Sinopsis K- Drama : Tale of the Nine Tailed Episode 4 part 3

 



Original Network : tvN

Lee Rang menceritakan kisahnya. Dahulu kala, ada roh gunung yang menelantarkan gunungnya sendiri. Semua manusia yang dahulu datang dan menyampaikan permohonan membakar gunung itu untuk mengusir semua rubah. Semua makhluk hidup mati terbakar. Dan anak anjing yang dirawatnya berubah menjadi arang.


“Apa itu terjadi karena cinta pertamanya?” tanya Ji A, ingin tahu.

“Yeon mengira kamu reinkarnasinya. Itu sebabnya dia membunuh dukun itu meskipun dia tahu konsekuensinya,” balas Lee Rang,, memberitahu. Dan Ji A terkejut.

“Di mana Yeon sekarang?” tanya Ji A.

“Di tempat yang aku yakin sinyalnya buruk.”


"Penjara Gunung Salju"

Lee Yeon berada di dalam gua yang dingin dengan kedua tangan di rantai. Dan tanpa selapis pakaian pun menutupi tubuh atasnya. Sehingga itu menjadi sangat dingin sekali.


Lee Rang tidak mau memberitahu Ji A dimana Lee Yeon berada sekarang. Lalu dengan sikap akrab, dia memegang bahu Ji A dan secara diam- diam merobek kantong jimat milik Ji A. Sehingga semua kacang didalam kantong itu jatuh berserakan ke lantai. Dan Ji A sama sekali tidak menyadari hal itu.

‘Jika ingin hidup, sebaiknya kamu tidak tidur malam ini,” bisik Lee Rang. Kemudian diapun pergi.


Petugas CCTV merasa heran, kenapa bisa ada begitu banyak orang didalam ruangan duka nomor enam malam- malam begini, dan mereka semuanya adalah anak- anak kecil.



Ketika Ji A keluar dari dalam ruangan duka nomor enam yang sangat kosong, dua hantu anak kecil mengikutinya.


Taluipa : “Waktu di Neraka berbeda dari alam kehidupan. Satu hari di dunia ini setara dengan tujuh tahun di Neraka. Kamu tidak makan. Kamu tidak tidur. Kamu bahkan tidak bisa mati.”

Taluipa memikirkan perkataan Lee Yeon yang sangat peduli terhadap Ji A. “Dasar bodoh,” gumamnya.


Ji A mencoba menghubungi Lee Yeon, tapi tidak bisa. Lalu tiba- tiba saja semua lampu didalam rumah duka mati, dan kemudian sebuah ceri berguling didepannya. Ketika dia memungut ceri itu, tiba- tiba muncul dua hantu anak kecil yang barusan. Dan melihat mereka, Ji A merasa sangat terkejut.


“Hai,” sapa Ji A. “Kalian pasti kakak beradik. Berapa usia kalian?” tanyanya. Dan satu anak menunjukkan angka 10, satu lagi angka 7. “Sedang apa kalian di sini?” tanyanya, lagi.

“Permisi,” kata kedua hantu anak kecil tersebut secara bersamaan. “Kakak melihat ayah kami?”

“Kalian kehilangan ayah kalian? Di kamar berapa dia?” tanya Ji A dengan ramah. 

Diruangan duka sebelah yang lampunya menyala. Dua foto anak tersebut terpanjang di dekat peti. Tapi Ji A sama sekali tidak menyadari hal tersebut.


Ji A melihat sepatu dua anak tersebut tidak sama. Dan dia merasa tertarik. Lalu disaat itu, rekan Pyo datang menghampiri nya dan mengajaknya untuk makan kue bersama. Dan Ji A pun mengiyakan. Lalu dia ingin mengajak dua anak hantu tersebut bersamanya, tapi tiba- tiba dua anak hantu tersebut menghilang.


“Anak-anak? Mereka mungkin pergi dengan orang tua mereka. Ayo pergi,” ajak rekan Kim.

Ketika pulang, Ji A dan rekan Pyo berpisah.



Ji A memeriksa kantong jimatnya, dan dia baru menyadari kalau kantong itu ternyata robek. Dan dia bingung, sejak kapan itu robek. Lalu merasa ngeri, diapun berniat untuk segera pulang. Tapi tiba- tiba dua hantu anak kecil tersebut muncul dari belakang nya dan menarik syal nya, sehingga diapun tercekik dan pingsan.


Lee Yeon : “Dia kehilangan jimat yang kuberikan kepadanya. Apa itu Rang? Atau …”

Lee Yeo merasa khawatir dan memanggil Taluipa untuk melepaskan ikatannya. Tapi Taluipa tidak menjawab. Dan diapun berteriak memohon sambil mengumpat.

“Kenapa kamu berisik sekali?” tanya Taluipa, muncul.

“Nenek. Aku harus keluar dari sini. Lepaskan ikatanku. Cepat,” pinta Lee Yeon.

“Berandal! Kamu tidak tahu sedang di mana sekarang?” balas Taluipa, menegur.



“Aku akan pergi ke Neraka Pisau.  Ke sanalah tujuanku jika masa hukumanku tidak dikurangi. Lalu aku bisa keluar dalam sehari,” jelas Lee Yeon.

“Atau kamu tidak akan pernah bisa keluar dari tubuh itu,” balas Taluipa, mengingatkan.

“Aku tidak peduli.”


Ketika Ji A terbangun, dia merasa sangat dingin sekali. Dan rekan Pyo pun memberikan sweater kepadanya. Lalu dia menanyakan, apa yang terjadi. Dan Ji A pun menceritakan tentang dua anak hantu yang di temuinya.

“Seperti apa rupa mereka?’ tanya rekan Pyo.

“Mereka kakak beradik. Mereka mengenakan rok cantik dan sepatu yang tidak sama,” jawab Ji A.

“Apakah mereka hantu?” tanya rekan Pyo. “Saat hantu meniru manusia, mereka melakukan kebalikannya dalam hal-hal tertentu,” jelas nya. Lalu dia mengambil buku catatannya.


Rekan Pyo menjelaskan bahwa dia ada menyelidiki, rumah duka dahulu nya adalah kuburan anak- anak. Ji A mendengar kan itu dengan serius, lalu dia memperhatikan bahwa buku yang rekan Pyo pegang terbalik. Ketika dia menyadari hal tersebut, seluruh lampu di dalam rumah mulai berkedap- kedip, dan rekan Pyo yang barusan berdiri di hadapannya telah menghilang serta dua anak hantu tersebut muncul lagi.


“Dia memergoki kita,” kata dua hantu anak tersebut sambil bersembunyi lagi.

Ji A merasa sangat ngeri dan takut.

"Neraka Pisau"

Wajah Lee Yeon sangat pucat sekali, dan dia berdiri di depan jembatan kayu. Taluipa menjelaskan bahwa setelah Lee Yeon mengambil langkah pertama, maka Lee Yeon tidak akan bisa pergi sampai Lee Yeon benar- benar menyebrangi jembatan tersebut.

Lee Yeon : “Mampukah aku melakukannya dalam kondisi fisikku saat ini?”

Lee Yeon merasa ragu kepada dirinya sendiri, karena jembatan itu sangat panjang sekali. Tapi dia menguatkan tekadnya dan bersiap untuk menyebrang.


Ji A mengingat perkataan Lee Yeon, tapi sekarang kantong jimat yang dimilikinya sudah rusak. Dan kemudian tiba- tiba saja terdengar suara bel pintu berbunyi. Namun ketika Ji A melihat ke interkom, sama sekali tidak ada siapapun diluar rumah nya.


“Nenek, sampai jumpa di seberang,” kata Lee Yeon.

“Pendosa akan menyeberangi Neraka Pisau!” teriak Taluipa, mengumumkan. Lalu api diujung jembatan menyala. Dan Lee Yeon pun mulai mengambil langkah pertamanya untuk menyebrang.


Ketika Lee Yeon menyebrang, banyak pisau bertebangan dan menyerang nya. Sehingga tubuh Lee Yeon mengalami luka. Namun Lee Yeon tidak pantang menyerah dan terus berjalan selangkah demi selangkah.



Ji A mengingat tentang ponselnya, dan ingin mencarinya. Tepat disaat itu, lampu rumah yang berada diluar ruang tamu yang awalnya mati tiba- tiba saja menyala. Lalu mati lagi. Lalu hidup lagi. Dan Ji A merasa sangat ngeri.

“Apa yang kamu inginkan dariku?” tanya Ji A, bertanya.


Dua anak hantu yang barusan muncul didekat Ji A lagi. “Serahkan tubuhmu. Kami menginginkannya. Serahkan tubuhmu. Kami menginginkannya,” kata mereka secara berulang- ulang sambil mengguncang tubuh Ji A.

Lee Yeon berusaha menyebrang dan menghindari pisau- pisau yang mengarah kepadanya. Tapi walaupun begitu, dia tetap saja terkena pisau dan terluka.


Ji A pergi dari rumah. Dan dua anak hantu itu terus mengikutinya.


Lee Yeon merasa sangat kesakitan. Semakin jauh dia melangkah, semakin sulit rintangan yang dihadapinya.


Ji A berlari ke dalam sebuah gedung dan bersembunyi disana dengan ketakutan.

Lee Yeon terus berusaha dan berusaha. Ditubuhnya sudah penuh dengan banyak luka. Dan perjalanan terasa masih sangat panjang sekali. Sehingga tidak yakin apakah dia mampu menyebrangi jembatan tersebut atau tidak.


Ketika tidak ada suara lagi, Ji A mengintip ke luar pintu. Dan dia merasa sangat lega, ketika melihat tidak ada siapapun diluar. Namun tiba- tiba dua hantu anak tersebut muncul di belakangnya. Dan dengan ketakutan, diapun berlari ke atas gedung untuk menghindari mereka.



Lee Yeon terus berusaha dan berjuang. Tapi kemudian …



Ji A sampai di atas atap gedung. Dan disana banyak ada banyak hantu anak- anak yang telah menunggu nya. Mereka semua menyudutkannya ke ujung atap.


Lee Yeon terbaring tidak sadarkan diri diatas jembatan. Lalu disaat itu, dia mengingat tentang Ji A dan tentang A Eum. Serta dia mengingat akan ancaman Lee Rang.



Lee Yeon : “Aku tidak peduli siapa dia. Aku tidak peduli dia orang yang kucari atau bukan. Semua itu tidak penting lagi. Aku hanya tahu satu hal. Rasa sakit yang kurasakan dari pisau yang menghunjam dagingku sama sekali tidak berarti dibandingkan rasa sakit yang akan kurasakan jika wanita itu tewas.”

Ji A : “Aku hanya ingin tahu lebih banyak tentangmu.”

Lee Yeon : “Kalau begitu, jangan mati. Kumohon bertahanlah hidup. Tetaplah hidup sampai aku tiba.”

Lee Yeon merangkak untuk sampai di ujung jembatan.



Ji A : “Dan setiap kali bermimpi buruk, tidak ada yang pernah menemaniku. Aku terbiasa dengan itu. Tapi sekarang…”

Lee Yeon : “Jadi, nikmati sedikit hal normal selama sisa hidupmu. Aku akan memastikannya.”

Ji A : “Kenapa aku menunggumu? Lee Yeon.”

Mengingat tentang Lee Yeon yang selalu datang untuk membantu dan menyelamatkannya. Ji A berusaha untuk bertahan dan melawan rasa takutnya.


Lee Yeon terus berjuang. Dan pada akhirnya, dia berhasil sampai di ujung jembatan.


Ji A berjuang untuk bertahan. Tapi pada akhirnya, dia gagal, para hantu anak- anak tersebut sangat kuat dalam mendorong nya. Sehingga diapun terjatuh dari ketinggian.

Tepat disaat  Ji A terjatuh, Lee Yeon datang dan menolong nya.


Ketika Ji A melihat kondisi Lee Yeon yang penuh dengan luka dan sangat lemah, dia merasa sedih dan sangat bersalah. “Kumohon jangan mati. Jangan mati karena aku,” pinta Ji A sambil menangis.




Setetes air mata Ji A terjatuh dan memunculkan manik rubah yang lalu melingkupi tubuhnya dan tubuh Lee Yeon. Dan karena itu, Lee Yeon pun tersadar. “Aku menemukanmu”



Lee Yeon : “Kumohon bereinkarnasilah. Aku berjanji akan menemukanmu.”


Bayi Imoogi terbangun.



Lee Yeon mengulurkan tangannya dan menyentuh wajah Ji A dengan lembut. “Aku juga menunggumu.”

Mendengar itu, Ji A menundukkan tubuhnya untuk memeluk tubuh Lee Yeon.


1 Comments

Previous Post Next Post