“Panggil dia Anastasia,” kata Yoo Ri.

“Nama yang indah. Itu bahkan cocok untuk anjing jantan,” puji Shin Joo. Dan Yoo Ri merasa bangga.


Shin Joo kemudian dengan serius mengatakan bahwa dia tidak peduli dengan kehidupan Yoo Ri selama ini, tentang tujuan Yoo Ri mendekatinya, dan dia akan memperlihatkan bahwa di dunia tidak semuanya jahat. Dan Yoo Ri membalas bahwa dia akan memastikan Shin Joo menyesal pernah mengatakan ini. Dan Shin Joo tidak peduli. Kemudian dia melihat keluar dan berteriak seperti terkejut. Dan tanpa sadar, Yoo Ri ikut melihat keluar. Lalu disaat itu, dengan cepat Shin Joo bertindak dan mencium pipi Yoo Ri.



“Aku akan membunuhmu!” teriak Yoo Ri, kesal.

“Sampai jumpa,” balas Shin Joo sambil tertawa dan keluar dari dalam mobil.

Imoogi menyuruh Pria Rang untuk meninggalkannya berdua dengan Lee Rang. Dan Pria Rang pun menurut. Lalu ketika mereka hanya tinggal berdua, Imoogi menanyai bagaimana Lee Yeon, karena dia bisa melihat bahwa jiwa Lee Rang tersiksa. Dan Lee Rang merasa kesal padanya.


“Bukankah kita mirip?” tanya Imoogi.

“Aku sendiri membenci mereka yang berganti kulit,” balas Lee Rang dengan ketus. “Sebaiknya kamu dengarkan. Apa pun tujuanmu, aku akan beroperasi dengan tempoku sendiri. Aku tidak bisa menunggu lebih lama.”

“Kulihat kamu ingin membunuhnya. Tapi sayangnya kamu tidak boleh melakukannya,” balas Imoogi dengan sikap tenang. “Karena awalnya dia dikorbankan untukku. Jadi, dia akan menjadi istriku."


Rekan Kim dan rekan Pyo mengadakan perayaan untuk Team Leader Choi dipromosikan menjadi kepala depatermen. Mengetahui itu, Ji A merasa agak kurang percaya.


“Kamu tampak sedih hari ini,” komentar rekan Kim, melihat sikap Ji A. “Aku sudah bertahun-tahun mengenalmu. Apa kamu dan pacarmu bertengkar?” tebaknya. “Berdamai sajalah dengannya. Jika tidak, dia akan menjadi pria terakhir yang kamu kencani,” katanya, menasehati.

“Sadarlah, Ji A. Selain lebih muda, kamu tidak setara dengannya,” kata Team Leader Choi, menghancurkan kepercayaan diri Ji A. Dan rekan Kim serta rekan Pyo langsung membela Ji A.


Melihat sikap rekan Kim dan rekan Pyo, Ji A jadi teringat akan kejadian dikehidupan lampau yang dilihatnya kemarin. Lalu akhirnya dia mendapatkan sebuah ide yang bagus.

“Jadi, kamu punya cerita baru?” tanya Team Leader Choi.

“Ya. Cerita kehidupan masa lampau,” jawab Ji A dengan bersemangat.


Shin Joo mengantarkan makanan untuk Lee Yeon yang sedang duduk menunggu Ji A didepan gedung. Dan Lee Yeon menolak untuk makan.

“Satu saja. Sedikit cuka sangat enak,” bujuk Shin Joo dengan lembut.

“Aku bukan anak TK,” balas Lee Yeon, kesal. Dan Shin Joo pun diam.


“Lihat!” teriak Shin Joo kemudian sambil menunjuk ke arah langit. Dan ketika perhatian Lee Yeon teralihkan, dia langsung memasukkan nasi kepal yang dibuatnya ke dalam mulut Lee Yeon. “Makanlah. Kamu butuh energi untuk melindungi dan melayani,” katanya, menasehati.


Shin Joo kemudian menanyai, kenapa Lee Yeon tidak memberitahu cerita yang sebenarnya kepada Ji A. Dan Lee Yeon menjawab bahwa semuanya sudah di mulai lagi. Jika sejarah terulang, maka itu sudah lebih dari cukup baginya untuk tetap menjadi sosok jahat bagi Ji A.


“Kamu takut, bukan?” tebak Shin Joo. “Kamu takut dia mengorbankan dirinya untuk menyelamatkanmu sama seperti A Eum. Yakinkah kamu tidak akan menyesalinya?” tanyanya, memastikan.

“Tidak,” jawab Lee Yeon dengan serius. “Aku sudah memutuskannya.”

Lee Yeon kemudian menyuruh Shin Joo untuk mengawasi Ji A. Sesudah itu diapun pergi.


Secara diam- diam, Shin Joo mengikuti Ji A. Dan mengawasinya.

Ketika Lee Rang berjalan pulang melewati taman, Geomdoong ada disana dan sedang duduk menunggunya. Dengan malas, dia ingin mengabaikan Geomdoong. Tapi Geomdoong malah mengikutinya.


“Untuk apa kamu menungguku?” tanya Lee Rang.

“Aku memikirkan cita-citaku di masa depan,” jawab Geomdoong. “Saat usiaku enam tahun, aku ingin menjadi Triceratops. Tapi saat usiaku tujuh tahun, kupikir akan keren menjadi pemilik warnet. Dan saat usiaku delapan tahun…”

“Langsung ke intinya saja,” sela Lee Rang dengan tegas.

“Saat dewasa nanti, aku ingin menjadi seperti Paman. Paman tampan, pemberani, dan punya kekuatan super,” jawab Geomdoong. Dan Lee Rang tidak setuju.




“Kita berbeda dalam setiap aspek. Karena aku memukul orang dahulu,” balas Lee Rang. “Dilihat dari wajahmu, seseorang pasti menghajarmu. Apa itu terjadi di sekolah? Atau rumahmu?”

“Aku… Aku tidak dihajar,” jawab Geomdoong sambil menutup luka diwajahnya.

“Itu pilihanmu untuk menghajar orang atau malah dihajar. Tapi tampaknya, tidak ada penyelamatan bagi mereka yang enggan menyelamatkan dirinya,” balas Lee Rang, menasehati. Lalu diapun berjalan duluan. Dan Geomdoong langsung berlari mengikutinya.


Pria Rang menceritakan tentang hubungan antara Lee Rang dan Lee Yeon. Mengetahui kisah mereka, Imoogi merasa terharu dengan aroma harum dari jiwa Lee Rang yang ternoda. Dan dia ingin menggunakan Lee Rang untuk menguji, apakah Lee Rang adalah kelemahan Lee Yeon yang lain. Dan mendengar itu, Pria Rang tidak mengerti.

“Bagaimana caranya?” tanya Pria Rang.

“Kita akan kedatangan tamu.”


Ketika Hye Ja sedang melayani Team Leader Choi, rekan Kim, dan rekan Pyo. Tiba- tiba seorang karyawan nya datang dan berbisik kepadanya. Jadi diapun segera pergi ke meja lain dengan terburu- buru.

Hye Ja mengusir wanita hijau yang datang untuk makan ditempatnya, sebab si wanita hijau adalah orang yang telah membunuh suaminya dulu. Dan si wanita hijau menanyai, apakah Hye Ja masih belum bisa melupakan si petani bodoh itu. Mendengar itu, Hye Ja semakin merasa kesal.

“Aku hanya mengingatkan trauma suamimu seperti biasanya. Tapi dia yang memilih untuk hidup dalam gelembung itu. Seharusnya kamu menyalahkannya karena jiwanya terlalu lemah,” ejek si wanita hijau.


“Kenapa? Kenapa harus dia?” tanya Hye Ja, marah.

“Lebih tepatnya, kamu harus bertanya kenapa harus kamu,” balas si wanita hijau. “Begini, aku sangat membenci orang sepertimu. Tokoh utama dongeng tradisional terkenal. Tidak sepertimu, tidak ada yang ingat namaku.”



Mendengar pertengkaran mereka berdua, Team Leader Choi mendekat dan melindungi Hye Ja. Dan dengan malas, si wanita hijau menatap Team Leader Choi. “Apa yang paling kamu takutkan?” tanyanya. “Kamu takut naik pesawat,” katanya menjawab sendiri sambil menyentuh tangan Team Leadar Choi. Dan Team Leader Choi merasa ngeri serta bingung. “Tunggu sebentar. Apa yang kamu lakukan di sini?”


“Aku ingin kamu pergi sekarang,” usir Hye Ja dengan tegas sambil melindungi Team Leader Choi.

Dengan senang, si wanita hijau tersenyum dan berbisik di telinga Hye Ja. “Sampai nanti,” katanya. Lalu diapun pergi.


“Apa dia dukun?” tanya Team Leader Choi, penasaran. “Apakah tertulis di wajahku bahwa aku takut terbang?” tanyanya. Dan Hye Ja hanya diam saja.


Lee Yeon datang menemui Hyeonuiong sambil membawakannya makanan dan arak beras untuknya. Dia datang, karena hari ini adalah hari peringatan kematian putra Hyeonuiong.

“Di mana Nenek?” tanya Lee Yeon.

“Dia mungkin sedang histeris di suatu tempat,” jawab Hyeonuiong.

“Aku tahu kalian sangat menderita setelah kejadian yang menimpa putra kalian,” komentar Lee Yeon.

“Mungkin karena itulah dia sangat keras padamu.”


“Ya, aku sudah sering mendengarnya. "Cinta akhirnya mati dan hilang. Aku tidak mengerti kenapa kamu mengorbankan hidupmu demi cinta”,” kata Lee Yeon, mengulangi perkataan Taluipa.

“Dia selalu mengatakan itu karena jika kamu bunuh diri, kamu tidak akan berkesempatan untuk bereinkarnasi. Sama seperti putra kami, Bok Gil,” balas Hyeonuiong dengan perasaan sedih.


Dengan perhatian, Lee Yeon mengelus punggung Hyeonuiong untuk menghiburnya. Kemudian dia meminta Hyeonuiong untuk mau membantunya. Sekarang dia bersedia melakukan apapun untuk menyelamatkan dirinya dan Ji A. Mendengar keseriusan tersebut, Hyeonuiong menatap Lee Yeon.



Taluipa mengingat perkataan terakhir anaknya dulu. "Maafkan aku, Ibu."

“Jika menyesal, kenapa kamu bunuh diri?” gumam Taluipa dengan sedih sambil memeluk sepatu yang dulu dipakai oleh anaknya. Dan lalu dia menangis.

Post a Comment

Previous Post Next Post