Sinopsis K- Drama : Tale of the Nine Tailed Episode 8 part 1

 

Original Network : tvN

“Tidak, dia tidak boleh melihatnya,” pinta Lee Yeon didalam hatinya sambil berlari secepat mungkin.


Ji A memakai kacamata Alis Macan yang di hadiahkan padanya. Dan dari kacamata tersebut, dia melihat kehidupan masa lalunya. Ketika dia adalah A Eum.


Flash back

Lee Yeon memayungji A Eum dari hujan yang tiba- tiba turun. Lalu dia menjelaskan bahwa hujan terkadang sangat dibutuhkan oleh alam, oleh petani, dan oleh kita. Mendengar itu, A Eum tertawa pelan sambil menatap Lee Yeon dengan tatapan kagum.



“Tampaknya waktu kita berlalu dengan kecepatan yang berbeda,” komentar A Eum. Lalu dia menyentuh wajah Lee Yeon. “Kamu belum berubah sejak pertemuan pertama kita.”

“Apa itu membuatmu takut? Maksudku kehidupan dan kematian manusia,” balas Lee Yeon.

“Ya.  Aku tidak takut menua, jatuh sakit, atau sekarat. Tapi aku mengkhawatirkan bagaimana kamu bisa bertahan selama bertahun-tahun yang panjang tanpaku di sisimu,” kata A Eum, menjelaskan. Lalu dia mengulurkan tangannya untuk merasakan air hujan yang turun. “Walau aku ingin sekali menghentikan waktu, itu tidak pernah terjadi.”

Dengan lembut, Lee Yeon memegang tangan A Eum. Dan lalu dia menghentikan waktu. Dengan perasaan terpesona, A Eum menyentuh butiran hujan yang membeku. Kemudian waktu pun kembali berjalan lagi. Dan lalu Lee Yeon mengendong A Eum untuk duduk di atas pohon bersama nya.


“Aku akan hidup dengan baik bahkan tanpamu,” kata Lee Yeon dengan tegas.

“Sikapmu dingin,” keluh A Eum.

“Jika perasaanmu seperti itu, seharusnya kamu membungkuk dan fokus pada umur panjang. Menua dengan rambut kelabu, tulang punggung yang bengkok, dan membuatku berhenti mencintaimu,” balas Lee Yeon.

“Berjanjilah itu tidak akan mengubah perasaanmu padaku,” balas A Eum.

“Jika aku mengkhianatimu…” kata Lee Yeon sambil mengambil satu anak panah milik A Eum. “Hunjamkan panah ke tubuhku,” katanya dengan serius. Dan mendengar janji itu, A Eum tertawa bahagia.

Ketika A Eum pulang, pelayan nya (rekan Kim) dan kasim nya (rekan Pyo), dengan khawatir mereka  berdua menanyai, kemana A Eum tadi. Karena barusan ada pesan dari Istana yang menginfokan bahwa A Eum diundang ke istana, jadi A Eum harus berganti pakaian.

“Siapa yang berani memanggil putri Raja yang diasingkan dari istana?” tanya A Eum, menolak untuk pergi ke Istana.


“Sang Raja,” jawab Pria Rang yang tiba- tiba muncul. “Tidak ada waktu untuk mengobrol. Yang Mulia dalam kondisi kritis,” katanya dengan serius.


Akhirnya, A Eum pun mengikuti Pria Rang untuk pergi ke Istana.



Didalam Istana. Dengan perhatian, Raja menanyai, bagaimana kehidupan A Eum diluar istana. Dan A Eum menceritakan bahwa matanya terasa perih karena asap dijalanan. Asap itu berasal dari pembakaran mayat yang mati kelaparan. Dan semua itu karena kondisi pikiran Raja yang tidak stabil. Sebab sesuatu yang jahat telah mengambil alih tubuh Raja yang asli. Dan sesuatu itu adalah Imoogi.


Mendengar itu, Imoogi terkekeh geli. Lalu kulit asli nya pun muncul. “Dahulu dan sekarang pun, kamu satu-satunya orang yang melihatku sebagaimana adanya diriku,” pujinya.

Tanpa berbasa- basi, A Eum mengeluarkan busur dan panahnya. Dan mengarahkan itu kepada Imoogi. “Keluar. Kubilang, tinggalkan tubuhnya,” perintahnya dengan tegas. Tapi Imoogi menolak.


A Eum kemudian tanpa ragu langsung memanah Imoogi. Tapi sayangnya, panah itu meleset. Dan juga Imoogi sama sekali tidak peduli, karena tubuh Raja yang dipakainya ini sudah sangat menua, jadi dia menginginkan tubuh yang baru. Lalu baginya tidak akan terlalu buruk jika tubuh Raja yang bodoh ini tewas di tangan putri yang di selamatkannya. Mendengar itu, A Eum merasa marah.

“Menurutmu kenapa kamu diusir dari istana?” kata Imoogi, bertanya.

“Itu karena kamu mengambil alih tubuh ayahku dan memanipulasinya…” jawab A Eum.

“Ayahmu memilih jalan itu untuk dirinya!” sela Imoogi, membentak A Eum. “Kamu dilahirkan untuk dipersembahkan padaku sebagai pengorbanan. Ayahmu rela mengorbankan tubuhnya demi menyelamatkanmu,” jelasnya. 



Mendengar itu, A Eum merasa terkejut dan tidak bisa percaya. Dan Imoogi tidak peduli dengan emosinya, dengan tegas dia menyuruh A Eum untuk membawakan Lee Yeon kepadanya, setelah itu dia akan membebaskan Ayah A Eum. Dan jika dia harus meninggalkan tubuh ini, maka Raja akan mati dalam tiga hari.

Mengetahui itu, A Eum merasa ragu untuk menembak Imoogi. Dan pada akhirnya, diapun menurunkan busurnya. “Baiklah. Aku akan membawa Yeon kepadamu,” kata A Eum, setuju. Dan dengan puas, Imoogi tertawa keras. “Namun, roh gunung tinggal di gunung. Dia tidak bisa meninggalkan tempat yang dia lindungi. Lepaskan ayahku, dan ikutlah denganku,” jelasnya, memberikan persyaratan. “Kamu boleh mengambil tubuhku,” katanya sambil menutup matanya dengan pasrah untuk menerima takdirnya.

A Eum : “Pertama, bawa dia keluar dari istana. Lalu mari percayakan pada Yeon untuk menangani sisanya.”


Lee Yeon mengarahkan pedangnya kepada Imoogi yang berada didalam tubuh A Eum sambil mengatakan bahwa A Eum tidak berarti apapun untuknya. Dia hanya menjadikan A Eum sebagai umpan. Mendengar itu, Imoogi langsung mengeluarkan pedangnya dan menyerang Lee Yeon.

Flash back end


Ji A merasa sangat syok dengan apa yang dilihatnya. Dan diapun langsung melepaskan kacamata Alis Macan yang dipakai nya. Kemudian saat dia sudah cukup tenang lagi, dia kembali memakai kacamata Alis Macan tersebut.


Flash back

“Aku tidak mau mati. Kamu berjanji padaku. Kamu berjanji akan mencintaiku sampai aku mati,” kata A Eum sambil menangis, memohon kepada Lee Yeon.

“Perlihatkan dirimu!” teriak Lee Yeon sambil tanpa ragu berlari dan menusuk A Eum menggunakan cakar di tangan nya sendiri.

Flash back end


Ji A sangat syok dan tidak menyangka.

Tepat disaat itu, Lee Yeon pulang. Dengan perhatian, dia menanyai, apa yang Ji A lihat. Dan Ji A pun menceritakan apa yang barusan dilihatnya sambil menahan peraaan sedih dan terlukanya.

“Kamu memanfaatkanku untuk dipersembahkan sebagai pengorbanan. Benarkah itu kamu?” tanya Ji A, memastikan kebenaran. Dan tanpa ragu, Lee Yeon menjawab benar. “Kamu yang selalu menyelamatkanku? Dan aku cinta pertamamu yang kamu simpan di hatimu selama ratusan tahun?” tanya Ji A, lagi.

“Benar. Aku membunuhmu. Aku membunuhmu dengan tanganku sendiri,” jawab Lee Yeon dengan pelan.

“Kenapa?” tanya Ji A, ingin tahu.


Hyeonuiong : “Kamu tidak mau melihat tragedi itu terulang. Salah satu dari kalian pada akhirnya harus mati.”

Lee Yeon mengingat perkataan Hyeonuiong dan mempertimbangkan situasi terbaik untuk Ji A. Jadi diapun tidak mau memberitahu Ji A. Dan Ji A merasa sangat sedih serta terluka.

“Kamu menggoyahkanku dan membuatku jatuh cinta padamu, dan hanya itu yang bisa kamu katakan? Setidaknya beri aku alasan! Kumohon,” pinta Ji A sambil memukuli dada Lee Yeon dengan pelan.

“Ada lebih banyak manfaat yang kudapatkan. Aku merenggut nyawamu demi menyelamatkan ratusan nyawa lainnya. Lagi pula, aku roh gunung,” balas Lee Yeon, sengaja bersikap kejam.

“Aku tidak mengerti kenapa hatiku sakit sekali. Kenapa aku mengkhawatirkanmu bahkan sampai saat kamu membunuhku? Dan kenapa aku masih menangis karena kamu?” keluh Ji A, emosi.


Dengan lembut, Lee Yeon menlap air mata Ji A. “Jangan salah paham. Itu bukan emosimu. Jangan bersikap seolah-olah kamu wanita itu hanya karena kamu bisa melihat sekelumit kehidupan lampaumu,” jelasnya.

“Bedebah.”

“Ya, aku bedebah. Jangan sia-siakan emosimu untuk pria sepertiku. Pastikan kamu tidak mengulangi kesalahan serupa di hidup ini. Jadi, kamu bisa berumur panjang,” kata Lee Yeon, menasehati. Lalu diapun pergi begitu saja.

Dengan sedih, Ji A kemudian duduk di lantai sambil menangis dengan keras.

Lee Yeon mengeraskan hatinya dan pergi meninggalkan rumah Ji A.

"Bab 8, Reinkarnasi"


Ketika Hye Ja melihat Lee Rang datang ke restoran untuk menemui Lee Yeon, dia berfirasat buruk bahwa malam ini pasti akan ada masalah.

Saat Lee Rang masuk ke dalam ruangan dan menanyai tentang Ji A, Lee Yeon menolak untuk menjawab dan mengalihkan pembicaraan. Dia menanyai, Lee Rang ingin menjadi apa dikehidupan selanjutnya. Dan Lee Rang menjawab bahwa dia tidak peduli. Lalu dengan bercanda, dia mengatakan bahwa dia ingin menjadi udang Dokdo, karena dia menyukai janggutnya dan harganya juga mahal.


“Jika dilahirkan kembali, aku ingin hidup sebagai manusia,” kata Lee Yeon, memberitahukan harapannya. “Aku ingin hidupku dipenuhi dengan pengalaman pertama dan terakhir. Langkah pertamaku. Piknik pertamaku. Cinta pertamaku.”

“Kenapa kamu menjadi pecundang?” balas Lee Rang dengan sinis. “Apa kamu sakit? Kamu sangat putus asa setelah bertengkar dengannya?”



“Imoogi. Dimana dia?” balas Lee Yeon, bertanya. Dan Lee Rang menolak untuk menjawab.

Kemudian mereka berdua pun saling berdiam diri dan bertatapan dengan tajam.


Hye Ja sengaja menutup restorannya lebih cepat, setelah dia memeriksa bahwa tidak ada pelanggang yang akan datang lagi nantinya.

Dengan sikap tenang, Lee Yeon mengajak Lee Rang untuk bermain catur bersama seperti dulu. Dan Lee Rang menolak, karena Lee Yeon tidak pernah sekalipun mengalahkannya.

“Mau bermain atau tidak?” tanya Lee Yeon dengan tegas. Dan akhirnya, Lee Rang pun setuju.


Flash back. Sambil bermain catur bersama, Lee Rang sering menanyakan berbagai pertanyaan kepada Lee Yeon. Dan Lee Yeon selalu menjawab dengan sikap malas dan acuh.

“Kak Yeon, kenapa langit berwarna biru?” tanya Lee Rang, ingin tahu.

“Entahlah. Kakak tidak mewarnainya.”

“Kenapa suara burung hantu, "ho ho"?” tanya Lee Rang, lagi.

“Entahlah. Kakak tidak membuat mereka bersuara seperti itu.”

“Kenapa bunga ini terasa manis? Kenapa bunga hanya mekar saat musim semi?” tanya Lee Rang, lagi.


Dengan tidak sabaran, Lee Yeon menjitak kepala Lee Rang dan menegurnya. “Kenapa bocah ingusan ini punya banyak pertanyaan?” tanyanya.

“Aku suka mendengar suara Kakak,” jawab Lee Rang sambil tertawa.

Flash back end


Lee Yeon dan Lee Rang bermain dengan sangat serius. Dan Lee Rang selalu salah melangkah. Dan Lee Yeon pun selalu menasehatinya.

“Aku sudah menyuruhmu memotong ekornya. Sudah kubilang jangan meninggalkan tempat kosong tanpa alasan,” kata Lee Yeon, menasehati dengan serius.


Flash back

Lee Rang merasa sangat senang, ketika dia berhasil menang lagi. Dan Lee Yeon tersenyum senang melihat kebahagiaan yang Lee Rang rasakan. Dengan perhatian, dia mengelus kepala Lee Rang.

“Aku bukan anak kecil,” keluh Lee Rang sambil tertawa bahagia.


Ketika Lee Rang bermain dilapangan, Lee Yeon memperhatikannya dari jauh. Secara diam- diam dia membantu Lee Rang supaya layangan yang Lee Rang bawa bisa terbang ke langit. Tapi Lee Rang sama sekali tidak sadar. Malahan dengan gembira dia tertawa, karena berhasil menerbangkan layangan tersebut.

“Ah. Sulit sekali membesarkan anak,” keluh Lee Yeon sambil tersenyum.


Lee Yeon juga selalu melatih Lee Rang untuk bertarung. Dan sambil melatihnya, dengan perhatian dia juga selalu menjaga Lee Rang supaya jangan sampai terluka.

Flash back end


“Kamu juga merasa itu aneh, bukan?” tanya Lee Yeon, ketika Lee Rang sudah terdesak. “Aku membiarkanmu menang. Tidak pernah ada pengecualian,” tegas nya.

Mendengar itu, Lee Rang merasa kesal. “Kubilang diam.”

“Aku tidak berencana membiarkanmu menang lagi. Ini yang hendak kukatakan,” jelas Lee Yeon. Lalu dia berdiri dan berniat untuk pergi.



Lee Rang menghentikan Lee Yeon dan mengancam bila sekarang Lee Yeon pergi, maka hubungan antara mereka berdua akan sungguh berakhir. Dan Lee Yeon meminta maaf. Mendengar itu, Lee Rang merasa sedih.

“Kamu minta maaf? Sekarang? Kenapa kamu minta maaf?” tanya Lee Rang.

“Karena menyelamatkanmu ketika kamu ditelantarkan oleh ibu kandungmu saat itu,” jawab Lee Yeon. “Kalau begitu, kita tidak akan pernah menjadi saudara,” jelasnya. Lalu diapun pergi.



Flash back

Disaat Lee Rang diserang oleh zombie. Dan merasa sangat lelah serta putus asa. Dia memanggi- manggil Ibunya, tapi Ibu sama sekali tidak ada datang untuk menyelamatkannya. Dan tepat disaat itu, Lee Yeon lah orang yang datang dan menyelamatkannya dari serangan zombie tersebut.



“Kamukah itu? Makhluk yang dilahirkan ayahku dengan manusia?” tanya Lee Yeon kepada Lee Rang. “Aku datang untuk melihatmu karena kudengar kamu punya darah ayahku, tapi kamu menyedihkan. Kamu juga tidak punya semangat hidup,” jelas nya secara terus terang. “Aku membuang-buang waktuku. Aku pergi,” ajaknya dengan sikap malas.

“Lihat. Dia masih hidup,” kata Lee Rang dengan ngeri sambil menunjuk ke arah zombie barusan.



“Itu roh jahat. Dia tidak mati meskipun sudah mati. Dendam mereka yang mati kelaparan tidak akan pernah padam. Aku lebih menyukai mereka daripada orang yang mudah menyerah,” kata Lee Yeon, menjelaskan. Kemudian diapun berjalan duluan. “Hei. Hiduplah sebagai manusia atau rubah. Itu terserah padamu. Tapi ingat ini, Nak. Tidak ada penyelamatan bagi mereka yang enggan menyelamatkan dirinya.”

Mendengar itu, Lee Rang merasa kagum kepada Lee Yeon dan diapun langsung mengikuti Lee Yeon. “Tunggu aku, Kakak,” katanya sambil tersenyum dan memegang tangan Lee Yeon.

Flash back end


Mengingat kenangan tersebut, Lee Rang merasa perasaannya sangat berkecamuk.


Lee Yeon juga merasa perasaannya sangat berkecamuk.


Begitu juga dengan Ji A.

Mereka bertiga merasakan perasaan berkecamuk yang sama. Kesedihan yang sama. Kerinduan yang sama. Kekecewaan yang sama. Rasa terluka yang sama. Dan sama- sama bersikap keras kepala.

Post a Comment

Previous Post Next Post