Original Network : tvN
Lee Yeon
berdiri di atas gunung tertinggi. Gunung ini sangat indah, penuh dengan bunga-
bunga. Dan Lee Yeon memakai pakaian tradisional berwarna pink muda, membuat nya
terlihat elegan dan cantik. Di samping nya, ada seekor harimau besar yang
menjadi peliharaan nya.
Lee Yeon : “Kurasa bisa
dibilang ini masa keemasanku. Dahulu aku penguasa Baekdudaegan, roh gunung yang
mengendalikan angin dan hujan. Aku rubah berekor sembilan yang jauh di atas
makhluk-makhluk payah yang kalian lihat di acara horor.”
Ketika Lee
Yeon sedang beristirahat di bawah pohon, seorang gadis kecil datang dan
membelai kepala Lee Yeon dengan lembut sehingga Lee Yeon pun terbangun serta merasa kesal, karena telah
diganggu dan diperlakukan seperti anjing yang senang dielus dan dibelai.
“Kamu rubah,
bukan? Hai, aku A Eum,” kata gadis kecil tersebut sambil tersenyum manis dan
mengulurkan tangan nya kepada Lee Yeon.
Lee Yeon : “Jika diberi
satu kesempatan untuk mengubah masa laluku, aku akan memilih momen ini. Untuk
memastikan gadis itu tidak pernah menemukanku.”
“Lee Yeon!”
panggil A Eum. Dia datang menemui Lee Yeon sambil membawa sebuah payung
berwarna merah yang sangat cantik sekali.
Waktu terus
berlalu, akhirnya A Eum si gadis kecil yang manis berubah menjadi seorang
wanita dewasa yang sangat cantik dan memikat. Dia memberikan payung merah milik
nya kepada Lee Yeon. Dan Lee Yeon menerima payung itu dengan perasaan senang.
Lee Yeon : “Beberapa
menyebutnya skandal terbesar Baekdudaegan. Kisah roh gunung yang jatuh cinta
pada manusia. Zaman sekarang, aku akan dikritik. Tapi aku tidak peduli. Aku
suka caranya meninggalkan jejak di hutanku”
Lee Yeon dan
A Eum sering menghabiskan waktu bersama- sama. Baik duka maupun duka. Dan
dibawah hujan deras, menggunakan payung merah, mereka berciuman dengan
romantis.
Lee Yeon : “Kalian mungkin
sudah menebaknya, tapi kisah cinta ini berakhir tragis. Seseorang merenggut
nyawanya.”
Ntah apa
yang terjadi, tapi suatu saat A Eum meninggal. Dan Lee Yeon merasa sangat sedih
sekali.
Lee Yeon : “Begitu
menyeberangi Sungai Samdo, aku tidak bisa menemuinya lagi. Aku tidak bisa
memaksanya tinggal, tapi juga tidak bisa merelakannya. Karena itu aku
menyalahgunakan kekuatanku.”
Lee Yeon mengejar
jiwa A Eum yang dibawa oleh malaikat maut untuk menyebrangi sungai kematian.
Dan karena tidak rela, Lee Yeon membekukan seluruh air di sungai.
“Beraninya
kamu!” teriak malaikat maut, marah.
Lee Yeon
tidak memperdulikan amarah Taluipa. Selangkah demi selangkah dia berjalan
mendekati A Eum. Dan melihat itu, A Eum merasa sangat sedih serta menggelengkan
kepalanya untuk mengingatkan Lee Yeon agar jangan bertindak sembarangan. Dan
lalu Lee Yeon pun berlutut.
Melihat itu,
Taluipa tidak peduli. Namun pada akhirnya, dia membiarkan Lee Yeon dan A Eum
untuk bersentuhan dan berbicara untuk terakhir kalinya.
“Bereinkarnasilah.
Aku berjanji akan menemukanmu,” pinta Lee Yeon sambil mengelus pipi A Eum
dengan lembut. Dan A Eum tersenyum kecil serta menganggukan kepalanya.
Kemudian Lee
Yeon memberikan manik rubah milik nya kepada A Eum, dan mencium bibir A Eum
dengan lembut.
Lee Yeon : “Selama
bertahun-tahun, aku bertemu beberapa yang mirip dengannya. Tapi tidak ada
yang membawa manik rubah yang kuberikan padanya.”
Lee Yeon
tidak pernah menyerah sekalipun untuk menemukan A Eum. Dan ketika dia bertemu
dengan Ji A, dia menggunakan kekuatannya untuk merasakan manik rubahnya, tapi
dia tidak menemukan itu di dalam Ji A. Jadi diapun menghapus ingatan nya.
“Kamu bukan
A Eum. Lupakan semua yang kamu lihat hari ini. Jika tidak, aku akan
membunuhmu.”
Ji A menusuk
leher Lee Yeon menggunakan jarum bius yang sudah di siapkannya.
Lee Yeon : “Mungkin
seharusnya aku membunuhnya saat itu juga.”
"Bab 2: Aku Sudah Menunggumu"
Ketika Lee Yeon
tersadar, dia merasa kepalanya sangat tidak nyaman. Dan dengan santai, Ji A
menawarkan nya untuk minum teh bersama. Mendengar itu, dengan kesal, Lee Yeon
menasehati Ji A supaya bersikap lebih sopan santun saat menginginkan sesuatu
dari orang lain.
“Bukankah
seharusnya kamu mendengarku dahulu untuk mengetahui siapa yang lebih putus
asa?” tanya Ji A dengan sangat santai dan nyaman sambil menikmati tehnya.
“Jika tidak
bisa mengubah pikiranku, kamu akan menerima ganjaranmu karena mengujiku,” balas
Lee Yeon sambil menatap Ji A dengan serius. “Aku akan mengambil matamu karena
telah melihat sesuatu yang seharusnya tidak kamu lihat,” jelas nya. Dan Ji A
setuju.
Didepan
rumah duka. Sebelum turun dari mobil. Lee Rang mengingatkan Yoo Ri untuk
menyembunyikan ekornya yang keluar. Lalu setelah itu, mereka masuk bersama-
sama ke dalam rumah duka. Mereka datang ke sana dengan alasan ingin mengunjungi
keluarga para korban kecelakaan bus. Tapi kepadahal sebenarnya mereka datang
untuk menonton pertunjukan yang menurut mereka menarik.
“Kita datang
untuk menikmati kesedihan mereka. Kita akan menonton sesuatu yang bagus, jadi,
bayarlah secukupnya,” kata Lee Rang, mengingatkan dengan senang.
“Maka aku
akan membayar sebanyak ini dan menonton mereka semalaman,” kata Yoo Ri sambil
menunjukkan segepok uang banyak yang di bawanya dengan bersemangat.
Ji A merasa
kagum, karena penampilan Lee Yeon masih sama seperti 21 tahun lalu. Dan saat
dia mengetahui bahwa ternyata Lee Yeon adalah rubah berekor sembilan yang
berpura- pura menjadi manusia, dia sangat tertarik dan antusias. Karena dia
memang telah menduga kalau makhluk seperti Lee Yeon memang ada di suatu tempat
di dunia ini. Dan dia sengaja menyutradarai acara TV tentang legenda urban agar
bisa menangkap Lee Yeon.
“Pertama,
mari dengar apa yang hendak kamu katakan,” kata Lee Yeon dengan sikap santai
dan cuek.
“21 tahun
lalu, kita bertemu di Yeou Gogae. Tepatnya apa yang terjadi malam itu?” tanya
Ji A, sangat ingin tahu.
“Aku
mengikuti bau darah dan akhirnya menyelamatkan anak kecil. Tapi bisa kulihat
dia sangat tidak bersyukur,” balas Lee Yeon, menyindir Ji A.
“Kamu
menyelamatkanku?” tanya Ji A, merasa ragu.
“Kamu mirip
seseorang yang kukenal. Tapi tentu saja, aku salah,” jelas Lee Yeon.
Ji A sangat
ingin mengetahui tentang kedua orang tuanya yang menghilang ntah kemana. Dan
Lee Yeon menjawab bahwa mungkin saja mereka berdua sudah tewas, dan Ji A tidak
percaya sebab tidak ada mayatnya. Dan dengan tulus, Ji A memohon supaya Lee
Yeon mau membantunya. Tapi Lee Yeon menolak, karena dia tidak tertarik.
Karena Lee
Yeon menolak, Ji A pun mengancam Lee Yeon lagi. Dia mengancam menggunakan USB
video rekaman yang dimiliki nya. Dan Lee Yeon merasa sangat malas.
“Menurutku
ini membosankan. Saat ingin mengancam seseorang, posisimu harus lebih
berkuasa,” jelas Lee Yeon, mengambil satu bola mata Ji A. “Seperti ini.”
“Kamu salah.
Aku tidak mengancammu. Aku mengambil risiko,” balas Ji A dengan sikap yang
tetap berani. Dia membuang USB yang dimiliki nya ke dalam gelas teh. “Saat
rubah berutang pada seseorang, mereka harus membalasnya. Aku tidak peduli kamu
manusia atau rubah. Aku akan menghapus semua yang kulihat dan kudengar. Tapi
itu setelah aku menemukan orang tuaku,” katanya, mencoba untuk bernegosiasi.
Mendengar
itu, Lee Yeon mendengus geli.
Seorang
anggota keluarga korban ada yang mengenali Lee Rang. “Sedang apa kamu di sini?”
tanyanya kepada Lee Rang. “Pasaraya Moze,” katanya, mengingatkan.
“Ya. Aku
ingat.”
Flash back
Di depan air
mancur Pasaraya Moze. Si pria mencoba untuk membuang koin ke dalam kolam,
karena dia ingin membuat permohonan, tapi disaat itu Lee Rang lewat dan tidak
sengaja menyenggolnya, sehingga koinnya pun tidak masuk pas ke tengah kolam. Dan
ketika dia ingin mencoba untuk melempar koin lagi, ternyata dia sudah kehabisan
koin. Dan dengan berbaik hati, Lee Rang pun memberikan koin baru padanya.
Ketika si
pria terus berusaha keras untuk melemparkan koin yang dimiliki nya ke tengah
kolam. Lee Rang dengan sangat mudah dapat melemparkan satu persatu koin yang di
pegang nya tepat ke tengah kolam, tanpa melihat ke belakang sama sekali. Dan
ketika dia melihat wajah putus asa si pria, dia merasa sangat senang. Lalu
dengan berbaik hati, diapun memberikan koin lagi kepada si pria.
“Aku punya
seorang kakak. Aku ingin dia menderita seumur hidupnya. Dia benar-benar berengsek.
Kukira aku akan merasa lebih senang jika tidak melihatnya. Tapi aku salah. Aku
tidak bisa tidur saat malam,” kata Lee Rang, menceritakan permohonan nya sambil
tersenyum ceria. “Aku akan terus mengganggunya sampai salah satu dari kami
mati.”
Mendengar
itu, si pria tertegun dan merasa terkejut. “Aku berharap bisa menikahi
pacarku,” katanya, gantian menceritakan tentang permohonannya. “Orang tuaku
tidak akan merestuiku menikahinya.”
“Astaga.
Kamu ingin aku membantu?” tanya Lee Rang, menawarkan.
“Memangnya
kamu siapa bisa membantuku?” tanya si pria, merasa ragu.
“Kurasa bisa
dibilang aku keajaiban,” jawab Lee Rang dengan penuh percaya diri. Lalu dia
melemparkan koin lagi ke tengah kolam dengan sikap santai dan tidak melihat ke
belakang sama sekali.
Flash back
end
Lee Rang
mengucapkan selamat kepada si pria, karena sekarang tidak ada lagi yang
menentang pernikahan si pria. Mendengar itu, si pria merasa curiga.
“Kamu
membunuh ibu dan ayahku?” tanya si pria.
“Yang benar
saja. Imajinasimu gila,” balas Lee Rang, menyangkal sambil tersenyum.
Ditoko es
krim. Ketika Shin Joo mengetahui kalau Ji A menyuntikkan obat bius kepada Lee
Yeon, dia merasa sangat kesal. Lalu dia bertanya- tanya, kenapa ingatan Ji A
tidak terhapus. Dan sambil memakan es krim dengan tenang, Lee Yeon menjelaskan
bahwa itu hal yang langka, tapi terkadang memang kekuatan mereka tidak mempan
pada beberapa orang. Contohnya dukun wanita dulu.
“Tapi kamu
melepasnya begitu saja? Kamu bahkan mengembalikan matanya?” tanya Shin Joo,
tidak setuju.
“Peraturan
tetaplah peraturan.”
“Seolah-olah
kita ada untuk membalas kebaikan orang-orang. Berapa lama kita harus
mempertahankan kebiasaan kuno itu?” keluh Shin Joo.
“Kita
mengembalikan apa yang kita terima. Itu kuno, tapi romantis. Itu menunjukkan
martabat rubah,” balas Shin Joo sambil terus memakan es krimnya.
“Itu juga
kutukan. Makin besar utangnya, makin kita kehilangan kendali dan menjadi
boneka.”
Shin Joo
kemudian membahas tentang A Eum. Dia merasa sedih untuk Lee Yeon, karena ada
banyak wanita yang mirip dengan A Eum seperti Ji A ini. Tapi tidak ada satupun
dari mereka yang adalah A Eum.
“Shin Joo,
jangan berekspresi begitu. Itu membuatmu tampak jelek,” komentar Lee Yeon
dengan serius, ketika Shin Joo menangis untuk nya.
Diruang
tamu. Ji A menonton video kebersamaan nya dengan kedua orang tuanya dulu. Dan
menonton itu, dia merasa sangat senang sekaligus sedih.
Lalu setelah
video selesai, Ji A ingin mematkan TV nya. Tapi tiba- tiba dilayar TV muncul
kedua orang tuanya. Dan dia merasa terkejut.
Dari dalam
TV, Ibu Nam melemparkan bola berbulu berwarna hitam kepada Ji A. Dan bola itu
mengelinding ke bawah kaki Ji A, dan Ji A pun mengambilnya. Ketika Ji A melihat
apa itu, dia merasa sangat terkejut dan menjerit. Itu adalah tengkorak manusia.
Ji A
tersentak bangun dari mimpi buruknya itu. Dan ketika dia menyadari bahwa itu
hanyalah mimpi buruk saja, dia merasa sangat lega sekali.
Lee Yeon
datang ke kantor Imigrasi Akhirat dengan membawakan segelas kopi.
Dikantor
Imigrasi Akhirat. Hyeonuiong memberikan pengarahan kepada jiwa para penumpang
bus yang telah tewas. “Sekarang, kalian akan menghadap para hakim di akhirat
dan dosa-dosa yang kalian lakukan saat masih hidup akan dihakimi. Jangan takut.
Tidak perlu takut jika kalian orang baik semasa hidup,” jelas nya dengan sikap
santai untuk membuat setiap orang merasa tenang. “Kalian tahu Raja Hades,
bukan? Istriku yang berdiri di sana adalah kakak Raja Hades,” katanya,
memperkenalkan Taluipa sambil tertawa. “Dia tidak menakutkan, bukan?” tanyanya.
“Aku ketakutan,” jawabnya sendiri, ketika Taluipa terus memberikan tatapan
tajam padanya. Dan tawanya pun berhenti.
“Dasar orang
tua kuno. Aku harus membajak lidahnya,” gumam Taluipa, mengeluh.
Tepat disaat itu, Lee Yeon datang. Dan dia mengajak Taluipa untuk berbicara.