Original
Network : Channel 7
Net menemui dua kenalannya untuk meminta
bantuan mereka. Dia ingin mereka berbicara kepada suami mereka agar membantu
kasus keponakannya, Gina. Dan sebagai imbalannya dia memberikan sebuah cincin
berlian kepada mereka.
“Dia baru saja di promosi. Dia tidak boleh
terlibat dengan kasus seperti ini,” tolak kenalan pertama. Dan Net merasa
stress harus bagaimana lagi.
Ketika acara makan siang telah selesai, dan
mereka bertiga berpisah. Net tidak sengaja mendengar pembicaraan mereka berdua
dibelakangnya.
“Aku menyesal karena berliannya sangat
cantik. Mungkin lain kali, kamu bisa mendapatkan yang lebih cantik lagi,” kata
kenalan kedua.
“Dia hanya wanita simpanan. Wanita jenis itu,
kita hanya cukup mengucapkan ‘halo’ secara sopan di acara- acara. Untuk
membantunya, itu tidak sia- sia saja,” balas kenalan pertama.
“Tapi Khun Paramee perhatian padanya di
publik,” kata kenalan kedua.
“Jika begitu, mengapa tidak seorang pun
pernah melihat dia mengenakan Pink Rose Collection? Yang Khun Dara selalu kenakan
itu. Ini jelas bahwa wanita jenis itu berbeda level dengan mantan istrinya,”
balas kenalan pertama. Lalu mereka berdua tertawa dengan keras.
Mendengar pembicaraan mereka berdua, Net
sangat kesal sekali. Namun dia tidak berdaya dan tidak bisa melakukan apapun
untuk membela dirinya.
Net curhat kepada Paul bahwa tampaknya dia
harus mencari cara lain untuk membantu Gina, tapi dia tidak tahu caranya apa
lagi. Dan Paul menawarkan diri untuk membantu Net mencari bukti kalau Gina
memang tidak bersalah. Mengetahui kalau Paul ingin membantunya, Net merasa
sangat tersentuh.
“Aku siap melakukan segalanya untuk memuaskan
mu,” kata Paul sambil tersenyum. Dan Net senang dengannya.
Paul pergi ke bagian keamanan didalam club
dan melihat rekaman CCTV pada malam kejadian. Tapi ada bagian rekaman yang
hilang. Dan untuk membuat si petugas mau memberitahunya, Paul pun memberikan
sedikit tip kepada si petugas.
“Benar, ada yang mengambil sebagian
rekamannya. Karena kamu berteman dengan seniorku, maka aku mau memberitahumu ini,” kata si petugas.
“Bukankan biasanya ada file cadangan?” tanya
Paul sambil memberikan tip lagi kepada si petugas.
“Iya,” jawab si petugas sambil menunjukkan
filenya kepada Paul. “Silahkan kamu lihat. Tapi jangan lama- lama. Bos ku akan
segera datang,” jelasnya.
Flash back
Didepan kamar mandi, Kat sengaja menabrak
Gina dengan kuat sehingga Gina terjatuh. Lalu secara diam- diam dia memasukkan
obat terlarang miliknya ke dalam tas Gina.
Ketika polisi datang menghampiri Gina, Kat
langsung pergi bersama dengan Dan.
Flash back end
Melihat rekaman tersebut, Paul teringat
dengan apa yang dilihatnya malam itu. Ketika Kat dan Dan pergi secara diam-
diam dari club.
Gina akhirnya di bebaskan. Dan Gina sangat
senang sekali. Tapi mengetahui apa yang terjadi, dia merasa sangat kesal kepada
Kat.
“Mulai dari sekarang, aku melarang mu untuk
keluar malam- malam lagi,” kata Ranee, memperingatkan Gina. Dan Gina merasa
agak keberatan, tapi dia tidak melawan.
“Ma, ngomong- ngomong, siapa yang menemukan
bukti untuk membantuku?” tanya Gina, ingin tahu.
“Pria bernama Paul, orang tante mu,” jawab
Ranee. Dan mendengar itu, Gina tersenyum senang dan penuh arti.
Paul memberikan bukti rekaman CCTV kepada
polisi. Dan Nai datang ke sana untuk ikut melihat rekaman itu juga. Lalu ketika
dia melihat Dan, dia merasa terkejut, sedih, terluka, serta kecewa sekali.
“Kamu sudah tahu tentang Dan, kan?” tanya
Nai.
“Iya. Tapi itu bukan urusanku,” balas Paul
dengan sikap acuh. “Mengapa kamu peduli? Dengan pekerjaan dan image mu di
masyarakat, pada akhirnya dia akan memilihmu. Atau dengan kata lain, dia puas
denganmu.”
Mendengar itu, Nai merasa tambah sedih dan
terluka. Lalu diapun berjalan pergi. Dan melihat itu, Paul merasa bersimpati
padanya.
“Itu yang terbaik yang bisa kukatakan,” gumam
Paul.
Paramee merasa tidak senang, karena ada
masalah yang terjadi kepada seseorang didalam rumahnya, tapi tidak ada yang
memberitahunya. Dan Net beralasan bahwa dia hanya tidak ingin Paramee merasa
stress dan dia ingin Paramee lebih banyak beristirahat. Selain itu, dia bisa
mencari cara untuk menanganinya.
“Jadi bagaimana kamu menanganinya?” tanya
Paramee, ingin tahu.
“Paul menemukan bukti bahwa Gina bukan
pemilik obat terlarang tersebut. Dan Nai pergi membantu P’Ranee sekarang. Jadi
jangan khawatir,” jawab Net, memberitahu.
Ketika Dan serta Kat sedang bermesraan, Nai
datang. Dengan panik, Dan langsung melepaskan tangan nya yang di peluk oleh
Kat.
“Nai, ini tidak seperti itu,” kata Dan,
menahan tangan Nai agar jangan pergi. Dengan kuat, Nai langsung menampar wajah
Dan. Lalu dia berjalan pergi.
Dan ingin mengejar Nai. Tapi Kat menahan
tangan Dan. Lalu kemudian, Dan mendapatkan telpon dari Ayahnya, dan dia pun
langsung menjawabnya.
“Halo, Ayah… Apa?! Polisi memanggilku untuk
di pertanyakan? …”
Mengetahui apa yang terjadi, Dan menatap ke
arah Kat. Sementara Kat merasa sangat gugup serta panik sekali.
Ketika Dan keluar dari kantor polisi bersama
dengan pengacaranya, dia langsung dikerubungi oleh para wartawan. Saat para
wartawan mengajukan pertanyaan, pengacara Dan yang menjawab.
“Mereka hanya kenalan saja. Mengenai obat
terlarang, Khun Dan sama sekali tidak terlibat,” kata si pengacara, menjelaskan
dengan singkat.
“Dari rekaman CCTV, kami melihat kamu dekat
dengan Khun Kat,” tanya wartawan.
“Sudah di bilang tidak ada apa- apa!” jawab
Dan, kesal. Lalu dia langsung pergi begitu saja serta menghindari para
wartawan.
Saat Dan menelpon, Nai mengabaikannya.
Melihat itu, Patcharee bertanya dengan heran. Dan Nai langsung mematikan telpon
tersebut. “Lanjutkan,” perintah Nai. Dan dengan patuh, Patcharee lanjut
membacakan jadwal- jadwal Nai.
Sedangkan Paul hanya diam saja. Ketika Nai
sudah menandatangani dokumen yang dibawa nya, diapun langsung pergi dari
ruangan.
Ketika Paul keluar dari ruangan, dia bertemu
dengan Dan. “Kamu pikir dia ingin berbicara kepadamu sekarang?” tanyanya,
mengingatkan.
“Ada apa denganmu?!” balas Dan, kesal. “Ini
antara aku dan Nai. Tidak melibatkan karyawan rendah sepertimu,” katanya dengan
kasar.
Mendengar itu, Paul mendengus. “Ini jam
kerja. Bukan waktu untuk kamu perbaikan atau membuat alasan kepada pacarmu.”
Dan adalah orang yang mudah emosi. Jadi
ketika Paul mengatakan itu, dia langsung menarik kerah Paul serta ingin
memukulnya. Dan melihat itu, para karyawan langsung menarik Dan supaya
melepaskan Paul serta jangan membuat keribuatan di kantor.
Lalu kemudian, Nai dan Patcharee keluar dari
ruangan. “Alasan aku keluar adalah supaya kamu bisa mengerti. Jadi kamu tidak
perlu menyia- nyiakan waktumu.”
“Apa maksudmu?” tanya Dan, tidak mengerti.
“Aku sudah membuat keputusan. Dari sekarang,
tidak peduli kemana kamu pergi atau dengan siapa, silahkan saja. Kita putus,”
jelas Nai dengan tegas. Lalu dia kembali masuk ke dalam ruangannya.
“Nai!” teriak Dan, memanggil.
“Khun Nai sudah mengatakan dengan jelas. Jadi
aku harap kamu tidak berteriak di perusahaan kami lagi Khun Dan,” jelas
Patcharee dengan sopan. Lalu dia ikut masuk kembali ke dalam ruangan.
Mendengar itu, Paul tersenyum kepada Dan.
Begitu juga dengan para karyawan yang lain. Dengan kesal, Dan pun langsung
pergi darisana.
Ranee membawa Gina ke dalam kamar Net untuk
mengucapkan terima kasih. Lalu setelah itu, dia meminta Gina untuk keluar,
karena ada yang ingin dibicarakannya dengan Net.
“Aku ingin berterima kasih kepadamu sekali
lagi,” kata Ranee dengan sikap lembut.
“Tidak perlu, kamu sudah tahu bahwa aku tidak
ingin membantumu,” balas Net dengan ketus. “Ini kesalahan ku, karena dulu
bergantung pada seseorang sepertimu!”
“Ya ampun! Itu benar. Tapi apa yang kamu
miliki sekarang, semuanya adalah hasil bantuan ku,” balas Ranee dengan sikap
masih lembut. “Dari sekarang, jika kamu masih menjaga ku dan putriku dengan
baik, aku berjanji bahwa rahasia yang kamu sembunyikan dari Khun Paramee, tidak
akan pernah keluar dari mulutku!” janjinya. Lalu dia tersenyum dengan sinis
kepada Net dan pergi.
Dengan kesal, Net melampiaskan emosinya
dengan melempar pakaian- pakaian yang ada didekat nya.
Dr. Kashane merasa bersimpati dengan Nai,
karena terlibat dengan pacar yang jahat. Lalu dia mengakui dengan jujur kepada
Paul bahwa dia sebenarnya menyukai Nai, tapi dia tahu kalau Nai tidak peduli
dengan nya, dan status mereka tidak cocok. Dia hanya orang biasa, sedangkan Nai
adalah wanita kelas atas.
“Jangan terlalu memandang rendah dirimu
sendiri, kawan,” kata Paul, menasehati. “Khun Nai hanya wanita biasa yang
kebetulan dan sangat beruntung mengambil tempat seseorang. Itu saja. Dia bukan
wanita kelas atas yang tidak bisa diraih.”
“Apa maksudmu?” tanya Dr. Kashane, tidak
mengerti.
“Tidak ada. Hanya bicara saja. Jangan
dipikirkan,” jelas Paul dengan gugup, karena barusan dia tidak sengaja
keceplosan.
Jam pulang kerja. Ketika Nai pergi ke tempat
parkir, dia bertemu dengan Dan yang menunggunya disana. Dan tampak sedikit
mabuk.
Dan menjelaskan kepada Nai bahwa dia tidak
ingin mereka putus. Juga dia hanya mencintai Nai saja, sedangkan wanita yang
lain hanya wanita biasa yang datang dan pergi. Lalu dengan paksa, dia memeluk
Nai.
Tepat disaat itu, Paul datang. Dia mendorong
Dan serta menyelematkan Nai. Dengan kesal, Dan memukul Paul, karena Paul ikut
campur dalam urusannya. Dan Paul pun balas memukulnya berkali- kali. Melihat
itu, Nai menarik Paul untuk berhenti.
“Aku akan memberitahu Ayahku! Apa kamu tahu,
anak siapa aku?! Ayahku akan mengurus mu, brengsek!” ancam Dan.
“Paul, ayo pergi dari tempat ini,” ajak Nai,
merasa khawatir kepada Paul.
“Pengecut!” teriak Dan.
Paul mengantarkan Nai pulang menggunakan
mobil Nai. Sedangkan mobilnya sendiri dia tinggalkan di tempat parkir.
Nai menangis. Dia tidak pernah menyangka
kalau Dan ternyata adalah orang yang seperti itu. Dan Paul menasehati Nai untuk
bersyukur, karena walaupun Nai menjadi sedih hari ini, namun setidaknya ini
lebih baik daripada nantinya telat.
“Kamu berbicara seperti kamu pernah sedih
akibat cinta seperti ku sebelumnya,” komentar Nai.
“Bukan aku. Tapi…” kata Paul. Lalu dia
berhenti berbicara sebelum dia sempat keceplosan. Dan Nai tidak terlalu
memikirkan itu.
Setelah agak tenang, Nai meminta Paul untuk
menepikan mobil. Lalu dia mengambil obat dan mengobati dahi Paul yang terluka.
“Maaf, kamu terluka karena aku lagi,” kata
Nai.
“Tidak apa,” balas Paul sambil menatap mata
Nai. Dan melihat mata Paul juga, Nai sempat merasa terpesona.
Ketika mobil dibelakang membunyikan klakson,
Nai langsung tersadar dan mengalihkan tatapannya, lalu dia duduk dengan gugup.
Dan Paul lanjut mengemudi.
Selesai mandi, Paul menatap luka didahinya
sambil tersenyum kecil dan mengingat kembali kejadian di dalam mobil barusan.
Nai menyisir rambutnya sambil tersenyum-
senyum sendirian. Lalu ketika tersadar, dia langsung berhenti tersenyum.
Pagi hari. Dan datang menemui Nai.
Sebenarnya, Nai tidak merasa senang, tapi karena Net memberikan tatapan
mengancam dan mencengkram lengannya dengan erat, maka Nai pun bersedia untuk
berbicara dengan Dan. Dengan senang, Dan mengucapkan terima kasih atas bantuan
Net kepadanya.
“Silahkan berbicara dengan bebas. Ketika
sudah selesai, biarkan Dan mengantarkanmu bekerja,” kata Net sambil menatap Nai
dengan tajam.
Ketika Paul datang ke kantor, dia terus
tersenyum. Dan melihat itu, Mee mengomentari Paul sebagai orang aneh, karena
wajah Paul terluka, tapi anehnya Paul malah tersenyum bahagia.
Lalu senyum Paul langsung menghilang, disaat
dia melihat Nai datang bekerja bersama dengan Dan. Bahkan mereka berdua tampak
sangat dekat, karena Nai membiarkan Dan memegang tangannya.
“Kamu tahu bahwa aku menyetujui kamu untuk
mengantarkan aku, itu karena Net,” kata Nai. Lalu dia menarik tangannya dan
berjalan pergi.
Mendengar itu, Mee tertawa keras. Dan Paul
kembali tersenyum.
Lift diarea penambangan terjatuh, sehingga
banyak pekerja yang terluka. Dan Boss pekerja langsung memanggil ambulans.
Patcharee melaporkan kejadian tersebut kepada
Nai serta Singkorn. Satu pekerja meninggal dan banyak yang terluka. Juga
sekarang mereka harus memperbaiki lift nya, jadi untuk sementara area
penambangan ditutup. Dan karena area penambangan ditutup, maka itu berdampak
kepada produk baru mereka yang masih di produksi.
“Ini masalah nyawa. Kita harus membayar biaya
rumah sakit mereka, termaksud memberikan kompesansi kepada pekerja,” kata Nai,
meminta persetujuan Singkorn.
“Ini alasan kamu memanggilku ke sini?” tanya
Singkorn dengan sikap acuh. Mendengar itu, Ting, Patcharee, dan Nai, sama- sama
merasa terkejut dengan tanggapan Singkorn. “Aku tidak setuju. Kecelakaan yang
terjadi, itu karena kelalaian pekerja disana. Selain itu biasanya aku yang
menangani situasi ini, jadi biarkan aku saja yang menanganinya sekarang,” jelasnya.
“Tapi sekarang kita sedang ditengah negosiasi
kontrak dengan Khun Wichai. Jika sesuatu terjadi, aku takut pihak lain tidak
akan mau memperpanjang kontrak,” jelas Nai, menyampaikan pendapat dan
kekhawatirannya.
“Aku pernah menangani masalah seperti ini,
sebelum kamu mulai berkerja disini. Kamu mungkin baru, jadi kamu terkejut.
Biarkan aku yang menanganinya, kamu tidak perlu ikut campur,” balas Singkorn,
tanpa rasa hormat sama sekali. “Ng. Kamu tidak perlu mencapekkan dirimu,”
jelasnya. Lalu dia pergi.
Dikantor. Ting menceritakan kepada rekan-
rekannya tentang apa yang baru saja terjadi diruang rapat. Dan mengetahui apa
yang terjadi, semuanya merasa kasihan kepada Nai. Karena di depan Paramee,
Singkorn selalu tampak mendukung dan baik kepada Nai. Tapi dbelakang Paramee,
Singkorn malah menekan dan meremehkan Nai.
Saat Gina datang bekerja, dengan perhatian,
dia membelikan segelas minuman untuk Paul. Ketika yang lain meminta, dia menyarankan
mereka untuk membeli sendiri di café bawah. Dan banyak pria yang merasa kecewa.
“Hey! Kamu kembali bekerja sekarang? Aku
pikir kamu sudah berhenti?” tanya Ting dengan sinis.
“Aku juga tidak mau datang. Tapi Mama ku
terus ngomel dirumah, jadi aku datang deh,” jawab Gina dengan jujur. “Jadi
jangan berikan banyak pekerjaan padaku ya. Aku mudah capek,” pintanya.
“Heh! Jika kamu takut capek, jangan
berkerja!” ejek Ting, ketus.
“Benarkah?” tanya Gina, menganggap serius.
Dengan kesal, Ting ingin memberi Gina
pelajaran. Tapi para pria menahannya dan meminta nya untuk tenang. Melihat itu,
Paul hanya diam saja dan menggeleng- gelengkan kepalanya.
Lanjuut..lanjuut..
ReplyDeleteLanjut..... ....
ReplyDelete