Sinopsis K- Drama : Law School Episode 11/1

 

Original Network : jTBC Netfix

Jong Hoon masuk ke dalam taksi dan menuju ke suatu tempat. Dan didalam taksi, dia menghubungi sebuah nomor yang diberikan oleh si Penusuk.


Flash back

“Aku melakukannya karena aku dendam! Tidak ada yang memerintahku!” teriak si Penusuk, penuh arti. Lalu dia meletakkan telapak tangannya di kaca pemisah. Dan ditelapak tangannya tertulis sebuah nomor telpon. “Aku permisi dulu,” katanya dengan pelan. Lalu dia kembali ke penjara nya.

Flash back end

“Aku dalam perjalanan,” kata Jong Hoon, ditelpon.

Man Ho keluar dari dalam taksi. “Aku di sini,” katanya, di telpon. Lalu dia masuk ke dalam gedung di dekat sana.

Jong Hoon keluar dari dalam taksi. “Aku baru sampai,” katanya, di telpon.

Ketika Man Ho  masuk, dua orang bodyguard memeriksa seluruh tubuhnya.


Jong Hoon masuk ke dalam restoran yang sepi. Dia menuju ke meja di bawah payung pantai dengan lilin menyala seperti yang di instruksi kan orang di telpon. Dan dimeja tersebut dia menemukan sebuah tas hitam.


Jong Hoon membawa tas hitam itu pulang ke apatermennya. Didalam tas tersebut, ada tapak sepatu, jarum suntik, dan pena Byung Ju.

Man Ho masuk ke dalam ruangan. “Kau berjanji akan menemukannya, maka tepatilah janjimu,” katanya kepada pria berambut uban yang duduk membelakanginya. Dan si Uban hanya diam saja.



Lalu Asisten Uban maju dan menunjukkan sebuah foto pria kepada Man Ho. Pria difoto itu adalah putra yang selama ini Man Ho cari- cari. Dan melihat itu, Man Ho sangat bahagia sekali sambil tertawa dengan keras.

Yang lain sudah mulai magang seperti Ye Beom, Bok Gi, dan Joon Hwi. Kecuali Kang Sol A dan B, karena mereka belum mendapatkan tempat magang. Namun ketika Kang Sol A meminta satu jam waktu mereka untuk berkumpul dan membahas tentang kasus Ye Seul, mereka semua meluangkan waktu mereka dan datang ke kampus.

Kang Sol A memberitahu semuanya bahwa dia sudah mencari tahu, tapi tidak banyak kasus yang membahas tentang pembelaan diri, baik disidang biasa maupun sidang juri. Juga juri jarang memberikan putusan untuk pembelaan diri. Jadi pelaku kekerasan sering dibebaskan dan asas pembelaan diri diabaikan.

“Bukankah itu akan merugikan Ye-seul? Kalau begitu, sidang biasa…” keluh Bok Gi.

“Bagaimana jika Ko Hyeong-su memakai koneksinya?” balas Kang Sol A, mengungkit hal yang paling mengkhawatirkan. “Setidaknya, hakim tak bisa putuskan semaunya di sidang juri,” jelas nya.

Diluar ruang kelompok, Ye Seul duduk dengan gugup mendengarkan pembahasan semuanya. Lalu ketika Eun Suk datang dan mengajaknya untuk masuk, dia mengikutinya.


Kang Sol B berpendapat bahwa niat Yeong Chang untuk menyebarkan video, itu harus dijadikan fakta agar dianggap sebagai pembelaan diri. Namun sekarang Yeong Chang bersikeras bahwa video itu direkam atas persetujuan dan dia ingin menghapusnya untuk mematahkan argumen mereka. Jadi mereka harus buktikkan pernyataan Yeong  Chang itu palsu. Sayangnya, Ye Seul tidak mempunyai apapun untuk membuktikan itu.

“Andai kau merekam ancamannya…” gumam Kang Sol B, kecewa.

“Kenapa kau menyudutkannya? Siapa yang pacaran seperti itu?” keluh Bok Gi, melindungi Ye Seul yang disalahi. Dan Kang Sol A setuju dengan nya.

“Dia merekamnya diam-diam. Saat kau menyadarinya, seharusnya kau minta dia menghapusnya. Kau harus lebih cermat sebagai mahasiswa hukum,” komentar Kang Sol B dengan tajam.

“Dia sudah usahakan semampunya,” bela Kang Sol A sambil menunjukkan sertifikat medis Ye Seul.


Melihat sertifikat medis itu, Kang Sol B merasa heran kenapa Ye Seul tidak melaporkan Yeong Chang saja. Dan Ye Seul kesulitan untuk menjawab. Lalu Kang Sol A lah yang menjelaskan kepada semuanya, polisi dan jaksa sudah bertanya pada Ye Seul berkali- kali, tapi Ye Seul tetap menolak.

“Kalau begitu, jawablah,” kata Kang Sol B dengan tegas. “Pernyataanmu berbeda kepada polisi dan jaksa. Konsistensi cerita korban penting dalam kasus kekerasan seksual,” jelasnya.

“Tidak adil jika seseorang didakwa bersalah karena inkonsisten,” komentar Ye Beom

Ye Beom menyanyangkan bukti sertifikat medis yang Ye Seul berikan, karena itu sama sekali tidak membuktikkan kalau Yeong Chang ada merekam Ye Seul secara diam- diam.

“Tunggu, mungkin berguna bagi juri jika kita tunjukkan ini,” kata Kang Sol A sambil menunjukkan foto luka- luka ditubuh Ye Seul.

“Sebelum itu, mereka akan lihat ini terlebih dulu,” balas Joon Hwi sambil melemparkan foto Yeong Chang yang terluka sekarang.


Suasana tiba- tiba menjadi tidak nyaman. Dan untuk memperbaiki suasana, Eun Suk mengajak semuanya untuk makan gimbap yang dibawanya.

Setelah diskusi selesai, semuanya bubar untuk berangkat magang, kecuali Bok Gi. Dia mencoba menghibur Ye Seul supaya jangan masukan ucapan Kang Sol B ke dalam hati. Dan Kang Sol A setuju dengan Bok Gi, juga menurutnya Kang Sol B dan Ji Ho itu mirip, mulut mereka sama- sama tegas dan bermulut tajam. Dan Ye Seul mengerti.


“Kau harus berangkat magang,” kata Ye Seul, mengingatkan Bok Gi.

“Tidak kusangka kau berakhir magang di kantor Park Geun-tae, si serakah itu,” komentar Kang Sol, merasa kasihan pada Bok Gi.


Tepat disaat itu, Pengacara Park muncul dibelakang Kang Sol A dan mengejutkan Kang Sol A sampai melompat.

“Ada yang mau menerimamu? Setidaknya aku menerimanya. Tapi kau? Tidak, terima kasih,” kata Pengacara Park dengan agak ketus.

“Aku juga akan menolak,” gumam Kang Sol A sambil cemberut.

Lalu Pengacara Park mendapatkan telpon dari Penjaga Dong.

Penjaga Dong meneriaki Pengacara Park untuk memindahkan mobilnya, karena ini adalah tempat parkir sepedanya. Lalu dia menendang- nendang mobil Pengacara Park sebagai ancaman. “Cepat! Cepat!” perintahnya.

Diklinik hukum. Eun Suk menjelaskan dengan jujur. Awalnya hanya Jong Hoon yang yakin kalau Kang Sol B menjiplak. Tapi setelah dia mendengarkan cerita Kang Sol B, dia mulai ragu terhadap Kang Sol B. Dia mulai bertanya- tanya, bagaimana jika kecerdasan Kang Sol B membuat Kang Sol B bisa berbohong, bahkan setelah menjiplak.

“Katamu kau mulai ragu…” kata Kang Sol B. Dan Eun Suk menggangukkan kepalanya. “Jika kau mulai ragu, itu artinya, keyakinan Prof. Yang berbahaya,” komentarnya. Lalu dia pamit dan pergi.

Tepat disaat itu, Pengacara Park datang ke klinik hukum. Dan Eun Suk menyuruhnya untuk duduk serta menanyai, apakah Pengacara Park pernah mendengar ‘Ortu Jahat’.

“Sinetron?” tanya Pengacara Park. “Sinetron macam apa itu?” tanyanya, sama sekali tidak tahu tentang ‘Ortu Jahat’. Dan dengan tidak sabaran, Eun Suk mengambil garpu kecil.

Ye Beom dan Joon Hwi magang dikejaksaan dan ditempatkan di kantor Jaksa Jin. Mengetahui itu, Ye Beom sangat stress sekali dan tidak tenang, dia takut Jaksa Jin akan mengenalinya. Tapi Joon Hwi bersikap biasa saja.


Ketika Jaksa Jin bertemu mereka berdua, dia hanya menyapa Joon Hwi saja dan mengabaikan Ye Beom yang memperkenalkan dirinya.



Ji Ho diwawancara oleh Pengacara Song. Ketika dia ditanya, dia mengakui bahwa dia tidak terlalu dekat dengan Ye Seul. Tapi Pengacara Song kurang percaya, karena setahunya, Ji Ho dan Ye Seul satu kelompok belajar, dan kelompok belajar mereka bekerjasama untuk membantu Ye Seul.

“Aku melakukannya atas perintah Prof. Yang, dan aku sudah keluar sebelum kemari,” kata Ji Ho, menjelaskan.

“Kau keluar? Kau tak perlu,” kata Pengacara Song, penuh arti.


Tiba- tiba Pengacara Song mendapatkan telpon, jadi diapun keluar dari ruangan untuk menjawabnya.

Ji Ho yang tinggalkan didalam ruangan, ketika dia melihat kertas tentang kasus Ortu Jahat yang mencuat di bawah file Pengacara Song, dia merasa penasaran dan melihatnya sedikit. Dikertas itu tertulis data tentang seseorang bernama SONG KI- JOON. Lalu ketika Pengacara Song akan kembali, dia menutupi kertas itu dengan buku file, seperti sebelumnya.


“Kau boleh pulang hari ini,” kata Pengacara Song. Dan Ji Ho merasa terkejut. “Sebagai jaminan, begitu lolos ujian pengacara, kau bisa langsung bekerja di sini,” katanya, memberikan iming- iming.

Diluar ruangan. Ye Beom menelpon seseorang dan menceritakan kalau Seung Jae ada dikantor kejaksaan.

Kasus pertama yang Jaksa Jin berikan kepada Joon Hwi adalah kasus peretasan yang Seung Jae lakukan untuk mencuri soal ujian. Dan Joon Hwi menolak kasus ini, karena seharusnya kasus ini dialihkan kepada yang lain, sebab Jaksa Jin adalah Jaksa untuk kasus Jong Hoon.


“Kau takut aku membuat kesepakatan dengan tersangka, yang merupakan murid Prof. Yang?” kata Jaksa Jin, mempertanyakan Joon Hwi. “Kalau kau curiga, kau bisa menanyainya, Petugas Han Joon-hwi. Kau magang di sini, kuberi kau kesempatan untuk menyelidiki, di tempat lain, kau hanya disuruh duduk,” jelasnya sambil menarikkan kursi untuk Joon Hwi duduk. “Mari kita lihat sehebat apa dirimu, Tn. Lolos Tahap Dua,” sindirnya.

Mendengar itu, Joon Hwi diam. Seung Jae merasa tidak nyaman dan malu. Sementara Ye Beom yang kembali ke ruangan merasa canggung dang gugup.


Kantor anggota dewan memiliki kesempatan untuk merekrut anak magang dari falkutas hukum. Dan Kang Sol B berniat untuk mendaftar disana, karena dia telah ditolak di Pengadilan serta di Mahkamah Konstitusi. Lalu dia menanyai, apakah Kang Sol A juga mau bergabung. Karena dia tahu kalau Kang Sol A susah tidur, sebab kesulitan mencari tempat magang.

“Itu karena aku mencari preseden sidang juri…” kata Kang Sol A, berbohong dengan sikap kurang menyakinkan.

“Aku tak yakin kau akan diterima,” komentar Kang Sol B dengan tajam. Lalu dia pergi.


Sebenarnya, Kang Sol A juga ingin mencoba daftar, tapi dia tidak yakin apakah bisa. Kemudian disaat itu, Eun Suk lewat, dan dia melihat informasi tempat magang diponsel Kang Sol A.

“Magang bersama Anggota Dewan Ko?” gumam Eun Suk. Dan Kang Sol A menghela nafas lemas.


Awalnya Joon Hwi tampak sulit. Tapi kemudian dia bersikap profesional. Dia mengajukan berbagia pertanyaan kepada Seung Jae. Dan ketika Jaksa Jin ingin ikut campur bertanya- tanya, dia menatap Jaksa Jin dengan tajam, sehingga Jaksa Jin pun diam serta menonton mereka saja.


“Jadi, kau mungkin tak akan menyerahkan diri jika itu tak terjadi pada Tn. Yang?” tanya Joon Hwi secara blak- blakan. Dan Seung Jae tidak bisa menjawab. “Kau akan melanjutkan perbuatanmu jika tidak tertangkap?” tanyanya, lagi.

“Itu… Ya. Mungkin saja,” jawab Seung Jae dengan pelan.



“Jika ketidakbersalahannya dapat dibuktikan tanpa kesaksianmu, maka kau mungkin tak akan pernah mengaku. Kau hanya merasa bersalah saat seseorang mati?” tanya Joon Hwi, lagi. “Bukan hanya mengurangi kepercayaan pada sistem penilaian Fakultas Hukum Hankuk, kau juga tak berempati terhadap sesama mahasiswa yang sudah belajar mati-matian,” komentarnya dengan tajam. “Bukankah seharusnya kau dapat ganjaran untuk itu?”


Seung Jae terdiam, tidak bisa menjawab, karena dia merasa sangat bersalah dan takut. Melihat itu, Jaksa Jin menyuruh Ye Beom untuk memberikan Seung Jae segelas air, dan menasehati Joon Hwi supaya jangan terlalu galak.



Joon Hwi mengabaikan Jaksa Jin dan terus mengajukan pertanyaan- pertanyaan yang tajam kepada Seung Jae. Hingga Seung Jae merasa semakin gugup dan takut.

“Pada hari insiden, apa kau benar-benar mendengar pembicaraan antara Tn. Yang dan Tn. Seo Byung-ju melalui telepon dari lemari bajunya?” kata Joon Hwi, menanyakan pertanyaan paling penting. Mendengar itu, Jaksa Jin menatap Seung Jae.

Ditoilet. Seung Jae mencuci wajahnya untuk menenangkan diri. Lalu Ye Beom datang menghampirinya. Dia merasa bersimpati kepada Seung Jae, karena Joon Hwi bersikap agak kejam barusan, kepadahal mereka adalah teman lama. Lalu dia mengambilkan tisue untuk Seung Jae mengeringkan wajahnya.



Kemudian Joon Hwi juga datang dan menghampiri Seung Jae. Dia memberikan sapu tangannya. “Seung-jae. Jika aku tidak begitu…” katanya, ingin menjelaskan.

“Aku tahu,” kata Seung Jae. Lalu dia pergi tanpa menlap wajahnya. Dan Ye Beom mengikutinya dengan khawatir.



Jaksa Jin juga datang ke toilet untuk mencuci tangannya. “Jika kau tidak begitu, aku yang akan mencecarnya? Jadi, lebih baik kau saja?” tanyanya, menebak. Lalu setelah itu, dia mengambil sapu tangan Joon Hwi dan mengelap tangannya. “Lebih baik digigit anjing gila yang tidak kau kenal. Jika anjingmu yang menggigitmu...” komentar Jaksa Jin sambil mengembalikan sapu tangan Joon Hwi. “hatimu akan hancur,” ejeknya. Lalu dia memuji kerja bagus Joon Hwi sebagai jaksa sambil tertawa.

Mendengar pujian yang seperti ejekan itu, Joon Hwi hanya diam saja.

Kang Sol B melakukan wawancara langsung dengan Dewan Ko. “Jika aku bekerja denganmu, bukan untukmu, aku akan sangat berguna,” katanya, menyakinkan.

“Baik. Kau mendapatkan posisinya,” kata Dewan Ko sambil tertawa dengan puas.

Pas giliran Kang Sol A yang diwawancara. Dia mengaku dengan jujur kepada Dewan Ko bahwa karena dia lulus dengan nilai yang pas- pasan, sehingga dia sulit untuk mendapatkan tempat magang. Lalu dia menjelaskan bahwa dirinya dan Kang Sol B sama- sama membantu kasus Ye Seul, jadi jika Dewan Ko hanya meluluskan Kang Sol B saja, maka orang- orang akan curiga dan berpikir Dewan Ko menyuap Kang Sol B.

“Kau kira aku akan termakan oleh omonganmu?” tanya Dewan Ko dengan ketus. “Aku tak peduli soal strategimu. Enyahlah,” usirnya.

Kang Sol A tidak mau pergi dan menyerah begitu saja. Dia memberikan kepada Dewan Ko sesuatu dalam amplop yang dibawanya. Amplop dari Eun Suk.


Flash back

Eun Suk memberikan sebuah amplop kepada Kang Sol A dan memberitahu bahwa amplop ini pasti akan menarik perhatian Dewan Ko.

Flash back end



“Bagaimana kau…” kata Dewan Ko, terkejut. Saat dia melihat isi amplop tersebut.

“Prof. Kim bertanya apakah kau mau menerimaku dengan dokumen tersebut,” kata Kang Sol A sambil tersenyum kecil.

Post a Comment

Previous Post Next Post