Sinopsis Lakorn- Fah Mee Tawan Episode 10/2

 

Original Network : Channel 7

Sore hari. Dr. Kashane merasa khawatir, ketika mengetahui kalau siang tadi Dan ada membawa preman untuk memukuli Paul. Lalu Wang menawarkan Paul untuk lebih baik bersembunyi selama sementara di rumah Paman Ken Yang, karena Paul bisa saja terluka lagi. Tapi Paul menolak, karena dia baik- baik saja serta dia tidak takut, ditambah rumah ini sangat berarti baginya.

Mendengar itu, Dr. Kashane agak tidak mengerti dan menatap Wang untuk mencari tahu. Tapi Wang tidak menjawab dan menundukkan kepalanya.



Ketika pulang, Dan langsung menemui Ayahnya, dia memberitahu bahwa dia ingin segera menikahi Nai. Namun Ayah Dan tidak setuju, karena pernikahan bukanlah lelucon, juga untuk menikah, Dan perlu memikirkan keuntungannya.

“Ayah, apa pernikahan memerlukan keuntungan?” tanya Dan, protes.

“Untukku, iya. Jika tidak mengapa aku begitu bodoh untuk menikah? Jadi jangan bicarakan ini dengan ku lagi sekarang,” balas Ayah Dan dengan tegas.


Net bermain judi lagi. Tapi kali ini dia datang sendiri, tidak ditemani oleh Wirit. Dan seperti biasa, dia terus saja kalah.



Akhirnya Net mencoba menghubungi Wirit untuk mengundangnya main bersama. Tapi sayangnya, Wirit tidak menjawab telponnya. Lalu Singkorn datang. Dan Net langsung mengeluh, karena keberuntungan tidak ada disisi nya, diapun jadi terus- terusan kalah. Dan dia menyalahkan Singkorn untuk ini.

“Bagaimana kamu bisa menyalahkan ku? Salahkan Paul yang menjadi penghalang kita,” keluh Singkorn. “Jangan khawatir. Aku punya cara untuk membuat uang untuk kita,” katanya dengan percaya diri.

“Lakukan apapun yang kamu inginkan. Hanya jangan membawaku ke dalam masalah,” balas Net dengan sikap sedikit melembut. Dan mendengar itu, Singkorn tersenyum senang, karena ini berarti Net mau mendukung nya.


Paul mengadakan rapat dan mengumumkan bahwa dari sekarang perusahaan mereka akan meningkatkan langkah- langkah inspeksi untuk barang impor dari luar negri. Mendengar itu, Singkorn tampak sangat terkejut. Sedangkan Net langsung mengajukan sedikit protes, menurutnya tindakan Paul ini seperti Paul tidak mempercayai orang yang biasa nya mengurus. Dan Singkorn setuju dengan Net, karena biasanya tidak pernah ada masalah dengan produk apapun, jadi menurutnya, mereka tidak perlu meningkatkan langkah- langkah inspeksi.

“Mengapa disana tidak ada masalah?” tanya Paul sambil menatap Singkorn dan Net dengan sikap tenang.


“Khun Paul akhir- akhir ini ada mengecek barang impor dan dia menemukan banyak produk yang tidak biasa. Dia tidak yakin jika disana ada error pada dokumen atau tidak,” kata Nai, menjelaskan.

Net tetap tidak setuju dengan Paul, dengan alasan, Paul terlalu memperumit pekerjaan. Namun Paul tetap bersikeras untuk menjalankan langkah- langkah inspeksi tambahan ini, karena dia khawatir, ini bukan kesalahan dari dokumen, melainkan memang ada produk lain yang tercampur dengan produk perusahaan mereka, dan ini bisa menjadi masalah ke depannya. Jadi untuk barang selanjutnya, dia yang akan mengecek nya sendiri.


“Jika itu masalah besar, mengapa kamu tidak mengadakan rapat besar? Mengapa disini?” kata Singkorn, mempertanyakan sikap Paul. “Selain itu, pekerjaan ini adalah pekerjaan ku. Kamu ikut campur seperti ini, hati- hati, Khun Paramee tidak akan senang dengan itu,” kata Singkorn, mencoba menakuti Paul.

“Tidak perlu bagiku untuk membuatnya senang. Karena semua keputusan di perusahaan ini, aku punya hak penuh,” balas Paul.

Mendengar itu, dengan tidak senang serta gugup, Singkorn dan Net langsung terdiam. Lalu mereka berdua pamit dan pergi duluan meninggalkan ruang rapat.



Setelah rapat selesai, Nai menghentikan Paul yang ingin pergi. Dia menebak kalau Paul sengaja melakukan ini untuk bertengkar dengan Singkorn. Dan Paul tidak menyangkal, karena dia senang bertengkar dengan Singkorn, selama itu bisa menghentikan bahaya didalam perusahaan.

“Tapi disana tidak ada bukti?” protes Nai.

“Kelihatannya kamu terbiasa ditipu sampai tidak bisa membedakan apapun,” komentar Paul.

“Dan kamu sangat bagus menipu orang, terus berpikiran kalau orang lain sama seperti kamu,” balas Nai dengan ketus.



Dikantor. Net mengomeli Singkorn, karena sebelumnya, Singkorn tampak sangat percaya diri sekali bisa melakukan pekerjaan dengan baik. Tapi belum lama, Singkorn sudah ketahuan. Dan dia mengingatkan Singkorn bahwa Paul adalah orang yang pintar, jadi lebih baik Singkorn melakukan segalanya dengan hati- hati. Jika barang yang di antarkan bersama dengan Jade (batu perhiasan) nantinya, dan barang itu tertangkap, maka mereka bisa habis.

“Aku akan menunjukkan padamu bahwa antara aku dan dia, siapa yang lebih pintar,” kata Singkorn dengan penuh tekad, karena tidak senang Net meremehkannya.



Dan datang ke kantor untuk menjemput Nai. Sebelum Nai sempat menjawab apapun, Paul datang dan mengingatkan Nai untuk segera mengirimkan dokumen ke tempat nya.

“Tapi jam kerja sudah selesai,”  protes Dan.

“Kamu mungkin jarang bekerja jadi tidak mengerti pekerjaan yang mendesak,” balas Paul, memandang rendah Dan. “Kamu harus bekerja dengan rajin, jangan sampai terkena penyakit malas dari orang di samping mu sekarang,” katanya kepada Nai.

Mendengar itu, Dan merasa marah dan ingin memukul Paul. Tapi Nai langsung menghentikannya. Sedangkan Paul sama sekali tidak takut, malahan dia menantang Dan untuk coba memukulnya.


Setelah Dan pergi, Nai mulai marah kepada Paul, karena Paul terus- terusan mencoba berkelahi dengan Dan serta membully orang. Menurutnya, sejak Paul mengambil alih kekuasaan, Paul menjadi terlalu berlebihan.

“Mengapa aku tidak tahu? Aku hanya melakukan apa yang harus aku lakukan. Menurutku sekarang, kamu harus pergi dan melakukan pekerjaan yang aku minta,” perintah Paul, mengingatkan. Dan dengan kesal, Nai diam.




Wirit melaporkan kepada Singkorn bahwa Ken Yang tidak pernah memiliki anak, dan Paul hanyalah anak adopsi, tapi tidak ada yang tahu sejak kapan Paul diadopsi. Lalu Ken Yang pernah bersekolah di Thailand, sebagai buktinya, dia menunjukkan foto kelulusan Ken Yang sewaktu di Thailand.

Ketika melihat foto yang Wirit berikan, Singkorn sangat terkejut.


Nai memberikan dokumen yang Paul inginkan dengan wajah cemberut. Melihat itu, Paul tersenyum serta mengomentari kalau Nai tampak tidak senang. Dan dia menebak bahwa alasan Nai tidak senang itu pasti karena dia telah mengganggu kebahagian Nai bersama Dan. Sebab Nai sangat ingin mejadi menantu putra politisi.

“Jika itu membuat keluarga ku bahagia, maka aku akan menikahi Dan,” kata Nai dengan yakin. Dan Paul tidak merasa senang.



“Mengapa menggunakan orang lain sebagai alasan? Sejak kamu bersedia untuk melakukannya untuk kebahagiaan mu sendiri,” komentar Paul dengan ketus. Lalu dia meremas dokumen yang barusaja Nai buat dan membuang nya. “Banyak kata yang salah. Perbaiki. Tapi aku tidak memiliki waktu untuk duduk dan mengecek nya. Jadi kirimkan saja nanti melalui email,” perintahnya. Lalu dia pergi duluan.

Dengan kesal, Nai memungut dokumen yang Paul buang dan meremasnya.

Paul mengingat ketika Nai melindungi Dan serta ketika Nai mengatakan bahwa dirinya bersedia untuk menikahi Dan. Mengingat itu, Paul merasa sangat tidak senang.


Patcharee datang menemui Dr. Kashane untuk menanyai tentang kapan Paul akan pulang. Dan Dr. Kashane pun menelpon Paul serta bertanya, lalu dia memberitahu kalau Paul sedang dalam perjalan pulang. Setelah itu, dia mengeluh, kenapa Patcharee datang dan bertanya kepadanya dimana Paul, kepadahal dia hanya teman Paul, bukan istri Paul.

“Kamu mungkin tidak tahu betapa jahatnya temanmu itu sekarang!” keluh Patcharee dengan penuh emosi.



Saat Nai dan Singkorn tidak sengaja saling bertabrakan, Nai pun menjatuhkan folder- folder yang dipegang nya, kemudian Singkorn bantu memungutkan folder- folder tersebut, lalu dia melihat isi nya.

“Ini folder proyek yang kita batalkan,” tanya Singkorn.

“Benar. Khun Paul yang menyuruh Khun Nai untuk membawa nya,” kata Patcharee, menjelaskan.

“Mengapa?” tanya Singkorn, tidak senang.


Paramee kemudian kebetulan lewat. Dan Singkorn melapor kepadanya.


Paramee datang ke kantor Paul, dengan ditemani oleh Singkorn. Dia menanyai, kenapa Paul mau mengulang kembali proyek yang sudah dibatalkan. Dan dengan tenang, Paul menjawab bahwa jika dia tertarik, maka Paramee ada masalah apa.

“Setiap proyek yang ditolak, itu karena ada kesalahan. Apapun yang dilakukan, itu akan membuang waktu, jadi mengapa kamu mengungkit itu lagi?” protes Paramee. “Aku kira kamu mau Crown Diamond untuk bergerak maju? Melakukan ini hanya membawa nya mundur ke dalam lubang lagi,” keluhnya.

“Benar,” kata Singkorn, setuju dengan Paramee. “Contohnya, proyek besar seperti tambang emas, Khun Paramee sudah mengirim orang untuk menyelidiki dan disana tidak ada apapun. Para warga juga tidak ingin bekerja sama, jadi mengapa di ungkit lagi?” protes nya.



Paramee menganggap kalau Paul hanya bermain- main dan menghabiskan waktu saja. Namun Paul tetap pada keputusannya. Dan Singkorn dengan sengaja mengatakan kalau Paul tidak percaya dengan Paramee, sehingga Paramee semakin tidak senang terhadap Paul.

“Bagaimana aku bisa mempercayaimu? Dimasa lalu, kamu cukup berlebihan. Itu mengapa aku duduk ditempat mu sekarang,” kata Paul sambil tersenyum tenang.


Paramee keluar dari ruangan Paul dengan raut wajah penuh emosi. Dan melihat itu, Patcharee bisa menebak kalau Paramee tampak tidak senang.

“Aku akan pergi dan bertanya,” kata Nai. Lalu dia masuk ke dalam kantor Paul.


Nai masuk ke dalam kantor Paul tanpa mengetuk pintu sama sekali, dan juga dia langsung berteriak memanggil namanya. Dan dengan capek, Paul menghela nafas serta bertanya, apakah Nai tidak ada diajarkan sopan santun.

“Alasan ku ke sini, karena aku ingin tahu apa yang kamu bicarakan dengan Ayah sampai membuatnya kesal,” keluh Nai secara langsung.

“Aku hanya ingin membuktikan bahwa apa yang Ayahmu pikirkan tidak selalu benar. Aku akan mengulang proyek tambang emas lagi,” balas Paul.


“Tapi ini proyek 5 tahun lalu. Ayah melihat ini tidak layak untuk di investasikan dan membuang uang banyak ke sana,” protes Nai, mendukung keputusan Paramee.

“Kalau begitu, aku akan pergi dan melihatnya sendiri. Kita berdua akan melihat betapa salahnya Ayahmu,” balas Paul dengan percaya diri.

“Kita?” gumam Nai.

“Benar. Kamu ikut dengan ku ke sana,” tegas Paul, tidak mau di bantah.


Para karyawan bertanya- tanya, apa yang Paul inginkan sebenarnya dengan membawa Nai ikut bersama. Dan Patcharee menebak bahwa Paul pasti ingin menyiksa Nai, karena disana hanya ada hutan dan gunung saja. Dan yang lainnya setuju.

“Aku tidak akan membiarkan dia ke sana sendirian,” kata Patcharee, bertekad. Lalu dia berpikir keras, gimana caranya supaya dia juga bisa ikut.


Dibar. Net mengaku cemburu karena Paul membawa Nai pergi bersama- sama ke lokasi tambang emas. Dan Singkorn tidak senang, karena sekarang dia sedang bekerja keras untuk Net, tapi Net malah memikirkan tentang Paul.


“Aku tidak tahu apa yang sedang kamu lakukan,” kata Net, beralasan.

“Menurutku, Paul ingin mengalahkan Khun Paramee. Itu mengapa aku meletakkan umpan disana dan dia akan menangkap nya,” balas Singkorn. Lalu dengan bersemangat, dia mulai menceritakan rencana nya. “Untuk memudahkan kita memindahkan barang tersebut, aku akan membuat orang- orang kita mengantarkannya selagi Paul tidak ada disini. Dan aku harap, kamu akan melihat masa depan kita lebih penting daripada hal-hal omong kosong,” jelasnya, menekan kan.

Singkorn kemudian menghubungi Jao Sua (Bos Kasin) untuk membicarakan tentang bisnis ilegal mereka. Dan Net mendengarkan semua nya sambil diam.


Paramee tidak senang, Nai pergi berduaan dengan Paul. Dan Ratnee kemudian datang serta memberitahu bahwa Nai dan Paul tidak pergi berdua saja, karena Gina dan seluruh tim juga akan ikut bersama ke lokasi tambang emas.

Mengetahui itu, Paramee pun berhenti bersikap kesal. Dan Net berhenti bersikap cemburu.


Paul heran, kenapa semuanya datang ke kantor dan ingin ikut juga. Dan Patcharee beralasan bahwa karena ini adalah proyek yang sangat penting, maka mereka juga ingin membantu. Lalu Dr. Kashane juga ingin ikut untuk menemani.


“Aku mengerti bahwa mereka ingin ikut karena pekerjaan. Tapi mengapa kamu ingin ikut juga?” tanya Paul secara pelan kepada Dr. Kashane.

“Aku ingin ikut. Kenapa? Ada yang sesuatu yang kamu tidak ingin aku tahu?” balas Dr. Kashane sambil menatap curiga.



Mendengar itu, Paul pun akhirnya mengizinkan Dr. Kashane untuk ikut juga. Dan dengan senang, Dr. Kashane tersenyum lebar, lalu dia mengajak semuanya untuk masuk ke dalam mobil dan berangkat.

Nai ingin ikut naik ke satu mobil yang sama dengan para anggota timnya. Melihat itu, Paul menghentikan Nai dan mengajak nya untuk ikut bersama dengan nya dan menaiki mobilnya. Tapi Nai menolak, karena dia ingin bersama dengan tim nya. Mendengar itu, Paul diam dan tersenyum.


Didalam mobil. Patcharee mengingatkan Dr. Kashane bahwa sesampainya dilokasi, mereka harus mengawasi Paul dengan baik, supaya Paul tidak berbuat macam- macam kepada Nai.

“Mengapa kamu tidak menaiki mobilmu sendiri? Mengapa mengambil ruang disini?” keluh Nai sambil cemberut.

“Aku juga ingin ikut dengan tim,” jawab Paul dengan sikap santai. “Mengapa? Kamu ada masalah aku duduk disini?” tanyanya.

“Tidak ada,” balas Nai sambil tersenyum terpaksa.


Sesampainya dilokasi. Para karyawan merasa heran, kenapa para warga desa menatap mereka dengan aneh.

Yot, orang yang akan memandu mereka di desa, dia merasa heran, kenapa Paul tiba- tiba datang dengan membawa banyak orang. Dan Paul menjawab bahwa ada sedikit perubahan rencana. Dan Yot mengerti, lalu dia mengajak mereka ke tempat mereka akan menginap. Dengan bersemangat, semua orang mulai mengambil barang bawaan masing-masing dari dalam mobil.



“Para warga tidak terlalu bekerja sama dan untuk informasi…” kata Yot, agak ragu.

“Woh… akankah ini seperti kata Ayah? Perjalanan yang sia- sia,” sindir Nai dengan sinis. “Aku berharap kamu tidak menyia- nyiakan budget ke sini karena kamu terlalu percaya diri, ya.”

“Setelah kita survei area disini, kita akan tahu, aku atau Ayahmu yang terlalu percaya diri,” balas Paul sambil tersenyum tenang.

Para karyawan memutuskan bahwa yang wanita akan tidur di dalam rumah, sedangkan yang pria akan tidur di tenda. Sedangkan Dr. Kashane dan Paul akan tidur di rumah yang lain.


Yot membawa Paul dan Nai mensurvei lokasi. Dia menjelaskan bahwa memanen emas adalah pekerjaan utama para warga di desa ini. Lalu kemudian kepala desa, Singh, bersama beberapa warga datang menghampiri mereka bertiga. Singh tidak setuju bila Paul ingin berinvestasi di desa mereka.


Dengan sopan, Paul memberikan salam kepada Singh. “Halo, aku Paul. Perwakilan dari Crown Diamond,” katanya, memperkenalkan diri.

“Aku sudah tahu. Itu mengapa aku mengatakan ini supaya kamu mengerti. Tempat ini tidak cocok untuk di investasi kan,” balas Singh dengan tegas.

“Tidak cocok? Kemudian bolehkah aku turun dan lihat?” tanya Paul dengan tenang. Dan Singh mengizinkan. Lalu Paul pun melepaskan pakaian yang dipakai nya.


Melihat dada telanjang Paul, Nai merasa panas. Dan ketika Paul memanggil nya, barulah dia tersadar, lalu dia mulai mengibas- ngibaskan wajahnya yang terasa panas.


Paul masuk ke dalam sungai. Dia memakai mangkuk untuk mencari emas di dalam sungai. Dan dia berhasil menemukan emas. Melihat itu, Singh merasa kagum kepada Paul.



Tepat disaat Nai melihat ke belakang, dia melihat Suthee. Dan dia langsung berlari ke arah nya, tapi tanpa sengaja, dia malah tersandung dan terjatuh.

Menyadari keberadaan Nai, Suthee menutupi wajah nya dan pergi.


Dengan perhatian, Paul memperhatikan kaki Nai yang terluka. Namun Nai menjawab bahwa dia tidak apa- apa. Setelah itu, Nai berniat untuk mencari Suthee, tapi tidak bisa, karena kakinya terasa sakit.



“Aku ingat kamu bilang bahwa kamu bisa?” komentar Paul. Lalu dia langsung mengendong Nai dengan cara mengendong princess.

Dengan terkejut, Nai menatap Paul dengan mata lebar. Dan Paul balas menatap Nai. Lalu dia menggendong Nai untuk pergi darisana.




Patcharee dan Dr. Kashane berniat untuk mencari Nai dan Paul. Tapi mereka malah bertemu dengan Gina yang sedang sibuk mencari sinyal ponsel.

“Oi, apa yang kamu lakukan?” teriak Patcharee, bertanya dengan keras. “Aku kira kamu bersama P’Mee untuk membantunya?”

“Aku disini untuk mencari sinyal, karena aku perlu menelpon,” balas Gina, menjawab. Mendengar itu, Pathcaree dan Dr. Kashane sama- sama membuang muka karena malas. “Aku tidak datang bersama pria seperti seseorang,” sindir nya.

Mendengar itu, Patcharee merasa kesal dan ingin menyerang Gina. Untungnya, Dr. Kashane cepat menarik Patcharee untuk pergi darisana.

Post a Comment

Previous Post Next Post