Sinopsis K- Drama : Tale of the Nine Tailed Episode 2 part 1

 


Original Network : tvN

Lee Yeon berdiri di atas gunung tertinggi. Gunung ini sangat indah, penuh dengan bunga- bunga. Dan Lee Yeon memakai pakaian tradisional berwarna pink muda, membuat nya terlihat elegan dan cantik. Di samping nya, ada seekor harimau besar yang menjadi peliharaan nya.

Lee Yeon : “Kurasa bisa dibilang ini masa keemasanku. Dahulu aku penguasa Baekdudaegan, roh gunung yang mengendalikan angin dan hujan. Aku rubah berekor sembilan yang jauh di atas makhluk-makhluk payah yang kalian lihat di acara horor.”

Ketika Lee Yeon sedang beristirahat di bawah pohon, seorang gadis kecil datang dan membelai kepala Lee Yeon dengan lembut sehingga Lee Yeon pun  terbangun serta merasa kesal, karena telah diganggu dan diperlakukan seperti anjing yang senang dielus dan dibelai.

“Kamu rubah, bukan? Hai, aku A Eum,” kata gadis kecil tersebut sambil tersenyum manis dan mengulurkan tangan nya kepada Lee Yeon.

Lee Yeon : “Jika diberi satu kesempatan untuk mengubah masa laluku, aku akan memilih momen ini. Untuk memastikan gadis itu tidak pernah menemukanku.”


“Lee Yeon!” panggil A Eum. Dia datang menemui Lee Yeon sambil membawa sebuah payung berwarna merah yang sangat cantik sekali.





Waktu terus berlalu, akhirnya A Eum si gadis kecil yang manis berubah menjadi seorang wanita dewasa yang sangat cantik dan memikat. Dia memberikan payung merah milik nya kepada Lee Yeon. Dan Lee Yeon menerima payung itu dengan perasaan senang.

Lee Yeon : “Beberapa menyebutnya skandal terbesar Baekdudaegan. Kisah roh gunung yang jatuh cinta pada manusia. Zaman sekarang, aku akan dikritik. Tapi aku tidak peduli. Aku suka caranya meninggalkan jejak di hutanku”


Lee Yeon dan A Eum sering menghabiskan waktu bersama- sama. Baik duka maupun duka. Dan dibawah hujan deras, menggunakan payung merah, mereka berciuman dengan romantis.

Lee Yeon : Kalian mungkin sudah menebaknya, tapi kisah cinta ini berakhir tragis. Seseorang merenggut nyawanya.”

Ntah apa yang terjadi, tapi suatu saat A Eum meninggal. Dan Lee Yeon merasa sangat sedih sekali.


Lee Yeon : “Begitu menyeberangi Sungai Samdo, aku tidak bisa menemuinya lagi. Aku tidak bisa memaksanya tinggal, tapi juga tidak bisa merelakannya. Karena itu aku menyalahgunakan kekuatanku.”

Lee Yeon mengejar jiwa A Eum yang dibawa oleh malaikat maut untuk menyebrangi sungai kematian. Dan karena tidak rela, Lee Yeon membekukan seluruh air di sungai.

“Beraninya kamu!” teriak malaikat maut, marah.



Lee Yeon tidak memperdulikan amarah Taluipa. Selangkah demi selangkah dia berjalan mendekati A Eum. Dan melihat itu, A Eum merasa sangat sedih serta menggelengkan kepalanya untuk mengingatkan Lee Yeon agar jangan bertindak sembarangan. Dan lalu Lee Yeon pun berlutut.

Melihat itu, Taluipa tidak peduli. Namun pada akhirnya, dia membiarkan Lee Yeon dan A Eum untuk bersentuhan dan berbicara untuk terakhir kalinya.


“Bereinkarnasilah. Aku berjanji akan menemukanmu,” pinta Lee Yeon sambil mengelus pipi A Eum dengan lembut. Dan A Eum tersenyum kecil serta menganggukan kepalanya.

Kemudian Lee Yeon memberikan manik rubah milik nya kepada A Eum, dan mencium bibir A Eum dengan lembut.




Lee Yeon : “Selama bertahun-tahun, aku bertemu beberapa yang mirip dengannya. Tapi tidak ada yang membawa manik rubah yang kuberikan padanya.”


Lee Yeon tidak pernah menyerah sekalipun untuk menemukan A Eum. Dan ketika dia bertemu dengan Ji A, dia menggunakan kekuatannya untuk merasakan manik rubahnya, tapi dia tidak menemukan itu di dalam Ji A. Jadi diapun menghapus ingatan nya.

“Kamu bukan A Eum. Lupakan semua yang kamu lihat hari ini. Jika tidak, aku akan membunuhmu.”

Ji A menusuk leher Lee Yeon menggunakan jarum bius yang sudah di siapkannya.

Lee Yeon : “Mungkin seharusnya aku membunuhnya saat itu juga.”

"Bab 2: Aku Sudah Menunggumu"


Ketika Lee Yeon tersadar, dia merasa kepalanya sangat tidak nyaman. Dan dengan santai, Ji A menawarkan nya untuk minum teh bersama. Mendengar itu, dengan kesal, Lee Yeon menasehati Ji A supaya bersikap lebih sopan santun saat menginginkan sesuatu dari orang lain.

“Bukankah seharusnya kamu mendengarku dahulu untuk mengetahui siapa yang lebih putus asa?” tanya Ji A dengan sangat santai dan nyaman sambil menikmati tehnya.


“Jika tidak bisa mengubah pikiranku, kamu akan menerima ganjaranmu karena mengujiku,” balas Lee Yeon sambil menatap Ji A dengan serius. “Aku akan mengambil matamu karena telah melihat sesuatu yang seharusnya tidak kamu lihat,” jelas nya. Dan Ji A setuju.


Didepan rumah duka. Sebelum turun dari mobil. Lee Rang mengingatkan Yoo Ri untuk menyembunyikan ekornya yang keluar. Lalu setelah itu, mereka masuk bersama- sama ke dalam rumah duka. Mereka datang ke sana dengan alasan ingin mengunjungi keluarga para korban kecelakaan bus. Tapi kepadahal sebenarnya mereka datang untuk menonton pertunjukan yang menurut mereka menarik.



“Kita datang untuk menikmati kesedihan mereka. Kita akan menonton sesuatu yang bagus, jadi, bayarlah secukupnya,” kata Lee Rang, mengingatkan dengan senang.

“Maka aku akan membayar sebanyak ini dan menonton mereka semalaman,” kata Yoo Ri sambil menunjukkan segepok uang banyak yang di bawanya dengan bersemangat.

Ji A merasa kagum, karena penampilan Lee Yeon masih sama seperti 21 tahun lalu. Dan saat dia mengetahui bahwa ternyata Lee Yeon adalah rubah berekor sembilan yang berpura- pura menjadi manusia, dia sangat tertarik dan antusias. Karena dia memang telah menduga kalau makhluk seperti Lee Yeon memang ada di suatu tempat di dunia ini. Dan dia sengaja menyutradarai acara TV tentang legenda urban agar bisa menangkap Lee Yeon.


“Pertama, mari dengar apa yang hendak kamu katakan,” kata Lee Yeon dengan sikap santai dan cuek.

“21 tahun lalu, kita bertemu di Yeou Gogae. Tepatnya apa yang terjadi malam itu?” tanya Ji A, sangat ingin tahu.

“Aku mengikuti bau darah dan akhirnya menyelamatkan anak kecil. Tapi bisa kulihat dia sangat tidak bersyukur,” balas Lee Yeon, menyindir Ji A.

“Kamu menyelamatkanku?” tanya Ji A, merasa ragu.



“Kamu mirip seseorang yang kukenal. Tapi tentu saja, aku salah,” jelas Lee Yeon.

Ji A sangat ingin mengetahui tentang kedua orang tuanya yang menghilang ntah kemana. Dan Lee Yeon menjawab bahwa mungkin saja mereka berdua sudah tewas, dan Ji A tidak percaya sebab tidak ada mayatnya. Dan dengan tulus, Ji A memohon supaya Lee Yeon mau membantunya. Tapi Lee Yeon menolak, karena dia tidak tertarik.

Karena Lee Yeon menolak, Ji A pun mengancam Lee Yeon lagi. Dia mengancam menggunakan USB video rekaman yang dimiliki nya. Dan Lee Yeon merasa sangat malas.



“Menurutku ini membosankan. Saat ingin mengancam seseorang, posisimu harus lebih berkuasa,” jelas Lee Yeon, mengambil satu bola mata Ji A. “Seperti ini.”



“Kamu salah. Aku tidak mengancammu. Aku mengambil risiko,” balas Ji A dengan sikap yang tetap berani. Dia membuang USB yang dimiliki nya ke dalam gelas teh. “Saat rubah berutang pada seseorang, mereka harus membalasnya. Aku tidak peduli kamu manusia atau rubah. Aku akan menghapus semua yang kulihat dan kudengar. Tapi itu setelah aku menemukan orang tuaku,” katanya, mencoba untuk bernegosiasi.

Mendengar itu, Lee Yeon mendengus geli.



Seorang anggota keluarga korban ada yang mengenali Lee Rang. “Sedang apa kamu di sini?” tanyanya kepada Lee Rang. “Pasaraya Moze,” katanya, mengingatkan.

“Ya. Aku ingat.”


Flash back

Di depan air mancur Pasaraya Moze. Si pria mencoba untuk membuang koin ke dalam kolam, karena dia ingin membuat permohonan, tapi disaat itu Lee Rang lewat dan tidak sengaja menyenggolnya, sehingga koinnya pun tidak masuk pas ke tengah kolam. Dan ketika dia ingin mencoba untuk melempar koin lagi, ternyata dia sudah kehabisan koin. Dan dengan berbaik hati, Lee Rang pun memberikan koin baru padanya.


Ketika si pria terus berusaha keras untuk melemparkan koin yang dimiliki nya ke tengah kolam. Lee Rang dengan sangat mudah dapat melemparkan satu persatu koin yang di pegang nya tepat ke tengah kolam, tanpa melihat ke belakang sama sekali. Dan ketika dia melihat wajah putus asa si pria, dia merasa sangat senang. Lalu dengan berbaik hati, diapun memberikan koin lagi kepada si pria.

“Aku punya seorang kakak. Aku ingin dia menderita seumur hidupnya. Dia benar-benar berengsek. Kukira aku akan merasa lebih senang jika tidak melihatnya. Tapi aku salah. Aku tidak bisa tidur saat malam,” kata Lee Rang, menceritakan permohonan nya sambil tersenyum ceria. “Aku akan terus mengganggunya sampai salah satu dari kami mati.”


Mendengar itu, si pria tertegun dan merasa terkejut. “Aku berharap bisa menikahi pacarku,” katanya, gantian menceritakan tentang permohonannya. “Orang tuaku tidak akan merestuiku menikahinya.”

“Astaga. Kamu ingin aku membantu?” tanya Lee Rang, menawarkan.




“Memangnya kamu siapa bisa membantuku?” tanya si pria, merasa ragu.

“Kurasa bisa dibilang aku keajaiban,” jawab Lee Rang dengan penuh percaya diri. Lalu dia melemparkan koin lagi ke tengah kolam dengan sikap santai dan tidak melihat ke belakang sama sekali.

Flash back end


Lee Rang mengucapkan selamat kepada si pria, karena sekarang tidak ada lagi yang menentang pernikahan si pria. Mendengar itu, si pria merasa curiga.

“Kamu membunuh ibu dan ayahku?” tanya si pria.

“Yang benar saja. Imajinasimu gila,” balas Lee Rang, menyangkal sambil tersenyum.

Ditoko es krim. Ketika Shin Joo mengetahui kalau Ji A menyuntikkan obat bius kepada Lee Yeon, dia merasa sangat kesal. Lalu dia bertanya- tanya, kenapa ingatan Ji A tidak terhapus. Dan sambil memakan es krim dengan tenang, Lee Yeon menjelaskan bahwa itu hal yang langka, tapi terkadang memang kekuatan mereka tidak mempan pada beberapa orang. Contohnya dukun wanita dulu.

“Tapi kamu melepasnya begitu saja? Kamu bahkan mengembalikan matanya?” tanya Shin Joo, tidak setuju.

“Peraturan tetaplah peraturan.”


“Seolah-olah kita ada untuk membalas kebaikan orang-orang. Berapa lama kita harus mempertahankan kebiasaan kuno itu?” keluh Shin Joo.

“Kita mengembalikan apa yang kita terima. Itu kuno, tapi romantis. Itu menunjukkan martabat rubah,” balas Shin Joo sambil terus memakan es krimnya.

“Itu juga kutukan. Makin besar utangnya, makin kita kehilangan kendali dan menjadi boneka.”


Shin Joo kemudian membahas tentang A Eum. Dia merasa sedih untuk Lee Yeon, karena ada banyak wanita yang mirip dengan A Eum seperti Ji A ini. Tapi tidak ada satupun dari mereka yang adalah A Eum.

“Shin Joo, jangan berekspresi begitu. Itu membuatmu tampak jelek,” komentar Lee Yeon dengan serius, ketika Shin Joo menangis untuk nya.



Diruang tamu. Ji A menonton video kebersamaan nya dengan kedua orang tuanya dulu. Dan menonton itu, dia merasa sangat senang sekaligus sedih.

Lalu setelah video selesai, Ji A ingin mematkan TV nya. Tapi tiba- tiba dilayar TV muncul kedua orang tuanya. Dan dia merasa terkejut.




Dari dalam TV, Ibu Nam melemparkan bola berbulu berwarna hitam kepada Ji A. Dan bola itu mengelinding ke bawah kaki Ji A, dan Ji A pun mengambilnya. Ketika Ji A melihat apa itu, dia merasa sangat terkejut dan menjerit. Itu adalah tengkorak manusia.


Ji A tersentak bangun dari mimpi buruknya itu. Dan ketika dia menyadari bahwa itu hanyalah mimpi buruk saja, dia merasa sangat lega sekali.


Lee Yeon datang ke kantor Imigrasi Akhirat dengan membawakan segelas kopi.


Dikantor Imigrasi Akhirat. Hyeonuiong memberikan pengarahan kepada jiwa para penumpang bus yang telah tewas. “Sekarang, kalian akan menghadap para hakim di akhirat dan dosa-dosa yang kalian lakukan saat masih hidup akan dihakimi. Jangan takut. Tidak perlu takut jika kalian orang baik semasa hidup,” jelas nya dengan sikap santai untuk membuat setiap orang merasa tenang. “Kalian tahu Raja Hades, bukan? Istriku yang berdiri di sana adalah kakak Raja Hades,” katanya, memperkenalkan Taluipa sambil tertawa. “Dia tidak menakutkan, bukan?” tanyanya. “Aku ketakutan,” jawabnya sendiri, ketika Taluipa terus memberikan tatapan tajam padanya. Dan tawanya pun berhenti.


“Dasar orang tua kuno. Aku harus membajak lidahnya,” gumam Taluipa, mengeluh.

Tepat disaat itu, Lee Yeon datang. Dan dia mengajak Taluipa untuk berbicara.

Post a Comment

Previous Post Next Post