Sinopsis Lakorn- Fah Mee Tawan Episode 5/2

 

Original Network : Channel 7

Media televisi menyiarkan betapa mewahnya pers konferensi pertunangan Amat. Tapi tim Nai tidak merasa bersemangat sama sekali melihatnya.

Ketika media memperlihatkan seset perhiasan yang Amat kenakan, Nai dan Patcharee sangat terkejut. Karena design nya sangat mirip, mulai dari kalung dan anting nya. Lalu mereka memeriksa perusahaan apa yang membuat seset perhiasan tersebut.

“ML Jewelry dari Hongkong,” kata Patcharee, setelah dia memeriksa.

Media : “Sangat disayangkan, aksesoris yang dikenakan di pers konferensi yang seharusnya berasal dari designer Thailand, tidak jadi dimunculkan disini.”

Mendengar berita tersebut, Paul sangat puas.


Saham perusahaan Crown Diamond jatuh banyak akibat kejadian ini. Dan karena itu, Paramee langsung jatuh sakit. Dia merasakan sakit yang sangat di dadanya dan agak sulit untuk bernafas. Melihat itu, Nai sangat khawatir dan langsung memerintahkan pelayan untuk menelpon ambulans.

Net datang ke rumah sakit. Melihat Nai, dia langsung menanyai, apa yang dokter katakan. Dan Nai pun menjelaskan. Paramee menderita penyakit arteri koroner akut. Lalu ketika suster meminta tanda tangan wali, Net langsung memberikan tanda tangannya.

“Aku akan kembali ke kantor. Aku akan melihat apa ada sesuatu yang penting yang bisa aku lakukan untuk Paramee disana. Untukmu, tetap disini dan jaga dia,” jelas Net.

“Khun Net…”


“Kamu pikir tentang masalah pekerjaan, hanya kamu yang bisa melakukannya untuk Khun Paramee?” tanya Net dengan ketus. “Lupakan. Kam telah menyebabkan banyak kerugian untuk Crown Diamond.”

“Aku tidak berpikir seperti itu. Aku hanya berpikir bahwa ketika Ayah sakit, dia pasti ingin kamu berada didekatnya dan menemaninya,” balas Nai, menjelaskan.

“Lagian hanya dokter yang bisa mendekatinya,” balas Net. Lalu dia langsung pergi.

Mendengar, stok perusahaan jatuh, Paul merasa biasa saja. Tapi ketika dia mendengar,  Nai tidak datang, Paul merasa ada yang aneh.

Dan datang ke rumah sakit untuk menemani Nai.


Disaat Dan dan Nai berpengangan tangan, Dr. Kashane merasa sedih dan cemburu. Melihat itu, Patcharee merasa kasihan kepadanya dan langsung mendekatinya.


“Apa kamu tidak berencana untuk memberitahukan kondisi pasien?” tanya Patcharee, mengingatkan. Lalu dia memanggil Nai.

Mendengar panggilan itu, Nai pun baru menyadari keberadaan Dr. Kashane. “Bagaimana kondisi Ayahku?” tanya Nai, ingin tahu.

“Professor sukses melakukan angioplasty kepada Khun Paramee. Kita tinggal menunggu dan melihat kondisi nya saja. Jangan khawatir, Khun Nai,” jelas Dr. Kashane.


Dengan perhatian, Dan memegang tangan Nai. “Paman sudah aman sekarang. Kita bisa mengunjunginya nanti,” katanya.

“Ya,” respon Nai.

Melihat kemesraan mereka berdua, Dr. Kashane kembali merasa sedih dan cemburu. Menyadari itu, Patcharee pun langsung berpikir keras. Lalu dia berlari keluar.


Tidak lama kemudian, Patcharee kembali. “Khun Dan! Apa ini nomor plat mobilmu? Satpam barusan menanyai dimana pemiliknya untuk memindahkan mobil ini,” katanya sambil memberikan kertas kecil kepada Dan.

“Benar ini mobilku,” kata Dan, membenarkan. Lalu diapun pamit pergi sebentar kepada Nai. Dan Patcharee juga mengikuti nya pergi.


Menyadari niat baik Patcharee yang sengaja membuat Dan pergi, Dr. Kashane merasa sangat senang. Lalu dia menatap Nai dan tersenyum.



Paul datang menjenguk Paramee. Disaat itu, Paramee yang awalnya masih tidak sadarkan diri, mulai tersadar, dan mengigau. Dia memegang tangan Paul yang berada didekatnya. “Anak ku. Datang kepadaku… Datang lah, anak ku,” katanya.

Mendengar itu dan merasakan sentuhan itu, Paul meneteskan air matanya.


Flash back

Paul teringat ketika Ibunya sakit dulu. Ketika itu, Ibunya mengigau sampai menangis dalam kondisi tidak sadarnya. “Khun Paramee. Mengapa kamu melakukan ini kepadaku?”

“Ibu, apa yang salah?” tanya Paul, merasa sangat sedih melihat Ibunya menangis dan tampak sangat terluka.

Flash back end



Paul menangis. Namun dia tidak membalas memegang tangan Paramee sama sekali. Dan ketika Paramee mulai tertidur serta melepaskan tangannya, dia tetap diam dan tidak melakukan apapun.


Nai kemudian datang. Melihat Paul, dia merasa sangat heran, kenapa Paul ada disini dan tahu kalau Paramee ada dirumah sakit.

Paul memalingkan wajahnya dan menlap air mata nya dengan cepat. Lalu setelah itu barulah dia menatap ke arah Nai. “Dia sedang tidur. Mari jangan ganggu dia,” katanya. Lalu dia berjalan keluar duluan.


“Bagaimana kamu tahu Ayah ada disini?” tanya Nai.

“Khun Net yang memberitahuku. Jadi aku buru- buru ke sini,” jawab Paul dengan sikap biasa saja.

“Aku tidak pernah menyangka bahwa seseorang sepertimu memiliki hati untuk peduli tentang Ayahku,” komentar Nai.

“Mungkin aku hanya ingin mengisap nya,” canda Paul.


“Jika kamu benar- benar begitu, maka kamu tidak akan melihatnya dengan tatapan kepedulian di matamu,” kata Nai dengan yakin.

“Kapan kamu memasuki hatiku? Hanya dengan melihat kamu bisa tahu apa yang aku pikirkan,” balas Paul sambil tersenyum. Lalu dia mendekati Nai. “Hm?”


Tepat disaat itu, Dan serta Patcharee kembali. Melihat mereka, Paul pun langsung pamit dan pergi. Lalu dengan kesal, Dan mulai mengomel.

Mendengar omelannya, Nai malas menanggapi dan pamit untuk menjenguk Ayahnya. Dan Patcharee mengikuti Nai.


Dan tiba- tiba mendapatkan telpon dari Kat, wanita yang sedang didekatinya. Dengan suara pelan, dia menjawab telpon tersebut. “Halo, Kat… Aku sedang dirumah sakit… Aku disini mengunjungi teman Ayahku… Hanya pria tua biasa saja. Aku tidak tahu, dia akan mati hari ini atau besok. Aku ke sini sekedar demi kesopanan saja… Sejujurnya, aku tidak ingin ke rumah sakit. Disini bau obat dan banyak orang sakit… Malam ini ditempat biasa kan? Okay, sampai jumpa nanti.”

Dari belakang, Paul mendengarkan semua pembicaraan tersebut. Lalu dengan sinis, dia tersenyum menatap Dan.


Dikantor. Sekretaris melapor kepada Singkorn bahwa kemarin orang- orang Nai ada pergi ke kantor polisi, dan kabarnya polisi ada mendapatkan bukti. Mendengar itu, Singkorn merasa agak panik dan cemas.


Mee melapor kepada Nai bahwa barusan dia ada mendapatkan kabar dari kantor polisi, bodyguard yang menyebabkan masalah kepada mereka, para polisi masih belum bisa menemukannya.

“Dia mungkin sudah melarikan diri sekarang. Dia tidak mungkin tinggal dan membiarkan polisi menangkapnya dengan mudah,” kata Paul dengan yakin.

“Tapi polisi ada menemukan bukti. Lihat ini Khun Nai,” jelas Mee sambil menunjukkan sesuatu di ponselnya.



Diluar kantor. Para karyawan mengintip dan menguping untuk mengetahui apa yang dibicarakan didalam. Kemudian disaat itu, Singkorn datang. Dan dengan gugup, mereka langsung kembali ke meja masing- masing dan bekerja.


“Aku dengar kamu ada mendapatkan bukti?” tanya Singkorn secara langsung, begitu dia masuk ke dalam kantor Nai.

“Kamu kelihatan sangat khawatir tentang ini Khun Singkorn,” komentar Paul.

“Tentu saja! President menyuruhku untuk mengurus ini. Aku ke sini, karena mana tahu aku bisa membantu,” balas Singkorn. Dan Nai percaya pada perkataannya.

Tanpa rasa curiga sama sekali, Nai memperlihatkan bukti yang diberikan oleh Mee barusan. Dan ketika melihat foto bukti diponsel Mee, Singkorn merasa heran. Karena itu hanyalah foto paku- paku kecil.


“Itu penyebab mobil Khun Nai memiliki masalah,” kata Mee, menjelaskan. Dan Singkorn merasa lega. Sedangkan Paul merasa gugup.

“Ini pasti dari pesaing kita. Termaksud bodyguard, supir, dan paku ini,” kata Singkorn, menggunakan kesempatan untuk melemparkan kesalahan kepada orang lain dan membersihkan dirinya sendiri.

“ML Jewelry?” tanya Patcharee.

“Benar. Maasalah terjadi di perusahaan kita, dan hanya ML yang diuntungkan dari hal itu,” kata Singkorn dengan sikap sangat percaya diri.

“Dan … apa kamu tidak berpikir, mungkin saja ini seseorang dari perusahaan kita yang melakukannya?” tanya Paul dengan sengaja.

“Apa yang kamu maksud Paul?” tanya Net, tidak mengerti.



“Ini terlalu sempurna, segala yang telah terjadi. Terkadang, konflik yang ada mungkin saja bukan terjadi dari luar perusahaan,” jelas Paul sambil menatap Singkorn dengan penuh arti.

Mendengar itu, Singkorn mulai emosi. Dan dengan sikap tenang, Paul tersenyum serta menjelaskan bahwa dia hanya berkomentar saja.

Ketika Mee keluar dari ruangan kantor Nai, para karyawan langsung mengerubunginya dan menanyai apa yang terjadi di dalam barusan. Dan dengan capek, Mee menggeleng- gelengkan kepalanya serta menghela nafas.


Ditempat parkir. Singkorn berniat untuk menabrak Paul, tapi kemudian tidak jadi. “Aku akan melepaskanmu kali ini. Tapi jika kamu masih bertindak pintar seperti hari ini, lain kali aku tidak akan menginjak rem nya,” katanya, mengancam Paul.


Namun Paul sama sekali tidak takut. Seperti biasa, dia tersenyum dengan tenang. “Kamu tidak akan berani melakukannya secara terang- terangan, karena takut orang akan menangkapmu. Kamu lebih suka melakukannya secara diam- diam, dan tidak membiarkan orang lain tahu,” katanya dengan yakin.

Mendengar itu, Singkorn menarik kerah baju Paul dan mencengkram kepala belakang Paul. “Kamu tidak ingin terluka seperti terakhir kali kan? Minion sepertimu, jika aku benar- benar ingin menyingkirkanmu, itu sangat mudah,” katanya dengan tajam.


Tepat disaat itu, Net datang. Dan Singkorn langsung melepaskan Paul. Lalu dengan sikap tenang, Paul pamit kepada Singkorn dan pergi.


Diruangan kantor Net. Dengan tajam, Net menanyai, apa yang ingin Singkorn lakukan kepada Paul barusan. Dan dengan jujur, Singkorn menjawab bahwa dia ingin membunuh Paul. Lalu ketika Net meneriaki namanya. Dia langsung menjelaskan bahwa dia tidak akan berani melakukan apapun kepada orang favorite Net, dia hanya ingin mengajari Paul caranya menghormati orang lain.

“Biasanya Paul tidak bersikap seperti itu,” kata Net, membela Paul. “Kamu jangan membuat masalah kecil jadi besar! Khun Paramee dirumah sakit saja, itu sudah cukup merepotkan! Jangan ganggu Paul lagi,” tegas nya.



“Tentu,” balas Singkorn sambil memegang tangan Net dengan lembut. “Oh ya, berapa lama Khun Paramee akan dirawat dirumah sakit?” tanyanya, ingin tahu.

Post a Comment

Previous Post Next Post