Original
Network : Channel 7
Media televisi menyiarkan betapa mewahnya
pers konferensi pertunangan Amat. Tapi tim Nai tidak merasa bersemangat sama
sekali melihatnya.
Ketika media memperlihatkan seset perhiasan
yang Amat kenakan, Nai dan Patcharee sangat terkejut. Karena design nya sangat
mirip, mulai dari kalung dan anting nya. Lalu mereka memeriksa perusahaan apa
yang membuat seset perhiasan tersebut.
“ML Jewelry dari Hongkong,” kata Patcharee,
setelah dia memeriksa.
Media : “Sangat
disayangkan, aksesoris yang dikenakan di pers konferensi yang seharusnya
berasal dari designer Thailand, tidak jadi dimunculkan disini.”
Mendengar berita tersebut, Paul sangat puas.
Saham perusahaan Crown Diamond jatuh banyak
akibat kejadian ini. Dan karena itu, Paramee langsung jatuh sakit. Dia
merasakan sakit yang sangat di dadanya dan agak sulit untuk bernafas. Melihat
itu, Nai sangat khawatir dan langsung memerintahkan pelayan untuk menelpon
ambulans.
Net datang ke rumah sakit. Melihat Nai, dia
langsung menanyai, apa yang dokter katakan. Dan Nai pun menjelaskan. Paramee
menderita penyakit arteri koroner akut. Lalu ketika suster meminta tanda tangan
wali, Net langsung memberikan tanda tangannya.
“Aku akan kembali ke kantor. Aku akan melihat
apa ada sesuatu yang penting yang bisa aku lakukan untuk Paramee disana.
Untukmu, tetap disini dan jaga dia,” jelas Net.
“Khun Net…”
“Kamu pikir tentang masalah pekerjaan, hanya
kamu yang bisa melakukannya untuk Khun Paramee?” tanya Net dengan ketus.
“Lupakan. Kam telah menyebabkan banyak kerugian untuk Crown Diamond.”
“Aku tidak berpikir seperti itu. Aku hanya
berpikir bahwa ketika Ayah sakit, dia pasti ingin kamu berada didekatnya dan
menemaninya,” balas Nai, menjelaskan.
“Lagian hanya dokter yang bisa mendekatinya,”
balas Net. Lalu dia langsung pergi.
Mendengar, stok perusahaan jatuh, Paul merasa
biasa saja. Tapi ketika dia mendengar,
Nai tidak datang, Paul merasa ada yang aneh.
Dan datang ke rumah sakit untuk menemani Nai.
Disaat Dan dan Nai berpengangan tangan, Dr.
Kashane merasa sedih dan cemburu. Melihat itu, Patcharee merasa kasihan
kepadanya dan langsung mendekatinya.
“Apa kamu tidak berencana untuk memberitahukan
kondisi pasien?” tanya Patcharee, mengingatkan. Lalu dia memanggil Nai.
Mendengar panggilan itu, Nai pun baru
menyadari keberadaan Dr. Kashane. “Bagaimana kondisi Ayahku?” tanya Nai, ingin
tahu.
“Professor sukses melakukan angioplasty
kepada Khun Paramee. Kita tinggal menunggu dan melihat kondisi nya saja. Jangan
khawatir, Khun Nai,” jelas Dr. Kashane.
Dengan perhatian, Dan memegang tangan Nai.
“Paman sudah aman sekarang. Kita bisa mengunjunginya nanti,” katanya.
“Ya,” respon Nai.
Melihat kemesraan mereka berdua, Dr. Kashane
kembali merasa sedih dan cemburu. Menyadari itu, Patcharee pun langsung
berpikir keras. Lalu dia berlari keluar.
Tidak lama kemudian, Patcharee kembali. “Khun
Dan! Apa ini nomor plat mobilmu? Satpam barusan menanyai dimana pemiliknya
untuk memindahkan mobil ini,” katanya sambil memberikan kertas kecil kepada
Dan.
“Benar ini mobilku,” kata Dan, membenarkan.
Lalu diapun pamit pergi sebentar kepada Nai. Dan Patcharee juga mengikuti nya
pergi.
Menyadari niat baik Patcharee yang sengaja
membuat Dan pergi, Dr. Kashane merasa sangat senang. Lalu dia menatap Nai dan
tersenyum.
Paul datang menjenguk Paramee. Disaat itu,
Paramee yang awalnya masih tidak sadarkan diri, mulai tersadar, dan mengigau.
Dia memegang tangan Paul yang berada didekatnya. “Anak ku. Datang kepadaku…
Datang lah, anak ku,” katanya.
Mendengar itu dan merasakan sentuhan itu, Paul
meneteskan air matanya.
Flash back
Paul teringat ketika Ibunya sakit dulu.
Ketika itu, Ibunya mengigau sampai menangis dalam kondisi tidak sadarnya. “Khun
Paramee. Mengapa kamu melakukan ini kepadaku?”
“Ibu, apa yang salah?” tanya Paul, merasa
sangat sedih melihat Ibunya menangis dan tampak sangat terluka.
Flash back end
Paul menangis. Namun dia tidak membalas
memegang tangan Paramee sama sekali. Dan ketika Paramee mulai tertidur serta
melepaskan tangannya, dia tetap diam dan tidak melakukan apapun.
Nai kemudian datang. Melihat Paul, dia merasa
sangat heran, kenapa Paul ada disini dan tahu kalau Paramee ada dirumah sakit.
Paul memalingkan wajahnya dan menlap air mata
nya dengan cepat. Lalu setelah itu barulah dia menatap ke arah Nai. “Dia sedang
tidur. Mari jangan ganggu dia,” katanya. Lalu dia berjalan keluar duluan.
“Bagaimana kamu tahu Ayah ada disini?” tanya
Nai.
“Khun Net yang memberitahuku. Jadi aku buru-
buru ke sini,” jawab Paul dengan sikap biasa saja.
“Aku tidak pernah menyangka bahwa seseorang
sepertimu memiliki hati untuk peduli tentang Ayahku,” komentar Nai.
“Mungkin aku hanya ingin mengisap nya,” canda
Paul.
“Jika kamu benar- benar begitu, maka kamu
tidak akan melihatnya dengan tatapan kepedulian di matamu,” kata Nai dengan
yakin.
“Kapan kamu memasuki hatiku? Hanya dengan
melihat kamu bisa tahu apa yang aku pikirkan,” balas Paul sambil tersenyum.
Lalu dia mendekati Nai. “Hm?”
Tepat disaat itu, Dan serta Patcharee
kembali. Melihat mereka, Paul pun langsung pamit dan pergi. Lalu dengan kesal,
Dan mulai mengomel.
Mendengar omelannya, Nai malas menanggapi dan
pamit untuk menjenguk Ayahnya. Dan Patcharee mengikuti Nai.
Dan tiba- tiba mendapatkan telpon dari Kat,
wanita yang sedang didekatinya. Dengan suara pelan, dia menjawab telpon
tersebut. “Halo, Kat… Aku sedang dirumah sakit… Aku disini mengunjungi teman
Ayahku… Hanya pria tua biasa saja. Aku tidak tahu, dia akan mati hari ini atau
besok. Aku ke sini sekedar demi kesopanan saja… Sejujurnya, aku tidak ingin ke
rumah sakit. Disini bau obat dan banyak orang sakit… Malam ini ditempat biasa
kan? Okay, sampai jumpa nanti.”
Dari belakang, Paul mendengarkan semua
pembicaraan tersebut. Lalu dengan sinis, dia tersenyum menatap Dan.
Dikantor. Sekretaris melapor kepada Singkorn
bahwa kemarin orang- orang Nai ada pergi ke kantor polisi, dan kabarnya polisi
ada mendapatkan bukti. Mendengar itu, Singkorn merasa agak panik dan cemas.
Mee melapor kepada Nai bahwa barusan dia ada
mendapatkan kabar dari kantor polisi, bodyguard yang menyebabkan masalah kepada
mereka, para polisi masih belum bisa menemukannya.
“Dia mungkin sudah melarikan diri sekarang.
Dia tidak mungkin tinggal dan membiarkan polisi menangkapnya dengan mudah,”
kata Paul dengan yakin.
“Tapi polisi ada menemukan bukti. Lihat ini
Khun Nai,” jelas Mee sambil menunjukkan sesuatu di ponselnya.
Diluar kantor. Para karyawan mengintip dan
menguping untuk mengetahui apa yang dibicarakan didalam. Kemudian disaat itu,
Singkorn datang. Dan dengan gugup, mereka langsung kembali ke meja masing-
masing dan bekerja.
“Aku dengar kamu ada mendapatkan bukti?”
tanya Singkorn secara langsung, begitu dia masuk ke dalam kantor Nai.
“Kamu kelihatan sangat khawatir tentang ini
Khun Singkorn,” komentar Paul.
“Tentu saja! President menyuruhku untuk
mengurus ini. Aku ke sini, karena mana tahu aku bisa membantu,” balas Singkorn.
Dan Nai percaya pada perkataannya.
Tanpa rasa curiga sama sekali, Nai
memperlihatkan bukti yang diberikan oleh Mee barusan. Dan ketika melihat foto
bukti diponsel Mee, Singkorn merasa heran. Karena itu hanyalah foto paku- paku
kecil.
“Itu penyebab mobil Khun Nai memiliki
masalah,” kata Mee, menjelaskan. Dan Singkorn merasa lega. Sedangkan Paul merasa
gugup.
“Ini pasti dari pesaing kita. Termaksud
bodyguard, supir, dan paku ini,” kata Singkorn, menggunakan kesempatan untuk
melemparkan kesalahan kepada orang lain dan membersihkan dirinya sendiri.
“ML Jewelry?” tanya Patcharee.
“Benar. Maasalah terjadi di perusahaan kita,
dan hanya ML yang diuntungkan dari hal itu,” kata Singkorn dengan sikap sangat
percaya diri.
“Dan … apa kamu tidak berpikir, mungkin saja
ini seseorang dari perusahaan kita yang melakukannya?” tanya Paul dengan
sengaja.
“Apa yang kamu maksud Paul?” tanya Net, tidak
mengerti.
“Ini terlalu sempurna, segala yang telah
terjadi. Terkadang, konflik yang ada mungkin saja bukan terjadi dari luar
perusahaan,” jelas Paul sambil menatap Singkorn dengan penuh arti.
Mendengar itu, Singkorn mulai emosi. Dan
dengan sikap tenang, Paul tersenyum serta menjelaskan bahwa dia hanya
berkomentar saja.
Ketika Mee keluar dari ruangan kantor Nai,
para karyawan langsung mengerubunginya dan menanyai apa yang terjadi di dalam
barusan. Dan dengan capek, Mee menggeleng- gelengkan kepalanya serta menghela
nafas.
Ditempat parkir. Singkorn berniat untuk
menabrak Paul, tapi kemudian tidak jadi. “Aku akan melepaskanmu kali ini. Tapi
jika kamu masih bertindak pintar seperti hari ini, lain kali aku tidak akan menginjak
rem nya,” katanya, mengancam Paul.
Namun Paul sama sekali tidak takut. Seperti
biasa, dia tersenyum dengan tenang. “Kamu tidak akan berani melakukannya secara
terang- terangan, karena takut orang akan menangkapmu. Kamu lebih suka
melakukannya secara diam- diam, dan tidak membiarkan orang lain tahu,” katanya
dengan yakin.
Mendengar itu, Singkorn menarik kerah baju
Paul dan mencengkram kepala belakang Paul. “Kamu tidak ingin terluka seperti
terakhir kali kan? Minion sepertimu, jika aku benar- benar ingin
menyingkirkanmu, itu sangat mudah,” katanya dengan tajam.
Tepat disaat itu, Net datang. Dan Singkorn
langsung melepaskan Paul. Lalu dengan sikap tenang, Paul pamit kepada Singkorn
dan pergi.
Diruangan kantor Net. Dengan tajam, Net
menanyai, apa yang ingin Singkorn lakukan kepada Paul barusan. Dan dengan
jujur, Singkorn menjawab bahwa dia ingin membunuh Paul. Lalu ketika Net
meneriaki namanya. Dia langsung menjelaskan bahwa dia tidak akan berani
melakukan apapun kepada orang favorite Net, dia hanya ingin mengajari Paul
caranya menghormati orang lain.
“Biasanya Paul tidak bersikap seperti itu,”
kata Net, membela Paul. “Kamu jangan membuat masalah kecil jadi besar! Khun
Paramee dirumah sakit saja, itu sudah cukup merepotkan! Jangan ganggu Paul
lagi,” tegas nya.
“Tentu,” balas Singkorn sambil memegang tangan Net dengan lembut. “Oh ya, berapa lama Khun Paramee akan dirawat dirumah sakit?” tanyanya, ingin tahu.