Original
Network : jTBC Netfix
Jong Hoon memuji taktik Jaksa Jin.
Karena Jaksa Jin membuat Joon Hwi menyudutkan Seung Jae, lalu dialah yang akan
menghiburnya.
Flash back
Ketika Seung Jae sudah mau pergi
dari kantor kejaksaan, Jaksa Jin menghentikan mobilnya sambil tersenyum dan
memberikan tanda supaya mereka bisa bicara.
Flash back end
Joon Hwi baru tersadar kalau dia
dimanfaatkan oleh Jaksa Jin. Lalu Jong Hoon menunjuk kan tas hitam yang
ditemukannya kemarin kepada Joon Hwi. Tapi ditas itu tidak ada sidik jari yang
di temukan.
Ketika Joon Hwi mengeluarkan taplak
sepatu, Jong Hoon menjelaskan. “Lebar, 13 cm. Panjang, 30 cm. Untuk sepatu
berukuran 275 mm.”
Lalu ketika Joon Hwi mengeluarkan
jarum suntik, dia sudah bisa menebak nya sendiri. “Orang yang bisa menusuk
perutnya pasti seorang dokter atau suster. Atau…”
“Dia harus paham anatomi tubuh,” kata
Jong Hoon, melanjutkan. Lalu dia teringat perkataan Man Ho tentang penjualan
organ. “Seperti riwayat perdagangan organ.”
“Kenapa dia tak lenyapkan ini?”
tanya Joon Hwi, tidak mengerti.
“Kau pikir kenapa Ki Du-seong memberikan itu, alih-alih mengungkap pelakunya?” balas Jong Hoon, bertanya. “Firasatmu mungkin salah. Artinya ada orang lain di balik pelakunya yang ingin aku mati,” jelasnya.
Ketika Ibu Kang A sedang mengisi
kertas kuesioner, Kang Sol A pulang. Dan diapun langsung berpura- pura tidur
untuk menutupi kertas tersebut.
“Berhenti menghindariku,” pinta Kang
Sol A, menyadari kalau Ibu Kang A hanya sedang berpura- pura tidur. “Kau
menghindariku karena dokumen yang diaktakan itu, 'kan?” tanyanya.
Ibu Kang A ingin pergi dari rumah
dan menghindari Kang Sol A. Tapi Kang Sol A tidak membiarkannya dan menahan
tangannya. Dia yakin kalau Ibu Kang A mengenal Dewan Ko yang mendekati Ayah
Byeol untuk membungkam Kang Dan dan Ibu Kang A mengetahui apa yang terjadi.
“Dia hampir kehilangan organnya
akibat utang judinya. Makanya aku memohon agar dia membantuku satu kali saja
Aku melakukannya…,” jelas Ibu Kang A dengan jujur. “karena aku tak tahu apa
yang akan terjadi pada Dan. Jadi, kenapa kau lakukan ini padaku?” teriaknya,
emosi.
Mendengar itu, Kang Sol A melepaskan
tangan Ibu Kang B.
Dari atas, Man Ho memperhatikan
mereka berdua.
Saat Joon Hwi pulang ke asrama, dia
tidak mau membahas tentang Seung Jae keapda Ji Ho, jadi dia menanyai tentang
Wartawan Choi. Lalu saat dia tahu kalau Wartawan Choi sudah menghapus foto
putranya yang memegang mainan, dia menasehati Ji Ho bahwa itu berarti Wartawan
Choi mulai tergugah. Jadi Ji Ho harus terus mendekati Wartawan Choi sampai
pikirannya terbuka. Sementara dia akan membantu mencari petunjuk soal publikasi
tuntutan Jaksa Jin.
“Oh ya. Bagaimana di firma hukum? Semua lancar?” tanya Joon Hwi, perhatian.
Keesokan harinya, Ji Ho kembali
bergabung dengan kelompok, karena dia telah dipecat. Dan Kang Sol B menanyai,
apakah mereka ada menanyai sesuatu.
Flash back
“Sebagai gantinya, ada yang ingin
kami dengar darimu,” kata Pengacara Song.
Flash back end
“Mereka mau aku bilang Ye-seul dan
Joon-hwi berpacaran,” kata Ji Ho, memberitahu dengan jujur. Dan Joon Hwi
mengerti itu.
Jika Ji Ho menuruti permintaan
Pengacara Song untuk menjadi saksi palsu, maka mereka akan sukses besar. Dan
alasan Ji Ho dipecat sekarang adalah supaya Ji Ho tidak tampak mencolok.
Masalahnya, Ji Ho masih belum jelas, mau menuruti Pengacara Song atau tidak.
Dan Bok Gi langsung merasa waspada padanya.
“Bukankah kau ketemu Yeong-chang di
asrama Ye-seul dan suruh dia tanda tangan?” tanya Ji Ho kepada Joon Hwi.
“Jangan dijawab,” kata Bok Gi,
melarang Joon Hwi untuk menjawab.
“Kalian bertukar pesan dengan
mesra?” tanya Ji Ho lagi kepada Joon Hwi.
“Aku harus membungkamnya. Berhenti
bicara,” kata Bok Gi, menutup mulut Ji Ho. Dan Kang Sol A juga membantu menutup
mulut Ji Ho.
PRASIDANG PERTAMA
Hakim memulai prasidang juri untuk
kasus Ye Seul nomor 2020-GH311. Tapi sebelum dimulai, Jong Hoon meminta sesuatu
kepada Jaksa. Dia berharap tidak ada permainan kotor dan membesar- besarkan
statusnya sebagai tersangka kasus pembunuhan kepada para juri disidang
nantinya. Mendengar itu, Jaksa 1 marah, karena dia merasa Jong Hoon seperti menuduh
mereka bermain kotor. Sementara Jaksa 2 dengan tenang tersenyum dan menegaskan
bahwa mereka tidak akan bermain kotor. Kemudian prasidang pun dimulai.
“Sidang ini adalah sidang harian,”
jelas Hakim, membaca data yang ada. “Bisa Anda kurangi jumlah saksi?” pintanya
kepada Jaksa.
“Kami pilih yang diperlukan. Jadikan
saja dua hari…” balas Jaksa.
“Para juri akan terkontaminasi,”
komentar Jong Hoon.
“Maksud Anda kami akan menyuap
juri?” tanya Jaksa 1, kesal.
“Bukan Anda, Jaksa,” kata Jong Hoon
dengan tenang. “Maksud saya, ayah korban. Dia menekan para pengacara agar
terdakwa dihukum, sehingga saya berada di sini. Entah apa yang bisa dia lakukan
terhadap juri,” jelasnya, agak menyindir.
“Pembela,” kata Hakim,
memperingatkan.
Mendengar pembicaraan mereka, Jaksa
2 hanya diam saja dan tersenyum.
Pengacara Song berpendapat kalau
Yeong Chang tidak bisa hadir disidang. Namun Yeong Chang protes keras, dia
ingin hadir disidang dan membiarkan semuanya melihat keadaannya sekarang. Dan
Dewan Ko menyuruh Yeong Chang untuk tenang, karena dia sedang bertelponan
dengan Eun Suk. Jadi dengan patuh, Yeong Chang langsung terdiam.
“Kita hanya perlu menunggu, akan
kubuat ledakan besar… Dia membawa hadiah darimu, Prof. Kim. Bagaimana bisa
kutolak? Aku harus terima dia,” kata Dewan Ko merasa puas dengan hadiah dari
Eun Suk.
Hadiah dari Eun Suk adalah dokumen
berjudul Penghapusan fitnah dengan cara mengungkap fakta secara terbuka dan
menuntut ganti rugi melalui kasus perdata. Hal ini akan menarik perhatian, jika
Dewan Ko mengadakan konferensi pers diwaktu yang tepat, yaitu hari persidangan
Ortu Jahat.
Kang Sol A pulang ke kampus dan
menemui Eun Suk yang berada diruang fotocopy. Mengenai dokumen yang Eun Suk
berikan kepada Dewan Ko itu, Kang Sol A merasa agak tidak rela. Dia tidak rela
hasil kerja Eun Suk diberikan kepada orang seperti Dewan Ko, hanya supaya dia
bisa diterima magang.
“Kau pikir itu karenamu?” tanya
Penjaga Dong dengan ketus. “Dia tak menyerahkannya untukmu. Aku yakin dia punya
rencana. Jalani saja magangmu,” jelasnya, menasehati.
“Prof. Kim,” panggil Kang Sol A,
agak tidak percaya.
“Kau merekam kelasku?” tanya Eun
Suk. Dan Kang Sol A mengiyakan. “Kau rekam kelasku saat Lee Man-ho datang?”
tanyanya, lagi.
Dewan Ko berdiskusi dengan Pengacara
Song. Dia ingin membuat isu yang Eun Suk berikan menjadi viral supaya perhatian
media teralihkan dari kasus Yeong Chang. Juga isu yang Eun Suk berikan tampak
sempurna. Namun dia ingin tahu situs bernama ‘Ortu Jahat’ itu kapan sidangnya.
“Pada tanggal yang sama dengan
sidang Yeong-chang,” kata Pengacara Song, memberitahu. Dan Dewan Ko mengerti
serta berpikir.
Diruang kelompok. Eun Suk sudah
membagikan 41 kuesioner kepada para kandidat yang tertarik untuk menjadi juri.
Diantaranya, 40 orang sudah mengembalikan kuesionernya. Ada data jenis kelamin,
usia, pekerjaan, pendidikan, hubungan keluarga, dan informasi dasar lainnya.
Dan Eun Suk membagikan semua itu ke anggota kelompok untuk dipilih. Namun Jong
Hoon tidak mau ikut dan pergi, karena menurutnya ini percuma.
“Hei. Prof. Yang… Prof. Yang!”
teriak Eun Suk, tidak mengerti.
Bok Gi tidak mengerti dengan sikap
Jong Hoon. Ye Beom mengeluh kenapa ini baru diberikan dua hari lalu, bukannya
dua minggu. Dan Kang Sol A berpikiran positif, karena ini sudah ditangan
mereka, maka manfaatkan sebaik mungkin. Sedangkan Joon Hwi berpikiran kalau ini
bagus, jika mereka diberikan waktu dua minggu, maka pihak Ko akan cek latar
belakang para juri dan mendapatkan lebih banyak informasi.Dan bisa jadi pihak
Ko akan menyuap para juri.
“Posisi juri amat penting, tapi
akankah mereka suka gaya Prof. Yang?” kata Kang Sol B, menanyakan pertanyaan
yang cukup penting.
“Kau benar,” gumam Bok Gi, setuju.
“Kabarnya, jaksanya memenangkan
setiap sidang yang dia tangani. Dia memukau para juri. Bahkan, namanya berarti
"juri". Bae Sim-won (Jaksa 2),” jelas Ye Beom.
Sesampainya digedung pengadilan. Eun Suk banyak memberikan saran kepada Jong Hoon untuk bersikap dan berpakaian seperti apa nantinya. Sebab sidang juri berbeda dengan sidang pidana. Banyak juri yang beretika, tapi tidak paham hukum, jadi kesan dan sikap Jong Hoon amatlah penting, supaya mereka makin menyukai Jong Hoon dan mudah untuk berpihak pada Jong Hoon. Karena hal ini jugalah, Jaksa Bae andal dalam sidang juri. Dan Jaksa Bae akan menjadi musuh terbesar Jong Hoon.
“Lama tak berjumpa. Senang bertemu
kalian,” sapa Jaksa Bae.
“Senang bertemu denganmu,” balas Eun
Suk.
“Dia menolakku dulu. Aku tak akan
menyimpan dendam. Aku dulu sangat menyukaimu. Kau masih sama, Jong-hoon,” kata
Jaksa Bae sambil tersenyum ramah dan menatap Jong Hoon. “Sidang ini tidak
sulit. Kita tidak akan bertengkar,” komentarnya.
“Bertengkar di pengadilan? Maksudmu
berselisih,” balas Eun Suk sambil tertawa. “Kita lihat saja sidang ini sulit
atau tidak.”
Tepat disaat itu, Jaksa Jin datang
ditemani dua anak magangnya, yaitu Joon Hwi dan Ye Beom. Karena Ibu Jaksa Ha
(Jaksa 1) meninggal, maka Jaksa Jin yang akan menggantikannya untuk sidang juri
hari ini.
“Ini sidang juri pertamaku. Aku akan
belajar banyak,” kata Jaksa Jin, menyapa Jaksa Bae. Lalu dia memperkenalkan
Joon Hwi. “Ini orang yang menjadi selingkuhan si korban.”
“Pembela Khusus Yang Jong-hoon
sebaiknya bersiap untuk sidang ini,” kata Jaksa Bae sambil tersenyum percaya
diri. Lalu dia berjalan pergi duluan.
Jaksa Jin menghentikan Jong Hoon
yang ingin berjalan pergi dan mengajaknya untuk bicara. Dan Jong Hoon pun
berhenti.
Jaksa Jin memberitahu Jong Hoon
bahwa sidang akan dilanjutkan, tapi kemungkinan Byung Ju mati karena disuntik
alih- alih diracuni lewat minuman adalah nihil, karena itu tidak ada dilaporan autopsi pertama. Dan
Jong Hoon tidak setuju, dia ingin pemeriksa autopsi mayat Byung Ju untuk
dipanggil, karena bisa saja ada informasi yang terlewat.
“Yu Seung-jae…” kata Jaksa Jin. “tak
akan bersaksi sesuai keinginanmu,” jelasnya, memberitahu.
“Lakukan semaumu,” balas Jong Hoon
bersikap acuh.
Kang Sol B menebak alasan Eun Suk
memberikan dokumen proposalnya kepada Dewan Ko. Proposal tersebut mungkin akan
digunakan oleh Ortu Jahat dan menguntungkan Ortu Jahat. Dan bila Dewan Ko yang
mengumumkan proposalnya, maka sebagai sosok politi yang kuat, maka Dewan Ko
akan bisa mengecoh media.
Ye Beom menelpon Kang Sol A dan menceritakan
tentang Jaksa Jin yang hari ini akan menggantikan Jaksa Han disidang Ye Seul.
Tepat disaat itu, Ibu Kang A datang.
Dan melihatnya, Kang Sol A berhenti bertelponan dengan Ye Beom dan mendekati
Ibu Kang A.
Kaki Ibu Kang A terluka, karena
terpeleset ditangga saat membagikan brosur. Dan dia datang hari ini untuk
mendaftar sebagai juri, karena katanya dia akan bisa mendapatkan 60.000 won dan
uang itu melebihi penghasilannya dari membagikan brosur.
“Aneh sekali. Aku tak melihat
kuesionermu,” gumam Kang Sol A, heran.
“Aku lupa mengumpulkannya. Apa sudah
terlambat?” tanya Ibu Kang A sambil menunjukkan kuesioner yang dibawanya.
Penjaga Dong mengumpulkan formulir
kuesionernya. Lalu ketika dia bertemu Eun Suk, dia mengaku bahwa dia sangat
gugup sekali dan dia berharap agar bisa lolos menjadi juri. Dan Eun Suk tertawa
serta menenangkan Penjaga Dong.
Tepat disaat itu, Pengacara Park
datang bersama anak magangnya, yaitu Bok Gi. “Dia pasti lolos,” katanya dengan
yakin. “Dia mencegahku untuk membelanya agar menjadi juri,” jelasnya. “Jika kau
tampak terlalu berharap, mereka justru akan menolakmu. Cobalah agak acuh,”
katanya, menyarankan Penjaga Dong.
“Baik,” kata Penjaga Dong,
mendengarkan.
Tiba- tiba Eun Suk mendapatkan sms
dari Kang Sol A yang mengajak untuk bertemu dan bicara. Jadi diapun pergi.
Didepan Penjaga Dong, Pengacara Park
menyemangatinya supaya lolos. Tapi dibelakangnya, dia berharap supaya Penjaga
Dong tidak lolos. Lalu dia memberitahu Bok Gi bahwa dia ada membawa kontraknya,
kalau Penjaga Dong gagal, maka dia mengajak Bok Gi untuk bergabung ke tim
pembela.
“Katamu dia tak akan dinyatakan tak
bersalah,” komentar Bok Gi.
“Kau lihat wartawan di luar. Anggota
Dewan Ko tertarik pada sidang ini, makanya aku juga,” balas Pengacara Park,
menjelaskan.
Kang Sol A mengomentari keputusan
Eun Suk untuk memberikan proposal itu kepada Dewan Ko, menurutnya itu bukanlah
keputusan yang tepat. Sebab Dewan Ko mencoba memanfaatkan sidang Ortu Jahat
untuk mendapatkan simpati masyarakat, dan Eun Suk malah memanfaatkannya untuk sidang
Ortu Jahat. Jadi apa bedanya Eun Suk dengan Dewan Ko. Mendengar itu, Eun Suk
mengerti. Lalu dia mengajak Kang Sol A untuk menonton konferensi pers Dewan Ko
yang sudah dimulai.
Dewan Ko : “Mengungkapkan kebenaran
harus dilindungi oleh UU kebebasan berpendapat. Tidaklah konstitusional untuk
menindak pidana seseorang yang menyatakan kebenaran demi melindungi reputasi
seseorang yang dibangun di atas kepalsuan. Pasal 307.1 Hukum Pidana dan Pasal
70.1 Undang-undang Perlindungan Informasi dapat menghukum individu yang
mempublikasikan fakta. Aku ingin menghapus fitnah dengan mengungkap fakta dan
mengakhiri penderitaan yang tak adil ini
bagi para korban yang diperlakukan seperti kriminal. Begitu rancangan ini
lolos, kasus pencemaran nama baik seperti Ortu Jahat, yang disidang juri hari
ini, tidak akan lagi menjadi sasaran hukuman pidana.”
Man Ho menghubungi seseorang dengan
marah. “Ini bukan kesepakatan kita! Aku kemari untuk menemukan putraku.”
Lalu Man Ho membuka tv, dan kebetulan melihat berita konferensi pers yang sedang Dewan Ko adakan. Dan video nya yang dulu, saat dia menghadiri kelas Eun Suk, video tersebut tersebar di media.
Dewan Ko : “Setelah UU Lee Man-ho,
aku tahu bahwa dia mempersiapkan diri untuk menuntut mereka yang mengkritiknya
atas pencemaran nama baik. Aku sungguh terkejut. Jika dia benar-benar sadar dan
ingin menebus kesalahannya, bagaimana mungkin dia melakukan hal macam itu? Aku
berharap rancangan ini segera diloloskan karena Lee Man-ho.”
Menonton berita tersebut, Man Ho
merasa sangat kesal dan melemparkan minumannya ke dinding.
Dewan Ko : “Jika dia menuntut, aku
tak akan tinggal diam dan dengan senang hati menghadapinya. Akan kutunjukkan
pada Lee Man-ho, si penjahat itu, seperti apa keadilan yang sesungguhnya.”
Eun Suk menonton siaran konferensi
tersebut sampai selesai.
Saat Dean Oh dan Wakil Dean Ju ingin
berangkat ke persidangan, mereka berpapasan dengan President kampus. Dan
President kampus mengkritik mereka berdua memalukan, karena mau hadir
dipersidangan Ye Seul. Sebab sekarang kampus mereka sudah dikritik oleh
masyarakat sebagai sarang kriminal.
“Hanya jika mereka terbukti
bersalah. Jika tak bersalah, ini akan jadi pelajaran berharga,” kata Dean Oh
dengan sikap acuh. “Ayo pergi bersama,” ajak nya.
PENGADILAN
Proses seleksi kandidat juri akan
dimulai. Sebelum proses dimulai, Hakim memberitahukan kepada semuanya bahwa
apabila ada kandidat juri yang membuat pernyataan palsu di tengah proses
seleksi, maka mereka akan didenda sebesar 2 juta won, menurut pasal 60
Undang-undang Partisipasi Penduduk dalam Sidang Pidana. Kemudian Hakim
menjelaskan tugas juri dipersidangan. Ketika mereka duduk dikursi juri tempat
sidang berlangsung, hakim, jaksa, dan pengacara pembela, akan memberikan banyak
pertanyaan.
Kang Sol A mengobrol ditelpon sambil
berjalan menuju ke ruang sidang. Namun sesampainya dia didepan ruang sidang,
dia dilarang masuk ke dalam, karena pemilihan juri bukan untuk umum.
Joon Hwi dan Ye Beom kemudian datang mendekati Kang Sol A. Joon Hwi
menenangkan Kang Sol A untuk jangan khawatir, karena ada Jong Hoon. Tapi Kang
Sol A tidak bisa berhenti khawatir, karena ada Jaksa Bae yang tidak terkalahkan
dan dia berharap para juri akan berpihak pada Ye Seul.
“Semoga dia pakai daftar seleksi
yang kita susun secara cermat,” gumam Ye Beom.
Ye Beom kemudian menanyai Joon Hwi,
dimana mereka akan duduk nantinya, karena mereka datang bersama Jaksa Jin. Dan
Kang Sol A mempersilahkan nya untuk duduk dimana saja. Sementara Joon Hwi tidak
menjawab.
“Di mana Ye-seul?” tanya Joon Hwi.
“Di sini. Aku harus pergi,” jawab
Kang Sol A. “Hei, selingkuhan. Situasi akan memburuk jika kalian terlihat
bersama,” katanya, mengingatkan.
“Aku boleh ikut, 'kan?” tanya Ye
Beom, ingin ikut.
“Dampingilah Jin Hyeong-u,” sindir Kang Sol A sambil tertawa.