Original
Network : jTBC Netfix
Jong Hoon masuk ke dalam taksi dan
menuju ke suatu tempat. Dan didalam taksi, dia menghubungi sebuah nomor yang
diberikan oleh si Penusuk.
Flash back
“Aku melakukannya karena aku dendam!
Tidak ada yang memerintahku!” teriak si Penusuk, penuh arti. Lalu dia
meletakkan telapak tangannya di kaca pemisah. Dan ditelapak tangannya tertulis
sebuah nomor telpon. “Aku permisi dulu,” katanya dengan pelan. Lalu dia kembali
ke penjara nya.
Flash back end
“Aku dalam perjalanan,” kata Jong
Hoon, ditelpon.
Man Ho keluar dari dalam taksi. “Aku
di sini,” katanya, di telpon. Lalu dia masuk ke dalam gedung di dekat sana.
Jong Hoon keluar dari dalam taksi.
“Aku baru sampai,” katanya, di telpon.
Ketika Man Ho masuk, dua orang bodyguard memeriksa seluruh
tubuhnya.
Jong Hoon masuk ke dalam restoran
yang sepi. Dia menuju ke meja di bawah payung pantai dengan lilin menyala
seperti yang di instruksi kan orang di telpon. Dan dimeja tersebut dia
menemukan sebuah tas hitam.
Jong Hoon membawa tas hitam itu
pulang ke apatermennya. Didalam tas tersebut, ada tapak sepatu, jarum suntik,
dan pena Byung Ju.
Man Ho masuk ke dalam ruangan. “Kau
berjanji akan menemukannya, maka tepatilah janjimu,” katanya kepada pria
berambut uban yang duduk membelakanginya. Dan si Uban hanya diam saja.
Lalu Asisten Uban maju dan
menunjukkan sebuah foto pria kepada Man Ho. Pria difoto itu adalah putra yang
selama ini Man Ho cari- cari. Dan melihat itu, Man Ho sangat bahagia sekali
sambil tertawa dengan keras.
Yang lain sudah mulai magang seperti
Ye Beom, Bok Gi, dan Joon Hwi. Kecuali Kang Sol A dan B, karena mereka belum
mendapatkan tempat magang. Namun ketika Kang Sol A meminta satu jam waktu
mereka untuk berkumpul dan membahas tentang kasus Ye Seul, mereka semua
meluangkan waktu mereka dan datang ke kampus.
Kang Sol A memberitahu semuanya
bahwa dia sudah mencari tahu, tapi tidak banyak kasus yang membahas tentang
pembelaan diri, baik disidang biasa maupun sidang juri. Juga juri jarang
memberikan putusan untuk pembelaan diri. Jadi pelaku kekerasan sering
dibebaskan dan asas pembelaan diri diabaikan.
“Bukankah itu akan merugikan
Ye-seul? Kalau begitu, sidang biasa…” keluh Bok Gi.
“Bagaimana jika Ko Hyeong-su memakai
koneksinya?” balas Kang Sol A, mengungkit hal yang paling mengkhawatirkan.
“Setidaknya, hakim tak bisa putuskan semaunya di sidang juri,” jelas nya.
Diluar ruang kelompok, Ye Seul duduk
dengan gugup mendengarkan pembahasan semuanya. Lalu ketika Eun Suk datang dan mengajaknya
untuk masuk, dia mengikutinya.
Kang Sol B berpendapat bahwa niat
Yeong Chang untuk menyebarkan video, itu harus dijadikan fakta agar dianggap
sebagai pembelaan diri. Namun sekarang Yeong Chang bersikeras bahwa video itu
direkam atas persetujuan dan dia ingin menghapusnya untuk mematahkan argumen
mereka. Jadi mereka harus buktikkan pernyataan Yeong Chang itu palsu. Sayangnya, Ye Seul tidak
mempunyai apapun untuk membuktikan itu.
“Andai kau merekam ancamannya…”
gumam Kang Sol B, kecewa.
“Kenapa kau menyudutkannya? Siapa
yang pacaran seperti itu?” keluh Bok Gi, melindungi Ye Seul yang disalahi. Dan
Kang Sol A setuju dengan nya.
“Dia merekamnya diam-diam. Saat kau
menyadarinya, seharusnya kau minta dia menghapusnya. Kau harus lebih cermat
sebagai mahasiswa hukum,” komentar Kang Sol B dengan tajam.
“Dia sudah usahakan semampunya,”
bela Kang Sol A sambil menunjukkan sertifikat medis Ye Seul.
Melihat sertifikat medis itu, Kang
Sol B merasa heran kenapa Ye Seul tidak melaporkan Yeong Chang saja. Dan Ye
Seul kesulitan untuk menjawab. Lalu Kang Sol A lah yang menjelaskan kepada
semuanya, polisi dan jaksa sudah bertanya pada Ye Seul berkali- kali, tapi Ye
Seul tetap menolak.
“Kalau begitu, jawablah,” kata Kang
Sol B dengan tegas. “Pernyataanmu berbeda kepada polisi dan jaksa. Konsistensi
cerita korban penting dalam kasus kekerasan seksual,” jelasnya.
“Tidak adil jika seseorang didakwa
bersalah karena inkonsisten,” komentar Ye Beom
Ye Beom menyanyangkan bukti
sertifikat medis yang Ye Seul berikan, karena itu sama sekali tidak
membuktikkan kalau Yeong Chang ada merekam Ye Seul secara diam- diam.
“Tunggu, mungkin berguna bagi juri
jika kita tunjukkan ini,” kata Kang Sol A sambil menunjukkan foto luka- luka
ditubuh Ye Seul.
“Sebelum itu, mereka akan lihat ini
terlebih dulu,” balas Joon Hwi sambil melemparkan foto Yeong Chang yang terluka
sekarang.
Suasana tiba- tiba menjadi tidak
nyaman. Dan untuk memperbaiki suasana, Eun Suk mengajak semuanya untuk makan
gimbap yang dibawanya.
Setelah diskusi selesai, semuanya
bubar untuk berangkat magang, kecuali Bok Gi. Dia mencoba menghibur Ye Seul
supaya jangan masukan ucapan Kang Sol B ke dalam hati. Dan Kang Sol A setuju
dengan Bok Gi, juga menurutnya Kang Sol B dan Ji Ho itu mirip, mulut mereka
sama- sama tegas dan bermulut tajam. Dan Ye Seul mengerti.
“Kau harus berangkat magang,” kata
Ye Seul, mengingatkan Bok Gi.
“Tidak kusangka kau berakhir magang
di kantor Park Geun-tae, si serakah itu,” komentar Kang Sol, merasa kasihan
pada Bok Gi.
Tepat disaat itu, Pengacara Park
muncul dibelakang Kang Sol A dan mengejutkan Kang Sol A sampai melompat.
“Ada yang mau menerimamu? Setidaknya
aku menerimanya. Tapi kau? Tidak, terima kasih,” kata Pengacara Park dengan
agak ketus.
“Aku juga akan menolak,” gumam Kang
Sol A sambil cemberut.
Lalu Pengacara Park mendapatkan
telpon dari Penjaga Dong.
Penjaga Dong meneriaki Pengacara
Park untuk memindahkan mobilnya, karena ini adalah tempat parkir sepedanya.
Lalu dia menendang- nendang mobil Pengacara Park sebagai ancaman. “Cepat!
Cepat!” perintahnya.
Diklinik hukum. Eun Suk menjelaskan
dengan jujur. Awalnya hanya Jong Hoon yang yakin kalau Kang Sol B menjiplak.
Tapi setelah dia mendengarkan cerita Kang Sol B, dia mulai ragu terhadap Kang
Sol B. Dia mulai bertanya- tanya, bagaimana jika kecerdasan Kang Sol B membuat
Kang Sol B bisa berbohong, bahkan setelah menjiplak.
“Katamu kau mulai ragu…” kata Kang
Sol B. Dan Eun Suk menggangukkan kepalanya. “Jika kau mulai ragu, itu artinya,
keyakinan Prof. Yang berbahaya,” komentarnya. Lalu dia pamit dan pergi.
Tepat disaat itu, Pengacara Park
datang ke klinik hukum. Dan Eun Suk menyuruhnya untuk duduk serta menanyai,
apakah Pengacara Park pernah mendengar ‘Ortu Jahat’.
“Sinetron?” tanya Pengacara Park.
“Sinetron macam apa itu?” tanyanya, sama sekali tidak tahu tentang ‘Ortu
Jahat’. Dan dengan tidak sabaran, Eun Suk mengambil garpu kecil.
Ye Beom dan Joon Hwi magang
dikejaksaan dan ditempatkan di kantor Jaksa Jin. Mengetahui itu, Ye Beom sangat
stress sekali dan tidak tenang, dia takut Jaksa Jin akan mengenalinya. Tapi
Joon Hwi bersikap biasa saja.
Ketika Jaksa Jin bertemu mereka
berdua, dia hanya menyapa Joon Hwi saja dan mengabaikan Ye Beom yang
memperkenalkan dirinya.
Ji Ho diwawancara oleh Pengacara
Song. Ketika dia ditanya, dia mengakui bahwa dia tidak terlalu dekat dengan Ye
Seul. Tapi Pengacara Song kurang percaya, karena setahunya, Ji Ho dan Ye Seul
satu kelompok belajar, dan kelompok belajar mereka bekerjasama untuk membantu
Ye Seul.
“Aku melakukannya atas perintah
Prof. Yang, dan aku sudah keluar sebelum kemari,” kata Ji Ho, menjelaskan.
“Kau keluar? Kau tak perlu,” kata
Pengacara Song, penuh arti.
Tiba- tiba Pengacara Song
mendapatkan telpon, jadi diapun keluar dari ruangan untuk menjawabnya.
Ji Ho yang tinggalkan didalam
ruangan, ketika dia melihat kertas tentang kasus Ortu Jahat yang mencuat di
bawah file Pengacara Song, dia merasa penasaran dan melihatnya sedikit. Dikertas
itu tertulis data tentang seseorang bernama SONG KI- JOON. Lalu ketika
Pengacara Song akan kembali, dia menutupi kertas itu dengan buku file, seperti
sebelumnya.
“Kau boleh pulang hari ini,” kata
Pengacara Song. Dan Ji Ho merasa terkejut. “Sebagai jaminan, begitu lolos ujian
pengacara, kau bisa langsung bekerja di sini,” katanya, memberikan iming-
iming.
Diluar ruangan. Ye Beom menelpon
seseorang dan menceritakan kalau Seung Jae ada dikantor kejaksaan.
Kasus pertama yang Jaksa Jin berikan
kepada Joon Hwi adalah kasus peretasan yang Seung Jae lakukan untuk mencuri
soal ujian. Dan Joon Hwi menolak kasus ini, karena seharusnya kasus ini
dialihkan kepada yang lain, sebab Jaksa Jin adalah Jaksa untuk kasus Jong Hoon.
“Kau takut aku membuat kesepakatan
dengan tersangka, yang merupakan murid Prof. Yang?” kata Jaksa Jin,
mempertanyakan Joon Hwi. “Kalau kau curiga, kau bisa menanyainya, Petugas Han
Joon-hwi. Kau magang di sini, kuberi kau kesempatan untuk menyelidiki, di
tempat lain, kau hanya disuruh duduk,” jelasnya sambil menarikkan kursi untuk
Joon Hwi duduk. “Mari kita lihat sehebat apa dirimu, Tn. Lolos Tahap Dua,”
sindirnya.
Mendengar itu, Joon Hwi diam. Seung
Jae merasa tidak nyaman dan malu. Sementara Ye Beom yang kembali ke ruangan
merasa canggung dang gugup.
Kantor anggota dewan memiliki
kesempatan untuk merekrut anak magang dari falkutas hukum. Dan Kang Sol B
berniat untuk mendaftar disana, karena dia telah ditolak di Pengadilan serta di
Mahkamah Konstitusi. Lalu dia menanyai, apakah Kang Sol A juga mau bergabung.
Karena dia tahu kalau Kang Sol A susah tidur, sebab kesulitan mencari tempat
magang.
“Itu karena aku mencari preseden
sidang juri…” kata Kang Sol A, berbohong dengan sikap kurang menyakinkan.
“Aku tak yakin kau akan diterima,”
komentar Kang Sol B dengan tajam. Lalu dia pergi.
Sebenarnya, Kang Sol A juga ingin
mencoba daftar, tapi dia tidak yakin apakah bisa. Kemudian disaat itu, Eun Suk
lewat, dan dia melihat informasi tempat magang diponsel Kang Sol A.
“Magang bersama Anggota Dewan Ko?”
gumam Eun Suk. Dan Kang Sol A menghela nafas lemas.
Awalnya Joon Hwi tampak sulit. Tapi
kemudian dia bersikap profesional. Dia mengajukan berbagia pertanyaan kepada
Seung Jae. Dan ketika Jaksa Jin ingin ikut campur bertanya- tanya, dia menatap
Jaksa Jin dengan tajam, sehingga Jaksa Jin pun diam serta menonton mereka saja.
“Jadi, kau mungkin tak akan
menyerahkan diri jika itu tak terjadi pada Tn. Yang?” tanya Joon Hwi secara
blak- blakan. Dan Seung Jae tidak bisa menjawab. “Kau akan melanjutkan
perbuatanmu jika tidak tertangkap?” tanyanya, lagi.
“Itu… Ya. Mungkin saja,” jawab Seung
Jae dengan pelan.
“Jika ketidakbersalahannya dapat
dibuktikan tanpa kesaksianmu, maka kau mungkin tak akan pernah mengaku. Kau
hanya merasa bersalah saat seseorang mati?” tanya Joon Hwi, lagi. “Bukan hanya
mengurangi kepercayaan pada sistem penilaian Fakultas Hukum Hankuk, kau juga
tak berempati terhadap sesama mahasiswa yang sudah belajar mati-matian,”
komentarnya dengan tajam. “Bukankah seharusnya kau dapat ganjaran untuk itu?”
Seung Jae terdiam, tidak bisa menjawab,
karena dia merasa sangat bersalah dan takut. Melihat itu, Jaksa Jin menyuruh Ye
Beom untuk memberikan Seung Jae segelas air, dan menasehati Joon Hwi supaya
jangan terlalu galak.
Joon Hwi mengabaikan Jaksa Jin dan
terus mengajukan pertanyaan- pertanyaan yang tajam kepada Seung Jae. Hingga
Seung Jae merasa semakin gugup dan takut.
“Pada hari insiden, apa kau
benar-benar mendengar pembicaraan antara Tn. Yang dan Tn. Seo Byung-ju melalui
telepon dari lemari bajunya?” kata Joon Hwi, menanyakan pertanyaan paling
penting. Mendengar itu, Jaksa Jin menatap Seung Jae.
Ditoilet. Seung Jae mencuci wajahnya
untuk menenangkan diri. Lalu Ye Beom datang menghampirinya. Dia merasa
bersimpati kepada Seung Jae, karena Joon Hwi bersikap agak kejam barusan,
kepadahal mereka adalah teman lama. Lalu dia mengambilkan tisue untuk Seung Jae
mengeringkan wajahnya.
Kemudian Joon Hwi juga datang dan
menghampiri Seung Jae. Dia memberikan sapu tangannya. “Seung-jae. Jika aku
tidak begitu…” katanya, ingin menjelaskan.
“Aku tahu,” kata Seung Jae. Lalu dia
pergi tanpa menlap wajahnya. Dan Ye Beom mengikutinya dengan khawatir.
Jaksa Jin juga datang ke toilet
untuk mencuci tangannya. “Jika kau tidak begitu, aku yang akan mencecarnya?
Jadi, lebih baik kau saja?” tanyanya, menebak. Lalu setelah itu, dia mengambil
sapu tangan Joon Hwi dan mengelap tangannya. “Lebih baik digigit anjing gila
yang tidak kau kenal. Jika anjingmu yang menggigitmu...” komentar Jaksa Jin
sambil mengembalikan sapu tangan Joon Hwi. “hatimu akan hancur,” ejeknya. Lalu
dia memuji kerja bagus Joon Hwi sebagai jaksa sambil tertawa.
Mendengar pujian yang seperti ejekan itu, Joon Hwi hanya diam saja.
Kang Sol B melakukan wawancara
langsung dengan Dewan Ko. “Jika aku bekerja denganmu, bukan untukmu, aku akan
sangat berguna,” katanya, menyakinkan.
“Baik. Kau mendapatkan posisinya,”
kata Dewan Ko sambil tertawa dengan puas.
Pas giliran Kang Sol A yang
diwawancara. Dia mengaku dengan jujur kepada Dewan Ko bahwa karena dia lulus
dengan nilai yang pas- pasan, sehingga dia sulit untuk mendapatkan tempat
magang. Lalu dia menjelaskan bahwa dirinya dan Kang Sol B sama- sama membantu
kasus Ye Seul, jadi jika Dewan Ko hanya meluluskan Kang Sol B saja, maka orang-
orang akan curiga dan berpikir Dewan Ko menyuap Kang Sol B.
“Kau kira aku akan termakan oleh
omonganmu?” tanya Dewan Ko dengan ketus. “Aku tak peduli soal strategimu.
Enyahlah,” usirnya.
Kang Sol A tidak mau pergi dan
menyerah begitu saja. Dia memberikan kepada Dewan Ko sesuatu dalam amplop yang
dibawanya. Amplop dari Eun Suk.
Flash back
Eun Suk memberikan sebuah amplop
kepada Kang Sol A dan memberitahu bahwa amplop ini pasti akan menarik perhatian
Dewan Ko.
Flash back end
“Bagaimana kau…” kata Dewan Ko,
terkejut. Saat dia melihat isi amplop tersebut.
“Prof. Kim bertanya apakah kau mau menerimaku dengan dokumen tersebut,” kata Kang Sol A sambil tersenyum kecil.