Note :
Drama ini
berisi adegan yang tidak sesuai untuk usia di bawah 19 tahun. Pemirsa di harap
bijak.
Jika ada
pembaca berusia dibawah 19 tahun, diharapkan untuk tidak lanjut membaca.
Terimakasih.
Lan berusaha cuek dan tidak peduli pada Mook, namun, nyatanya dia tidak bisa. Dia terus saja memikirkan Mook. Ayah dan Ibunya tiba-tiba menelpon untuk menanyakan dia ada dimana dan sedang apa, apa bersama Mook? Saat mendengar Lan menjawab dia di rumah Rut dan udah mau tidur, terus Mook nggak ada bersamanya, Lim udah mau ngamuk tapi Pat segera membekap mulutnya agar diam. Pat lah yang bicara sama Lan. Dia tidak memarahi Lan ataupun menceramahinya, sebaliknya, dia memujinya karena peduli pada dirinya sendiri. Lan jadi bingung, apa ibunya sedang menyindir atau apa? Pat menjawab tidak. Dia hanya cemas saja sama Mook.
Ah, mendengar perkataan Pat, Lan jadi merasa bersalah dan menuduh ibunya sengaja bilang gitu, agar dia kepikiran. Pat menyangkal. Hanya saja, alangkah baiknya jika Lan bisa menemnai Mook, dengan begitu, dia tidak akan begitu khawatir. Cara Pat agar Lan mau menemani mook, benar-benar halus sangat berbeda dengan cara Lim yang frontal.
Pat berusaha membuat Lan untuk tidak berpikir bahwa menemani Mook adalah tugasnya sebagai suami. Lan tidak harus melakukannya dengan anggapan sebagai suami, tapi sebagai teman masa kecil yang tumbuh bersama. Walaupun, dia yakin kalau Mook tidak akan membutuhkan Lan karena Mook adalah wanita kuat yang bisa menghadapi dan mengatasi semua ini seorang diri. Setelah mengatakan semua itu, Pat mematikan teleponnya.
Lim langsung teriak kesal karena istrinya mematikan telepon tanpa mengizinkannya bicara. Dan juga, kenapa tidak menyuruh Lan menemani Mook? Pat mempunyai pemikirannya sendiri. Tadi, waktu di rumah sakit, Lan udah menolak. Dia itu paham watak Lan. Semakin ditekan, Lan akan semakin melawan. Jadi, dia yakin mengatakan hal – hal seperti tadi, akan membuat Lan mencemaskan Mook.
Dugaan Pat benar. Lan benar-benar kepikiran mengenai Mook dan akhirnya pergi ke rumah Mook. Tapi, pas udah di depan pagar, Lan jadi bingung sendiri mau bilang apa nantinya. Ah, Ting ternyata memergoki mobilnya dan segera menghampirinya. Lan bukannya mengiyakan mau menemui Mook malah menyangkal dengan alasan hanya lewat. Ya udah, Ting mau masuk kembali ke dalam rumah.
“Tunggu,” cegah Lan. “Ibu menyuruhku memeriksa keadaan Mook. Jadi, aku mampir dalam perjalanan pulang,” bohong Lan.
Jawaban yang tidak memuaskan Ting. Artinya, Lan tidak khawatir pada Mook. Dia memberitahu kalau Mook baik-baik saja. Mook hanya mengurung diri di kamarnya dan belum makan apapun. Oh ya, dia juga mendengar suara tangisan yang kencang. Air mata Mook pasti sudah habis.
“Kau sebut itu baik-baik saja?”
“Ya. Aku khawatir dia akan diliputi kesedihan. Dia dekat dengan ayahnya. Tapi kamu tidak khawatir. Pulanglah. Sudah malam.”
Setelah mengatakan itu, Ting beranjak masuk ke dalam rumah. Dia sengaja mengatakan semua itu, untuk mencari tahu apakah hati Lan akan tergerak atau tidak.
Seperti yang dikatakan Ting, Mook hanya terus mengurung diri di dalam kamar dan menangis tanpa henti. Oak yang datang membawakan makanan dan membujuknya agar mau makan, di tolak. Saking sedih dan tertekannya, Mook sampai muntah walaupun tidak makan apapun. Oak beneran khawatir.
Tidak disangka, hati Lan ternyata tergerak. Dia masuk ke dalam rumah dan segera membantu saat melihat Mook muntah-muntah. Ting juga segera menarik Oak keluar dari kamar Mook. Biarkan Lan sebagai suami yang menjaga Mook.
Lan bersikap 180 derajat sangat berbeda dari sikapnya yang biasa. Dia berbicara dengan lembut dan bahkan menggendong Mook ke tempat tidurnya. Dia juga memaksa agar Mook mau makan. Saat Mook masih kelihatan enggan untuk makan, Lan menyuapinya. Daripada disuapi Lan, Mook memilih untuk makan seorang diri.
Makanan sudah habis. Sekarang, Mook hendak tidur. Lan yang tadi keluar kamar, kembali masuk dengan membawa kain yang berisi es batu untuk mengompres mata Mook yang bengkak. Dia langsung menekan es batu itu ke mata Mook. Hal itu sontak menyebut Lan masih tidak berubah.
Kenapa?
Flashback
Dulu, Mook pernah menangis hanya karena ikan peliharaannya mati. Lan yang waktu itu membujuknya agar berhenti menangis. Dia juga menekan mata Mook dengan kain dingin. Walau Mook memberontak, Lan tetap saja menekan kompres itu ke mata Mook
“Jika tidak dikompres dengan es, kamu akan tampak jelek,” ujar Lan, kala itu.
Mook akhirnya membiarkan Lan mengompres matanya.
End
Kini, Mook mengambil kompres itu dari tangan Lan dan mengompresnya sendiri.
“Kenapa kau kemari?”
“Ibuku menyuruhku memeriksa keadaanmu.”
Jawaban yang tidak masuk akal. Sejak kapan Lan mendengarkan orang tuanya? Biasanya, Lan selalu membangkang. Lan membela diri kalau dia selalu mendengarkan ibunya.
“Karena sudah melakukan perintahnya, kau boleh pergi.”
“Kau mengusirku?”
“Ya. Aku tidak punya tenaga lagi untuk bertengkar.”
“Jika kau tidak memulainya, aku tidak akan bertengkar denganmu.”
Mendengar jawaban itu, Mook terhenyak sesaat. Kemudian, dia membaringkan kepalanya ke bahu Lan. Dia mengucapkan terimakasih karena Lan sudah datang memeriksa kondisinya karena itu mengurangi rasa kesepiannya. Lan sedikit terkejut dengan ucapan terimakasih tersebut dan berujar kalau ada banyak orang disekeliling Mook, jadi jangan kesepian.
“Aku lebih suka jika kau menemaniku.”
Lan tidak mampu membalas perkataan itu, apalagi wajah Mook terlihat sedih. Sedetik kemudian, Mook mengangkat kepalanya dan mengizinkan Lan untuk pergi. Lan jadi kesal karena barusan Mook menahannya, tapi sekarang malah mengusirnya lagi. Mook menjelaskan kalau dia tidak mau menahan Lan hari ini, jadi terserah Lan mau melakukan apa.
Lan tidak mau pergi hari ini. Dia berbaring di samping Lan. Baru juga Lan mau tidur, Petch tiba-tiba saja masuk sambil membawa bantal. Dia ingin tidur bersama Mook. Saat melihat Lan ada di kamar kakaknya, Petch malah kaget.
Udah gitu, dia malah mengusir dan tidak mengizinkan Lan untuk menginap. Alasannya? Karena Rut! Padahal, Lan udah bilang kalau Rut udah dia beritahu, tapi Petch tetap saja menghalangi. Dia ngotot mau tidur dengan Mook! (Njin*).
Mook capek dan lelah mendengar pertengkaran mereka. Dia mengizinkan Petch tidur di sampingnya sementara Lan tidur di sofa. Tanpa ragu sedetikpun, Petch segera melompat ke kasur dan mendorong Lan hingga jatuh.
Petch beneran kelewatan! Lan udah mau mengalah dan tidur di lantai, tapi Petch tetap saja mau buat kacau. Dia ingin bertukar tempat tidur dengan Mook, karena Lan tidur di lantai, samping Mook. Untuk kali ini, Mook tidak menuruti Petch dan menyuruh Petch untuk tidur saja!
(ah, kalian semua pasti bisa nebak kan kenapa Petch begitu? Yah, karena dia tidak ingin Lan yang masih di percayanya sebagai pacar Rut, orang yang ‘dikagumui’nya tidur di dekat kakaknya. Cih! Padahal, Lan kan suami Mook!)
Saking takutnya Mook berdekatan dengan Lan, Petch tidur sambil memegang tangan Mook. Mook tidak tidur hingga larut malam. Dia mengawasi Lan dan menyadari kalau Lan kedinginan. Mook langsung turun dari kasur dan mencarikan selimut, kemudian memakaikannya ke tubuh Lan.
Lan ternyata menyadari saat Mook memakaikannya selimut, namun, dia tetap menutup matanya, berpura-pura tidur.
--
Pagi tiba,
Lan sarapan bersama keluarga Mook. Ditengah sarapan yang begitu hening, Ting datang untuk mengabari kalau ada tamu. Tamu yang dimaksud adalah Rut. Rut kelihatan marah saat melihat Lan ada di sana.
Flashback
Kemarin malam, Rut melihat saat Lan keluar. Lan mengajaknya pergi bersama, namun Rut menolak ikut. Lan juga ada bilang kalau dia akan menginap diluar, namun Rut menanggapi seperti angin lalu.
End
Saat tahu kalau yang dimaksud Lan kemarin adalah ke tempat Mook, Rut marah. Dia mengajak Lan bicara berdua, terkait hal ini. Dia kan sudah menegaskan rencananya mendekati Mook, tapi Lan kelihatannya tidak mengerti.
“Aku akan memberimu kesempatan. Beritahu aku jika kau berubah pikiran soal Mook. Peraturan kita adalah tidak mencintai wanita yang sama. Jika kau menyukainya, beritahu aku,” ujar Rut.
“Aku berpegang teguh pada pendirianku. Aku tidak akan pernah mencintai Praomook.”
“Bagus. Aku tidak mau mengkhianati seseorang. Aku juga tidak suka dikhianati.”
“Aku tidak akan pernah mengkhianati temanku.”
--
Pemakaman Pethai hanya dihadiri oleh keluarga Lan dan orang-orang terdekat Mook. Di tengah pemakaman, Lan malah mendapat telepon dari Nuch. Alih-alih menolak panggilan, Lan malah menjauh dari kerumunan untuk mengangkat telepon.
Nuch menelpon hanya untuk memberitahu kalau dia menghadiri pemakaman. Parah! Lan juga kaget, bagaimana Nuch bisa sampai kemari?!
Flashback
Kemarin malam, Nuch sangat emosi saat Lan tidak bisa dihubungi sama sekali. Akhirnya, dia mulai stalking IG Lan dan Mook untuk mencari info. Melalui postingan yang ada, dia tahu mengenai wafatnya ayah Mook. Tanpa hati, dia menelpon Lak untuk menanyakan pemakaman ayah Mook.
End
Nuch menjawab kalau dia melihat postingan di IG Mook dan mencari tempat pemakamannya. Dia hanya ingin menyampaikan ucapan belasungkawa. Dengan suara sok lembut, dia meminta bantuan Lan untuk mengantarkannya kepada Mook. Lan dengan senang hati, mengiyakan.
Baru juga berjalan dua langkah, Nuch malah berakting seolah kakinya keseleo. Mau nggak mau, Lan menuntunnya ke kursi terdekat.
Da mengucapkan terimakasih kepada Lim, Pat, dan semua yang sudah menghadiri pemakaman suaminya. Saat itulah Mook baru menyadari kalau Lan menghilang. Lak yang menyadari, memberitahu Mook ke arah mana tadi Lan pergi.
Nuch benar-benar menghalalkan segala cara untuk merayu Lan, bahkan walaupun mereka sekarang ada di kuburan. Lan kelihatan gugup dan berusaha mengalihkan topik ke kaki Nuch yang terkilir. Tanpa Lan sadari, Mook dan Rut ada di belakang dan melihat semuanya. Hanya Nuch yang menyadari hal itu, makanya dia sengaja menunjukkan kedekatannya dengan Lan.
Cara jitu yang Nuch lakukan adalah membahas masa lalu mereka.
Flashback
Saat festival olahraga di sekolah, Nuch mengikuti pertandingan lomba lari. Mendekati garis finish, dia menyadari kalau tali sepatunya terlepas sehingga dia berhenti. Yang menjadi juara adalah Mook. Mook bersorak kegirangan. Sorakan girangnya menghilang saat melihat Lan berlari dari bangku penonton ke arah Nuch untuk memasangkan tali sepatunya. Semua langsung bersorak melihat kemesraan mereka. Ditambah lagi, Nuch mengelus kepala Lan sambil berujar : “Bagus, manis.”
End
“Bagus, manis,” ujar Nuch sembari mengelus kepala Lan. Mengulang adegan di masa lalu.
Mook sudah nggak bisa diam saja memperhatikan. Dia menghampiri mereka dengan wajah penuh kemarahan. Nuch bersikap seolah tidak mengerti dan mengucapkan rasa bela sungkawanya. Mook berterimakasih atas ucapannya dan menarik Nuch ikut bersamanya ke makam ayahnya. Saat ditarik, Nuch menjerit kesakitan. Lan segera membantu.
Padahal Mook nggak tahu kalau kaki Nuch terluka, tapi Lan memperlakukannya seperti Mook adalah orang jahat yang tidak peduli dengan luka orang lain. Rut juga merasa sikap Lan kelewatan. Percuma, setelah Nuch datang, Lan malah kembali menghina Mook dan memandang Mook sebagai orang keji tanpa menyadari bahwa dirinya yang keji!
Nuch sok polos, meminta izin pada Mook agar dia bisa berisitrahat sebentar. Mook juga tidak peduli. Dengan nada ketus, Mook berujar kalau Nuch bisa meminta bantuan Lan mengantarnya ke makam ayahnya jika sudah siap. Terimakasih atas belasungkawanya.
Ah, inilah yang diharapkan oleh Nuch.
Ohoho, adegan tadi diperhatikan oleh Lak dan Danai. Danai sudah bisa tahu kalau Lak yang menyuruh Nuch kemari. Lak menyangkal. Nuch yang mau datang sendiri dan dia hanya menjawab pertanyaan Nuch. Danai menunjukkan rasa tidak sukanya atas cara Lak merusak hubungan Lan dan Mook. Lak tidak merasa bersalah. Dia tidak melakukan apapun. Dia hanya mendedsak agar Lan dan Mook segera bercerai. Dia hanya membantu adiknya.
“Aku mengenalmu Lak. Jika tidak menguntungkanmu, kau tidak akan peduli.”
“Jika memang mengenalku, kau tahu tidak boleh menghalangiku saat aku mulai bertindak dan kamu akan membantuku. Danai, jangan lupa! Kau menjadi seperti sekarang karena aku. Jadi, kau harus membalas budi.”
Danai awalnya hendak membantah, tapi pada akhirnya, dia menuruti Lak.
Setelah istirahat sejenak, Nuch bilang kalau dia sudah lebih baik. Lan malah huft, menggendong Nuch untuk membawanya ke mobil. Hal yang sangat diharapkan oleh Nuch. Dan semua itu kelihatan sama keluarganya dan keluarga Mook.
Lan beneran kelewatan. Padahal ini adalah pemakaman mertuanya. Mau pernikahannya atas dasar cinta atau tidak, tidak seharusnya dia mempermalukan Mook seperti ini! Tidak sepantasnya dia menggendong wanita lain di pemakaman mertuanya, di hadapan keluarga istri, kenalan istri dan keluarganya!
Pat marah dan menanyakan alasan Lan menggendong Nuch! Tanpa rasa bersalah sedikitpun, Lan menjawab kalau kaki Nuch terluka. Oak jauh lebih gentleman dibanding Lan. Dari wajahnya, dia juga kelihatan marah. Dia itu bisa tahu kalau Nuch hanya pura-pura, sehingga dia juga sok memeriksa kaki Nuch dan berencana membawanya ke rumah sakit dengan menggendongnya. Nuch langsung menolak.
Setelah membuat kekacauan, Nuch pamit pulang begitu saja. Mook mengiyakan, namun, dia dan keluarganya berjalan terlebih dahulu.
Setelah keluarga Mook pergi, Lim secara gamblang menyuruh Lan mengikuti Mook dan juga, Nuch kelihatan baik-baik saja. Pat juga bilang kalau dia bisa menjaga Nuch. Lan malah mengabaikan perkataan ayah dan ibunya, dan tetap ngotot mau membawa Nuch ke mobil. Wajah orangtuanya menunjukkan amarah mereka pada kelakuan Lan yang sudah kelewatan!
Rut sebagai teman juga merasa muak dengan sifatnya tersebut! Apalagi aku, sebagai penonton.
--
Amarah itu masih tersisa hingga pulang. Lim beneran nggak habis pikir dengan kelakuan putranya! Walau selalu tampak kuat, sebenarnya, Lim menyimpan kekhawatiran di hatinya. Dia takut menjadi seperti Pethai, meninggalkan dunia di saat anak-anaknya masih belum mandiri. Jika itu terjadi, dia tidak akan bisa istirahat dengan tenang karena memikirkan anak-anaknya. Karena itulah, dia ingin melakukan rencananya.
“Menurutku, sudah waktunya aku menegaskan maksudku.”
“Apa rencanamu?” tanya Pat, penasaran.
--
Oak adalah sahabat yang paling memahami Mook. Dan hanya pada Oak jugalah Mook bisa mencurahkan perasaan dan keluh kesahnya. Dia melakukan segalanya demi mempertahankan rumahnya yang penuh kenangan akan keluarganya dengan harapan, jika ayahnya sadar, dia bisa pulang ke rumah mereka. Memulai semuanya dari awal. Tapi, setelah ayahnya meninggal, dia merasa tidak bisa melepaskan rumah ini. Rumah ini mewakili ayahnya. Aku akan berusaha semampunya mendapatkan rumahnya kembali. Dia akan bertahan.
“Maksudmu dengan Lan? Kau yakin bisa?”
“Ya.”
“Kalau begitu, biar kuberitahu masalah lain.”
Flashback
Ditengah pemakaman, Oak ada menerima telepon klien, sehingga dia menjauh untuk mengangkat telepon. Setelah telepon sengaja, dia tanpa sengaja mendengar pembicaran Lak dan Danai tadi.
End
“Selain Treenuch, kau harus berhati-hati dengan Lak dan Danai. Kau sudah dikepung,” peringatkan Oak.
“Bagus, kedengarannya seru. Makin mereka ingin menyingkirkanku, aku makin ingin bertahan. Aku akan bertahan dan melewati tahun ini.”