Original Network
: Channel 7
Dengan
perhatian, Dr. Kashane menghubungi Nai untuk memastikan kalau Nai sudah pulang
dengan selamat.
Dr. Kashane
kemudian curhat kepada Paul bahwa sebenarnya dia ingin melindungi dan menjaga
Nai, tapi ntah kenapa dia selalu tidak bisa melakukannya. Dan Paul mengomentari
bahwa Dr. Kashane tidak perlu merasa bersalah, karena Dr. Kashane bukanlah
superhuman yang bisa melindungi Nai sepanjang waktu.
“Aku sudah bilang aku akan melindungi dan
menjaga Nai. Jadi aku harus menepati nya,” kata Dr. Kashane, berpendirian kuat.
“Kamu sangat mencintai dia?” tanya Paul,
ingin tahu.
“Tidak peduli berapa kalipun kamu bertanya,
jawabanku akan sama,” jawab Dr. Kashane dengan serius dan tegas.
Didalam kamar.
Ketika Paul mengingat perkataan Dr. Kashane barusan. Dan mengingat sikap Dr.
Kashane kepada Nai. Dia merasa sebal. Dan kemudian, dia merasa heran dengan
dirinya sendiri, kenapa dia merasa sebal.
Paul
kemudian keluar dari kamar. Dan tanpa sengaja, dia menemukan kacamata Nai yang
tertinggal diatas sofa. Menemukan itu, dia tersenyum.
Pagi hari.
Nai datang ke rumah Paul untuk mencari kacamatanya. Dan ketika dia sedang
menunduk- nunduk untuk memeriksa dibawah sofa, Paul keluar dari kamar, tapi dia
tidak menyadari itu.
Paul
mendekati Nai dan berdehem dibelakang nya. Lalu saat Nai berbalik, mereka pun
jadi langsung saling bertatapan secara dekat.
“Aku bos yang beruntung. Aku punya karyawan
yang menungguku didepan kamar ku,” kata Paul sambil tersenyum geli.
“Tidak. Aku datang mencari kacamataku,” balas Nai,
menjelaskan dengan canggung. “Aku mungkin melupakannya disini kemarin.”
“Oh! Kacamata! Itu milikmu?” tanya Paul,
pura- pura ingat.
“Kamu lihat itu?” tanya Nai, bersemangat. “Kemudian
bisakah aku meminta nya? Aku benar- benar membutuhkan itu, jika aku tidak
mengenakannya, aku tidak bisa bekerja, ya. Aku mohon,” pinta Nai
sambil bersikap manis.
“Tentu,” jawab Paul. Dan Nai merasa senang. “Aku tidak
tahu itu milikmu. Jadi aku simpan digudang bawah,” jelasnya sambil tersenyum.
Mendengar
itu, senyum Nai langsung redup. Dan dengan kesal, dia pergi ke gudang bawah
untuk mencari kacamatanya.
Nai mencari- cari didalam gudang sambil mengeluh. Dan dari belakang, Paul memperhatikan itu dan tertawa. Lalu dia berpura- pura bahwa dia menemukan kacamata Nai dan memakainya.
Melihat Paul
memakai kacamatanya, Nai langsung protes dan ingin merebutnya. Tapi Paul
menahan tangan Nai dan tidak memberikannya kesempatan untuk mengambil
kacacamata itu. Lalu tanpa sengaja, mereka berdua tersandung dan terjatuh.
Kemudian mereka berdua saling terdiam sambil menatap satu sama lain.
Ketika Nai
tersadar, dia langsung ingin berdiri. Tapi Paul menahannya. Dan Nai merasa
heran. “Mengapa kamu
selalu suka mengerjai ku?” keluhnya.
“Jika aku tidak mengerjai mu, kemudian siapa
yang aku kerjai?” balas Paul.
Dan Nai pun terdiam.
Tiba- tiba
Dr. Kashane datang untuk memasukkan barang ke dalam gudang. Dan dengan
canggung, Nai dan Paul langsung berdiri serta berjauhan.
“Mengapa kalian disini?” tanya Dr.
Kashane, terkejut.
“Aku menemukan tikus, jadi aku ke sini untuk
mencarinya,” jawab Paul,
berbohong dengan lancar.
“Itu benar. Ada tikus disana,” kata Nai,
ikut berbohong. “Aku takut
tikus. Jadi aku permisi duluan,” jelasnya dengan gugup. Lalu dia mengambil
kacamata nya yang dipakai oleh Paul dan pergi duluan.
“Takut tikus? Kemudian kenapa datang ke sini?” gumam Dr.
Kashane, heran.
“Aku juga buru- buru. Jadi aku pamit,” kata Paul. Lalu dia pergi menyusul Nai. Dan
dengan polosnya, Dr. Kashane percaya.
Paul
menceritakan kasus pencuri semalam kepada Wang. Dan Wang merasa kalau pasti ada
sesuatu. Dan Paul juga merasa hal yang sama, tapi dia heran, apa itu. Karena
pencuri itu tidak ada mencuri dan tidak tampak seperti datang untuk melukai,
sebab pencuri tersebut hanya membawa pisau lipat kecil, lalu pencuri itu
langsung kabur begitu saja.
“Ketika kamu pergi mengecek tambang emas,
seseorang juga mencoba melukaimu. Mungkin ini berhubungan dengan orang yang punya
konflik bisnis denganmu,” tebak Wang.
“Maksudmu mengenai penyulundupan itu?” tanya Paul,
memastikan.
“Iya. Orang- orang itu mengambil kesempatan
ketika kamu tidak ada disini untuk menyelundupkan barang- barang ilegal. Tapi
mereka tidak meninggalkan jejak dibelakang,” jelas Wang.
“Pasti akan ada yang selanjutnya,” kata Paul,
yakin.
Wirit
memberikan rambut Paul dan Paramee ke dokter untuk dites DNA nya.
Singkorn
datang mengantarkan dua diamond yang Paramee minta. Lalu dia menawarkan diri untuk membantu Paramee
mendesign.
“Design untuk apa, ayah?” tanya Nai,
ingin tahu.
“Seorang klien VIP. Mereka ingin Crown Diamond
mendesign kan cincin pernikahan tapi, ini harus menjadi rahasia,” jawab
Paramee.
Sekali lagi,
Singkorn menawarkan diri untuk membantu. Tapi Paramee menolak, karena dia ingin
memberikan tugas mendesign ini kepada Paul. Sebab itu adalah permintaan dari
klien sendiri. Klien tersebut kagum dengan design yang Paul buat untuk Amat
sebelumnya.
Mendengar
itu, Singkorn langsung berwajah muram.
Keluar dari
kantor Paramee, Singkorn menanyai Net, apa yang sebenarnya Paramee pikirkan,
sehingga Paramee menyerahkan pekerjaan sepenting ini kepada Paul.
“Mengapa kamu memperdulikan masalah kecil
seperti ini?” tanya Net,
heran.
“Kamu ingin aku tidak peduli? Sampai hari ini,
tidak ada seorang pun yang kelihatannya memperdulikan posisiku di perusahaan!
Kamu tidak mengerti!” keluh Singkorn, kesal.
“Aku tidak mengerti?” dengus Net.
“Berapa lama
aku hidup dirumah ini sebagai seseorang yang tidak penting? Menurutku, kamu
seharusnya pikirkan tentang apa yang harus kamu lakukan sebagai gantinya.
Pekerjaan kita. Ini sudah dekat kan?” jelas Net, mengingatkan. Dan Singkorn
menganggukan kepalanya sebagai tanda iya.
Ketika Dr.
Kashane mendengar suara aneh, dia langsung merasa waspada. Dia mengambil payung
dan turun untuk memeriksa siapa yang datang. Dan ternyata orang yang datang
adalah Patcharee.
Ketika Dr.
Kashane mendekat, Patcharee terkejut dan langsung menyiramkan air yang di
pegangnya kepada Dr. Kashane. Setelah sadar siapa itu, dia langsung mengambil
tissue dan meminta maaf kepada Dr. Kashane serta menjelaskan bahwa barusan dia
terkejut. Dan Dr. Kashane mengomel, karena barusan dia juga terkejut, lalu dia
menanyai, kenapa Patcharee datang ke tempatnya.
“Aku lihat kamu sedang tidur, jadi aku tidak
ingin membangunkanmu,” kata Patcharee, menjelaskan. “Aku
membawakanmu mekanan.”
“Mengapa kamu membelikan nya untukku?” tanya Dr.
Kashane, heran.
“Ng… aku khawatir. Aku lihat kamu terluka. Aku
kira kamu tidak akan bisa melakukan beberapa hal sendirian,” jawab
Patcharee dengan gugup. Lalu dia menaruh makanan di hadapan Dr. Kashane.
Karena
Patcharee memakai baju lengan pendek, maka luka ditangannya pun terlihat. Dan
melihat luka itu, Dr. Kashane merasa khawatir serta bertanya. Dan Patcharee
diam, tidak tahu harus menjawab apa.
“Jangan bilang ini karena pencuri semalam?” tanya Dr.
Kashane. Dan Patcharee mengiyakan. “Khun Pat! Mengapa kamu tidak memberitahu ku?”
“Tidak ada yang peduli walaupun aku bilang,” gumam
Patcharee dengan pelan sambil cemberut.
“Apa?” tanya Dr. Kashane, tidak dengar.
“Tidak ada,” balas Patcharee sambil menggelengkan
kepalanya. “Kamu
cepat makan. Aku harus pergi.”
“Iya,” kata Dr. Kashane dengan patuh.
Dengan
kecewa, Patcharee mengulang perkataannya. “Aku pergi,” katanya. Dan Dr. Kashane mengiyakan. “Apa kamu
tidak akan menahanku?” keluhnya dengan pelan. Lalu dia pergi
beneran.
Ketika Dr.
Kashane berbalik untuk meminta air, dia baru tersadar bahwa Patcharee sudah
pergi. Tapi dia tidak terlalu peduli dan tetap lanjut makan.
Ting
menunjukkan design- design perusahaan yang sebelumnya kepada Paul. Dan sambil
melihat dokumen yang Ting berikan, Paul menanyai, siapa klien VIP nya.
“Aku tidak tahu juga. Aku dengar itu orang
asing yang dekat dengan Ayah,” jawab Nai dengan jujur.
“Ini pasti pernikahan besar. Bahkan diamond
yang dipilih harus menjadi pusat dan tiga karat,” kata Ting dengan yakin.
“Aku juga dengar budget nya tidak terbatas.
Pengantin pria pasti sangat mencinta penganti wanitanya,” kata Mee,
menambahkan.
“Jadi kamu akan mengambil pekerjaan ini atau
tidak?” tanya Nai.
Dan Paul hanya diam saja sambil tersenyum. Dan itu membuat Nai merasa frustasi.
Wirit
terkejut, ketika tiba- tiba ada orang yang memegang bahunya dari belakang. Tapi
ternyata orang itu adalah Suthee, dan dia langsung merasa lega.
Nai datang
ke kantor Paul, dan bertanya lagi, akankah Paul menerima pekerjaan itu atau
tidak. Jika Paul tidak mau, maka dia akan memberitahu Paramee untuk mencari
designer yang lain.
“Apa Ayahmu tidak takut aku akan
mempermalukannya? Karena biasanya dia tidak percaya padaku,” kata Paul,
menanyakan kecurigaannya.
“Ayah adalah seseorang yang bisa membedakan
pekerjaan dari urusan pribadi,” balas Nai, membela Paramee. “Jadi apa
kamu percaya diri pada bakatmu atau tidak, jujur saja.”
“Aku bisa melakukan tugas lebih besar daripada
ini. Jadi mengapa aku harus mengkhawatirkan tugas kecil ini?” balas Paul,
merasa tertantang.
“Jadi kamu setuju ya,” tegas Nai,
memastikan. Dan Paul tersenyum dengan percaya diri.
Wang tiba-
tiba menelpon. Dan ketika Paul menjawabnya, dia langsung menjadi serius. Kemudian dia membereskan meja
nya dan pergi.
Melihat itu,
Nai merasa bingung ada apa.
Singkorn
datang ke pelabuhan untuk mengecek barang yang tiba disana. Lalu Paul serta
Wang juga datang ke sana.
Wang
memeriksa kotak satu persatu. Dan hasilnya dia tidak menemukan apapun. Dengan
bangga, Singkorn menjelaskan kepada Paul bahwa jangan khawatir, karena jika ada
masalah pada produk, di pasti akan mengifokan bagian pembelian untuk menangani
nya.
Mendengar
itu, Paul hanya diam saja. Lalu dia dan Wang pergi.
Setelah Paul
dan Wang pergi. Singkorn dan para komplotannya langsung membongkar barang
selundupan yang sebelumnya sudah mereka sembunyikan di dalam mobil angkut
terlebih dahulu.
Lalu
Singkorn menelpon Bos Kasin. “Aku akan mengantarkan barang- barangnya ke
gudang mu,” katanya
dengan senang.
“Apa Wirit yang mengirim mu?” tanya
Singkorn.
“Iya, Tuan,” jawab Suthee yang berkerja menjadi supir.
“Tunggu disini,” perintah Singkorn. Lalu dia turun dari
mobil.
Singkorn
memerintahkan bawahannya untuk memasukkan barang- barang ke dalam gudang dan
tunggu Bos Kasin datang.
Net
menghubungi Paul. Tapi Paul tidak ada mengangkat. Dan dia merasa heran.
Lalu disaat
itu, Nai pulang. Dan Net pun langsung bertanya padanya. “Apa kamu
tahu kemana Paul pergi?”
“Aku tidak tahu. Barusan dia pergi terburu-
buru. Tapi dia tidak ada memberitahuku,” jawab Nai dengan jujur.
Tepat ketika
mereka berdua sedang mengobrol, Paramee datang dan mendekati mereka berdua. “Kamu ada
urusan apa dengan Paul?” tanyanya pada Net.
Dengan
gugup, Net terdiam. Dan Nai pun membantu Net untuk beralasan. “Khun Net
ingin berbicara kepada Paul tentang klien VIP mu. Benarkan?”
“Iya. Aku lihat tugas ini sangat penting. Jadi
aku ingin membantu,” jawab Net sambil tersenyum.
Nai kemudian
memberitahu Paramee bahwa Paul bersedia untuk mengerjakan tugas ini. Dan
Paramee merasa senang. Lalu dia menjelaskan kepada Net untuk tidak perlu
membantu apapun, biarkan Nai saja yang membantu Paul nantinya. Mendengar itu,
Net langsung cemberut.
Ketika
Singkorn dan bawahannya sedang memindahkan barang- barang ke dalam gudang. Paul
dan Wang datang ke lokasi.
“Maaf, Khun Singkorn. Barusan aku belum
mengecek seluruhnya. Jadi aku ke sini untuk mengecek nya,” kata Paul
sambil berjalan mendekati Singkorn.
“Ketemu. Prekursor nakotika (zat atau bahan
pemula atau bahan kimia yang digunakan untuk membuat Narkotika),” lapor Wang
sambil menunjukkan barang yang ditemukannya di dalam kotak.
“Woah… aku perlu mengambil foto sebagai foto,” kata Paul
sambil tersenyum. Lalu dia mengambil ponselnya dan merekam Singkorn. “Ada yang
ingin kamu katakan?” tanyanya. Dan Singkorn hanya bisa diam.
Tepat disaat
itu, Bos Kasin datang. Dia menembak kan pistolnya ke atas sebagai peringatan. “Siapapun
yang berani menyentuh barangku akan mati!” teriaknya.
Mendengar itu, Singkorn langsung mengeluarkan pistolnya juga dan mengarahkan nya kepada Paul. Tapi Paul sama sekali tidak panik dan tetap merekam aksi Singkorn.
terimakasih...lanjutt teruss
ReplyDelete