Original Network : tvN
“Tidak, dia tidak boleh melihatnya,” pinta Lee Yeon didalam hatinya sambil berlari secepat mungkin.
Ji A memakai
kacamata Alis Macan yang di hadiahkan padanya. Dan dari kacamata tersebut, dia
melihat kehidupan masa lalunya. Ketika dia adalah A Eum.
Flash back
Lee Yeon
memayungji A Eum dari hujan yang tiba- tiba turun. Lalu dia menjelaskan bahwa
hujan terkadang sangat dibutuhkan oleh alam, oleh petani, dan oleh kita.
Mendengar itu, A Eum tertawa pelan sambil menatap Lee Yeon dengan tatapan
kagum.
“Tampaknya
waktu kita berlalu dengan kecepatan yang berbeda,” komentar A Eum. Lalu dia
menyentuh wajah Lee Yeon. “Kamu belum berubah sejak pertemuan pertama kita.”
“Apa itu membuatmu
takut? Maksudku kehidupan dan kematian manusia,” balas Lee Yeon.
“Ya. Aku tidak takut menua, jatuh sakit, atau
sekarat. Tapi aku mengkhawatirkan bagaimana kamu bisa bertahan selama
bertahun-tahun yang panjang tanpaku di sisimu,” kata A Eum, menjelaskan. Lalu
dia mengulurkan tangannya untuk merasakan air hujan yang turun. “Walau aku
ingin sekali menghentikan waktu, itu tidak pernah terjadi.”
Dengan
lembut, Lee Yeon memegang tangan A Eum. Dan lalu dia menghentikan waktu. Dengan
perasaan terpesona, A Eum menyentuh butiran hujan yang membeku. Kemudian waktu
pun kembali berjalan lagi. Dan lalu Lee Yeon mengendong A Eum untuk duduk di
atas pohon bersama nya.
“Aku akan
hidup dengan baik bahkan tanpamu,” kata Lee Yeon dengan tegas.
“Sikapmu
dingin,” keluh A Eum.
“Jika
perasaanmu seperti itu, seharusnya kamu membungkuk dan fokus pada umur panjang.
Menua dengan rambut kelabu, tulang punggung yang bengkok, dan membuatku
berhenti mencintaimu,” balas Lee Yeon.
“Berjanjilah
itu tidak akan mengubah perasaanmu padaku,” balas A Eum.
“Jika aku
mengkhianatimu…” kata Lee Yeon sambil mengambil satu anak panah milik A Eum.
“Hunjamkan panah ke tubuhku,” katanya dengan serius. Dan mendengar janji itu, A
Eum tertawa bahagia.
Ketika A Eum
pulang, pelayan nya (rekan Kim) dan kasim nya (rekan Pyo), dengan khawatir
mereka berdua menanyai, kemana A Eum
tadi. Karena barusan ada pesan dari Istana yang menginfokan bahwa A Eum
diundang ke istana, jadi A Eum harus berganti pakaian.
“Siapa yang
berani memanggil putri Raja yang diasingkan dari istana?” tanya A Eum, menolak
untuk pergi ke Istana.
“Sang Raja,”
jawab Pria Rang yang tiba- tiba muncul. “Tidak ada waktu untuk mengobrol. Yang
Mulia dalam kondisi kritis,” katanya dengan serius.
Akhirnya, A
Eum pun mengikuti Pria Rang untuk pergi ke Istana.
Didalam
Istana. Dengan perhatian, Raja menanyai, bagaimana kehidupan A Eum diluar
istana. Dan A Eum menceritakan bahwa matanya terasa perih karena asap
dijalanan. Asap itu berasal dari pembakaran mayat yang mati kelaparan. Dan
semua itu karena kondisi pikiran Raja yang tidak stabil. Sebab sesuatu yang
jahat telah mengambil alih tubuh Raja yang asli. Dan sesuatu itu adalah Imoogi.
Mendengar
itu, Imoogi terkekeh geli. Lalu kulit asli nya pun muncul. “Dahulu dan sekarang
pun, kamu satu-satunya orang yang melihatku sebagaimana adanya diriku,”
pujinya.
Tanpa
berbasa- basi, A Eum mengeluarkan busur dan panahnya. Dan mengarahkan itu
kepada Imoogi. “Keluar. Kubilang, tinggalkan tubuhnya,” perintahnya dengan
tegas. Tapi Imoogi menolak.
A Eum
kemudian tanpa ragu langsung memanah Imoogi. Tapi sayangnya, panah itu meleset.
Dan juga Imoogi sama sekali tidak peduli, karena tubuh Raja yang dipakainya ini
sudah sangat menua, jadi dia menginginkan tubuh yang baru. Lalu baginya tidak
akan terlalu buruk jika tubuh Raja yang bodoh ini tewas di tangan putri yang di
selamatkannya. Mendengar itu, A Eum merasa marah.
“Menurutmu
kenapa kamu diusir dari istana?” kata Imoogi, bertanya.
“Itu karena
kamu mengambil alih tubuh ayahku dan memanipulasinya…” jawab A Eum.
“Ayahmu memilih jalan itu untuk dirinya!” sela Imoogi, membentak A Eum. “Kamu dilahirkan untuk dipersembahkan padaku sebagai pengorbanan. Ayahmu rela mengorbankan tubuhnya demi menyelamatkanmu,” jelasnya.
Mendengar
itu, A Eum merasa terkejut dan tidak bisa percaya. Dan Imoogi tidak peduli
dengan emosinya, dengan tegas dia menyuruh A Eum untuk membawakan Lee Yeon
kepadanya, setelah itu dia akan membebaskan Ayah A Eum. Dan jika dia harus
meninggalkan tubuh ini, maka Raja akan mati dalam tiga hari.
Mengetahui
itu, A Eum merasa ragu untuk menembak Imoogi. Dan pada akhirnya, diapun
menurunkan busurnya. “Baiklah. Aku akan membawa Yeon kepadamu,” kata A Eum,
setuju. Dan dengan puas, Imoogi tertawa keras. “Namun, roh gunung tinggal di
gunung. Dia tidak bisa meninggalkan tempat yang dia lindungi. Lepaskan ayahku,
dan ikutlah denganku,” jelasnya, memberikan persyaratan. “Kamu boleh mengambil
tubuhku,” katanya sambil menutup matanya dengan pasrah untuk menerima
takdirnya.
A Eum : “Pertama, bawa
dia keluar dari istana. Lalu mari percayakan pada Yeon untuk menangani
sisanya.”
Lee Yeon
mengarahkan pedangnya kepada Imoogi yang berada didalam tubuh A Eum sambil
mengatakan bahwa A Eum tidak berarti apapun untuknya. Dia hanya menjadikan A
Eum sebagai umpan. Mendengar itu, Imoogi langsung mengeluarkan pedangnya dan
menyerang Lee Yeon.
Flash back
end
Ji A merasa
sangat syok dengan apa yang dilihatnya. Dan diapun langsung melepaskan kacamata
Alis Macan yang dipakai nya. Kemudian saat dia sudah cukup tenang lagi, dia
kembali memakai kacamata Alis Macan tersebut.
Flash back
“Aku tidak
mau mati. Kamu berjanji padaku. Kamu berjanji akan mencintaiku sampai aku
mati,” kata A Eum sambil menangis, memohon kepada Lee Yeon.
“Perlihatkan
dirimu!” teriak Lee Yeon sambil tanpa ragu berlari dan menusuk A Eum
menggunakan cakar di tangan nya sendiri.
Flash back
end
Ji A sangat
syok dan tidak menyangka.
Tepat disaat
itu, Lee Yeon pulang. Dengan perhatian, dia menanyai, apa yang Ji A lihat. Dan
Ji A pun menceritakan apa yang barusan dilihatnya sambil menahan peraaan sedih
dan terlukanya.
“Kamu
memanfaatkanku untuk dipersembahkan sebagai pengorbanan. Benarkah itu kamu?”
tanya Ji A, memastikan kebenaran. Dan tanpa ragu, Lee Yeon menjawab benar.
“Kamu yang selalu menyelamatkanku? Dan aku cinta pertamamu yang kamu simpan di
hatimu selama ratusan tahun?” tanya Ji A, lagi.
“Benar. Aku
membunuhmu. Aku membunuhmu dengan tanganku sendiri,” jawab Lee Yeon dengan
pelan.
“Kenapa?”
tanya Ji A, ingin tahu.
Hyeonuiong :
“Kamu tidak
mau melihat tragedi itu terulang. Salah satu dari kalian pada akhirnya harus
mati.”
Lee Yeon
mengingat perkataan Hyeonuiong dan mempertimbangkan situasi terbaik untuk Ji A.
Jadi diapun tidak mau memberitahu Ji A. Dan Ji A merasa sangat sedih serta
terluka.
“Kamu
menggoyahkanku dan membuatku jatuh cinta padamu, dan hanya itu yang bisa kamu
katakan? Setidaknya beri aku alasan! Kumohon,” pinta Ji A sambil memukuli dada
Lee Yeon dengan pelan.
“Ada lebih
banyak manfaat yang kudapatkan. Aku merenggut nyawamu demi menyelamatkan
ratusan nyawa lainnya. Lagi pula, aku roh gunung,” balas Lee Yeon, sengaja
bersikap kejam.
“Aku tidak
mengerti kenapa hatiku sakit sekali. Kenapa aku mengkhawatirkanmu bahkan sampai
saat kamu membunuhku? Dan kenapa aku masih menangis karena kamu?” keluh Ji A,
emosi.
Dengan
lembut, Lee Yeon menlap air mata Ji A. “Jangan salah paham. Itu bukan emosimu.
Jangan bersikap seolah-olah kamu wanita itu hanya karena kamu bisa melihat
sekelumit kehidupan lampaumu,” jelasnya.
“Bedebah.”
“Ya, aku
bedebah. Jangan sia-siakan emosimu untuk pria sepertiku. Pastikan kamu tidak
mengulangi kesalahan serupa di hidup ini. Jadi, kamu bisa berumur panjang,”
kata Lee Yeon, menasehati. Lalu diapun pergi begitu saja.
Dengan
sedih, Ji A kemudian duduk di lantai sambil menangis dengan keras.
Lee Yeon
mengeraskan hatinya dan pergi meninggalkan rumah Ji A.
"Bab 8, Reinkarnasi"
Ketika Hye
Ja melihat Lee Rang datang ke restoran untuk menemui Lee Yeon, dia berfirasat
buruk bahwa malam ini pasti akan ada masalah.
Saat Lee
Rang masuk ke dalam ruangan dan menanyai tentang Ji A, Lee Yeon menolak untuk
menjawab dan mengalihkan pembicaraan. Dia menanyai, Lee Rang ingin menjadi apa
dikehidupan selanjutnya. Dan Lee Rang menjawab bahwa dia tidak peduli. Lalu
dengan bercanda, dia mengatakan bahwa dia ingin menjadi udang Dokdo, karena dia
menyukai janggutnya dan harganya juga mahal.
“Jika
dilahirkan kembali, aku ingin hidup sebagai manusia,” kata Lee Yeon,
memberitahukan harapannya. “Aku ingin hidupku dipenuhi dengan pengalaman
pertama dan terakhir. Langkah pertamaku. Piknik pertamaku. Cinta pertamaku.”
“Kenapa kamu
menjadi pecundang?” balas Lee Rang dengan sinis. “Apa kamu sakit? Kamu sangat
putus asa setelah bertengkar dengannya?”
“Imoogi.
Dimana dia?” balas Lee Yeon, bertanya. Dan Lee Rang menolak untuk menjawab.
Kemudian
mereka berdua pun saling berdiam diri dan bertatapan dengan tajam.
Hye Ja
sengaja menutup restorannya lebih cepat, setelah dia memeriksa bahwa tidak ada
pelanggang yang akan datang lagi nantinya.
Dengan sikap
tenang, Lee Yeon mengajak Lee Rang untuk bermain catur bersama seperti dulu.
Dan Lee Rang menolak, karena Lee Yeon tidak pernah sekalipun mengalahkannya.
“Mau bermain
atau tidak?” tanya Lee Yeon dengan tegas. Dan akhirnya, Lee Rang pun setuju.
Flash back.
Sambil bermain catur bersama, Lee Rang sering menanyakan berbagai pertanyaan
kepada Lee Yeon. Dan Lee Yeon selalu menjawab dengan sikap malas dan acuh.
“Kak Yeon,
kenapa langit berwarna biru?” tanya Lee Rang, ingin tahu.
“Entahlah.
Kakak tidak mewarnainya.”
“Kenapa
suara burung hantu, "ho ho"?” tanya Lee Rang, lagi.
“Entahlah.
Kakak tidak membuat mereka bersuara seperti itu.”
“Kenapa
bunga ini terasa manis? Kenapa bunga hanya mekar saat musim semi?” tanya Lee
Rang, lagi.
Dengan tidak
sabaran, Lee Yeon menjitak kepala Lee Rang dan menegurnya. “Kenapa bocah
ingusan ini punya banyak pertanyaan?” tanyanya.
“Aku suka
mendengar suara Kakak,” jawab Lee Rang sambil tertawa.
Flash back
end
Lee Yeon dan
Lee Rang bermain dengan sangat serius. Dan Lee Rang selalu salah melangkah. Dan
Lee Yeon pun selalu menasehatinya.
“Aku sudah
menyuruhmu memotong ekornya. Sudah kubilang jangan meninggalkan tempat kosong
tanpa alasan,” kata Lee Yeon, menasehati dengan serius.
Flash back
Lee Rang
merasa sangat senang, ketika dia berhasil menang lagi. Dan Lee Yeon tersenyum
senang melihat kebahagiaan yang Lee Rang rasakan. Dengan perhatian, dia
mengelus kepala Lee Rang.
“Aku bukan
anak kecil,” keluh Lee Rang sambil tertawa bahagia.
Ketika Lee
Rang bermain dilapangan, Lee Yeon memperhatikannya dari jauh. Secara diam- diam
dia membantu Lee Rang supaya layangan yang Lee Rang bawa bisa terbang ke
langit. Tapi Lee Rang sama sekali tidak sadar. Malahan dengan gembira dia
tertawa, karena berhasil menerbangkan layangan tersebut.
“Ah. Sulit
sekali membesarkan anak,” keluh Lee Yeon sambil tersenyum.
Lee Yeon
juga selalu melatih Lee Rang untuk bertarung. Dan sambil melatihnya, dengan
perhatian dia juga selalu menjaga Lee Rang supaya jangan sampai terluka.
Flash back
end
“Kamu juga
merasa itu aneh, bukan?” tanya Lee Yeon, ketika Lee Rang sudah terdesak. “Aku
membiarkanmu menang. Tidak pernah ada pengecualian,” tegas nya.
Mendengar
itu, Lee Rang merasa kesal. “Kubilang diam.”
“Aku tidak
berencana membiarkanmu menang lagi. Ini yang hendak kukatakan,” jelas Lee Yeon.
Lalu dia berdiri dan berniat untuk pergi.
Lee Rang
menghentikan Lee Yeon dan mengancam bila sekarang Lee Yeon pergi, maka hubungan
antara mereka berdua akan sungguh berakhir. Dan Lee Yeon meminta maaf.
Mendengar itu, Lee Rang merasa sedih.
“Kamu minta
maaf? Sekarang? Kenapa kamu minta maaf?” tanya Lee Rang.
“Karena
menyelamatkanmu ketika kamu ditelantarkan oleh ibu kandungmu saat itu,” jawab
Lee Yeon. “Kalau begitu, kita tidak akan pernah menjadi saudara,” jelasnya.
Lalu diapun pergi.
Flash back
Disaat Lee
Rang diserang oleh zombie. Dan merasa sangat lelah serta putus asa. Dia
memanggi- manggil Ibunya, tapi Ibu sama sekali tidak ada datang untuk
menyelamatkannya. Dan tepat disaat itu, Lee Yeon lah orang yang datang dan
menyelamatkannya dari serangan zombie tersebut.
“Kamukah
itu? Makhluk yang dilahirkan ayahku dengan manusia?” tanya Lee Yeon kepada Lee
Rang. “Aku datang untuk melihatmu karena kudengar kamu punya darah ayahku, tapi
kamu menyedihkan. Kamu juga tidak punya semangat hidup,” jelas nya secara terus
terang. “Aku membuang-buang waktuku. Aku pergi,” ajaknya dengan sikap malas.
“Lihat. Dia
masih hidup,” kata Lee Rang dengan ngeri sambil menunjuk ke arah zombie
barusan.
“Itu roh
jahat. Dia tidak mati meskipun sudah mati. Dendam mereka yang mati kelaparan
tidak akan pernah padam. Aku lebih menyukai mereka daripada orang yang mudah
menyerah,” kata Lee Yeon, menjelaskan. Kemudian diapun berjalan duluan. “Hei.
Hiduplah sebagai manusia atau rubah. Itu terserah padamu. Tapi ingat ini, Nak.
Tidak ada penyelamatan bagi mereka yang enggan menyelamatkan dirinya.”
Mendengar
itu, Lee Rang merasa kagum kepada Lee Yeon dan diapun langsung mengikuti Lee
Yeon. “Tunggu aku, Kakak,” katanya sambil tersenyum dan memegang tangan Lee
Yeon.
Flash back
end
Mengingat
kenangan tersebut, Lee Rang merasa perasaannya sangat berkecamuk.
Lee Yeon
juga merasa perasaannya sangat berkecamuk.
Begitu juga
dengan Ji A.
Mereka bertiga merasakan perasaan berkecamuk yang sama. Kesedihan yang sama. Kerinduan yang sama. Kekecewaan yang sama. Rasa terluka yang sama. Dan sama- sama bersikap keras kepala.