Original Network : tvN
Lee Rang menceritakan kisahnya. Dahulu kala, ada roh gunung yang menelantarkan gunungnya sendiri. Semua manusia yang dahulu datang dan menyampaikan permohonan membakar gunung itu untuk mengusir semua rubah. Semua makhluk hidup mati terbakar. Dan anak anjing yang dirawatnya berubah menjadi arang.
“Apa itu
terjadi karena cinta pertamanya?” tanya Ji A, ingin tahu.
“Yeon
mengira kamu reinkarnasinya. Itu sebabnya dia membunuh dukun itu meskipun dia
tahu konsekuensinya,” balas Lee Rang,, memberitahu. Dan Ji A terkejut.
“Di mana
Yeon sekarang?” tanya Ji A.
“Di tempat
yang aku yakin sinyalnya buruk.”
"Penjara Gunung Salju"
Lee Yeon
berada di dalam gua yang dingin dengan kedua tangan di rantai. Dan tanpa
selapis pakaian pun menutupi tubuh atasnya. Sehingga itu menjadi sangat dingin
sekali.
Lee Rang
tidak mau memberitahu Ji A dimana Lee Yeon berada sekarang. Lalu dengan sikap
akrab, dia memegang bahu Ji A dan secara diam- diam merobek kantong jimat milik
Ji A. Sehingga semua kacang didalam kantong itu jatuh berserakan ke lantai. Dan
Ji A sama sekali tidak menyadari hal itu.
‘Jika ingin
hidup, sebaiknya kamu tidak tidur malam ini,” bisik Lee Rang. Kemudian diapun
pergi.
Petugas CCTV
merasa heran, kenapa bisa ada begitu banyak orang didalam ruangan duka nomor
enam malam- malam begini, dan mereka semuanya adalah anak- anak kecil.
Ketika Ji A
keluar dari dalam ruangan duka nomor enam yang sangat kosong, dua hantu anak
kecil mengikutinya.
Taluipa : “Waktu di Neraka
berbeda dari alam kehidupan. Satu hari di dunia ini setara dengan tujuh tahun
di Neraka. Kamu tidak makan. Kamu tidak tidur. Kamu bahkan tidak bisa mati.”
Taluipa
memikirkan perkataan Lee Yeon yang sangat peduli terhadap Ji A. “Dasar bodoh,”
gumamnya.
Ji A mencoba
menghubungi Lee Yeon, tapi tidak bisa. Lalu tiba- tiba saja semua lampu didalam
rumah duka mati, dan kemudian sebuah ceri berguling didepannya. Ketika dia
memungut ceri itu, tiba- tiba muncul dua hantu anak kecil yang barusan. Dan
melihat mereka, Ji A merasa sangat terkejut.
“Hai,” sapa
Ji A. “Kalian pasti kakak beradik. Berapa usia kalian?” tanyanya. Dan satu anak
menunjukkan angka 10, satu lagi angka 7. “Sedang apa kalian di sini?” tanyanya,
lagi.
“Permisi,”
kata kedua hantu anak kecil tersebut secara bersamaan. “Kakak melihat ayah
kami?”
“Kalian
kehilangan ayah kalian? Di kamar berapa dia?” tanya Ji A dengan ramah.
Diruangan
duka sebelah yang lampunya menyala. Dua foto anak tersebut terpanjang di dekat
peti. Tapi Ji A sama sekali tidak menyadari hal tersebut.
Ji A melihat
sepatu dua anak tersebut tidak sama. Dan dia merasa tertarik. Lalu disaat itu,
rekan Pyo datang menghampiri nya dan mengajaknya untuk makan kue bersama. Dan
Ji A pun mengiyakan. Lalu dia ingin mengajak dua anak hantu tersebut
bersamanya, tapi tiba- tiba dua anak hantu tersebut menghilang.
“Anak-anak?
Mereka mungkin pergi dengan orang tua mereka. Ayo pergi,” ajak rekan Kim.
Ketika
pulang, Ji A dan rekan Pyo berpisah.
Ji A
memeriksa kantong jimatnya, dan dia baru menyadari kalau kantong itu ternyata
robek. Dan dia bingung, sejak kapan itu robek. Lalu merasa ngeri, diapun
berniat untuk segera pulang. Tapi tiba- tiba dua hantu anak kecil tersebut
muncul dari belakang nya dan menarik syal nya, sehingga diapun tercekik dan
pingsan.
Lee Yeon : “Dia kehilangan jimat yang kuberikan kepadanya. Apa itu Rang? Atau …”
Lee Yeo
merasa khawatir dan memanggil Taluipa untuk melepaskan ikatannya. Tapi Taluipa
tidak menjawab. Dan diapun berteriak memohon sambil mengumpat.
“Kenapa kamu
berisik sekali?” tanya Taluipa, muncul.
“Nenek. Aku
harus keluar dari sini. Lepaskan ikatanku. Cepat,” pinta Lee Yeon.
“Berandal!
Kamu tidak tahu sedang di mana sekarang?” balas Taluipa, menegur.
“Aku akan
pergi ke Neraka Pisau. Ke sanalah
tujuanku jika masa hukumanku tidak dikurangi. Lalu aku bisa keluar dalam
sehari,” jelas Lee Yeon.
“Atau kamu
tidak akan pernah bisa keluar dari tubuh itu,” balas Taluipa, mengingatkan.
“Aku tidak
peduli.”
Ketika Ji A
terbangun, dia merasa sangat dingin sekali. Dan rekan Pyo pun memberikan
sweater kepadanya. Lalu dia menanyakan, apa yang terjadi. Dan Ji A pun
menceritakan tentang dua anak hantu yang di temuinya.
“Seperti apa
rupa mereka?’ tanya rekan Pyo.
“Mereka
kakak beradik. Mereka mengenakan rok cantik dan sepatu yang tidak sama,” jawab
Ji A.
“Apakah
mereka hantu?” tanya rekan Pyo. “Saat hantu meniru manusia, mereka melakukan
kebalikannya dalam hal-hal tertentu,” jelas nya. Lalu dia mengambil buku
catatannya.
Rekan Pyo
menjelaskan bahwa dia ada menyelidiki, rumah duka dahulu nya adalah kuburan
anak- anak. Ji A mendengar kan itu dengan serius, lalu dia memperhatikan bahwa
buku yang rekan Pyo pegang terbalik. Ketika dia menyadari hal tersebut, seluruh
lampu di dalam rumah mulai berkedap- kedip, dan rekan Pyo yang barusan berdiri
di hadapannya telah menghilang serta dua anak hantu tersebut muncul lagi.
“Dia
memergoki kita,” kata dua hantu anak tersebut sambil bersembunyi lagi.
Ji A merasa
sangat ngeri dan takut.
"Neraka Pisau"
Wajah Lee
Yeon sangat pucat sekali, dan dia berdiri di depan jembatan kayu. Taluipa menjelaskan
bahwa setelah Lee Yeon mengambil langkah pertama, maka Lee Yeon tidak akan bisa
pergi sampai Lee Yeon benar- benar menyebrangi jembatan tersebut.
Lee Yeon : “Mampukah aku melakukannya dalam kondisi fisikku
saat ini?”
Lee Yeon
merasa ragu kepada dirinya sendiri, karena jembatan itu sangat panjang sekali.
Tapi dia menguatkan tekadnya dan bersiap untuk menyebrang.
Ji A
mengingat perkataan Lee Yeon, tapi sekarang kantong jimat yang dimilikinya
sudah rusak. Dan kemudian tiba- tiba saja terdengar suara bel pintu berbunyi.
Namun ketika Ji A melihat ke interkom, sama sekali tidak ada siapapun diluar
rumah nya.
“Nenek,
sampai jumpa di seberang,” kata Lee Yeon.
“Pendosa
akan menyeberangi Neraka Pisau!” teriak Taluipa, mengumumkan. Lalu api diujung
jembatan menyala. Dan Lee Yeon pun mulai mengambil langkah pertamanya untuk
menyebrang.
Ketika Lee
Yeon menyebrang, banyak pisau bertebangan dan menyerang nya. Sehingga tubuh Lee
Yeon mengalami luka. Namun Lee Yeon tidak pantang menyerah dan terus berjalan
selangkah demi selangkah.
Ji A
mengingat tentang ponselnya, dan ingin mencarinya. Tepat disaat itu, lampu
rumah yang berada diluar ruang tamu yang awalnya mati tiba- tiba saja menyala.
Lalu mati lagi. Lalu hidup lagi. Dan Ji A merasa sangat ngeri.
“Apa yang
kamu inginkan dariku?” tanya Ji A, bertanya.
Dua anak
hantu yang barusan muncul didekat Ji A lagi. “Serahkan tubuhmu. Kami
menginginkannya. Serahkan tubuhmu. Kami menginginkannya,” kata mereka secara
berulang- ulang sambil mengguncang tubuh Ji A.
Lee Yeon
berusaha menyebrang dan menghindari pisau- pisau yang mengarah kepadanya. Tapi
walaupun begitu, dia tetap saja terkena pisau dan terluka.
Ji A pergi
dari rumah. Dan dua anak hantu itu terus mengikutinya.
Lee Yeon
merasa sangat kesakitan. Semakin jauh dia melangkah, semakin sulit rintangan
yang dihadapinya.
Ji A berlari
ke dalam sebuah gedung dan bersembunyi disana dengan ketakutan.
Lee Yeon
terus berusaha dan berusaha. Ditubuhnya sudah penuh dengan banyak luka. Dan
perjalanan terasa masih sangat panjang sekali. Sehingga tidak yakin apakah dia
mampu menyebrangi jembatan tersebut atau tidak.
Ketika tidak
ada suara lagi, Ji A mengintip ke luar pintu. Dan dia merasa sangat lega,
ketika melihat tidak ada siapapun diluar. Namun tiba- tiba dua hantu anak
tersebut muncul di belakangnya. Dan dengan ketakutan, diapun berlari ke atas
gedung untuk menghindari mereka.
Lee Yeon
terus berusaha dan berjuang. Tapi kemudian …
Ji A sampai
di atas atap gedung. Dan disana banyak ada banyak hantu anak- anak yang telah
menunggu nya. Mereka semua menyudutkannya ke ujung atap.
Lee Yeon
terbaring tidak sadarkan diri diatas jembatan. Lalu disaat itu, dia mengingat
tentang Ji A dan tentang A Eum. Serta dia mengingat akan ancaman Lee Rang.
Lee Yeon : “Aku tidak peduli siapa dia. Aku tidak peduli dia
orang yang kucari atau bukan. Semua itu tidak penting lagi. Aku hanya tahu satu
hal. Rasa sakit yang kurasakan dari pisau yang menghunjam dagingku sama sekali
tidak berarti dibandingkan rasa sakit yang akan kurasakan jika wanita itu
tewas.”
Ji A : “Aku hanya ingin
tahu lebih banyak tentangmu.”
Lee Yeon : “Kalau begitu, jangan mati. Kumohon bertahanlah
hidup. Tetaplah hidup sampai aku tiba.”
Lee Yeon
merangkak untuk sampai di ujung jembatan.
Ji A : “Dan setiap kali
bermimpi buruk, tidak ada yang pernah menemaniku. Aku terbiasa dengan itu. Tapi
sekarang…”
Lee Yeon : “Jadi, nikmati sedikit hal normal selama sisa
hidupmu. Aku akan memastikannya.”
Ji A : “Kenapa aku
menunggumu? Lee Yeon.”
Mengingat
tentang Lee Yeon yang selalu datang untuk membantu dan menyelamatkannya. Ji A
berusaha untuk bertahan dan melawan rasa takutnya.
Lee Yeon
terus berjuang. Dan pada akhirnya, dia berhasil sampai di ujung jembatan.
Ji A
berjuang untuk bertahan. Tapi pada akhirnya, dia gagal, para hantu anak- anak
tersebut sangat kuat dalam mendorong nya. Sehingga diapun terjatuh dari
ketinggian.
Tepat
disaat Ji A terjatuh, Lee Yeon datang
dan menolong nya.
Ketika Ji A
melihat kondisi Lee Yeon yang penuh dengan luka dan sangat lemah, dia merasa
sedih dan sangat bersalah. “Kumohon jangan mati. Jangan mati karena aku,” pinta
Ji A sambil menangis.
Setetes air
mata Ji A terjatuh dan memunculkan manik rubah yang lalu melingkupi tubuhnya
dan tubuh Lee Yeon. Dan karena itu, Lee Yeon pun tersadar. “Aku menemukanmu”
Lee Yeon : “Kumohon bereinkarnasilah. Aku berjanji akan
menemukanmu.”
Bayi Imoogi
terbangun.
Lee Yeon
mengulurkan tangannya dan menyentuh wajah Ji A dengan lembut. “Aku juga
menunggumu.”
Mendengar
itu, Ji A menundukkan tubuhnya untuk memeluk tubuh Lee Yeon.
This comment has been removed by a blog administrator.
ReplyDelete