Original
Network : tvN
Hye Ja merawat Team Leader Choi yang sakit.
Dia meminta Team Leader Choi untuk bertahan, karena pertarungan akan segera
berakhir. Mendengar itu, Team Leader Choi memeegang tangan Hye Ja.
“Kurasa aku benar. Kamu bukan wanita biasa, bukan?” tanya Team Leader Choi, dengan yakin.
Sebelum Hye
Ja sempat mengatakan apapun, Hyeonuiong datang. Dan dengan malu, Hye Ja
langsung menepis tangan Team Leader Choi.
“Aku
penasaran kenapa kamu tidak ada di restoran. Maafkan aku…” kata Hyeonuiong.
Lalu saat dia melihat wajah Team Leader Choi, dia merasa terkejut dan mengajak
Hye Ja untuk berbicara diluar.
Hyeonuiong
memberitahu Hye Ja bahwa Team Leader Choi itu adalah suami Hye Ja dikehidupan
lampau. Dan mengetahui itu, Hye Ja sangat terkejut dan tidak menyangka sama
sekali.
Pria Rang
berteriak meminta tolong, sebab dia merasa sangat gatal sekali. Kemudian disaat
itu, Detektif Baek datang. Dia memberitahu Pria Rang bahwa tidak ada gunanya
pergi, karena angka kematian penyakit ini sangat tinggi. Mendengar itu, Pria
Rang sangat depresi.
Lalu ketika
Pria Rang tidak sengaja melihat sepatu yang Detektif Baek kenakan, dia merasa
heran. “Sejak kapan seorang polisi memakai sepatu tidak bernoda seperti itu?”
gumamnya, berpikir.
“Sial.
Aturan berpakaian bodoh itu,” balas Lee Rang sambil tersenyum.
Melihat Lee
Rang datang, Pria Rang merasa sangat senang. Dan Lee Rang tertawa sambil
melemparkan pop corn yang dibawanya satu persatu ke wajah Pria Rang. Karena dia
datang untuk melihat kematian Pria Rang.
“Jika Imoogi
mati, penyakit ini juga akan menghilang, bukan?” tanya Pria Rang, ingin tahu.
Dan Lee Rang menjawab mungkin. “Keluarkan aku dari sini,”pintanya. “Aku sudah
melayani Imoogi lebih lama dari dugaanmu. Tidak seorang pun tahu sebanyak aku
tentang dirinya.”
“Lalu? Kamu
akan meraih kebebasanmu dengan banyak mengoceh? Dan menyembuhkan penyakitmu
secara gratis?” balas Lee Rang, merasa lucu.
Pria Rang
tersenyum dan menebak maksud kedatangan Lee Rang. Dia yakin Lee Rang pasti
tidak ingin mengotori tangan sendiri. Dan mendengar itu, Lee Rang hanya diam
saja sambil tetap tersenyum.
Lee Rang
melepaskan Pria Rang keluar dari sel.
Seorang
polisi datang dan melapor kepada Detektif Baek bahwa Pria Rang telah kabur. Dan
mengetahui itu, Detektif Baek merasa terkejut, siapa yang melakukannya.
“Begini…
Dari yang kulihat di video pengawas… Kamu pelakunya, Detektif Baek,” kata si
Polisi dengan gugup.
Lee Yeon dan
Ji A pergi makan ke luar. Sambil makan mereka mengobrol, Ji A meminta Lee Yeon
untuk berjanji kepadanya, kembali ke sini saat salju pertama turun, lewatkan
natal bersamanya, kembali ke pantai yang pernah mereka kunjungi, dan saat hari
tahun baru datang ke rumahnya dan makan bersama dengan kedua orang tuanya, lalu
saat hari ulang tahunnya berikan dia hadiah. Dan mendengar itu, Lee Yeon
mengiyakan semuanya.
“Apa yang
kamu inginkan?” tanya Lee Yeon. Dan Ji A mendekat ke telinga Lee Yeon serta
berbisik. “Baik, aku akan membelikannya untukmu,” jawab Lee Yeon sambil tertawa
geli.
“Apa yang
harus kamu lakukan untuk menepati semua janji ini?” tanya Ji A, menuntut
jawaban. Sambil mengulurkan jari keliking nya.
“Aku harus berumur panjang,” jawab Lee Yeon sambil mengaitkan jari keliking nya ke Ji A. Dan mendengar jawaban itu, Ji A merasa puas.
Ditaman.
Rekan Pyo memberikan hadiah sebuket bunga dan kue tart untuk merayakan ulang
tahun rekan Kim.
“Ini. Buat
permohonan,” kata rekan Pyo, setelah menyalakan lilin diatas kue tart nya.
“Tolong beri
aku kue dari Pyo Jae Hwan tahun depan di hari ulang tahunku,” kata rekan Kim,
berharap. Lalu dia meniup lilin nya.
Tepat disaat
itu, bintik- bintik merah mulai muncul di leher rekan Kim.
“Ini mungkin
soju terakhir yang akan kita minum bersama,” gumam Ji A sambil menikmati soju
nya. Lalu dia bercerita, “Makhluk di dalam diriku tadi mengatakan aku hanya punya
waktu maksimal dua hari. Setelah itu, aku bukan apa-apa selain cangkang
kosong.”
“Itu tidak
akan terjadi,” tegas Lee Yeon.
“Bukankah
lebih baik jika aku menghilang? Jika aku mati, Imoogi akan menghilang. Lalu
semua orang yang kusayangi, keluargaku, teman-temanku, dan kamu tidak akan
terluka,” kata Ji A, merasa bersalah.
Dengan erat,
Lee Yeon memegang tangan Ji A dan menyuruhnya untuk jangan berpikir seperti itu
lagi. Lalu dia menjelaskan bahwa jika Ji A meninggalkan nya sendirian, maka dia
akan menyalahkan dirinya sendiri untuk waktu yang sangat lama. Dan Ji A
membalas bahwa dia juga merasakan hal yang serupa.
“Jadi, kita
harus saling melindungi. Jangan memberi Imoogi apa yang dia inginkan,” kata Ji
A, bertekad kuat.
Tepat disaat
itu, rekan Pyo menelpon. Dan dia memberitahu Ji A mengenai kondisi rekan Kim.
Ji A dan Lee
Yeon langsung datang bersama ke taman. Dan saat Ji A melihat keadaan rekan Kim,
dia merasa sangat sedih dan memeluknya.
Didalam
mobil. Pria Rang memegang pistol ditangannya dengan tangan sedikit bergetar.
Lalu setelah dia menenangkan dirinya, dia menyimpan pistol tersebut, dan
berkomentar bahwa dia tidak menyangka kalau moment terakhirnya akan berakhir
bersama dengan Lee Rang.
“Mengingat
apa itu, berusahalah sebaik mungkin untuk bertahan hidup,” kata Lee Rang sambil
tersenyum geli.
“Tampaknya
kamu akhirnya berbaikan dengan kakakmu. Kamu bisa menghadapi akibatnya?” tanya
Pria Rang.
“Tidak. Yeon
tidak akan memaafkanku. Aku mungkin tidak akan pernah bertemu dengannya lagi.
Tapi itu lebih baik daripada dia yang mati,” balas Lee Rang dengan sikap sedih.
“Hentikan.
Orang melodramatis sepertimu tidak pernah menemukan akhir bahagia,” balas Pria
Rang, menasehati. Lalu diapun pergi.
Hye Ja
merasa sangat sedih, karena sebelumnya dia tidak memperlakukan Team Leader Choi
dengan baik. Dan ketika akhirnya dia tahu identitasnya, Team Leader Choi malah
dalam keadaan buruk.
“Tapi apa
semua ini kebetulan?” gumam Hyeonuiong, bertanya- tanya. “Setiap takdir yang
berkaitan dengan Yeon dan Ji A berkumpul di satu tempat. Kekasih dari kehidupan
lampaunya, keluarga Ji A, teman-teman mereka, dan musuh mereka. Aku takut. Aku
khawatir peristiwa yang terlalu berat untuk ditanggung akan menimpa kita,”
gumamnya sambil menghela nafas berat.
Rekan Pyo
bersikeras untuk menemani rekan Kim, karena dia sudah pasti akan tertular
nantinya. Dan Ji A mengerti serta meninggalkan mereka berdua.
Saat keluar
dari kamar, Ji A menanyai Lee Yeon, bagaimana keadaan Team Leader Choi. Dan Lee
Yeon menjelaskan bahwa kondisi Team Leader Choi belum membaik. Lalu telur yang
dimuntahkan oleh Team Leader Choi itu berisi anak ular. Dan itu memakan orang-
orang dari dalam. Mengetahui itu, Ji A merasa jijik dan juga khawatir.
“Semuanya
akan segera berakhir. Begitu dia mengambil umpannya, aku akan…” kata Lee Yeon,
menenangkan. “Jadi, sampai saat itu tiba, bersabarlah untukku,” pintanya,
sambil mengelus kepala Ji A dengan lembut.
Imoogi
memikirkan tawaran dari Lee Yeon. Dan tersenyum geli.
Lee Yeon
menunggu- nunggu telpon dari Imoogi sepanjang malam.
Sedangkan Ji
A merawat rekan Kim bersama- sama dengan rekan Pyo. Dan kondisi rekan Kim mulai
semakin memburuk.
Sampai pagi,
Imoogi masih juga belum menelpon. Dan saat Lee Yeon mulai merasa berputus asa,
Imoogi menelponnya. Dan dia tersenyum senang.
Lee Yeon dan
Imoogi bertemu.
“Aku setuju.
Bersama, kita akan menyerang penjaga Sungai Samdo,” kata Imoogi sambil
mengulurkan tangannya. Dan dengan puas, Lee Yeon menjabat tangan Imoogi.
Lee Rang
terkejut, saat mengetahui kerjasama antara Lee Yeon dan Imoogi. Karena ini sangat
berbahaya, ini sama dengan misi bunuh diri. Dia yakin Lee Yeon akan membunuh
Imoogi dengan mengorbankan nyawanya sendiri.
Imoogi : “Yeon, kamu akan
terjebak di dalam perangkap yang kamu buat sendiri.”
Lee Yeon : “Dan seperti
ini, kita akan berada di panggung yang sama.”
Imoogi : “Panggung di mana
orang tidak akan bisa mundur.”
Lee Yeon : “sampai yang
satunya mati.”
Pria Rang
datang dan mengulurkan pistolnya kepada Ji A. “Kamu harus mati agar aku bisa
hidup. Aku akan mengakhirinya sendiri,” jelasnya.
“Jangan
lakukan ini. Jika kamu melakukannya…” jelas Ji A, panik.
“Selamat
tinggal.”
Dorr… Dorr… Dorr… (Suara tembakan
pistol)
Hujan turun
dengan sangat deras, tapi sayangnya Ji A tidak ada membawa payung nya. Jadi
diapun menggunakan tas nya dan berlari. Kemudian disaat itu, Lee Yeon datang
dan memayungi nya.
“Kamu datang
untuk mengantarku pulang?” tanya Ji A, terkejut dan senang.
“Lebih baik
tidak berjalan saat hujan,” balas Lee Yeon sambil tersenyum. “Pekerjaanmu? Kamu
sudah menyelesaikan tugas harianmu?” tanyanya, perhatian.
“Aku hanya
perlu menyunting beberapa bagian dengan secepat kilat,” jawab Ji A, bercerita.
Lee Yeon kemudian memberitahu bahwa dia tidak membawa mobil. Dia sengaja, karena dia ingin berjalan pulang dengan Ji A. Sebab setelah ada kedua orang tua Ji A, maka waktu berkencan mereka akan berkurang. Lalu dia memeluk Ji A dengan manja dan meminta Ji A untuk mentraktirnya. Dan Ji A tertawa serta mengiyakan.
Lee Yeon dan
Ji A memakan sepiring mie instant sambil berebutan. Dan saling bersikap perhatian.
“Aku
bahagia. Orang tuaku menungguku di rumah dan kamu ada di sampingku,” kata Ji A,
senang. “Impian masa kecilku terwujud, jadi, aku penasaran siapa yang bisa
membantu mewujudkannya untukmu.”
“Aku
bertanya-tanya bagaimana rasanya menjadi manusia,” gumam Lee Yeon.
“Aku tidak
peduli kamu manusia atau rubah berekor sembilan. Yang penting adalah kita
bersama sekarang,” balas Ji A sambil bersandar di bahu Lee Yeon dan tersenyum.