Original Network
: Channel 7
Nai mengigil kedinginan dalam tidurnya. Saat Paul terbangun dan
melihat itu, dia melepaskan jas nya dan menyelimuti Nai menggunakan itu.
Kemudian Paul ingin menyalakan api untuk menghangatkan, tapi dia
teringat akan ketakutan Nai terhadap api. Jadi diapun tidak jadi menyalakan
api. Dan dia melompat- lompat untuk menghangatkan dirinya. Setelah itu, dia
kembali duduk sambil tersenyum menatap wajah Nai yang sedang tidur.
Suthee mengikuti dua preman yang ingin membunuh Paul.
Dini hari. Paul membangunkan Nai dan mengajaknya untuk melanjutkan
perjalanan. Dan ketika Nai terbangun serta melihat jas yang Paul kenakan
padanya, dia tersenyum kecil, lalu dia mengikuti Paul.
Dua preman terus berkeliling mencari Paul dan Nai. Karena dari
bekas api, mereka menebak bahwa Paul dan Nai pasti tidak terlalu jauh.
Patcharee, Dr. Kashane, Singh, dan tiga orang warga. Mereka
menemukan mobil Yot ditengah hutan. Lalu kemudian mereka menemukan Yot yang
terluka.
“Mereka menembak kami. Aku, Khun Paul, dan Khun Nai, terpisah. Aku
jatuh ke lembah, untungnya dia menemukanku. Kalian harus segera menyelamatkan
Khun Paul dan Khun Nai,” kata Yot, memberitahu semuanya.
Mengetahui itu, Singh memberikan perintah agar beberapa orang
untuk mengantarkan Yot ke rumah sakit. Beberapa orang lagi pergi dan panggil
polisi. Lalu beberapa lagi ikut dengannya untuk mencari Paul dan Nai.
Patcharee tinggal untuk menyetirkan mobil. Dan Dr. Kashane
mengikuti Singh serta yang lainnya untuk mencari Paul dan Nai.
Mee dan tim menggunakan drone untuk memantau situasi dari atas.
Seperti biasa, disaat itu, Ting dan Gina mulai beradu mulut, lalu bertengkar.
Kemudian yang lainnya berusaha memisahkan mereka berdua. Dalam kondisi kacau
seperti itu, tanpa sadar, mereka malah kehilangan drone yang mereka terbangkan.
Dan mereka merasa panik sendiri.
Singh, Dr. Kashane, dan dua warga. Mereka berempat bersama- sama
mencari Paul dan Nai. Tapi sudah berjalan cukup lama, Paul dan Nai masih belum
juga terlihat. Jadi akhirnya, mereka pun berpisah menjadi dua tim. Dan Dr.
Kashane mengikuti Singh.
Paul tiba- tiba mendengar ada suara, jadi diapun memberikan tanda
supaya Nai diam. Lalu dia mengambil kayu untuk berjaga- jaga. Tapi ternyata
suara yang mereka dengar itu adalah dari Suthee.
Melihat Suthee, Nai merasa sangat senang dan langsung berlari
serta memeluk nya. Lalu dia memberitahu Paul bahwa Suthee adalah kakak nya.
“Kakak?” tanya Paul, heran.
“Kamu tidak perlu
tahu siapa aku. Khawatirkan saja hidupmu terlebih dahulu,” balas Suthee dengan agak ketus. “Aku akan membawa
kalian keluar dari sini. Ikuti aku,” ajaknya. Lalu
dia berjalan duluan.
Sambil berjalan, Suthee menjelaskan kepada Paul dan Nai bahwa Yot
sudah di selamatkan oleh warga, dan Yot sedikit terluka.
“Aku tidak
menyangka kalau kita akan saling berjumpa disini. Aku mencoba mencarimu
berkali- kali, tapi kamu …” kata Nai.
“Jalan keluarnya
didepan,” sela Suthee, tidak mau mendengarkan Nai. “Terus berjalan saja,” tegasnya.
Tiba- tiba saja, Paul merasa kepalanya sakit, jadi diapun berhenti
berjalan dan bersandar selama sesaat didekat pohon. Menyadari itu, Nai merasa
khawatir. Namun Paul menjawab dia baik- baik saja dan mulai berjalan lagi, jadi
Nai pun tidak terlalu berpikir jauh.
Singh, Dr. Kashane, dan dua warga, yang sebelumnya berpisah,
mereka berempat bertemu dan berkumpul lagi. Lalu tepat disaat itu, Paul, Nai,
dan Suthee datang. Dengan perhatian, Dr. Kashane memeriksa, apakah Nai baik-
baik saja, lalu dia menanyai, apa yang terjadi kepada Paul. Dan paul menjawab
bahwa dia juga tidak tahu.
Lalu tiba- tiba dua preman bayaran Bos Kasin, datang. Dan menembak
mereka. Dengan panik, semuanya langsung merunduk dan bersembunyi dibelakang
pohon.
Dr. Kashane menarik Nai untuk bersembunyi bersamanya. Sedangkan
Paul bersembunyi sendiri. Namun sialnya, pohon yang Paul gunakan untuk
berlindung sangat kecil dan terbuka, sehingga Paul hampir saja terkena
tembakan. Melihat itu, Singh meneriaki Paul untuk datang ke tempatnya.
Ketika Paul ingin berpindah tempat, dia tidak sengaja tersandung
dan terjatuh. Melihat itu, tanpa berpikir, Nai langsung berlari ke arah Paul
dan mendorong nya supaya Paul tidak terkena tembakan. Kemudian Dr. Kashane ikut
maju untuk melindungi Nai, dan diapun terkena tembakan.
Tidak lama kemudian, polisi datang ke lokasi kejadian. Dengan
panik, kedua preman tersebut langsung melarikan diri.
Dengan cemas, Paul dan Nai memeriksa kondisi Dr. Kashane yang
terluka. Tapi Dr. Kashane tidak memperdulikan lukanya sama sekali, malahan dia
lebih memperdulikan, apakah Nai baik- baik saja.
“Aku baik- baik
saja. Khawatirkan dirimu sendiri dulu,” kata Nai,
menenangkan Dr. Kashane. Lalu dia meminta petugas polisi untuk memanggilkan
ambulans atau bawa Dr. Kashane ke rumah sakit.
Dan serta Ibunya datang ke rumah Paramee tanpa membuat janjian
terlebih dahulu sebelumnya. Tapi Ratnee tetap mengizinkan mereka berdua masuk
ke dalam rumah.
Setelah Dr. Kashane selesai diobati, Nai mengucapkan terima kasih
kepadanya. Dan Dr. Kashane membalas bahwa selama Nai selamat, maka dia siap
terluka. Mendengar itu, Nai merasa tidak enak, sebab dia tidak ingin siapapun
terluka karena dirinya.
Tepat disaat itu, Patcharee datang untuk mengantarkan obat. Dan
mendengar pembicaraan mereka berdua, diapun kembali merasa patah hati. Tapi
kali ini dia tidak pergi begitu saja, melainkan dia menghampiri mereka berdua.
Dan dengan sikap biasa, dia memberikan obat kepada Dr. Kashane, lalu dia pamit
dan pergi.
Ketika Patcharee lewat, Gina bertepuk tangan dan memujinya. Karena
Patcharee begitu luar biasa. Melihat orang yang dicintai bersama dengan orang
lain, Patcharee masih tidak ada melakukan apa- apa. Dan dia ingin tahu
bagaimana caranya.
Dengan kesal, Patcharee menghela nafas. “Kamu tidak perlu tahu segalanya. Tidak tahu, tidak akan membunuhmu,
ngerti?” tegasnya. Dan Gina langsung cemberut.
Giliran Paul yang datang. Ketika dia melihat kedekatan antara Nai
dan Dr. Kashane, dia merasa agak cemburu, tapi dia tidak menampakkannya dan
bersikap dengan biasa.
“Apa kamu tidak
membiarkan Dokter mengecek mu? Saat di hutan, aku lihat kamu ….”kata Nai, perhatian.
“Aku tidak apa-
apa,” sela Paul dengan agak dingin. “Orang yang paling
terluka daripadaku ada disana,” katanya sambil
menatap ke arah Dr. Kashane.
Dr. Kashane tidak mau dianggap lemah, karena sedang terluka. Jadi
dia mengangkat tangannya yang terluka untuk menunjukkan bahwa dia baik- baik
saja. Tapi kemudian dia mulai meringis sakit. Dan dengan cemas, Nai langsung
mendekatinya untuk memeriksanya.
Melihat itu, tanpa mengatakan apapun, Paul langsung pergi
meninggalkan mereka berdua. Menyadari itu, Nai berbalik dan menatap kepergian
Paul.
Alasan Dan datang membawa Ibunya adalah untuk membahas tentang
pernikahannya dan Nai, kepada Paramee dan Net. Mendengar Dan tiba- tiba
mengatakan tentang pernikahan, Ibu Dan sangat terkejut, karena dia sama sekali
tidak tahu, dia hanya datang menemui Paramee dan Net, karena Dan mengajak nya.
“Dan! Kamu
menjebakku datang ke sini untuk membicarakan tentang ini?!” protes Ibu Dan dengan suara pelan.
“Ibuku juga setuju
pernikahan dipercepat. Jadi itu mengapa dia ke sini tiba- tiba,” kata Dan, mengabaikan protesan Ibunya.
Dengan terpaksa, Ibu Dan pun tersenyum.
Paramee setuju bila pernikahan Dan serta Nai dipercepat. Tapi dia
ingin mereka untuk menunggu sampai Nai pulang terlebih dahulu. Barulah mereka
akan membicarakan lebih lanjut. Dengan senang, Dan mengucapkan terima kasih.
Sedangkan Ibu Dan mengertakkan giginya. Melihat itu, Net tersenyum sinis.
Ratnee yang secara diam- diam menguping pembicaraan mereka semua,
dia merasa iri kepada Nai.
Setelah keluar dari rumah Paramee, Ibu Dan langsung mengomeli
tindakan Dan yang terlalu gegabah ingin menikah cepat. Dengan sikap manja, Dan
memberitahu Ibu bahwa dia tidak sabar untuk menikahi Nai.
Tepat disaat itu, Net keluar dari rumah juga. Dengan panik, Dan
membujuk Ibu untuk masuk ke dalam mobil duluan. Lalu dia mendekati Net untuk
berbicara.
Net mempertanyakan, kenapa Dan bertindak begitu terburu- buru
ingin menikahi Nai, kepadahal kedua orang tua Dan saja tampak belum setuju.
Lalu Dan pun menyakinkan Net untuk tidak perlu khawatir, dia percaya diri bahwa
jika hari ini atau besok, dia ingin menikahi Nai, kedua orang tuanya tidak bisa
menghentikannya.
Singh menyarankan agar Paul pergi dari desa mereka. Karena jika
Paul sampai mati disini, Paul akan membawa masalah kepada mereka. Dan Paul
mengerti dan setuju, tapi walaupun dia pergi sekarang, suatu saat dia akan
datang kembali, karena dia sudah tahu dimana tambang emas yang Singh dan para
warga desa sembunyikan. Itulah alasan mereka pergi ke hutan kemarin.
“Para warga ingin
menjaga tempat itu untuk kehidupan mereka sehari- hari. Mereka tidak
mengizinkan orang luar untuk mengambil itu dari mereka. Jadi apa yang salah
dengan itu?” tanya Singh dengan sikap keras.
Nai datang ditemani oleh Dr. Kashane. Dia membantu Paul dan Yot
untuk bernegosiasi dengan Singh.
“Bukankah ada cara
yang lebih baik daripada menyembunyikannya seperti ini? Diam- diam melakukan
tambang emas, selain daripada itu ilegal, itu juga berbahaya. Jika sesuatu
terjadi kepada orang disini, apa itu layak?” tanya Nai dengan
serius.
“Kalian ingin menjadi investor disini dan
mencuri dari para warga?” tanya
Singh, ketus.
“Kami mewakili
Crown Diamond. Jika kalian membiarkan kami mengambil alih, aku jamin setiap
orang akan menghasilkan uang dan memiliki pekerjaan juga. Hidup kalian akan
lebih membaik,” kata Nai,
berjanji.
“Bagaimana para
warga bisa mempercayai kalian?” tanya Singh.
“Tolong percayai kami. Kami benar- benar
ingin membuat tempat ini menjadi lebih baik,” kata Nai dengan
tulus.
Mendengar itu dari jauh, Suthee tersenyum bangga terhadap Nai.
Negosiasi berhasil. Singh setuju dengan tawaran yang Paul dan Nai
janjikan. Tapi dia berharap kalau Paul dan Nai akan benar- benar melakukan
seperti yang di janjikan.
“Terima kasih,” kata Paul dengan tulus.
Setelah negosiasi selesai. Semuanya pun bersiap untuk pulang.
Sebenarnya, Nai ingin menemui Suthee, tapi Yot memberitahu kalau Suthee sudah
pergi duluan dari desa. Dan Nai merasa agak kecewa.
Ratnee melihat Paramee masuk ke dalam kamar Nai. Dengan penasaran,
diapun mengikuti dan mengintip secara diam- diam. Lalu dia melihat, Paramee
memegang Pink Rose.
“Nai sudah cukup
umur untuk menikah,” gumam Paramee.
Flash back
Paramee menitipkan Pink Rose kepada Nai dan meminta Nai untuk
jangan memberitahu ini kepada siapapun, termasuk Net. Dia ingin menunggu sampai
pemilik Pink Rose datang dan mengambil nya.
Dengan patuh, Nai mengiyakan.
Flash back end
Melihat Pink
Rose, Ratnee sangat terkejut.
“Jangan marah padaku, Dara. Jika aku
memberikan Pink Rose kepada orang yang pantas,” gumam Paramee.
Ketika Net
berpapasan dengan Ratnee, dia merasa seperti ada yang salah dengan raut wajah
Ratnee, jadi diapun bertanya. Dan Ratnee merasa agak ragu untuk menjawab. Lalu
akhirnya, dia menjawab tidak ada apa- apa.
Tepat disaat
itu, Nai pulang. Dan Net langsung menarik Nai dengan kasar untuk mengikutinya
ke atas dan berbicara.
Net menuduh
Nai sebagai penggoda dan wanita genit, karena Nai mencoba menggoda Paul dengan
membuat Paul menggendong Nai. Dan Nai merasa heran, darimana Net mengetahui
itu.
“Sebelumnya kamu bilang kamu tidak suka dia.
Sekarang kamu tahu dia anak Khun Ken, jadi kamu mencoba menempeli dia?” tanya Net
dengan sinis.
“Aku tidak pernah berpikiran seperti itu,” jawab Nai
dengan tegas dan serius. Tapi Net sama sekali tidak percaya.
Tepat disaat
itu, Paramee keluar dari kamar Nai. Melihat itu, Net merasa curiga, ada apa.
Dan Paramee beralasan bahwa dia ke kamar Nai untuk mencari dokumennya. Lalu
Paramee menasheati Net untuk membiarkan Nai beristirahat dulu, karena Nai
barusaja pulang, jadi Nai pasti masih capek.
“Aku hanya ingin memberitahu Nai kabar baik.
Tentang Dan datang ke sini untuk melamar pernikahan. Jadi Nai bisa bersiap
lebih awal. Lihat dia. Dia pasti sangat bersemangat,” kata Net
sambil tersenyum.
“Ketika kamu dan Dan sudah siap, beritahu aku.
Aku tidak ada penolakan,” kata Paramee dengan perhatian.
Dengan
pasrah, Nai mengganggukkan kepalanya. Dan melihat itu, Net tersenyum dengan
sinis.
Dr. Kashane
datang ke kamar Paul. Dia memberitahu Paul bahwa dia sudah memutuskan, dari
sekarang, dia akan melindungi dan menjaga Nai lebih baik daripada saat ini. Dengan
geli, Paul mengingatkan Dr. Kashane bahwa Nai sudah memiliki tunangan sekarang.
Namun Dr. Kashane tidak peduli, karena menurutnya, Dan tidak layak serta tidak
cukup baik bagi Nai. Juga Dan tidak akan pernah membuat Nai bahagia.
“Tapi dia sudah memilih pria itu. Apa yang
bisa kamu lakukan?” tanya Paul.
“Aku akan melakukan segalanya untuk mengubah
pikirannya,” kata Dr.
Kashane, bertekad kuat. “Untukmu, jangan bully dia lagi,” tegasnya.
Mendengar
itu, Paul diam dengan raut agak suram. Lalu kemudian dia tersenyum seolah- olah
dia tidak peduli.
“Jika bukan tentang pekerjaan, aku tidak akan
peduli padanya,” kata Paul,
pelan.
“Kemudian janjilah padaku,” pinta Dr.
Kashane dengan serius. “Kamu tidak akan membully dia dan tidak akan
memiliki perasaan padanya.”
“Aku tidak tertarik pada Khun Nai,” balas Paul,
berjanji. Dan Dr. Kashane merasa senang dan lega.
Lalu Dr.
Kashane mengulurkan tangannya dan mengajak Paul untuk bergandengan tangan. Ini
untuk mengunci janji Paul. Dan dengan agak ragu, Paul menyalami tangan Dr.
Kashane.
“Aku akan membuat dia bahagia,” kata Dr.
Kashane, bertekad. Dan Paul tersenyum mengiyakan.
Singkorn
bertemu dengan Bos Kasin dan melaporkan bahwa Paul berhasil selamat. Dan Bos
Kasin berpendapat bahwa mungkin ini belum takdirnya Paul.
“Jika dia kembali seperti ini, kita tidak bisa
menyingkirkannya dengan mudah seperti kemarin,” kata Singkorn, cemas.
“Sudahlah Khun Singkorn. Ketika aku punya
kesempatan, aku akan menanganinya. Sekarang, mari cara untuk mempermulus
pekerjaan kita seperti dulu,” balas Bos Kasin. Dan Singkorn mengerti.