Original
Network : jTBC Netfix
“Bagaimana aku membuktikan dia melakukannya demi kepentingan
umum?” gumam Kang Sol A, berpikir keras.
Tepat disaat itu, Kang Sol B pulang. Dan dengan bersemangat, Kang
Sol A menyambutnya. Tapi Kang Sol B hanya diam serta masuk ke dalam kamar
mandi.
Wakil Dean Ju merasa sangat stress dan terus minum- minum untuk
meluapkan perasaan stress nya.
Jong Hoon memperhatikan bungkus gula yang Joon Hwi temukan.
Flash
back
Joon Hwi melihat Kang Sol B membuang sesuatu ke dalam tempat sampah. Dan sikap nya tampak agak mencurigakan. Jadi karena penasaran, Joon Hwi memeriksa ke dalam tempat sampah dan menemukan bungkus gula tersebut.
Joon Hwi kemudian pergi ke ruangan Byung Ju dan memeriksa tempat
kejadian sambil mengingat kesaksian Jong Hoon pada hari reka adegan.
“Awalnya, kemasan gula itu ada di lantai,” gumam Joon Hwi sambil
membayangkan. “Setelah dia pakai… kemasan itu tertinggal di atas meja.”
Lalu Joon Hwi melemparkan sebuah tissue, dan tissue tersebut jatuh
tepat di dekat kaki meja. Seperti gula yang Jong Hoon temukan. “Kemasan gula
itu. Siapa yang menjatuhkannya dan kenapa dijatuhkan?” gumam Joon Hwi, berpikir
keras.
Flash
back end
Bok Gi dan Ye Beom mengira Penjaga Dong sedang tidak ada ditempat.
Jadi mereka berniat untuk menggunakan kesempatan itu untuk menfotocopy buku
yang mereka bawa, setelah itu mereka akan meninggalkan bayaran, dan pergi. Tapi
sebelum mereka sempat menfotocopy buku mereka, tiba- tiba mereka mendengar
suara aneh. Dan ketika mereka menatap ke bawah, mereka bertemu dengan mata
Penjaga Dong yang tersenyum aneh dan disinari dengan lampu biru. Dengan
terkejut, mereka berdua langsung melompat ke belakang sambil menjerit.
“Hakim dan jaksa masa depan. Kalian masuk ke toko kosong dan
menyalin hasil kerja orang sebagai bahan belajar?” tanya Penjaga Dong dengan
serius. “Tidak akan kubiarkan itu terjadi. Pergi!” usirnya sambil menyemprot
mereka dengan air.
Dengan panik, Bok Gi bersembunyi dibelakang Ye Beom. Dan Ye Beom
berusaha untuk menjelaskan bahwa mereka melakukan ini, karena harga buku cetak
mereka terlalu mahal, dan mereka memohon agar Penjaga Dong membantu mereka,
mahasiswa miskin.
“Tak peduli semahal apa pun itu, kau melanggar Hak Cipta dari buku
Undang-undang Hak Cipta. Haruskah kuabaikan kisah ironis ini?” tanya Penjaga
Dong.
“Itu bukan buku cetak wajib, hanya tambahan. 50.000 won untuk buku
itu adalah pemerasan,” kata Ye Beom, menjelaskan dengan sikap menyedihkan.
“Apakah aku pemerasnya?” balas Penjaga Dong. “Jika butuh sebagian,
salin saja bagian itu,” katanya, menyarankan.
“Kami tak diberi tahu bagian yang diperlukan agar kami
membelinya,” balas Bok Gi dengan sikap takut- takut.
“Itu tidak adil,” komentar Penjaga Dong. “Protes ke profesor
kalian,” teriaknya, kemudian. Lalu dia kembali menyemprotkan air kepada mereka
berdua.
Dengan panik, Bok Gi dan Ye Beom langsung berlari pergi. Tepat
disaat itu, Eun Suk datang. Dan tanpa sengaja, Penjaga Dong menyemprot
wajahnya.
“Kau mau mati?” tanya Eun Suk dengan sikap mengintimidasi. Dan
dengan ngeri, Penjaga Dong langsung berjalan mundur.
Penjaga Dong menceritakan apa yang terjadi kepada Eun Suk.
Menurutnya Prof. Jung yang menggantikan posisi Jong Hoon, dia terlalu
memanfaatkan para murid. Prof. Jung bermain curang dengan menyuruh para murid
untuk membeli buku Istrinya. Kepadahal Prof. Jung bisa saja menyalinkan untuk
para murid.
Dalam kelasnya. Eun Suk membahas tentang Kompensasi Hak Cipta. Sebelum
mulai, dia membagikan salinan dari buku Prof. Jung kepada para murid dan menyarankan
para murid, kalau Prof. Jung hanya akan mengajar menggunakan sebagian isi buku
saja, jadi karena itu mereka tidak perlu membelinya. Mendengar itu, setiap
murid merasa senang, karena Eun Suk berpihak kepada mereka.
“Dia menyayangi muridnya. Profesor Kim! Aku mencintaimu,” teriak
Bok Gi. Dan semua nya juga ikut berteriak. “Aku mencintaimu!”
Eun Suk kemudian mulai mengajar. Dia membahas topik tentang
Plagiarisme tesis, yang diajukan oleh Ji Ho.
“Plagiarisme tesis. Itu topik yang seru,” kata Eun Suk dengan
bersemangat. “Anggap saja, aku menjiplak tesis milik Kang Sol B, yang duduk di
sini. Apa itu pelanggaran?” tanyanya.
“Jika dijiplak, seharusnya iya,” jawab Bok Gi.
“Plagiarisme tidak sama dengan pelanggaran. Pelanggaran hak cipta
harus disertai dengan faktor subjektif dan objektif. Biasanya plagiarisme
adalah isu etis, tapi itu bukan pelanggaran hak cipta yang melibatkan hukuman
dan kompensasi,” kata Kang Sol B, menjawab juga.
“Ya, batas antara plagiarisme dan pelanggaran hak cipta sangatlah
samar,” kata Eun Suk, membenarkan.
“Kau punya contoh pelanggaran hak cipta yang sempurna barusan.
Mereka mendapatkan salinan ilegal buku cetak,” kata Kang Sol B, menyindir Eun
Suk.
Mendengar itu, Eun Suk sulit menjaga senyum di wajahnya.
Jong Hoon menasehati Eun Suk untuk sabar, karena Kang Sol B memang
seperti itu. Dan Eun Suk pun bersabar. Lalu dia membahas tentang kasus ‘Ortu
Jahat’. Dan Jong Hoon menjelaskan bahwa dia sedang menulis surat tanggapannya,
tapi yang nantinya akan mengurus kasus ini, bukanlah dia, tapi Kang Sol A.
“Dia akan kesulitan,” komentar Eun Suk, kasihan. “Hanya kau yang
mampu.”
Kang Sol A mengaku pada Jong Hoon bahwa dia tidak mampu mengurus
kasus ‘Ortu Jahat’, dan dia meminta maaf karena sudah mengecewakan Jong Hoon
yang mempercayai nya.
“Aku belum memercayaimu, cobalah lagi,” kata Jong Hoon.
Mendengar itu, Kang Sol A langsung menggelengkan kepalanya dan
menolak. “Aku tak tahu caranya membuktikan bahwa aksinya untuk publik, bukan
dendam pribadi. Itu situs pribadinya. Dia pernah dituntut atas pencemaran nama
baik oleh orang tua lain yang gagal membayar tunjangan anak dan datanya
dibocorkan di situsnya, sampai dia didenda,” gumamnya, menjelaskan.
“Apa itu masalah?” tanya Jong Hoon.
“Itu artinya ada kemungkinan besar untuknya didenda lagi…” gumam
Kang Sol A dengan pelan. Lalu tiba- tiba dia berhenti, karena mendapatkan
pencerahan. “Klien ini telah dituntut oleh begitu banyak orang yang menolak
membayar tunjangan anak, bukan hanya oleh suaminya! Artinya, tindakannya bukan
semata-mata untuk kepentingan pribadi agar suaminya bertanggung jawab. Dia juga
bekerja sama dengan informan untuk mendatangi MOGEF demi mempublikasi kasus ini
dan protes di hadapan Lembaga Dewan Nasional,” katanya dengan bersemangat.
Mendengar itu, Jong Hoon hanya diam dan tersenyum saja. Lalu tiba-
tiba perut Kang Sol A berbunyi karena lapar. Dan Jong Hoon pun menyarankan nya
untuk makan dulu.
“Apa kau sudah makan? Kalau kau traktir jjajangmyeon…” kata Kang
Sol A.
“Aku tak pernah makan dengan muridku,” sela Jong Hoon sambil
tersenyum geli.
Keluar dari ruangan Jong Hoon, Kang Sol A memukul kepalanya
sendiri dengan buku, karena merasa malu. Lalu dia menghubungi Ye Seul untuk
menanyai, dimana dia. Sebab selama beberapa hari ini, Ye Seul tidak ada kabar.
Kelas Wakil Dean Ju diliburkan. Dan semuanya merasa tidak
menyangka.
Kang Sol B menghampiri Asisten Wakil Dean Ju,dan menanyai dengan
cemas, kenapa kelas Wakil Dean Ju diliburkan. Dan si Asisten memberitahu bahwa
Wakil Dean Ju tidak masuk, karena sakit.
“Kau sudah ambil laptopmu dari profesor?” tanya si Asisten,
teringat.
“Ya, petugas keamanan memberikannya padaku,” jawab Kang Sol B,
pelan.
Seung Jae tidak sengaja mendengarkan pembicaraan antara mereka
berdua. Lalu ketika si Asisten berjalan melewatinya, dia memanggil si Asisten.
“Ada yang ingin kutanyakan.”
Pengacara Park datang ke tempat Penjaga Dong sambil membawakan
makanan untuknya. Lalu dia mengeluh supaya Penjaga Dong berhenti meminta
makanan padanya, karena dia sudah membayar semua utangnya. Tapi Penjaga Dong
mengabaikan keluhannya itu dan menyuruhnya untuk mulai menyalin. Dan Pengacara
Park menolak serta ingin pergi saja.
“Boleh kuceritakan pada istrimu tentang gadis yang kau incar?”
ancam Penjaga Dong.
“Lakukan,” jawab Pengacara Park, pura- pura berani. Lalu ketika
Penjaga Dong mengertak nya sedikit, dia langsung takut sendiri. “Maksudku, akan
kulakukan,” katanya.
Pengacara Park mengerjakan tugas Penjaga Dong sambil mengomel
kalau Penjaga Dong melakukan hal ilegal. Dan Penjaga Dong menjelaskan bahwa ini
tidak ilegal, tapi pemegang hak ciptanya yang meminta nya untuk memberikan
salinan buku ke para murid.
“Pemegang hak cipta?” tanya Pengacara Park, ingin tahu.
Tepat disaat itu, Jong Hoon datang. Ternyata itu adalah buku milik
Jong Hoon. Dia yakin dia akan segera dibebaskan, jadi dia akan memakai buku itu
nantinya untuk mengajar.
“Dia menyuruhmu membantunya memenangkan persidangan,” kata Penjaga
Dong, menjelaskan maksud Jong Hoon.
“Sudah menemuinya?” tanya Jong Hoon.
“Siapa?” tanya Penjaga Dong, ingin tahu.
“Sudah. Tapi dia memilih untuk bungkam, meski ada yang
menyuruhnya. Dia akan bicara jika tuntutan akhirnya berbunyi kekerasan fisik,”
jawab Pengacara Park.
“Orang gila yang menusuk Prof. Yang?” gumam Penjaga Dong.
“Dia sangat skeptis dan licik,” keluh Pengacara Park.
“Kuminta kesediaannya. Tunjukkanlah dan katakan aku akan datang,”
kata Jong Hoon, bersikap murah hati.
“Baik,” kata Pengacara Park dengan senang. “Dia membayar jasaku
menggunakan uang tunai,” katanya, bercerita. “Oh ya. Aku datang untuk itu. Ayo
bersiap untuk sidangnya. Aku punya dakwaan dan daftar bukti penyelidikan, lalu
aku pergi ke Kantor Kejaksaan, dan menyalin catatan investigasi,” katanya,
memberitahu dengan bangga.
Jong Hoon menfotocopy semua data kasus nya yang dibawa oleh
Pengacara Park. Lalu dia membawa Pengacara Park ke ruangan kelompok belajar dan
membagikan semua salinan tersebut. Melihat salinan tersebut, Bok Gi merasa
kagum, karena itu berasal dari dokumen asli. Sementara Kang Sol A merasa terkejut,
karena ada banyak bukti yang tertulis di dokumen tersebut.
“Kalau begitu aku akan tamat, berkat semua bukti ini,” kata Jong
Hoon, mengomentari perkataan Kang Sol A.
Dengan bingung, Kang Sol A menatap Joon Hwi. Dan Joon Hwi pun
menjelaskan. “Pasal 318.1, Tindak Prosedur Kejahatan. Dokumen atau artikel yang disetujui oleh jaksa dan pihak tertuduh
dapat jadi bukti bila bersifat murni. Jaksa tak bisa gunakan seluruh bukti.
Pihak tertuduh harus setuju,” jelas nya.
“Jika dia tak menyetujui apa pun, bukti dianggap tidak ada?” tanya
Kang Sol A.
“Kenapa tidak ada…” keluh Pengacara Park. Dan semuanya menatapnya.
“Aku tak punya waktu untuk menjelaskannya…” katanya, ingin menghindar.
“Kami punya. Satu menit 30 detik,” kata Jong Hoon sambil melihat
jam nya.
“Penolakan bukti biasanya menyangkal keabsahannya, tapi untuk apa
pihak tertuduh menyangkal senjatanya?” jelas Pengacara Park.
“Lalu kenapa kita lakukan ini?” tanya Kang Sol A, tidak mengerti.
“Bukti disahkan secara tertulis. Pernyataan kita kepada jaksa, laporan
pemeriksa medis, dan catatan pamanku. Dengan semua itu, kita berkesempatan
untuk berkata, "Orang itu berbohong.",” jawab Joon Hwi, menjelaskan.
Dan Pengacara Park membenarkan dengan
rasa kagum kepada Joon Hwi.
“Jika kita abaikan dokumennya?” tanya Kang Sol A, lagi. Dan Jong
Hoon menyuruh Pengacara Park untuk menjawab nya lagi.
“Kita akan panggil saksi atau si penulis ke pengadilan untuk
bersaksi. Lalu kita akan menilai keaslian dokumen tersebut,” jawab Pengacara
Park dengan suara kesal.
“Kenapa kau marah padaku?” keluh Kang Sol A.
Jong Hoon kemudian menyuruh para murid untuk memutuskan bukti mana
saja yang harus dia setujui. Dan Pengacara Park tidak setuju, karena ini
masalah penting. Lalu Penjaga Dong datang dengan salinan rekaman investigasi
serta membagikan itu kepada para murid. Melihat itu, Pengacara Park merasa
stress, karena Penjaga Dong dan Jong Hoon sama gilanya. Sebab itu semua adalah
dokumen asli, jadi tidak seharusnya dibagikan begitu saja kepada pihak yang
tidak bersangkutan.
“Laporan autopsinya hilang. Pemeriksanya hilang, sehingga tak bisa
diselidiki,” kata Joon Hwi, saat membaca dokumen tersebut.
“Ini akan mudah diabaikan. Menguntungkan Prof. Yang, bukan?” balas
Pengacara Park dengan sikap santai.
Jaksa Jin menanyai asistennya, apakah pemeriksa tidak bisa di
panggil. Dan si asisten menjawab bahwa dia sudah meminta kedutaan dan asosiasi
korea untuk mencari si pemeriksa, tapi mereka tidak bisa menemukan si
pemeriksa.
“Karena dia tinggal di luar negeri dan tak bisa dilacak, maka
Pasal 314, Pengecualian…” gumam Jaksa Jin, berpikir.
Pasal
314, Tindak Prosedur Kriminal. "Apabila pemberi pernyataan tak mampu
bertugas karena meninggal dunia, sakit, pindah alamat, atau alasan serupa, maka
laporan terkait dan dokumen lainnya harus diserahkan sebagai barang
bukti."
“Akui saja catatan tangannya sebagai klaim bunuh diri,” kata Ji
Ho, berpendapat.
“Bagaimana pernyataan saksinya?” tanya Jong Hoon.
“Mereka semua adalah saksimu!” teriak Pengacara Park, menunjuk
semua yang berada didalam ruangan.
“Kau benar. Semua tersangkanya ada di sini. Jika bukan dia,
berarti salah satu dari kalian berbohong,” komentar Penjaga Dong. “Sangkal
semuanya.”
“Sangkal semuanya? Lalu berapa banyak saksi yang harus kupanggil?”
keluh Pengacara Park. Lalu dia menunjuk semuanya satu persatu. “Dia, dia, dia,
dan dia. Mereka sudah bersaksi. Kau tahu cara kerjanya. Sidangnya akan terlalu
lama. Hakim tak akan panggil mereka semua,” jelasnya.
“Aku mau jadi saksi,” kata Kang Sol A, mengangkat tangannya.
Karena dia yakin kalau Jong Hoon bukanlah pelaku nya.
“Aku tak ingin dipanggil,” kata Kang Sol A, menolak menjadi saksi.
“Aku juga. Aku butuh waktu untuk belajar,” kata Ji Ho, menolak
juga.
“Seung-jae dan aku bahkan tak ada di lokasi,” kata Bok Gi.
Jong Hoon membuat keputusan. Dia ingin Pengacara Park untuk
menyangkal pernyataan Wakil Dean Ju terlebih dahulu. Dan jadikan Wakil Dean Ju
sebagai saksi pertama nya. Karena Wakil Dean Ju ada mengubah alibi.
Lalu tiba- tiba Jong Hoong mendapatkan pesan dari Wakil Dean Ju
yang mengajak untuk bertemu. Jadi diapun mengakhiri pertemuan sekarang dan
pergi untuk mengambil laptopnya. Mendengar itu, Kang Sol B merasa agak panik.
Sedangkan Seung Jae tampak termenung dengan tatapan kosong.
Kang Sol B segera menghubungi Wakil Dean Ju, tapi tidak bisa. Jadi
dia menghubungi Ibu Kang B dan memberitahu Ibu Kang B untuk segera menghubungi
Wakil Dean Ju.
“Pulanglah jika kau ingin bicara,” kata Ibu Kang B, menolak. Lalu
dia langsung mematikan telponnya. Dan Kang Sol B langsung berlari cepat.
Jong Hoon masuk ke dalam ruangan Byung Ju. Dan menemukan
laptopnya.
Kang Sol B sampai dirumah.
Jong Hoon duduk dan membuka laptop nya untuk memastikan bahwa itu
benar adalah laptopnya.
Kang Sol B masuk ke dalam rumah dan berteriak memanggil ‘Ayah’.
Wakil Dean Ju datang menemui Jong Hoon.
Joon Hwi dan Kang Sol A sama- sama belum pulang. Mereka membahas
tentang kasus ‘Ortu Jahat’ kemarin.
“Ini berbeda dari membocorkan data debitur. Tunjangan anak yang
menunggak bukan utang pribadi, tapi bentuk kelalaian sebagai orang tua. Negara
harus bertanggung jawab demi kelangsungan hidup anak, itulah sebabnya ini
masalah publik,” kata Kang Sol A, memberitahukan hasilnya dengan bangga.
Wakil Dean Ju membuat segelas kopi dan lalu memasukkan sebungkus
gula ke dalam nya. “Pada hari itu, aku membawa kemasan gula itu,” katanya,
bercerita.
Flash
back. PUKUL 12.25, 5 OKTOBER 2020, HARI TERJADINYA INSIDEN.
Ketika Byung Ju ingin meminum segelas kopi bersama dengan sabu-
sabu, Wakil Dean Ju datang. Dan dengan panik, dia menyembunyikan sabu- sabu
yang dipegang nya dibawah buku.
Wakil Dean Ju masuk ke dalam ruangan dan mengambil segelas kopi
sendirian. Lalu dia mengeluarkan sebungkus gula yang dibawanya. “Aku suka
manis.”
“Jika ini tentang tesis itu…” kata Byung Ju, membahas masalah
secara langsung. “kurasa aku tak bisa membiarkannya.”
Mendengar itu,Wakil Dean Ju tertegun dan menjatuhkan gula yang di
pegang nya.
Byung Ju beralasan bahwa ini sesuai perkataan Jong Hoon, aksi
ilegal terkait proses penerimaan mahasiswa Fakultas Hukum tidak layak
dimaafkan. Dan Byung Ju membalas bahwa ini sesuai perkataan Jong Hoon
juga, Byung Ju menyuap kampus, menyebutnya donasi, dan dilantik sebagai
dosen, jadi intinya, Byung Ju
tidak berhak menasehatinya seperti ini. Dan Kang Sol B hanya mengikuti
perkataan Ibu Kang B saja.
“Aku paham kenapa Hye-gyeong menyesal menikahimu,” komentar Byung
Ju. “Meski disuruh, seharusnya dia bisa menolak. Wakil Dekan, sebagai seorang
sarjana hukum terkenal, kau tentu lebih paham daripada aku. Putrimu tak
kompeten untuk menjadi petugas hukum.”
Kemudian Byung Ju mendapatkan telpon dari Jong Hoon, dan diapun
keluar dari ruangan duluan.
Wakil Dean Ju duduk dengan gelisah dan berpikir. Lalu tanpa
sengaja, dia menemukan sabu- sabu yang
Byung Ju sembunyikan. Dan kemudian dia mendapatkan sebuah ide, ketika dia
melihat gelas kopi Byung Ju yang masih belum tersentuh.
Flash back end
“Aku yang membunuhnya. Profesor Seo Byung-ju,” kata Wakil Dean Ju, mengaku. “Kau akhirnya… menemukanku,” katanya sambil tersenyum pada Jong Hoon.