Original Network : Channel 7
Nai khawatir kalau sakit kepala
Paul, itu disebabkan oleh kejadian sebelumnya. Tapi Paul tidak mau ke rumah
sakit untuk diperiksa, jadi Nai pun mengantarkannya pulang ke rumah. Sesampainya
dirumah, Paul mengatakan bahwa dia sudah baikan, jadi dia menyuruh Nai untuk
pergi. Namun Nai tidak mau. Dia berniat untuk menghubungi Dr. Kashane agar
segera pulang.
“Kamu tidak perlu melakukan
apapun. Pergi saja,” usir Paul.
“Apa kamu punya obat penahan
sakit? Aku akan mengambilkannya untukmu,” kata Nai, menawarkan diri. Dan Paul
tidak menolak.
Tiba- tiba terjadi pemadaman
listrik. Dan Paul menjelaskan bahwa ini sering terjadi, tapi sebentar lagi
listrik pasti akan menyala. Jadi jika Nai takut, maka dia menyarankan supaya
Nai pulang saja. Tapi Nai menolak. Dia menggunakan lampu senter di ponselnya
dan masuk ke dalam rumah.
Dengan perhatian, Paul ikut masuk
ke dalam rumah dan mengawasi nya. Melihat Nai yang tampak serius mencari obat
ditempatnya, dia tersenyum kecil.
“Ada lilin,” gumam Nai. Lalu dia
menyadari keberadaan Paul. “Mengapa kamu berdiri? Kembali dan duduk,”
perintahnya.
Nai kemudian berniat menyalakan
lilin yang ditemukannya, tapi dia tidak sengaja mengenai tangannya, sehingga
diapun merasa kaget sendiri.
Melihat itu, Paul langsung
mendekati Nai dan memeriksa tangannya. “Apa kamu baik- baik saja?” tanyanya,
perhatian. Lalu dia meniup tangan Nai. “Apa kamu sakit?”
Merasakan perhatian dari Paul,
Nai terdiam untuk sesaat sambil menatapnya. “Aku baik- baik saja,” jawab Nai.
“Tapi apa kepalamu masih sakit?”
Paul menatap Nai dengan lembut,
lalu secara perlahan dia mendekatkan wajahnya. Nai balas menatap Paul dengan
lembut, lalu dia menutup kedua matanya.
Tepat ketika bibir mereka berdua
hampir bersentuhan, lampu kembali menyala. Dan Paul pun langsung tersadar dan
menjauhi Nai.
Paul tiba- tiba mengingat
kenangan dulu. Kenangan saat Paramee lebih memilih membawa Nai ke rumah sakit,
daripada menjenguk Ibunya.
Paul juga mengingat kedekatan
antara Nai dan Paramee. Dan mengingat kebencian Paramee kepada dirinya, saat
Paramee lebih mempercayai Singkorn.
Mengingat itu, Paul menjauhi Nai
dan membelakangi nya. “Aku pikir kamu harus pergi,” usirnya. Dan Nai merasa
sangat bingung dengan sikap Paul yang tiba- tiba berubah kepadanya. “Aku bilang
pergi!” teriak Paul, penuh emosi.
Dengan perasaan terluka, Nai
menatap punggung Paul. Lalu dia pergi darisana.
Ketika Nai bermain judi dan
kalah, dia merasa agak kesal. Lalu seorang pria mendekatinya (Si kenalan yang bertemu
dengan Singkorn di bar di episode sebelumnya). Si kenalan menyentuh tangan Net
dengan lembut dan tersenyum kepada Net. “Gunakan keberutungan ku. Aku jamin,
kamu akan menang di ronde ini,” katanya, percaya diri.
Mendengar itu, Net tersenyum
manis padanya. Lalu dia membiarkan si Kenalan untuk bermain menggantikannya.
Dan hasilnya, si Kenalan menang. “Kamu benar- benar beruntung,” pujinya.
“Aku akan mencoba sekali lagi
untuk melihat jika aku benar- benar beruntung atau tidak,” balas si Kenalan
sambil menatap Net.
Ketika Nai barusaja akan pergi,
dia berpapasan dengan Paman Paul yang datang. Dan melihat itu, Nai mengerutkan
dahinya.
Paman memberitahu Paul bahwa dia
punya hal penting yang perlu di diskusikan. Lalu tiba- tiba terdengar suara
teriakan Nai yang berusaha masuk ke dalam rumah, tapi ditahan oleh bodyguard
Paman.
“Aku akan pergi cek,” kata Paul.
Ketika Paul keluar, Nai langsung
menanyai nya, kenapa Ken dari ML Jewelry datang menemui Paul. Dan Paul menolak
untuk memberitahu. Karena Paul menolak, Nai pun jadi percaya bahwa Paul
bekerjasama dengan ML Jewelry untuk menghancurkan Crown Diamond. Dan dia
menanyai dengan ketus, apakah Paul tidak malu melakukan sesuatu seperti ini
demi uang, karena ini menjijikkan baginya.
“Malu? Jika kamu mengejekku, kamu
mengejek dirimu sendiri. Karena kamu juga menjual dirimu demi keuntungan,” kata
Paul, merendahkan Nai.
Mendengar itu, Nai merasa terluka
dan menampar Paul.
Tepat disaat itu, Dr. Kashane
pulang. Dan Paul menyuruhnya untuk membawa Nai pergi dari tempatnya. Lalu dia
pergi menemui Paman Ken Yang yang menunggu di atas.
Nai ingin menghentikan Paul. Tapi
Dr. Kashane langsung menahannya. “Aku akan bicara kepada Paul. Ini sudah larut,
kamu harus pulang,” bujuknya.
Dengan terpaksa, Nai pun pergi darisana.
“Sejak kamu kecil sampai sekarang, kamu adalah
orang yang pintar. Kamu tidak pernah membuatku mengkhawatirkan mu. Tapi aku
pikir jika Dara masih hidup, dia tidak akan ingin kamu melakukan ini,” kata Paman Ken Yang, mengomentari sikap
Paul.
“Aku tidak akan mengubah pikiranku,” balas Paul,
keras kepala.
“Tapi kamu
harus kembali ke Hong Kong denganku. Kembali ke ML. Bersiaplah,” perintah
Paman Ken Yang dengan tegas. “Itu saja
yang ingin ku beritahu,” jelas nya.
Lalu diapun pergi.
Tepat setelah Paman Ken Yang
bicara, Dr. Kashane masuk ke dalam rumah. “Mengenai Crown Diamond itu kamu kan?” tanyanya. Dan Paul diam.
Patcharee merasa sangat bangga,
karena dia mengira dugaannya terhadap Paul itu benar. Paul adalah mata- mata
dari ML Jewelry. Dan dia menyarankan Nai untuk jangan pedulikan Paul, karena
Paul tidak layak.
Mendengar itu, Nai hanya diam
saja. Dia mengingat segala kebaikan dan perhatian Paul kepadanya. Dan mengingat
itu, dia merasa semakin kecewa kepada Paul sekarang. “Segalanya
hanyalah rencananya,” gumamnya,
kecewa.
Si Kenalan berhasil memenangkan
banyak ronde judi untuk Net setiap harinya. Dan Net sangat senang, karena itu
dia semakin bersikap intim dengannya.
Ketika si Kenalan dan Net minum
bersama, Net teringat akan Paul. “Melihatmu
membuatku teringat akan seseorang. Seseorang yang pernah aku sukai. Dia tampan,
berbakat, dan pintar, dia juga banyak membantuku,” katanya, bercerita.
“Kamu terlalu memuji dia. Aku mulai cemburu
sekarang,” balas si
Kenalan sambil cemberut manis.
Melihat itu, Net tertawa. “Jangan cemburu
padanya. Kamu baik apa adanya.”
Si Kenalan membawa Net yang sudah
agak mabuk dan lemas ke dalam kamar hotel. “Kita harus memajukan hubungan kita ke level
yang lebih dalam,” katanya. Lalu dia mendekati Net untuk menciumnya.
Tapi sebelum si Kenalan sempat
mencium Net, tiba- tiba terdengar suara ketukan di pintu. Dan si Kenalan pun
pergi ke dekat pintu serta mengintip keluar melalui lubang kecil dipintu. Tapi
anehnya, tidak ada siapapun diluar. Dengan penasaran, si Kenalan pun membuka
pintu kamar untuk memeriksa.
Tepat disaat itu, Singkorn muncul
dan menendang nya. “Aku hanya menyuruhmu untuk menyenangkannya
sesaat, bukan mengambil kesempatan seperti ini! Karena wanita ini milikku!” kata
Singkorn, marah. “Jika kamu
bermimpi terlalu tinggi lagi, aku tidak akan mengampunimu!” jelasnya,
memperingatkan.
“Aku minta maaf, Singkorn,” kata si Kenalan, takut.
Singkorn kemudian membawa Net
pergi dengannya.
Paul memasukkan baju- baju nya ke
dalam koper.
Keesokan harinya. Patcharee
datang untuk menangkap Paul dan memberinya pelajaran. Tapi ternyata, Paul sudah
tidak ada di rumah lagi dan kamar nya sudah kosong.
Dr. Kashane juga merasa sangat
terkejut, karena dia mengira Paul masih berada di dalam kamar.
Dihotel. Ketika Nai sedang
mengobrol dengan seorang klien, dia melihat Paman Ken Yang lewat.
“Kamu kenal
Mr. Ken Yang?” tanya
Klien, saat melihat Nai menatap ke arah Paman Ken Yang. Dan Nai
mengiyakan. “Aku dengar dia akan pulang ke Hongkong hari
ini,” katanya, memberitahu.
“Ng… kalau
begitu, aku permisi,” kata Nai.
Nai mengikuti Paman Ken Yang
sampai ke loby. Dan disana dia melihat, Paul masuk ke dalam mobil bersama Paman
Ken Yang.
Patcharee menceritakan kepara
orang- orang di kantor bahwa Paul kabur dan sudah pulang ke Hongkong hari ini.
Mengetahui itu, banyak orang yang kesal kepada Paul.
Tepat disaat itu, Dan datang
serta mendengar pembicaraan mereka semua. “Paul
sudah pergi?” tanyanya. “Aku tahu… dia bukan
orang yang bisa di percaya.
Tapi Paman kan sudah memasukkan nya ke penjara, bagaiamana dia bisa bebas? Oh
ya, apa yang Nai katakan?”tanyanya,
bergosip dengan penuh semangat.
“Kamu perlu
membicarakan ini kepada Khun Nai langsung,” balas Patcharee.
“Nai mungkin
lega, lintah pengisap darah itu akhirnya pergi,” kata Dan dengan sangat yakin.
Singkorn
memberitahu Net bahwa dengan situasi seperti sekarang, Paramee pasti akan
bersedia untuk menjual sahamnya. Dan dengan senang, Net memuji kehebatan
Singkorn, karena berhasil membuat Paramee untuk menjual sahamnya.
“Kita harus
berterima kasih kepada Paul yang menjadi kambing hitam kita dan sekarang sudah
pergi,” kata
Singkorn, merasa puas.
Dari
jauh, Ratnee yang kebetulan lewat tidak sengaja mendengar pembicaraan mereka
berdua. Dan lalu Singkorn memergokinya serta menangkap nya.
“Kamu
menguping?” tanya Net,
tidak senang.
“Apa kamu
tahu bahwa orang yang berisik itu umur nya singkat?” ancam
Singkorn, secara halus.
“Aku sepupu
Net. Net dan aku ada dikapal yang sama sejak awal. Terserah apa yang kalian
berdua lakukan, memiliki aku untuk membantu kalian, bukankah itu lebih baik?” katanya,
menawarkan diri nya. “Sebelumnya,
aku ada membantu Net mendapatkan apa yang dia inginkan,” katanya,
mengingatkan Net, sambil tersenyum penuh arti.
Melihat
itu, Net merasa kesal dan tidak nyaman.
Paramee
duduk diruang makan dan merenung.
Flash
back
Ketika
Dara memberikan semua sahamnya kepada Paramee, dia mengatakan bahwa dia yakin
kalau Paramee akan bisa membuat Crown Diamond semakin besar.
“Untukmu dan
anak kita, aku akan melakukannya,” kata Paramee, berjanji. Lalu dia mengelus
perut Dara dengan penuh perhatian.
Flash
back end
“Aku ingin
menjaga segalanya untukmu dan anak kita, tapi sekarang kalian tidak disini
lagi. Aku harus menjaga perusahaan terus maju. Jadi tolong jangan kecewa, Dara,” gumam
Paramee dengan ekspresi sedih.
Keesokan
harinya. Paramee mengadakan rapat dan memberitahu para dewan direksi serta para
pemegang saham bahwa demi memperbaiki situasi perusahaan dengan cepat, maka dia
akan menjual sahamnya. Mengetahui itu, Nai merasa terkejut serta khawatir.
“Apa ini
berarti perusahaan baru yang akan datang, mereka akan memiliki autoritas yang
sama dalam mengatur perusahaan seperti kamu?” kata Kasin, mengajukan pertanyaan.
“Jangan
khawatir semuanya. Ada seseorang yang akan membantu dalam masalah uang dan
manajemen, bukankah itu hal yang baik?” balas Singkorn, menenangkan.
“Siapa
investor baru yang akan menuntun perusahaan kita ke global?” tanya
seorang dewan direksi lain.
“ML Group.
Perusahaan besar dari Hongkong,” jawab
Singkorn.
Mendengar
nama ML, Nai merasa terkejut dan ingin memberitahu Paramee sesuatu. Tapi Net
mengacamnya untuk diam. Jadi diapun diam.
Setelah
rapat selesai, Net, Singkorn, dan Paramee, berkumpul didalam kantor. Singkorn
menenangkan Paramee untuk jangan khawatir, karena setiap orang kelihatannya
sudah setuju. Dan Paramee mengiyakan. Lalu dia bertanya- tanya, apa yang
barusan ingin Nai katakan pada saat rapat tadi.
“Dia mungkin
mempedulikan tentang beberapa saham yang kamu jual,” kata
Singkorn.
“Benar. Aku
menebak kalau Nai takut bahwa asetmu akan berkurang,” kata Net, menjelekkan
Nai.
“Omong
kosong! Nai bukan orang yang seperti itu,” balas Paramee, tidak percaya. Dan Net
langsung cemberut.
Patcharee
sangat tidak menyukai Paul, jadi dia terus berbicara buruk tentang Paul.
Mendengar itu, Dr. Kashane mengingatkan Patcharee bahwa Paul adalah temannya,
jadi dia ingin Patcharee berbicara lebih baik.
“Dokter, kamu
melihat dia sebagai teman, tapi apa dia melihat kamu sebagai teman? Dia bahkan
tidak ada menghubungimu, kan?” tanya
Patcharee dengan sinis.
“Dia mungkin
punya alasan sendiri,” balas Dr.
Kashane.
“Kamu terlalu
optimis. Tampaknya aku perlu mengatur teman- temanmu dari sekarang,” gumam
Patcharee.
“Apa?” tanya Dr.
Kashane, heran.
Dengan
gugup, Patcharee terdiam dan berpikir. Lalu dia menjelaskan dengan agak
tergagap. “Aku berniat
baik. Aku hanya tidak ingin kamu bertemu orang jahat,” katanya,
beralasan.
“Benarkah?” balas. Dr.
Kashane, tidak terlalu percaya.
Saking
gugupnya, Pathcaree tidak sadar bahwa gelas yang dituangnya sudah kepenuhan.
Sehingga air yang dituangnya pun tumpah. Melihat itu, Dr. Kashane menggeleng-
gelengkan kepalanya.
Para
karyawan terkejut saat mengetahui kalau ML akan menjadi investor baru di
perusahaan mereka. Dan lalu disaat itu, Gina datang membawa Paman Ken Yang ke
dalam ruang rapat tim Nai.
“Aku Ken
Yang. Aku mungkin tidak perlu memperkenalkan diriku terlalu banyak, kan?” kata Paman
Ken Yang dengan ramah, menyapa Nai.
Nai
tidak mengerti, kenapa Paman Ken Yang datang menemuinya, bukan Paramee. Dia
mengira Paman Ken Yang ingin mengakui bahwa Paman Ken Yang benar telah
mempekerjakan Paul untuk menghancurkan perusahaan mereka.
“Aku jamin
bahwa aku tidak pernah mempekerjakan Paul untuk melakukan apapun seperti yang
kamu katakan,” tegas Paman
Ken Yang.
“Kemudian
kamu ingin memberitahuku bahwa Paul difitnah?” tanya Nai, tampak tidak percaya.
Diluar
ruangan. Gina menguping pembicaraan antara Nai dan Paman Ken Yang. Dan disaat
itu, Singkorn lewat.
Melihat
Paman Ken Yang berada didalam ruangan bersama Nai, dia langsung masuk dan
menyapa Paman Ken Yang dengan semangat.
“Mengapa kamu
tidak memberitahuku bahwa kamu akan datang?” tanya Singkorn. “Supaya aku
bisa menyambutmu dengan lebih baik.”
“Aku hanya ingin mengecek Crown Diamond sebelum kita menandatangani kontrak secara resmi,” balas Paman Ken Yang. “Sampai jumpa disaat itu,” katanya. Lalu diapun pergi.
Lanjut.....semangat!!!!!!
ReplyDelete