Sinopsis K- Drama : Tale of the Nine Tailed Episode 2 part 2

 

Original Network : tvN

“Halo. Aku di lantai satu. Siapa yang mau kopi?” tanya Ji A, menyapa rekannya di telpon.



Taluipa meminum kopinya dengan sikap tenang dan santai. Sementara Lee Yeon yang duduk di depannya, dia bersikap sangat serius. Dia ingin mengetahui apakah A Eum sudah berenkarnasi. Dan mungkinkah A Eum di lahirkan kembali dengan wajah yang sama.


“Hei. Reinkarnasi itu acak. Kamu harus berdoa dia bukan laki-laki,” kata Taluipa, menolak memberitahu.

“Astaga,” gumam Lee Yeon, pasrah. “Laki-laki atau perempuan, cantik atau jelek… Itu tidak penting. Selama usianya tidak melebihi 60 tahun,” katanya dengan serius.


“Meskipun melebihi 60 tahun, dia masih bayi dibandingkan denganmu,” balas Taluipa.

“Tidak. Aku tidak ingin dia mati terlalu cepat setelah akhirnya bertemu dengannya lagi.”

Ji A menceritakan tentang mimpi nya kepada kedua rekannya, dia melihat mayat. Lalu rekan Pyo gantian menceritakan tentang mimpinya, dia mimpi melihat rekan Kim mengenakan pakaian berkabung hitam dan menangis dengan sangat sedih. Dan kemudian rekan Kim juga gantian menceritakan tentang mimpinya.

“Aku bermimpi gigiku tanggal,” kata rekan Kim, bercerita.

“Bukankah itu mimpi yang buruk?” komentar rekan Pyo.


“Woi. Kamu percaya takhayul untuk seseorang yang tidak percaya hantu,” balas Ji A, menegur rekan Pyo yang membuat rekan Kim menjadi tidak bersemangat. “Jangan menghiraukannya. Gigi tanggal di mimpimu juga berarti kamu bisa mendapat uang,” hibur nya.

Mendengar itu, rekan Kim merasa sangat lega. Dan tepat disaat itu, dia beneran mendapatkan uang, karena ada orang yang mau membeli mimpinya itu supaya bisa menang lotre.



Taluipa menasehati Lee Yeon untuk jangan mencari A Eum, karena itu bisa memutar balikkan takdir Lee Yeon lagi. Namun Lee Yeon tidak peduli. Lalu dia menasehati Taluipa untuk berhenti memukuli Hyeonuiong, serta kurangi pesanan antar, karena itu tidak bagus untuk kulit. Kemudian dia memberikan lipstik kepada Taluipa, dan memintanya untuk membereskan keluhan sipil untuknya.


Lee Yeon menghubungi Ji A dan meminta nama serta tanggal lahir dan waktu kelahiran kedua orang tuanya. Dan dengan cepat, Ji A langsung men- sms kan nya.

Lee Yeon : Ini bukan kabar baik atau buruk.

Ji A : Mari bertemu.

Lee Yeon : Temui aku di restoran The Snail Bride pukul 13.00.



Ji A datang ke restoran yang Lee Yeon sebutkan. Ketika dia masuk ke dalam sana, si pemilik membawa Ji A ke ruangan Lee Yeon dan dia mengomentari bahwa Ji A beruntung, karena ini pertama kalinya Lee Yeon membawa seseorang.

Mendengar komentar itu, Ji A merasa agak heran. Tapi dia tidak terlalu memikirkan nya.


Ketika Ji A datang, Lee Yeon langsung memberitahunya. Tanggal dan waktu kelahiran yang Ji A berikan tidak ada dalam daftar. Itu berarti ada kemungkinan bahwa kedua orang tua Ji A masih hidup. Tapi dia tidak tahun dimana. Mengetahui itu, Ji A merasa agak emosional, antara senang, sedih, dan tidak menyangka.

“Kenapa kamu tidak makan? Kamu yang membayar,” kata Lee Yeon sambil makan dengan lahap. “Ini bukan berita yang paling menggugah selera, ya?”


“Tidak. Aku sangat bersyukur,” jawab Ji A. Lalu diapun mulai memakan makanannya. “Aku akan menemukan mereka. Aku bilang mereka mungkin masih hidup, tapi tidak seorang pun memercayaiku. Tidak seorang pun.”

Ji A kemudian teringat sesuatu dan meminta maaf kepada Lee Yeon, karena telah menggunakan obat bius padanya. Mendengar itu, Lee Yeon merasa terkejut, karena ternyata Ji A tahu caranya untuk meminta maaf.

“Aku sungguh hina. Aku tidak akan memintamu untuk memakluminya,” kata Ji A, mengakui kesalahannya.

“Tidak. Aku bisa maklum. Dan aku memakluminya,” balas Lee Yeon, serius.


Shin Joo memeriksa seekor anjing yang sakit perut, karena makan terlalu banyak tteobokki pedas level 5. Dan diapun meresepkan obat pencahar untuk si anjing.

“Kamu bisa tahu apa yang dia makan hanya dengan melihatnya?” tanya si pemilik anjing, kagum.

“Aku memahami bahasa mereka,” jawab Shin Joo dengan bangga.



Ji A merasa sangat penasaran, apakah ada rubah lain seperti Lee Yeon di dunia ini yang hidup seperti manusia dan mirip dengan manusia.

“Mereka tinggal di kota ini sama seperti kalian. Mereka mengkhawatirkan real estat dan krisis ekonomi,” kata Lee Yeon, menjawab rasa penasaran Ji A.


Ketika pemilik anjing ingin membayar biaya pengobatan, Shin Joo menolak menerima bayaran dengan kartu kredit. “Bayar tunai dan aku akan memberimu diskon,” kata nya dengan ramah.

“Benarkah biksu Dinasti Goryeo adalah rubah?” tanya Ji A, tidak menyangka. “Apa lagi?” tanyanya dengan bersemangat.

“Bayarlah,” kata Lee Yeon, mengingatkan. Dan Ji A pun melakukannya.

Melihat kedekatan antara mereka berdua, si pemilik restoran tersenyum kecil.

“Apa ada makhluk lain juga?” tanya Ji A, ingin tahu.

“Tentu. Dan mereka tinggal di tempat yang tak disangka manusia.”


Jam istirahat. Dengan bersemangat, Team Leader Choi mengajak rekan Pyo dan rekan Kim untuk makan bersama di restoran The Snail Bride. Tapi rekan Pyo menolak, karena dia bosan dengan makanan disana.

“Hei. Samgyetang dan arak ginseng akan menyegarkan kita untuk melalui musim panas ini,” kata Team Leader Choi.

“Jujurlah pada kami, Pak. Kamu tertarik pada pemiliknya,” kata rekan Kim, tahu tentang perasaan Team Leader Choi.

“Apa? Itu sangat konyol!” sangkal Team Leader Choi dengan suara keras dan sikap malu- malu. “Kalian melihat ayam yang mereka sajikan? Ikut saja,” ajaknya. Lalu diapun berjalan pergi duluan.

Tepat disaat itu, rekan Kim menerima telpon mengejutkan. “Ibuku meninggal.”


Mendengar itu, rekan Pyo merasa terkejut dan bersalah. Karena sebelumnya, dia mengomentari kalau mimpi gigi tanggal berarti bertanda buruk. Dan dia juga teringat tentang mimpinya sendiri.

Lee Yeon menjelaskan kepada Ji A bahwa dia berharap supaya mereka tidak pernah bertemu lagi. Dan Ji A tidak setuju, karena dia belum berhasil menemukan dimana kedua orang tuanya.

“A, aku orang yang sibuk. B, mungkin saat ini kita hidup di dunia yang sama, tapi tempat asal kita sangatlah berbeda,” kata Lee Yeon, menolak untuk membantu Ji A. “Mereka yang mengintip duniaku akhirnya menjadi gila atau mati muda.”

“Aku tidak peduli dan tidak akan menghalangimu. Jangan menghilang,” pinta Ji A sambil memegang baju Lee Yeon supaya Lee Yeon tidak bisa kabur.

Tepat disaat itu, ponsel Ji A berbunyi. Dan Lee Yeon pun menyuruhnya untuk mengangkat terlebih tahulu. Dan Ji A pun mengangkat telponnya. Lalu dia merasa terkejut.


“Ibu rekan kerjaku meninggal,” kata Ji A, memberitahu Lee Yeon. “Dia bermimpi giginya tanggal semalam. Aku dan dia bermimpi buruk.”

“Mimpi buruk yang menular,” gumam Lee Yeon, berkomentar. “Benarkah kamu ingin melihat dunia tempat tinggalku?” tanyanya dengan serius.

Ji A meminta bantuan pria yang sebelumnya membeli mimpi rekan Kim. Dia ingin masuk ke studio tiga, karena dia tidak sengaja meninggalkan peralatan nya disana. Dan si pria pun membawa dan membukakan pintu studio tiga untuk Ji A.



Ketika mereka berdua sudah masuk ke dalam studio tiga, Ji A melemparkan beberapa logam ke lantai. Dan si pria tiba- tiba berubah menjadi mengerikan. Wajahnya berubah menjadi sangat merah, dan dengan rakus, dia memakan semua logam yang Ji A lemparkan ke lantai. Melihat itu, Ji A merasa terkejut dan ngeri.


Menyadari kalau Ji A memperhatikannya, si pria pun ingin menyerang Ji A. Dan tepat disaat itu, Lee Yeon muncul. Dia menghentikan si pria dan menghajarnya.


Tindakan si pria dan Lee Yeon sangat cepat, sehingga Ji A agak kesulitan melihat pergerakan mereka.


Ketika si pria melemah, Lee Yeon mengeluarakan pedang nya. “Kapan kamu dibebaskan? Kukira kamu bilang akan tetap bersikap baik,” katanya dengan serius.

“Aku tidak berbuat salah,” balas si pria, panik.

“Sungguh? Kalau begitu, aku yang berengsek?” balas Lee Yeon, sinis.

Dengan panik, si pria berlutut di hadapan Lee Yeon dan memohon padanya. “Tolong jangan bunuh aku.”

“Beri aku satu alasan yang bagus untuk itu,” balas Lee Yeon. Dan si pria bingung harus mengatakan apa. “Tidak ada, bukan? Mati sajalah,” kata Lee Yeon sambil bersiap untuk membunuh si pria.

“Tunggu sebentar! Tunggu,” pinta si pria sambil berpikir keras. “Adikmu bilang aku bisa makan di sini.”


Ji A yang sedari tadi hanya diam saja dan memperhatikan mereka berdua, dia merasa sangat penasaran dan ingin tahu, jadi diapun bertanya. “Makhluk apa itu?”

“Bulgasari,” jawab Lee Yeon. (Bulgasari : Makhluk legendaris yang makan mimpi buruk). “Makan logam menyingkap identitas asli mereka,” katanya, menjelaskan dengan lebih jelas.

Disaat Lee Yeon dan Ji A mengobrol, Bulgasari mulai merangkak ke atas dan mencoba untuk melarikan diri. Melihat itu, Lee Yeon merasa sangat malas.


Karena tidak bisa kabur begitu saja dari dalam ruangan, maka Bulgasari pun menggunakan Ji A sebagai sanderanya. Dan ketika Lee Yeon berjalan mendekat, dia meneriaki Lee Yeon untuk jangan mendekat. Dan Lee Yeon tidak peduli, karena dia hanya ingin mengobrol dengan Ji A saja.


“Saat ini, apa yang bisa kamu lakukan untukku selain menghalangiku?” tanya Lee Yeon dengan serius.

“Aku…” kata Ji A, tidak bisa memberikan jawaban.



Menggunakan kekuatannya, Lee Yeon melemparkan beberapa koin logam kepada Bulgasari dan menjatuhkannya. Lalu dia berjalan mendekati Ji A dan menasehatinya dengan tegas. “Kembalilah ke dunia tempatmu yang seharusnya. Manusia yang terbiasa dengan kegelapan akan menjadi makhluk yang bukan manusia atau makhluk lainnya.”

Setelah mengatakan itu, Lee Yeon menendang pelan si Bulgasari. “Hei, kamu. Berdiri. Aku tahu kamu belum mati.”



Ketika sedang menangkap ikan dilaut, seorang nelayan menemukan sebuah tengkorak manusia. Dan dia merasa sangat terkejut. “Itu mayat!” teriaknya.

“Jaga ucapanmu. Jangan pernah mengucapkan kata itu di kapal,” kata nelayan lain, menutup mulut nya.

“Kapten, ada Yain di kapal,” kata nelayan lain, memberitahu kapten kapal.

“Mari kita memberi hormat,” jawab kapten.

Si nelayan yang menemukan tengkorak tersebut, dia tidak setuju bila tengkorak itu dibiarkan tetap berada di atas kapal, dia ingin membuang tengkorak itu kembali ke dalam laut saja.


“Saat bertemu Yain, sudah tradisi membawanya kembali ke pantai. Jika tidak, mereka akan menghantui kapal,” kata nelayan lain, menasehatinya.

Kapten menuangkan segelas soju dan memberikan hormat kepada si tengkorak. Lalu tiba- tiba dia menemukan sesuatu, si tengkorak memakai satu gigi emas. Dan gigi emas itu sangat mirip dengan Pak Seo yang di kenalnya.

Mendengar itu, ketiga nelayan merasa terkejut dan memperhatikan si tengkorak dengan serius.

Ji A menemui Detektif Baek, karena dia tertarik dengan kasus- kasusnya. Dia tertarik sebab dia sangat ingin bisa menemukan kedua orang tuanya. Dan Detektif Baek pun menceritakan kasus terbaru yang di ketahuinya.

“Kali ini, kamu harus mencari tahu sendiri. Kita tahu siapa dia, tapi penjaga pantai mengambil kasus itu,” kata Detektif Baek dengan serius.

“Kamu tahu penyebab kematiannya?”

“Belum. Tapi mereka mengidentifikasi korbannya,” jawab Detektif Baek.

“Siapa dia?”


Tengkorak yang ditemukan dibawa oleh para polisi untuk di periksa. Dan seorang wanita muda, yang merupakan keluarga korban, dia menangis dengan sangat sedih, dan dia ingin melihat tengkorak Ayahnya untuk memastikan, tapi polisi tidak mengizinkan.


Tepat disaat itu, Lee Rang datang. Dengan berbaik hati, dia memberikan sapu tangannya kepada si wanita dan tersenyum dengan manis kepadanya.


Lee Yeon terus teringat akan taruhan yang Lee Rang ajukan. Jadi diapun mengancam si Bulgasari yang dikurung nya di dalam kulkas. Dia bertanya dimana Lee Rang. Dan si Bulgasari menolak untuk memberitahu, karena dia akan tetap mati jika dia memberitahu.


“Aku jauh lebih kuat darinya,” kata Lee Yeon. Lalu dia memberikan ponselnya, dan menyuruh si Bulgasari untuk menghubungi Lee Rang. Dan si Bulgasari menolak, karena dia merasa sangat ragu.

Akhirnya, Lee Yeon pun bersedia untuk memberikan waktu lagi kepada si Bulgasari. Dan ketika Lee Yeon akan menutup pintu kulkas, si Bulgasari langsung mengulurkan kakinya. Karena dia tidak ingin di kurung di dalam kulkas lagi.

“Baiklah. Aku akan meneleponnya,” kata si Bulgasari, memutuskan.


Bulgasari menelpon Lee Rang.


Lee Rang menunggu si Bulgasari di restoran pinggir laut. Tapi ternyata yang datang malah Lee Yeon. Dan diapun sadar kalau Lee Yeon pasti memaksa si Bulgasari untuk menelponnya, karena barusan si Bulgasari terdengar gugup ditelpon.


“Kamu sudah dewasa. Dahulu kamu benci ikan mentah,” kata Lee Yeon sambil memakan makanan Lee Rang dengan sikap santai dan tanpa rasa sungkan.

“Berhentilah terlihat santai. Kamu pasti tidak sabar karena datang selarut ini. Aku benar, bukan? Dia bereinkarnasi, bukan?” tanya Lee Rang, menebak. Dan Lee Yeon hanya diam saja. “Menurutmu dia masih hidup atau sudah mati?”

“Dia masih hidup. Jika ingin membunuhnya, kamu akan membawa jasadnya. Kamu suka bertaruh, jadi, kamu tidak akan merusak kesenangannya,” jawab Lee Yeon dengan sangat yakin.

“Tapi bagaimana jika aku meninggalkan luka pada hadiah berharga kita?” tanya Lee Rang, bermain- main.

“Jangan berpikir untuk melukainya.”

“Apa yang akan kamu perbuat jika aku melukainya? Beri tahu aku. Aku sangat bersemangat.”


Lee Yeon malas menanggapi Lee Rang. Dia tahu Lee Rang bersikap seperti ini karena Lee Rang kekurangan rasa perhatian, sebab Lee Rang mempunyai kompleks saudara. Semua ini disebabkan karena dulu dia meninggalkan Lee Rang demi seorang wanita, dan dia menyadari kesalahannya itu. Mendengar pengakuan, itu Lee Ran merasa terharu.


“Bukankah itu yang ingin kamu dengar?” tanya Lee Yeon, mengubah sikapnya menjadi dingin kembali. “Apa aku membuatmu kesal?” tanyanya.

Dengan kesal, Lee Rang menjatuhkan meja di hadapannya dan mencengkram kerah Lee Yeon. “Aku sudah selesai bermain-main. Gadis itu ada dalam genggamanku.”

“Jaga sikapmu. Jangan berkeliaran di luar malam-malam. Dan jangan minum terlalu banyak. Itu tidak baik untukmu.,” balas Lee Yeon, menasehati.

“Dasar gila. Kamu tahu di mana dia? Haruskah kuberi tahu atau tidak?” tanya Lee Rang, kembali bermain- main.


“Aku tidak perlu tahu. Kamu di sini, dan hanya satu insiden yang terjadi di daerah ini hari ini,” jawab Lee Yeon dengan sangat yakin. Lalu diapun pergi.

Post a Comment

Previous Post Next Post