Sinopsis
Lakorn : Praomook
E01 - 2
Kemalangan beruntun menimpa keluarga Mook. Kondisi ayah masih belum
pulih, tapi rumah mereka sudah mendapat peringatan dari bank akan di sita.
Semua terjadi dengan tiba-tiba. Praomook segera menelpon pengacara keluarganya
untuk mengonfirmasi mengenai penyitaan dan kenapa hal ini bisa terjadi.
Ternyata, rumah mereka sudah dijadikan pinjaman kepada bank sebesar 100 juta
baht, guna membayar hutang. Ayah mereka terbelit hutang karna kondisi
likuiditas perusahaan mereka selama 3 tahun ini tidak bagus. Dan sekarang,
mereka sudah terlambat membayar bunga bank. Perusahaan dan semua toko yang
mereka miliki juga sudah dijual oleh ayah mereka untuk membayar hutang, tapi
uang hasil penjualan masih belum cukup untuk melunasi semua hutangnya.
Tidak ada satupun anggota keluarga Mook yang tahu mengenai masalah
ini. Hal ini langsung menyadarkan Mook kenapa ayahnya menelponnya waktu itu dan
menyuruhnya untuk segera pulang membantu perusahaan. Penyesalan mulai merayapi
hati Mook. Dia sangat menyesal karna tidak mendengarkan permintaan ayahnya.
Andaikan saja dia mendengarkan dan segera pulang, semuanya tidak akan menjadi
seperti ini. Darika menenangkan Mook dan memintanya untuk tidak menyalahkan
diri sendiri.
Pengacara menjelaskan lebih lanjut kalau dia sedang mencoba melakukan
negosiasi sebelum penjualan aset dilakukan. Jika Mook bisa membayar bunga
hutangnya sesegera mungkin, mereka mungkin akan diberikan tambahan waktu selama
3 bulan. Dan jika ingin menebus rumah ini, harganya 50 juta baht.
Saat mendengar penjelasan pengacara, Pecht langsung menjerit tidak
bisa menerima kenyataan kalau keluarganya bangkrut. Dia juga menuduh kalau
dokumen yang ditunjukkan oleh pengacara adalah dokumen palsu.
“Petch, tenanglah. Menangis tidak akan membantu. Apapun yang terjadi,
kita harus menerimanya,” tegur Mook.
“Aku tidak mau mendengarnya! Aku tidak mau mendengar kebenaran!”
teriak Petch.
Mook hendak menegur sikap Petch yang seperti itu, tapi Darika meminta
agar Mook memberikan Petch waktu untuk menenangkan diri dan menerima semua ini.
Mook mengerti. Dia juga berjanji pada ibunya akan berusaha melunasi hutang dan
mempertahankan rumah mereka.
Kepulangan Lan ke rumah di sambut oleh amukan ayahnya, Limpichat
(Chat). Ternyata, Lan berbohong pada ayahnya kalau dia melakukan perjalanan
bisnis. Chat jadi curiga kalau Lan bukan pergi bekerja, tapi berlibur karna
wajahnya babak belur. Apapun yang dikatakan Lan, Chat tidak mau percaya. Dia
sangat kesal karna sudah menghabiskan banyak uang untuk menyekolahkan Lan di
luar negeri dengan harapan Lan akan membantunya mengelola perusahaan. Tapi, Lan
malah bermain-main dan melakukan hal tidak berguna. Lan bukannya menyangkal
atau menunjukkan penyesalan, dia malah mengakui semua itu. Dia juga bersikap
kurang ajar dengan menyebut kalau otaknya adalah pemberian ayahnya.
Chat makin emosi. Tapi, emosinya harus tertahan karna istrinya,
Sithaphat (Phat), muncul dan langsung membela putranya. Malah Phat yang
memarahi Chat balik. Dia menyuruh Chat berhenti mencari kesalahan Lan.
Menurutnya, Lan baru lulus dan masih butuh waktu utnuk beradaptasi. Akhirnya,
mereka berdua malah bertengkar di hadapan Lan. Lan juga kelihatan santai karna
Ibunya membelanya.
Kakaknya, Laknara (Lak) dan suaminya, Natdanai (Danai) yang baru tiba,
melihat pertengkaran kedua orangtunya yang disebabkan oleh Lan. Lak menyindir
adiknya yang membuat kekacauan begitu kembali. Lan tersinggung dengan ucapan
Lak dan merasa kalau dia yang selalu salah di keluarga ini dan dianggap tidak
berguna. Hubungan kedua kakak beradik ini tidak baik dan saling menyindir satu
sama lain.
Pertengkaran anggota keluarga itu akan berlangsung lama kalau bukan
Danai yang menenangkan situasi. Pat menyuruh putranya untuk segera berbenah dan
mandi kemudian makan bersama. Ketika dia memegang badan putranya, Lan meringis
kesakitan karna Ibunya menyentuh lengannya yang terluka. Chat jadi curiga dan
ingin memeriksa lengan Lan. Lan tidak mengizinkannya dan kabur ke kamarnya.
Tapi, baru beberapa langkah menaiki anak tangga, dia jatuh pingsan (asli,
jatuhnya pelan-pelan euy, biar nggak sakit kayaknya. Wkwkwk).
Satu keluarga Lan langsung panik dan bergegas membawanya ke rumah
sakit.
Mook berusaha mengumpulkan uang untuk membayar bunga dengan menjual
semua barang-barangnya. Pembantu rumah mereka, Ting, juga ikut membantu dengan
memberikan tabungan uangnya selama ini. Mook benar-benar terharu atas bantuan
Ting. Masalahnya, walaupun dia menjual semua barangnya, dia hanya bisa
mendapatkan beberapa ratus ribu baht saja. Karna itu, dia menelpon Oak untuk
mencarikannya job sebagai DJ setiap hari dari jam 7 pagi sampai 2 subuh,
dimanapun. Dia juga mau menerima endorse barang.
Ting jadi khawatir kalau Mook memaksakan diri bekerja, dia bisa
kolaps. Bagi Mook, ini adalah hal yang harus dilakukannya meskipun sulit, demi
keluarganya.
Marut masih belum bisa melupakan sosok DJ Prao dan akhirnya menyuruh
sekretarisnya, Poom, mencari informasi mengenai DJ Prao. Poom, si sekretaris,
malah menggoda bosnya yang begitu tertarik dengan DJ Prao. Dengan baiknya, dia
menanyakan apakah Rut sudah menyelesaikan masalah dengan gadis-gadisnya dan
jangan sampai terlibat masalah. Wkwkwk. Rut jadi kesal. Dengan sigap, Poom
langsung beranjak pergi sebelum Rut memarahinya.
Petch masih saja tidak bisa menerima kenyataan kalau ayahnya jatuh
bangkrut. Tapi, berbanding terbalik dengan Mook yang berusaha mengumpulkan uang
untuk membayar bunga dan hutang keluarga mereka, Petch malah bersikap masa
bodoh dan asyik bermain game di laptopnya.
Mook yang datang ke kamarnya bersama Ting, sangat marah karna Petch
mengabaikan perintahnya. Sebelumnya, dia sudah memerintahkan Petch untuk
mengemasi barang-barangnya untuk dijual. Bukannya menjawab pertanyaan Mook,
Petch malah memilih diam dan membungkam telinganya dengan headphone. Kesabaran
Mook sudah habis meladeni sikap masa bodoh Petch. Dia pun memerintahkan Ting
untuk mengemas semua koleksi – koleksi patung/boneka anime dan karakter game Petch
untuk dijual.
Petch segera bangkit dari kursinya dan menghalangi Ting untuk
menyentuh semua barang koleksinya. Sikap Petch benar-benar kelewatan dan egois.
Dia tidak mau membantu keluarganya sama sekali. Dia juga tidak mau menjual
semua koleksinya karna dia sudah membeli semuanya dengan mahal dan koleksi itu
adalah edisi terbatas. Mook dengan suara tegas, menegaskan pada Petch kalau
kondisi keluarga mereka tidak lagi sama dan jika mereka sudah pulih, mereka
bisa membeli semua koleksi itu kembali.
Petch malah bersikap kurang ajar pada Mook. Baginya, semua koleksi itu
lebih berharga. Mook sangat marah dan kecewa dengan sikap Pethc. Apa jika
mereka tidak punya rumah atau makanan, semua koleksi itu bisa membantu?
“Tapi hari ini kita masih punya rumah. Kita tidak kelaparan. Ada
makanan di kulkas. Aku tidak akan menjualnya, apapun yang terjadi,” jawab
Petch, sangat egois.
Mook tidak habis pikir karna Petch begitu egois. Petch malah membantah
kalau dia tidak egois, tapi Mook yang egois karna tidak mempedulikannya. Dia
juga membandingkan semua koleksinya sama dengan peralatan DJ yang Mook punyai.
“Mereka tidak sama, Petch. Peralatan DJ itu membantuku menghasilkan
uang. Barang koleksimu bisa apa?!” marah Mook.
“Kau tidak akan mengerti jika kuberi tahu.”
“Benar, aku tidak akan mengerti. Yang kupahami, aku harus
menyelematkan rumah ini untuk saat Ayah kembali. Karna ini hal paling berharga
yang keluarga kita miliki. Tapi, jika rumah ini tidak berarti bagimu, baiklah.
Aku mengerti. Tapi, pernahkan kau memahami ibu atau aku? Tanya dirimu sendiri!”
Usai mengatakan semua itu, Mook pergi meninggalkan kamar Petch.
Bukannya menyesali tindakannya atau ucapannya, Petch malah memilih pergi dari
rumah ke tempat peluncuran game. Dia benar-benar tidak peduli dan tidak mau tahu
mengenai keadaan keluarganya sekarang.
Padahal, Darika, ibu mereka saja mampu menerima keadaan ini. Darika
pergi ke rumah sakit untuk menjaga suaminya. Hatinya benar-benar sedih karna
suaminya menyembunyikan semua masalahnya selama ini dari mereka. Walau suaminya
masih belum sadarkan diri, Darika terus bicara padanya untuk tidak menyalahkan
diri dan mereka pasti bisa menebus rumah mereka kembali.
Mook sangat kepikiran dengan ucapan Petch tadi. Dia tidak ingin
dianggap sebagai orang egois karna memaksa menjual barang koleksi Petch, tapi
tidak mau menjual peralatan DJ dan semua kaset DJ koleksinya. Semua peralatan
itu adalah hadiah dari ayahnya dulu, karna dia masuk universitas. Kebahagiaan
saat menerima semua peralatan DJ tersebut, masih membekas dibenak Mook hingga
sekarang.
Mook meminta bantuan Ting untuk mengemas semua barang dan kaset DJ-nya
untuk dijual. Ting tidak mau membantu dan melarangnya menjual semuanya.
Menurutnya, Mook bukan orang egois walau tidak menjual peralatan tersebut,
karna semua peralatan DJ itu membantu Mook menghasilkan uang. Dia bisa
menggunakan peralatan itu untuk bekerja atau disewakan.
“Kau benar. Sikapku impulsif,” sadar Mook.
“Khun Mook. Beri waktu pada adikmu. Setelah tenang, dia pasti akan
membantu keluarganya.”
“Kuharap begitu.”
Sementara itu, di rumah sakit, Pat dan Chat menelpon Marut untuk
menanyakan apa yang sebenarnya terjadi sama Lan hingga bisa terluka. Rut
menceritakan semuanya dan merasa kalau tembakan itu mungkin hanya salah
sasaran. Chat jadi kesal karna kena tembak itu bukan masalah kecil. Dan
sekarang, Lan mengalami demam tinggi akibat infeksi luka tembak tersebut. Rut
terlihat khawatir, tapi dia tidak menunjukkan reaksi apapun. Dia malah
mengakhiri telepon.
Walau sering memarahi Lan, Chat sangat khawatir pada keadaan putranya
tersebut. Andai saja penembakan itu terjadi di Bangkok, dia pasti menangkap
pelakunya dan memenjarakannya. Pat juga sangat khawatir kalau Lan kenapa-napa.
Dulu, Lan juga pernah masuk rumah sakit dan tidak sadarkan diri. Saat
itu, ayah, ibu dan Lak sangat mengkhawatirkan kondisinya.
Tapi, sekarang, Lak kelihatan tidak peduli pada kondisi adiknya itu.
Dia menganggap remeh kondisi Lan dan juga ini karna kelakuannya sendiri. Pat
tentu marah mendengar komentar sinis Lak.
Lak sangat kesal. Apalagi memikirkan Danai yang baru kembali dari
Hongkong dan selama ini bekerja tanpa henti, bukannya beristirahat malah harus
membantu mengurusi Lan dan rumah sakit. Danai tidak masalah melakukan semua ini
karna dia sudah menganggap Lan seperti adiknya. Berbeda dengan sikap suaminya,
Lak kelihata muak karna Lan selalu saja membuat masalah dan entah kapan akan
dewasa. Baginya, adiknya itu hanyalah beban.
Danai benar-benar pandai menenangkan dan mengambil hati Lak. Dia
memuji Lak yang cerdas dan sempurna, hingga dia juga harus seperti itu, jika
tidak, Lak tidak mungkin memilihnya. Danai merasa terharu dengan ucapan Danai.
Baginya, Danai adalah pria baik dan dia beruntung bisa menikah dengannya. Danai
lah alasan hidupnya sempurna.
Chat dan Pat masih setia menjaga putra mereka di kamar rawatnya. Pat
benar-benar khawatir kalau kejadian dulu terulang lagi dan kondisi Lan akan
semakin memburuk. Karena Pat membahas hal itu, Chat langsung teringat dengan
pernikahan Lan dahulu yang mereka lakukan untuk kesehatan Lan. Chat merasa
kalau sebaiknya mereka berkonsultasi lagi dengan ‘ahli’ agar bisa mendapatkan
solusi. Tapi, untuk melakukan konsultasi, mereka tentu harus membuat janji dulu
dan entah kapan baru bisa mendapatkan jadwal. Karna itu, Pat lebi memilih
menggunakan metodenya dulu.
Dia mengeluarkan sebuah foto kecil dari dompetnya yang akan digunakan
untuk membantu kondisi Lan pulih. Chat sampai terkejut saat melihat foto
tersebut dan tidak menyangka kalau istrinya masih terus membawa – bawa foto
itu. Pat menjawab kalau dia selalu membawa foto itu karena bisa membalikkan
keadaan dan membuat Lan pulih.
“Kumohon, tolonglah putraku,” doa Pat dan meletakkan foto itu dibawah
bantal Lan.
Chat pun melakukan hal yang sama seperti Pat. Berdoa agar foto itu
bisa membantu menyembuhkan putra mereka.
Foto apakah itu?
--
Sementara itu, Petch sudah tiba di depan pintu masuk gedung acara
peluncuran game. Saat mau masuk ke dalam, dia langsung teringat kondisi ayah
dan keluarganya termasuk kemarahan Mook tadi. Hal itu membuatnya jadi melamun
dan berjalan terlalu pelan di pintu putar.
Marut yang baru saja melewati pintu putar tersebut, melihat Petch yang berjalan terlalu lama, dibandingkan kecepatan berputar pintu. Melalui perhitungannya, jika Petch tetap berjalan seperti itu, dia bisa mengalami kecelakaan terjepit pintu.
Refleks, dia menarik Petch keluar dari pintu. Petch
yang melamun, kaget ditarik tiba-tiba hingga hampir terjatuh dan langsung
menarik kerah baju Rut hingga kancing bagian atas baju copot.
Huft. Petch sangat cepat melupakan masalah keluarganya. Begitu melihat
wajah Rut, dia langsung teringat dengan sosok Rut di video wawancara yang
selalu ditontonnya. Rut adalah pengusaha pengembang video game yang melakukan
pekerjaannya karna menyukai game video. Dari hobi bermain game, Rut mulai
menjual barang-barang dalam game dan mengumpulkan uang. Tujuannya adalah
membuat game-nya sendiri. Dan kini, dia sudah mendirikan perusahaan Mars Wiz.
Parah! Petch malah
bertingkah genit dihadapan Rut, tanpa menyadari bahaya yang hampir menimpanya.
Rut kelihatan tidak suka dengan sikap ceroboh dan bodohnya, menjabarkan apa
saja yang terjadi jika dia tidak menolong Petch. Jika terjepit pintu tadi,
Petch bisa mengalami patah tulang, tercekik, menyebabkan paru-paru tertusuk
atau bahkan mematahkan lehernya! Bukan hanya akan melukai diri sendiri, Petch
juga bisa membuat orang lain terluka karna sikap cerobohnya.
Petch merasa kalau ucapan Rut sangat kasar. Dia sangat malu apalagi
ada banyak orang di sana yang menonton Rut memarahinya. Dengan liciknya, Petch
mulai menangis meraung-raung hingga semua orang jadi salah paham sama Rut.
Untungnya, Poom mendengar suara ribut-ribut dan keluar dari ruangannya. Dia
segera membantu Rut menyingkirkan semua pengunjung dengan memberitahukan ada
hadiah gratis di dalam area acara.
Setelah semua orang pergi, Poom baru menanyai Rut kenapa membuat Petch
menangis? Apalagi melihat baju Rut yang terbuka dibagian tas, Poom jadi mengira
‘sesuatu’ terjadi. Rut segera menyuruhnya untuk tidak salah paham dan bantu dia
agar Petch berhenti menangis. Petch baru mau berhenti menangis jika mereka
memberikannya model (patung biru berbentuk manusia duduk telentang) edisi
terbatas yang ditandatangani oleh Rut.
Petch ingin mendapatkan model itu secara gratis karna dia adalah fans
Rut dan sudah memainkan game buatan game sejak dirilis pertama kali. Dia datang
ke acara hari ini juga untuk mencoba game baru buatan Rut. Dia tidak pernah
melewatkan satupun acara Rut. Karna itu, dia sangat menginginkan model terbatas
tersebut. Dia sudah mengikuti semua kompetisi berhadiah yang diadakan di game,
tapi tidak pernah menang sekalipun.
Poom tidak mau memberikannya dan menyuruh Petch untuk berhenti memohon. Jika dia ingin mendapatkannya, dia harus menang kompetisi. Lagipula, hati bosnya sekeras batu. Tebakan Poom benar, Rut tidak akan mau memberikannya. Tapi, karna Poom menyebut hatinya sekeras batu, Rut jadi ingin memberikannya. Dia ingin membuktikan kalau hatinya tidak sekeras batu.
Awalnya, Rut kesal
karna Petch begitu memaksa, tapi seulas senyum tersungging dibibirnya saat
mendengar suara bahagia Petch yang amaat senang mendapatkan model tersebut.
Setelah Poom dan Rut pergi, Petch baru melihat kancing baju Petch yang
terjatuh dilantai. Bukannya mengejar untuk langsung mengembalikan kancing
tersebut, Petch memilih untuk menyimpannya.
Pria yang waktu itu menguntit dan menembak Lan, kembali muncul. Kali
ini, dia muncul di rumah sakit dan bersiap menyuntik infus Lan dengan
suntikan berisi cairan berbahaya. Sebelum dia sempat melakukannya, Lan
menyentuh tangannya.
“Siapa kau?”
“Lan,ini aku,” jawab Ibu.
Lan kelihatan terkejut karna yang ada dihadapannya adalah ayah dan
ibunya. Padahal, dia yakin kalau yang dilihatnya tadi adalah pria bermasker
mencurigakan. Ah, mungkin dia hanya bermimpi.
Salah! itu bukan mimpi. Pria itu benar-benar muncul dihadapan Lan
tadi. Lan juga sempat sadar dan hendak menarik maskernya, tapi si pria segera
memukul tengkuk lehernya dengan keras hingga dia pingsan. Pria itu tidak sempat
menyuntikkan cairan tersebut, karna sudah terdengar suara ayah dan ibu Lan.
Dengan sigap, dia bersembunyi di balik pintu dan ketika ada celah, dia keluar
dan kabur melalui pintu darurat rumah sakit.
Pat sangat senang karna demam Lan sudah turun. Mereka merasa kalau ini
semua berkat metode yang mereka lakukan. Dengan bangga, Pat menunjukkan foto
yang sudah menyelamatkan nyawa Lan. Foto pernikahan Lan dengan Mook saat
remaja. Lan kelihatan kesal karna dia sembuh berkat dokter, bukan foto itu. Dia
bisa sembuh tanpa mengandalkan orang lain. Mau apapun yang dikatakannya, bagi
Pat dan Chat, dia sembuh karna foto tersebut.
Karna Lan sudah sadar, sekarang Lan harus memberitahu, bagaimana dia
bisa ditembak? Apa yang terjadi?
“Kubilang kali ini, kamu tidak boleh gagal. Tidak, aku tidak mau
alasanmu. Cari cara untuk mengatasi ini. Aku akan memberimu kesempatan. Jika
kamu gagal, selesai sudah,” ujar Lak pada seseorang diseberang telepon dengan
mencurigakan.
Lak juga kelihatan sangat terkejut saat melihat Danai ada
dibelakangnya. Danai khawatir melihat Lak yang kelihatan gugup dan stress. Lak
berkata kalau dia baik-baik saja hanya saja karyawanya gagal melakukan tugas.
Danai menunjukkan perhatiannya pada Lak, tapi mood Lak beneran lagi buruk
sehingga dia menanggapi perhatian Danai dengan sinis. Dia merasa stress karna
mereka sudah membuktikan diri dan kemampuan pada ayahnya selama bertahun-tahun,
namun ayahnya, malah ingin membiarkan Lan yang mengelola perusahaan. Padahal,
Lan tidak bertanggung jawab. Jika Lan gagal, siapa yang akan bertanggung jawab!
“Tapi, ayahmu adalah pemilik perusahaan. Kelak, perusahaan ini akan
menjadi milikmu dan Lan,” tenangkan Danai.
Lak tidak bisa tenang. Dia yakin Lan akan merebut perusahaan darinya.
Menurutnya, hal ini tidak adil karna mereka yang bersusah payah membangun
perusahaan. Dia tidak akan membiarkan Lan merebut perusahaan dairnya.
“Lak, jangan katakan ini di depan ayahmu. Kalian bersaudara. Kalian
tidak boleh merebutkan warisan,” nasehati Danai.
“Danai, aku melakukan ini demi kita berdua.”
“Aku tahu. Tapi aku tidak mau menjadi penyebab pertengkaran kalian.
Selain itu, Lan bilang tidak mau bekerja di perusahaan. Jangan khawatir.
Tenanglah.”
“Aku akan melakukannya untukmu. Jika kita kehilangan ini, aku tidak
akan tinggal diam.”
Danai mengerti. Dia masih berusaha menghibur Lak dan memintanya
tersenyum, tapi Lak tidak mau.
Di kamar rawatnya, Lan berbohong pada ayahnya kalau orang yang
menembaknya hanya salah orang. Ayah tidak percaya sama sekali padanya. Dia
lebih percaya kalau Lan bilang dia berkelahi. Dan juga, dia ingin Lan segera
sembuh dan membantunya di perusahaan. Ini perintah.
Mereka bicara terus tanpa menyadari kalau Lak dan Danai ada di balik
tembok dan mendengar semuanya.
Lan tetap pada keputusannya sedari dulu. Dia tidak mau bekerja pada
ayahnya dan ingin membangun perusahaannya sendiri. Padahal itu adalah tujuan
yang bagus, tapi Chat malah menyepelekan Lan. Dia yakin Lan tidak akan pernah
berhasil merintis perusahaannya karna Lan belum pernah bekerja. Dia menyebut
Lan hanya bersikap sombong padahal tidak memiliki apapun.
“Lantas, kenapa ayah ingin aku bekerja di perusahaan ayah? Ayah tidak takut aku akan menghancurkannya?”
Chat terdiam, sebelum akhirnya menjawab kalau dia nggak punya pilihan
karna Lan adalah ahli waris keluarga mereka. Dan merupakan satu-satunya orang
yang akan meneruskan pekerjaannya. Lan menolak dengan tegas dan menyarankan
ayah untuk memberikan perusahaan pada Lak dan Danai. Lak kan juga anak ayahnya,
tidak harus dia yang mewarisinya.
“Ayolah, Lan. Kakakmu seorang wanita. Dia menjadi orang asing begitu
memakai marga pria lain. Kakak iparmu orang asing. Kau harus meneruskan nama
keluarga. Kau juga satu-satunya orang yang akan meneruskan pekerjaan ayah.
Berhentilah melempar tanggung jawab!” ujar Chat.
Lak merasa terluka mendengar ucapan ayahnya. Dia kecewa karna ayahnya
menganggapnya orang asing dan dia tidak akan pernah mewarisi perusahaan.
Suasana menjadi sangat tegang. Pat berusaha mencairkan situasi dengan alasan
kalau Chat hanya terbawa emosi tadi dan semua perkataannya tidak beneran. Chat
benar-benar kelimpungan sehingga dia hanya mengikut saat Pat menariknya keluar
kamar.
Diluar, Pat memarahi Chat karna bicara tanpa berpikir. Chat membela
diri kalau itu karna Lan memancing emosinya. Keduanya jadi berdebat mengenai
Lan yang tidak pernah mau mendengarkannya.
Di dalam kamar, Lak dan Lan juga berdebat. Lak sangat kecewa karna
ayah akan mewariskan perusahaan pada Lan hanya karna Lan adalah anak pria
sementara dia wanita. Padahal, dia dan suaminya lah yang sudah berkerja keras
demi perusahaan dan malah dianggap sebagai orang asing.
“Kau mau perusahaan kan? Ambil saja,” ujar Lan, acuh.
Ucapan acuh itu yang membuat Lak semakin marah. Walau dia ingin
mengambilnya, ayah tidak akan mengizinkannya. Lan juga marah karna dia juga
tidak pernah menginginkannya dan ayah juga selalu menentang pendapatnya.
Keduany sama-sama merasa tidak adil.
Danai menengahi keduanya dengan berujar kalau ayah mereka menyanyangi
mereka berdua dan punya cara berbeda untuk menunjukkannya. Lak jadi kesal karna
Danai selalu membela ayahnya, apa dia pengacaranya?! Akhirnya, Danai juga
terkena luapan emosi Lak.
“Apa rencanamu mengenai penembaknya? Kau melihatnya?” tanya Lak,
tiba-tiba, mengalihkan topik.
“Tidak. Aku tidak tahu.”
“Apa yang akan kau lakukan jika mereka ternyata bukan salah orang?”
tanya Danai.
“Ku rasa mereka salah orang. Jangan cemaskan aku.”
Danai hanya bisa menasehatinya untuk lebih berhati-hati. Dan jika
terjadi sesuatu, hubungi dia.
Yang aneh, adalah ekspresi wajah Lak saat melirik Lan.