Original Network : Channel 7
Paramee
menolak menyerahkan Pink Rose kepada Paul. Karena baginya, itu bukan aset
perusahaan, tapi aset Suriyakan. Dan itu dia simpan untuk anak satu- satunya.
Mendengar itu, Paul pun tidak memaksa Paramee dan pergi begitu saja.
Tepat
ketika Paul pergi, Net keluar dari rumah dan menanyai apa yang terjadi. Dan
Paramee menjawab tidak ada apa- apa, karena dia tidak mau membahas ini.
Ranee
mengikuti Nai dan menyindir nya dengan ketus, sebab Nai sangat pandai menempel
pada pria. Apalagi pria itu adalah Paul, orang yang telah melukai Paramee.
“Jangan
berpikir setiap orang seperti kamu Khun Ranee,” kata Nai, balas menyindir
Ranee. Mendengar itu, Ranee merasa kesal. Tapi Nai tidak mau memperdulikannya
lagi.
Ketika
Paul pulang, Dr. Kashane menyapanya dan mengajaknya untuk makan bersama. Tapi
karena mood Paul sedang buruk, diapun mengabaikan Dr. Kashane dan hanya meminum
air saja. Lalu setelah itu, Paul memberitahu Dr. Kashane bahwa bulan ini dia
akan menagih uang makan. Dan Dr. Kashane mengeluh serta mengatai Paul orang
kaya pelit.
“Orang
yang menerima banyak hal ditambah mengklaim barang milik seseorang menjadi
barangnya, betapa egoisnya dia?” kata Paul dengan ketus.
“Siapa
yang dia katai?” gumam Dr. Kashane, heran.
Singkorn
membayar Wirit supaya Wirit bisa melunasi hutangnya, tapi dia tidak memberikan
uang itu secara cuma- cuma. Dan dengan senang, Wirit mengatakan bahwa dia akan
melakukan apapun yang Singkorn perintahkan, contohnya Net. Mendengar itu,
Singkorn langsung menatap Wirit dengan tajam.
“Jika
kamu melewati batas dengan dia lagi, aku akan membunuhmu!” ancam Singkorn. Dan
dengan ngeri, Wirit mengiyakan. “Aku dengar kamu bekerja sebagai host dibar di
Hongkong sebelumnya?” tanya Singkorn.
“Iya,”
jawab Wirit, membenarkan.
“Aku
ingin kamu menggunakan koneksi mu untuk menyelidiki Paul Yang dan laporkan
kembali padaku,” perintah Singkorn sambil menunjukkan foto Paul. Dan Wirit
menyanggupi.
Dirapat. Paul membahas tentang pengembangan cabang ke luar negri yang sebelumnya pernah gagal, sekarang mereka memiliki klien VIP baru yang akan mendiskusikan itu dengan mereka. Jadi dia ingin Nai menlistkan secara detail tentang klien VIP baru tersebut. Itu sebenarnya pekerjaan Patcharee, tapi Paul ingin itu dikerjakan oleh Nai. Ketika Patcharee protes, Paul menutup laptopnya dengan keras, sebagai tanda kalau dia tidak senang Patcharee membantahnya.
“Dalam
2 hari klien VIP itu akan datang. Aku berharap disaat itu laporannya sudah
siap, Khun Nai,” perintah Paul. “Oh, aku lupa. Jika kamu tidak bisa
melakukannya, maka keluar. Karena kursi ini hanya untuk orang yang memiliki
kemampuan,” tegas Paul sambil tersenyum. Lalu rapat pun selesai.
Dikantor.
Setiap karyawan merasa kasihan kepada Nai, sekaligus merasa kesal kepada Paul.
Karena Paul sudah bersikap sangat keterlaluan, dengan memberikan banyak
pekerjaan kepada Nai akhir- akhir ini. Mendengar itu, Gina tidak setuju.
“Mungkin
P’Nai memang ingin melakukannya. Tempo hari aku melihat Khun Paul mengantarkan
dia pulang. Itu benar. Ibuku yang memberitahuku,” kata Gina, memberitahu.
“Kelihatannya dia bukan hanya sedang bekerja keras. Tapi juga menebarkan pesona
nya,” komentar Gina dengan ketus.
Malam
hari. Ketika Nai sedang sibuk mengerjakan pekerjaannya, Paul mengirimkan pesan.
“Aku ingin laporannya sebelum tengah
malam.” Membaca itu, Nai mendengus.
Setelah
mengirimkan pesan, Paul tersenyum senang. “Selamat bekerja keras, Khun Nai,”
gumamnya.
Dan
datang ke kantor dan mengajak Nai untuk makan malam bersama nanti. Tapi Nai
menolak, karena dia banyak pekerjaan yang harus diselesaikan hari ini, dan dia
tidak tahu kapan dia bisa menyelesaikan itu.
“Nai,
sejak Paul menjadi eksekutif, kita jadi jarang bertemu,” keluh Dan, tidak
senang. “Mengapa kamu harus bekerja dengannya? Biarkan dia mencari sekretaris
nya sendiri. Dia bisa memiliki sebanyak yang dia inginkan,” katanya,
menyarankan.
Tepat
disaat itu, Paul datang. Dia mendengar pembicaraan mereka berdua, tapi dia
tidak peduli dan berjalan melewati mereka berdua begitu saja. Melihat itu, Dan
ingin mendekati Paul serta mengajaknya berbicara. Tapi Nai menahan Dan serta
menyarankannya untuk pulang saja, nanti dia akan menghubungi Dan. Dengan
terpaksa, Dan pun pergi.
Setelah
itu, Nai berdiri disebelah Paul untuk menunggu lift. Dan Paul mengingatkan Nai
untuk jangan lupa tentang pekerjaan malam ini. Dan Nai mengiyakan.
“Kamu
tahu betapa penting nya klien yang akan kita temui,’kan?” tanya Paul. “Alasan
aku membawamu ikut denganku adalah supaya dia mau menanda tangani kontrak
dengan kita. Aku berharap kamu bisa melakukannya,” jelas Paul, mengingatkan.
“Kamu
mungkin lupa bahwa aku bekerja di Crown Diamond sebelumnya,” balas Nai dengan
percaya diri. Dan mendengar itu, Paul tersenyum penuh arti.
Paul
membawa Nai bersamanya untuk menemui Klien Joe yang akan bekerja sama dengan
Crown Diamond. Awalnya makan malam berjalan dengan lancar dan pembicaraan juga
berjalan sangat baik. Tapi setelah itu, Klien Joe mulai bersikap nakal, dia
menyentuh paha Nai. Dan dengan terkejut, Nai pun langsung berdiri dan tidak
sengaja menumpahkan air diatas meja. Melihat itu, Paul memarahi Nai serta
meminta maaf kepada Klien Joe.
Klien
Joe memberikan jasnya yang basah kepada Paul untuk dibersihkan. “Aku akan
berganti pakaian dulu diatas,” katanya dengan tidak senang.
Setelah
Klien Joe pergi, Paul kembali memarahi Nai. “Kamu tahu dia Klien yang penting!
Bagaimana jika kamu membuatnya kesal dan dia tidak mau menanda tangani kontrak
dengan kita?!”
Nai
ingin membela dirinya dan menjelaskan. Tapi Paul tidak mau mendengarkan
penjelasan Nai. Dengan kasar, dia melemparkan jas Klien Joe kepada Nai dan
menyuruh Nai untuk mengurus itu. Lalu dia mengatai Nai tidak berguna. Setelah
itu, diapun pergi duluan.
Mendengar
itu, Nai merasa terluka.
Paul
menghubungi seseorang. “Bisakah kamu datang ke kantor besok? … Aku perlu
mendiskusikan sesuatu tentang Khun Joe…
Baik…”
Tepat
disaat itu, Paul melihat Dan datang ke hotel bersama dengan seorang wanita.
Mereka berdua sangat dekat serta mesra sekali.
Nai
duduk dan menangis dengan sedih, tapi dia mencoba untuk bersikap tegar. Lalu
tiba- tiba Klien Joe datang dari belakang dan menyentuh bahunya. Dengan
terkejut, Nai langsung berdiri dan menjauh sedikit.
Melihat
reaksi Nai, Klien Joe merasa geli dan tertawa. Lalu dia mengancam Nai. “Kamu
harusnya sudah tahu, jika aku tidak menanda tangani kontrak hari ini, apa yang
akan terjadi?” ancamnya. “Sebenarnya aku bukan orang yang rumit. Aku hanya
ingin wanita cantik, datang dan berbicara kepadaku, menyenangkan ku disini dan
disana. Lalu aku akan menanda tangani kontrak,” godanya. “Khun Paul tahu itu. Itu mengapa dia membawa mu,”
katanya, memberitahu. Mendengar itu, Nai sangat terkejut sekali.
Joe
kemudian mulai mau melecehkan Nai. Lalu disaat itu Paul datang. Nai menatap
Paul dengan tatapan memohon bantuan, tapi Paul malah hanya diam dan tersenyum
saja, lalu Paul membalikkan badan nya. Melihat itu, Nai menatap Paul dengan
penuh kebencian dan dengan sekuat tenaga, dia terus berusaha mendorong Klien
Joe.
Paul
membalikkan badannya. Dia mengambil sebotol anggur. Lalu dia memukulkan itu ke
kepala Klien Joe dan menarik Klien Joe untuk melepaskan Nai.
“Kamu
berani melukai ku?!” tanya Klien Joe sambil tertawa. “Kamu berani menukar
perjanjian investasi kita untuk wanita ini?!” ejek nya.
Mendengar
itu, Paul langsung menendang Klien Joe ke dalam kolam renang. Melihat itu, Nai
merasa terkejut, karena dia tidak menyangka. Lalu dia menarik Paul dan
memintanya untuk berhenti, sebab dia baik- baik saja.
“Cobai
saja aku. Aku akan melaporkanmu atas pelecehan seksual…” kata Paul dengan
tegas. Lalu dia menatap Nai. “kepada orang ku,” lanjutnya dengan lembut.
“Jangan
pernah berharap aku akan menanda tangani kontrak dengan kalian!” ancam Klien
Joe, marah. Tapi Paul tidak tampak peduli.
Nai mengikuti
Paul. Dia mengomentari kalau Paul seharusnya tidak boleh melakukan itu kepada
Klien Joe. Dengan tidak senang, Paul menyalahkan Nai dan mengatai Nai dengan
sinis, karena demi kontrak untuk Crown Diamond, Nai rela menjual diri sendiri.
Dia menyimpulkan ini, karena barusan dia melihat Nai tidak terlalu menolak
Klien Joe.
Mendengar
itu, Nai menatap Paul dengan tajam. Lalu Paul menarik Nai ke dalam pelukannya.
“Atau kamu suka seperti ini?” tanyanya dengan suara pelan.
“Khun
Paul, lepaskan!” balas Nai sambil
mendorong Paul dengan kuat.
“Jadi
kamu tahu caranya menolak,” komentar Paul. Lalu dia menatap Nai dengan serius.
“Segala yang aku berniat untuk lakukan dan harapkan terjadi, itu akan rusak
karena mu,” katanya. Kemudian dia berjalan pergi duluan.
Singkorn
melaporkan apa yang terjadi kemarin malam kepada Paramee. Dan Paramee merasa
marah. Sedangkan Net tidak peduli dan dia juga membela Paul. Menurutnya, Klien
Joe tidak mungkin akan bertindak terlalu jauh, tapi Nai saja yang terlalu
membesar- besarkan masalah. Dan Paul pasti tahu itu, makanya dia berani
melakukannya.
“Apapun
penyebabnya, sekarang kita kehilangan klien penting,” tegas Singkorn. Mendengar
itu, Net menatap Singkorn dengan tatapan tidak senang.
“Aku
akan ke kantor,” kata Paramee, memutuskan. Lalu dia pergi untuk bersiap.
“Kamu
terlalu memihak dengan Paul,” keluh Singkorn, cemburu.
“Aku
hanya berbicara dari situasi. Khun Joe adalah pembisnis besar, dia tidak akan
melakukan sesuatu yang tidak layak,” balas Net dengan yakin.
“Tapi
kali ini dia mengacau, aku akan menggunakan ini untuk menyerangnya pada saat
rapat,” kata Singkorn, bertekad kuat.
Dikantor.
Wang mengomentari tindakan Paul. Dia sudah memperingatkan Paul agar jangan
membawa Nai ke pertemuan, karena Klien Joe dikenal suka wanita. Juga paling
parahnya, Paul melukai Klien Joe hanya demi Nai. Mendengar itu, Paul pun hanya
diam saja.
Lalu
kemudian, Nai datang. Dan Wang pun permisi untuk keluar dari ruangan. Tapi Nai
menghentikannya, karena dia hanya ingin berbicara singkat saja.
“Bicara,”
perintah Paul.
Nai
menyerahkan surat pengunduran dirinya. Dan Paul merasa terkejut, karena dia
sama sekali tidak menyangka. “Kamu yakin ingin keluar?” tanyanya, memastikan.
“Aku
sudah membahayakan perusahaan. Aku tidak pantas bekerja denganmu,” kata Nai, sadar
diri akan kesalahannya.
“Itu
bagus. Jika kamu keluar, aku akan membiarkan Ayahmu menggantikan tempat mu,”
kata Paul, sengaja menakuti- nakuti Nai.
“Apa
yang kamu katakan?” tanya Nai, terkejut.
“Kelihatannya
Khun Paramee bisa melakukan pekerjaan lebih baik sebagai asisten daripada
kamu,” balas Paul dengan sikap santai.
Mendengar
itu, Nai merasa tidak senang dan menatap Paul. Sambil tersenyum, Paul mendekat
dan balas menatap Nai.
Melihat
itu, Wang tersenyum- senyum kecil.
Akhirnya,
Nai pun tidak jadi berhenti. Kemudian tiba- tiba, Paramee datang.
Paramee
datang memarahi Paul, karena Paul membuat Nai hampir di lecehkan kemarin. Dan
Paul agak tidak menyangka, karena dia mengira Paramee akan kesal, sebab Nai
telah membuat perusahaan mengalami kerugian.
“Aku
bukan seseorang yang mempedulikan keuntungan, ketika putriku mengalami sesuatu
seperti itu! Kalau kamu ada masalah dengan ku, jelas kan dengan ku! Jangan
luapkan kepada Nai,” kata Paramee dengan tegas.
“Aku
pikir antara kamu dan aku sekarang, itu hanya hubungan kerja. Dan aku akan
menunjukkan padamu siapa yang akan membuat Crown Diamond lebih maju,” balas
Paul sambil tersenyum. “Oh ya, lain kali jika kamu ingin bicara kepadaku, mohon
beritahu sekretaris ku dulu, apa aku bersedia atau tidak untuk bertemu denganmu,”
katanya, mengingatkan.
Mendengar
itu, Paramee merasa sangat kesal. Lalu diapun pergi. Dan Nai mengikutinya.
Nai
menceritakan apa yang terjadi kepada Patcharee. Dan Patcharee semakin tidak
senang terhadap Paul, yang sengaja mempermainkan Nai.
“Aku benar-
benar tidak mengerti mengapa dia melakukan itu. Tapi aku akan menahannya demi
Ayah,” kata Nai, bersikap kuat.
Para
karyawan semakin kesal kepada Paul dan kasihan kepada Nai. Tapi Gina sama
sekali tidak peduli dan tidak merasa kasihan kepada Nai.
“Hm.
Mulut yang tidak menyenangkan seperti itu, hati- hati atau mulutmu harus
diperbaiki,” sindir Ting, mengejek Gina.
“Jika
mulutku harus diperbaiki, kamu perlu memperbaiki wajah dan seluruh tubuhmu!”
balas Gina, mengejek Ting.
Dimulai
dari gosip. Menjadi adu mulut. Lalu terjadilah pertengkaran. Dan para karyawan
berusaha untuk memisahkan Ting serta Gina.
Tepat
ketika Paul datang, Ting dan Gina berhenti bertengkar. Dan dengan sopan, Mee
menundukkan kepalanya serta menyapa Paul.
“Aku
datang untuk bertanya tentang koleksi terbaru. Ketika kamu sudah selesai,
kirimkan kepadaku,” perintah Paul.
“Baik,
Khun Paul,” jawab Mee sambil tersenyum.
“Lalu…
apakah Khun Nai ada ke sini tadi?” tanya Paul sambil melihat ke sekeliling
ruangan.
“Uh…
Khun Nai…” kata Mee, sedikit susah menjawab.
Tepat disaat itu, Dan datang serta menyindir Paul yang berkeliling mencari Nai. Dengan ramah, Paul mengingatkan Dan bahwa sebagai orang luar, Dan tidak seharusnya datang ke sini. Mendengar itu, Dan membela diri bahwa dia datang untuk menemui tunangannya, jadi Paul tidak berhak untuk ikut campur.
Dan
kemudian mendekati Paul dan berbisik di dekatnya. “Aku tidak berencana membagi
wanita ku dengan siapapun. Tapi jika kamu bisa menunggu, tunggu sampai aku
membuang nya, kemudian pungut dan makanlah. Tapi jangan khawatir, tunggu saja
sebentar lagi,” bisiknya dengan suara sangat pelan sambil tertawa.
Mendengar
itu, Paul langsung mendorong Dan serta memukulnya berkali- kali. Lalu dengan
panik, para karyawan berusaha untuk menghentikan Paul.
Nai
kemudian datang. Melihat apa yang terjadi, dia memarahi Paul dan melindungi
Dan. Dengan perasaan terluka, Paul hanya diam saja, lalu dia pergi.
“Apa
kamu baik- baik saja?” tanya Nai dengan lembut kepada Dan.
“Sangat
sakit,” keluh Dan, berpura- pura.
Dan
mengeluh kepada Nai, karena Paul memukulinya tanpa alasan. Mendengar itu, Nai
menyarankan supaya Dan pulang dulu, lalu nanti dia akan menghubungi Dan.
“Nai.
Kamu lihat apa yang barusan dia lakukan kepada ku, kamu masih mau kembali dan
bekerja dengannya?!” keluh Dan, emosi.
“Ini
hanya pekerjaan,” balas Nai. Lalu dia pergi duluan.
“Paul.
Aku akan membalas mu,” gumam Dan, penuh kebencian.
Dan
mengikuti Paul sambil ke rumah. Dia datang membawa dua orang preman dengannya
untuk membalas Paul. Tapi Paul sama sekali tidak merasa takut ataupun panik.
“Tendang
dia!” kata Dan, memerintah dua preman bayarannya. Tapi kedua preman itu hanya
diam saja serta malah tampak ketakutan. “Aku bilang tendang dia. Apa kamu
dengar aku?!” teriak Dan.
Dari
belakang, Wang datang dan menondongkan pistol kepada Dan. “Jika kamu berpikir
bisa menyentuh Khun Paul, jangan bilang aku tidak memperingatkanmu,” jelasnya.
Lalu
Wang membiarkan dua anak buah nya untuk memberikan pelajaran kepada dua preman
bayaran Dan. Melihat itu, Dan merasa ngeri serta tidak berani bergerak sama
sekali.
“Khun
Wang, bantu dia. Dia butuh berolahraga,” kata Paul sambil tersenyum. Lalu
dia membalikkan badannya dan berjalan pergi.
“Paul!”
teriak Dan, panik. Lalu dengan kuat, Wang langsung menendang nya.
semangat..semangat..
ReplyDeletelanjut terus..