Sinopsis Lakorn- Fah Mee Tawan Episode 11/3

 

Original Network : Channel 7

Dengan perhatian, Dr. Kashane menghubungi Nai untuk memastikan kalau Nai sudah pulang dengan selamat.



Dr. Kashane kemudian curhat kepada Paul bahwa sebenarnya dia ingin melindungi dan menjaga Nai, tapi ntah kenapa dia selalu tidak bisa melakukannya. Dan Paul mengomentari bahwa Dr. Kashane tidak perlu merasa bersalah, karena Dr. Kashane bukanlah superhuman yang bisa melindungi Nai sepanjang waktu.

Aku sudah bilang aku akan melindungi dan menjaga Nai. Jadi aku harus menepati nya, kata Dr. Kashane, berpendirian kuat.

Kamu sangat mencintai dia? tanya Paul, ingin tahu.

Tidak peduli berapa kalipun kamu bertanya, jawabanku akan sama, jawab Dr. Kashane dengan serius dan tegas.


Didalam kamar. Ketika Paul mengingat perkataan Dr. Kashane barusan. Dan mengingat sikap Dr. Kashane kepada Nai. Dia merasa sebal. Dan kemudian, dia merasa heran dengan dirinya sendiri, kenapa dia merasa sebal.


Paul kemudian keluar dari kamar. Dan tanpa sengaja, dia menemukan kacamata Nai yang tertinggal diatas sofa. Menemukan itu, dia tersenyum.

Pagi hari. Nai datang ke rumah Paul untuk mencari kacamatanya. Dan ketika dia sedang menunduk- nunduk untuk memeriksa dibawah sofa, Paul keluar dari kamar, tapi dia tidak menyadari itu.



Paul mendekati Nai dan berdehem dibelakang nya. Lalu saat Nai berbalik, mereka pun jadi langsung saling bertatapan secara dekat.

Aku bos yang beruntung. Aku punya karyawan yang menungguku didepan kamar ku, kata Paul sambil tersenyum geli.

Tidak. Aku datang mencari kacamataku, balas Nai, menjelaskan dengan canggung. Aku mungkin melupakannya disini kemarin.

Oh! Kacamata! Itu milikmu? tanya Paul, pura- pura ingat.


Kamu lihat itu? tanya Nai, bersemangat. Kemudian bisakah aku meminta nya? Aku benar- benar membutuhkan itu, jika aku tidak mengenakannya, aku tidak bisa bekerja, ya. Aku mohon, pinta Nai sambil bersikap manis.

Tentu, jawab Paul. Dan Nai merasa senang. Aku tidak tahu itu milikmu. Jadi aku simpan digudang bawah, jelasnya sambil tersenyum.

Mendengar itu, senyum Nai langsung redup. Dan dengan kesal, dia pergi ke gudang bawah untuk mencari kacamatanya.


Nai mencari- cari didalam gudang sambil mengeluh. Dan dari belakang, Paul memperhatikan itu dan tertawa. Lalu dia berpura- pura bahwa dia menemukan kacamata Nai dan memakainya.



Melihat Paul memakai kacamatanya, Nai langsung protes dan ingin merebutnya. Tapi Paul menahan tangan Nai dan tidak memberikannya kesempatan untuk mengambil kacacamata itu. Lalu tanpa sengaja, mereka berdua tersandung dan terjatuh. Kemudian mereka berdua saling terdiam sambil menatap satu sama lain.



Ketika Nai tersadar, dia langsung ingin berdiri. Tapi Paul menahannya. Dan Nai merasa heran. Mengapa kamu selalu suka mengerjai ku? keluhnya.

Jika aku tidak mengerjai mu, kemudian siapa yang aku kerjai? balas Paul. Dan Nai pun terdiam.


Tiba- tiba Dr. Kashane datang untuk memasukkan barang ke dalam gudang. Dan dengan canggung, Nai dan Paul langsung berdiri serta berjauhan.

Mengapa kalian disini? tanya Dr. Kashane, terkejut.

Aku menemukan tikus, jadi aku ke sini untuk mencarinya, jawab Paul, berbohong dengan lancar.

Itu benar. Ada tikus disana, kata Nai, ikut berbohong. Aku takut tikus. Jadi aku permisi duluan, jelasnya dengan gugup. Lalu dia mengambil kacamata nya yang dipakai oleh Paul dan pergi duluan.


Takut tikus? Kemudian kenapa datang ke sini? gumam Dr. Kashane, heran.

Aku juga buru- buru.  Jadi aku pamit, kata Paul. Lalu dia pergi menyusul Nai. Dan dengan polosnya, Dr. Kashane percaya.

Paul menceritakan kasus pencuri semalam kepada Wang. Dan Wang merasa kalau pasti ada sesuatu. Dan Paul juga merasa hal yang sama, tapi dia heran, apa itu. Karena pencuri itu tidak ada mencuri dan tidak tampak seperti datang untuk melukai, sebab pencuri tersebut hanya membawa pisau lipat kecil, lalu pencuri itu langsung kabur begitu saja.

Ketika kamu pergi mengecek tambang emas, seseorang juga mencoba melukaimu. Mungkin ini berhubungan dengan orang yang punya konflik bisnis denganmu, tebak Wang.

Maksudmu mengenai penyulundupan itu? tanya Paul, memastikan.


Iya. Orang- orang itu mengambil kesempatan ketika kamu tidak ada disini untuk menyelundupkan barang- barang ilegal. Tapi mereka tidak meninggalkan jejak dibelakang, jelas Wang.

Pasti akan ada yang selanjutnya, kata Paul, yakin.

Wirit memberikan rambut Paul dan Paramee ke dokter untuk dites DNA nya.


Singkorn datang mengantarkan dua diamond yang Paramee minta. Lalu dia  menawarkan diri untuk membantu Paramee mendesign.

Design untuk apa, ayah? tanya Nai, ingin tahu.

Seorang klien VIP. Mereka ingin Crown Diamond mendesign kan cincin pernikahan tapi, ini harus menjadi rahasia, jawab Paramee.


Sekali lagi, Singkorn menawarkan diri untuk membantu. Tapi Paramee menolak, karena dia ingin memberikan tugas mendesign ini kepada Paul. Sebab itu adalah permintaan dari klien sendiri. Klien tersebut kagum dengan design yang Paul buat untuk Amat sebelumnya.

Mendengar itu, Singkorn langsung berwajah muram.



Keluar dari kantor Paramee, Singkorn menanyai Net, apa yang sebenarnya Paramee pikirkan, sehingga Paramee menyerahkan pekerjaan sepenting ini kepada Paul.

Mengapa kamu memperdulikan masalah kecil seperti ini? tanya Net, heran.

Kamu ingin aku tidak peduli? Sampai hari ini, tidak ada seorang pun yang kelihatannya memperdulikan posisiku di perusahaan! Kamu tidak mengerti! keluh Singkorn, kesal.

Aku tidak mengerti? dengus Net. Berapa lama aku hidup dirumah ini sebagai seseorang yang tidak penting? Menurutku, kamu seharusnya pikirkan tentang apa yang harus kamu lakukan sebagai gantinya. Pekerjaan kita. Ini sudah dekat kan? jelas Net, mengingatkan. Dan Singkorn menganggukan kepalanya sebagai tanda iya.


Ketika Dr. Kashane mendengar suara aneh, dia langsung merasa waspada. Dia mengambil payung dan turun untuk memeriksa siapa yang datang. Dan ternyata orang yang datang adalah Patcharee.

Ketika Dr. Kashane mendekat, Patcharee terkejut dan langsung menyiramkan air yang di pegangnya kepada Dr. Kashane. Setelah sadar siapa itu, dia langsung mengambil tissue dan meminta maaf kepada Dr. Kashane serta menjelaskan bahwa barusan dia terkejut. Dan Dr. Kashane mengomel, karena barusan dia juga terkejut, lalu dia menanyai, kenapa Patcharee datang ke tempatnya.

Aku lihat kamu sedang tidur, jadi aku tidak ingin membangunkanmu, kata Patcharee, menjelaskan. Aku membawakanmu mekanan.

Mengapa kamu membelikan nya untukku? tanya Dr. Kashane, heran.

Ng aku khawatir. Aku lihat kamu terluka. Aku kira kamu tidak akan bisa melakukan beberapa hal sendirian, jawab Patcharee dengan gugup. Lalu dia menaruh makanan di hadapan Dr. Kashane.



Karena Patcharee memakai baju lengan pendek, maka luka ditangannya pun terlihat. Dan melihat luka itu, Dr. Kashane merasa khawatir serta bertanya. Dan Patcharee diam, tidak tahu harus menjawab apa.

Jangan bilang ini karena pencuri semalam? tanya Dr. Kashane. Dan Patcharee mengiyakan. Khun Pat! Mengapa kamu tidak memberitahu ku?

Tidak ada yang peduli walaupun aku bilang, gumam Patcharee dengan pelan sambil cemberut.

Apa? tanya Dr. Kashane, tidak dengar.

Tidak ada, balas Patcharee sambil menggelengkan kepalanya. Kamu cepat  makan. Aku harus pergi.

Iya, kata Dr. Kashane dengan patuh.


Dengan kecewa, Patcharee mengulang perkataannya. Aku pergi, katanya. Dan Dr. Kashane mengiyakan. Apa kamu tidak akan menahanku? keluhnya dengan pelan. Lalu dia pergi beneran.

Ketika Dr. Kashane berbalik untuk meminta air, dia baru tersadar bahwa Patcharee sudah pergi. Tapi dia tidak terlalu peduli dan tetap lanjut makan.


Ting menunjukkan design- design perusahaan yang sebelumnya kepada Paul. Dan sambil melihat dokumen yang Ting berikan, Paul menanyai, siapa klien VIP nya.

Aku tidak tahu juga. Aku dengar itu orang asing yang dekat dengan Ayah, jawab Nai dengan jujur.

Ini pasti pernikahan besar. Bahkan diamond yang dipilih harus menjadi pusat dan tiga karat, kata Ting dengan yakin.

Aku juga dengar budget nya tidak terbatas. Pengantin pria pasti sangat mencinta penganti wanitanya, kata Mee, menambahkan.

Jadi kamu akan mengambil pekerjaan ini atau tidak? tanya Nai. Dan Paul hanya diam saja sambil tersenyum. Dan itu membuat Nai merasa frustasi.


Wirit terkejut, ketika tiba- tiba ada orang yang memegang bahunya dari belakang. Tapi ternyata orang itu adalah Suthee, dan dia langsung merasa lega.

Nai datang ke kantor Paul, dan bertanya lagi, akankah Paul menerima pekerjaan itu atau tidak. Jika Paul tidak mau, maka dia akan memberitahu Paramee untuk mencari designer yang lain.

Apa Ayahmu tidak takut aku akan mempermalukannya? Karena biasanya dia tidak percaya padaku, kata Paul, menanyakan kecurigaannya.

Ayah adalah seseorang yang bisa membedakan pekerjaan dari urusan pribadi, balas Nai, membela Paramee. Jadi apa kamu percaya diri pada bakatmu atau tidak, jujur saja.


Aku bisa melakukan tugas lebih besar daripada ini. Jadi mengapa aku harus mengkhawatirkan tugas kecil ini? balas Paul, merasa tertantang.

Jadi kamu setuju ya, tegas Nai, memastikan. Dan Paul tersenyum dengan percaya diri.


Wang tiba- tiba menelpon. Dan ketika Paul menjawabnya, dia langsung  menjadi serius. Kemudian dia membereskan meja nya dan pergi.

Melihat itu, Nai merasa bingung ada apa.


Singkorn datang ke pelabuhan untuk mengecek barang yang tiba disana. Lalu Paul serta Wang juga datang ke sana.




Wang memeriksa kotak satu persatu. Dan hasilnya dia tidak menemukan apapun. Dengan bangga, Singkorn menjelaskan kepada Paul bahwa jangan khawatir, karena jika ada masalah pada produk, di pasti akan mengifokan bagian pembelian untuk menangani nya.

Mendengar itu, Paul hanya diam saja. Lalu dia dan Wang pergi.


Setelah Paul dan Wang pergi. Singkorn dan para komplotannya langsung membongkar barang selundupan yang sebelumnya sudah mereka sembunyikan di dalam mobil angkut terlebih dahulu.

Lalu Singkorn menelpon Bos Kasin. Aku akan mengantarkan barang- barangnya ke gudang mu, katanya dengan senang.

Apa Wirit yang mengirim mu? tanya Singkorn.

Iya, Tuan, jawab Suthee yang berkerja menjadi supir.

Tunggu disini, perintah Singkorn. Lalu dia turun dari mobil.

Singkorn memerintahkan bawahannya untuk memasukkan barang- barang ke dalam gudang dan tunggu Bos Kasin datang.

Net menghubungi Paul. Tapi Paul tidak ada mengangkat. Dan dia merasa heran.



Lalu disaat itu, Nai pulang. Dan Net pun langsung bertanya padanya. Apa kamu tahu kemana Paul pergi?

Aku tidak tahu. Barusan dia pergi terburu- buru. Tapi dia tidak ada memberitahuku, jawab Nai dengan jujur.



Tepat ketika mereka berdua sedang mengobrol, Paramee datang dan mendekati mereka berdua. Kamu ada urusan apa dengan Paul? tanyanya pada Net.

Dengan gugup, Net terdiam. Dan Nai pun membantu Net untuk beralasan. Khun Net ingin berbicara kepada Paul tentang klien VIP mu. Benarkan?

Iya. Aku lihat tugas ini sangat penting. Jadi aku ingin membantu, jawab Net sambil tersenyum.

Nai kemudian memberitahu Paramee bahwa Paul bersedia untuk mengerjakan tugas ini. Dan Paramee merasa senang. Lalu dia menjelaskan kepada Net untuk tidak perlu membantu apapun, biarkan Nai saja yang membantu Paul nantinya. Mendengar itu, Net langsung cemberut.



Ketika Singkorn dan bawahannya sedang memindahkan barang- barang ke dalam gudang. Paul dan Wang datang ke lokasi.

Maaf, Khun Singkorn. Barusan aku belum mengecek seluruhnya. Jadi aku ke sini untuk mengecek nya, kata Paul sambil berjalan mendekati Singkorn.




Ketemu. Prekursor nakotika (zat atau bahan pemula atau bahan kimia yang digunakan untuk membuat Narkotika), lapor Wang sambil menunjukkan barang yang ditemukannya di dalam kotak.

Woah aku perlu mengambil foto sebagai foto, kata Paul sambil tersenyum. Lalu dia mengambil ponselnya dan merekam Singkorn. Ada yang ingin kamu katakan? tanyanya. Dan Singkorn hanya bisa diam.



Tepat disaat itu, Bos Kasin datang. Dia menembak kan pistolnya ke atas sebagai peringatan. Siapapun yang berani menyentuh barangku akan mati!” teriaknya.

Mendengar itu, Singkorn langsung mengeluarkan pistolnya juga dan mengarahkan nya kepada Paul. Tapi Paul sama sekali tidak panik dan tetap merekam aksi Singkorn.

1 Comments

Previous Post Next Post