Sinopsis
K-Drama : Squid Game Episode 08
Sisa pemain adalah 3 orang. Sag Woo, Sae Byeok
dan Gi Hun. Mereka bertiga diantarkan ke kamar mereka. Saat itu, terlihat kalau
ada tetesan darah di lantai. Salah satu diantara mereka, terluka parah akibat
pecahan kaca.
Episode 08
FRONT MAN
Jun Ho berhasil tiba didaratan setelah
menyelam semalaman. Semua barang bukti yang sudah didapatkannya, disimpannya di
dalam ponselnya yang dia bungkus dengan plastik agar tidak rusah terkena air.
Meskipun dia sudah berhasil kabur, masalahnya, tidak ada sinyal disana.
Terpaksa, dia harus mendaki ke puncak yang lebih tinggi untuk mendapatkan
sinyal agar bisa menelpon meminta bantuan.
Sementara itu, setelah kemabli ke kamar, Gi
Hun mengajak Sang Woo untuk bicara. Dia marah karena Sang Woo mendorong pemain
ketigabelas!
“Setelah beruntung dapat urutan terakhir, kau
menjadi sangat pengertian. Bagaimana jika dia tak mau melangkah maju seperti
preman itu? Apa yang akan kau lakukan?” tanya Sang Woo, alih-alih menjawab
pertanyaan Gi Hun.
“Sisa pijakan terakhir tadi. Dia berniat
melangkah maju.”
“Kenapa kau seyakin itu? Dia tahu cara
membedakan kaca keras, tapi diam saja saat melihat orang-orang jatuh dan mati.”
“Kau dan aku bisa menyeberangi jembatan berkat
dia.”
“Omong kosong. Aku tak tahu bagaimana
denganmu, tapi aku masih hidup bukan berkat dia. Aku masih hidup sampai
sekarang karena berjuang untuk bertahan hidup.”
“Apa pun alasan yang kau katakan, kau tetap
membunuh orang tak berdosa.”
“Sadarlah! Jika ingin keluar dari sini dengan
uang itu, kita harus membunuh semua orang. Bukankah seharusnya berterima kasih karena
aku membunuhnya untukmu?”
“Jika itu aku, kau akan mendorongku?”
“Sialan. Gi-hun hyung! Apa kau tahu kenapa hidupmu begitu menyedihkan? Karena kau
menanyakan pertanyaan bodoh seperti itu di situasi seperti ini. Kau suka ikut
campur urusan orang, tapi kepalamu lamban sekali. Dan selalu mencari masalah untuk
mengetahui itu adalah masalah,” emosi Sang Woo.
“Ya. Aku berakhir seperti ini karena salahku. Aku
bodoh dan tak kompeten. Aku suka ikut campur dan hidup menumpang dengan ibu
yang sudah tua. Namun, kenapa… kebanggaan Ssangmun-dong, si Genius Cho Sang-woo
dari SNU, ada di sini? Berguling di ladang kotoran dengan orang bodoh
sepertiku. Apa itu juga salahku?” balas Gi Hun.
Ucapannya membuat wajah Sang Woo mengeras. Dia
kelihatan sekali sangat marah. Sebelum percekcokan mereka semakin menjadi, para
pengawas sudah muncul dan mengumumkan selamat karna mereka sudah menyelesaikan
5 permainan. Dan sebagai selamat karena mereka sudah menjadi finalis untuk
pertandingan final, mereka menyiapkan hadiah. Mereka juga diminta bertukar
pakaian.
Masing-masing dari mereka mendapatkan satu set
setelan dan kemeja. Saat bertukar baju itulah kita baru diperlihatkan kalau Sae
Byeok terluka parah. Diperutnya, tertancap pecahan kaca yang cukup besar.
Dengan menahan sakit, Sae Byeok menarik keluar pecahan tersebut. Darah langsung
mengucur keras. Dia mengalami pendarahan, tapi hanya mengobatinya dengan
mengikat perutnya dengan sobekan bajunya. Dari wajahnya, kelihatan sekali kalau
dia menahan rasa sakit yang teramat sangat.
Jun Ho masih berusaha menjadi sinyal. Dan di
saat yang sama, topeng hitam dan para anak buahnya, menemukan jejaknya di pulau
itu. Mereka menemukan tabung oksigennya. Agar dia nggak bisa kabur lagi, topeng
hitam menembakkan peluru ke tabung oksigen tersebut.
Suara tembakannya terdengar oleh Jun Ho.
Kepanikan mulai melanda Jun Ho. Dia dikejar waktu. Dan di saat mepet seperti
itu, dia baru bisa mendapatkan sinyal. Tanpa membuang waktu, dia menelpon
seniornya di kepolisian. Seniornya sangat khawatir karena dia menghilang dan
tidak bisa dihubungi selama beberapa hari. Jun Ho nggak bisa menjelaskannya
sekarang dan memintanya untuk segera mengirimkan bantuan. Dia ada di pulau
sekitar laut barat daya. Lacak ponselnya sekarang dan segera kirimkan bantuan.
Setidaknya, kirimkan penjaga pantai dan satu regu polisi. Dia akan mengirimkan
foto dan video untuk diperiksa.
Senior Jun Ho makin bingung, ditambah lagi
suara Jun Ho terputus-putus. Jun Ho juga nggak bisa menjelaskan panjang lebar.
Setelah menyampaikan yang diperlukan, dia menutup telepon dan mengirimkan semua
bukti foto dan video yang dikumpulkannya. Setelah itu, dia lanjut melarikan
diri.
Para pemain diberikan hadiah makan malam
mewah. Steak. Seolah tidak ada lagi hari esok, ketiganya mulai makan dengan
terburu-buru.
Posisi Jun Ho sudah ketahuan. Masalahnya, foto
dan video yang dikirimkannya, gagal terkirim dan dia harus terus menerus
mencoba mengirim ulang.
Setelah pelarian panjang, Jun Ho terpojok.
Sekarang dia berada di tepi jurang. Topeng hitam dan anak buahnya sudah
berhasil memojokkannya. Ancamannya juga nggak berhasil. Topeng hitam nggak
percaya walaupun Jun Ho bilang sudah mengirimkan semua bukti ke kepolisian,
soalnya, sulit mendapatkan sinyal di area ini.
Dia menawarkan penawaran, jatuhkan pistol dan ponselnya, maka dia akan
dibiarkan hidup. Dia juga tahu kalau peluru di pistol Jun Ho hanya tersisa
satu.
“Pistol itu berisi lima peluru. Namun, menurut
peraturan polisi, satu tempat peluru harus kosong dan satu lagi harus berisi
peluru hampa. Hanya ada tiga peluru. Kau menembak sekali untuk membunuh seorang
pria dan satu lagi untuk merusak gembok. Artinya hanya ada satu peluru yang
tersisa di pistolmu.”
“Satu peluru bisa membunuhmu,” ancam Jun Ho.
Sang Woo dan Gi Hun menghabiskan semua makanan
yang ada di piring. Tapi, Sae Byeok tidak bisa menghabiskan steaknya karena
terus menerus menahan rasa sakit. Anehnya, setelah mereka menghabiskan makanan
dan semua piring di bersihkan, sebuah pisau malah ditinggalkan dihadapan
mereka. Tentu saja, meskipun tidak mengerti maksud pisau itu dibiarkan di depan
mereka, mereka mengambil dan menyimpannya.
Jun Ho akhirnya menembak si topeng hitam.
Tapi, topeng hitam baik-baik saja karena peluru hanya mengenai lengannya. Jun
Ho benar-benar sudah terpojok. Dan di saat itu, dia mulai penasaran dengan
sosok si topeng hitam. Topeng hitam akhirnya membuka topengnya. Hwang In Ho.
Jun Ho beneran terkejut karna abang yang
dicarinya, ada dihadapannya dan orang yang mengatur permainan. In Ho
mengulurkan tangannya, tapi Jun Ho tidak mau menyambutnya. Dan keputusan
selanjutnya yang diambil In Ho adalah menembak Jun Ho. Satu peluru yang
mengenai dadanya, membuat Jun Ho kehilangan keseimbangan dan terjatuh dari atas
jurang. Selesai melepas tembakan itu, In Ho memakai kembali topengnya.
Sang Woo, Sae Byeok dan Gi Hun kembali ke
ruangan mereka. Ketiganya duduk berjauhan dan menjaga jarak sambil memegang
pisau. Gi Hun kelihatan sekali sangat waspada dengan Sang Woo. Saking
waspadanya, dia juga mengkhawatirkan Sae Byeok. Dia membangunkan Sae Byeok yang
tertidur. Sae Byeok sudah siaga juga, mengira kalau Gi Hun akan membunuhnya. Gi
Hun menyuruhnya tidak khawatir, karena jika dia mau membunuhnya, dia sudah
melakukannya tadi saat Sae Byeok tertidur. Dia membawa pisau itu untuk
melindungi diri.
Gi Hun menyadari kalau Sae Byeok nggak sehat
karna menyisakan begitu banyak makanan. Gi Hun nggak percaya, tapi Sae Byeok
tetap bersikap dirngin dan menyuruhnya untuk tidak mempedulikannya.
“Hei, Sae-byeok. Ayo bersatu untuk… permainan
berikutnya. Apa pun itu, kita saling membantu seperti rekan satu tim. Jika
begitu, kita bisa mengalahkan dia. Kita bisa bagi dua uang itu dan keluar dari
sini,” bahas Gi Hun.
“Apa yang akan kau lakukan jika mendapatkan
uang itu?”
“Aku akan melunasi utangku dahulu. Lalu,
membuka toko di pasar untuk ibuku. Ibuku ingin berhenti berdagang kaki lima dan
berjualan dengan layak di toko. Dan… aku ingin menjadi ayah yang baik… bagi
putriku setidaknya sekali.”
“Berapa usianya?”
“Sepuluh tahun.”
“Sepantar dengan adikku.”
“Adikmu ada di mana sekarang?”
“Di panti asuhan. Aku janji akan menjemputnya setelah
dapat uang. Dan membawa ibuku ke Korea Selatan. Padahal aku janji akan
membelikan rumah agar kami bertiga bisa tinggal bersama.”
“Setengah dari uang itu lebih dari cukup untuk
itu semua.”
“Pak. Berjanjilah satu hal kepadaku. Jika
salah satu dari kita berhasil keluar dari sini hidup-hidup, akan saling menjaga
keluarga masing-masing,” pinta Sae Byeok.
“Jangan bicara begitu. Kita akan kalahkan dia dan
keluar dari sini bersama.”
“Meski begitu, berjanjilah. Berjanjilah bahwa
kau akan menjaga adikku.”
Gi Hun nggak fokus dengan ucapan terakhir Sae Byeok karena dia terfokus pada Sang Woo yang ketiduran. Dia hendak membunuhnya. Tapi, sebelum dia melakukannya, Sae Byeok menghentikannya. Dia tahu kalau Gi Hun bukan orang seperti itu. Karena ucapannya itu, Gi Hun menghentikan niatnya.
Tapi, usai mengatakan itu, Sae Byeok juga menjadi lemas. Pendarahannya semakin
parah dan tidak mau berhenti. Saat itulah Gi Hun baru menyadari kalau perut Sae
Byeok terluka parah. Dia berusaha memanggil pengawas untuk meminta bantuan.
Tidak lama, lampu dinyalakan. Pengawas
memasuki ruangan. Bukan untuk menolong Sae Byeok, tapi membawa mayatnya. Di
depan Sae Byeok, sudah ada Sang Woo yang berdiri memegang pisau. Sang Woo
membunuh Sae Byeok. Dia menggorok leher Sae Byeok. Kematian Sae Byeok menjadi
pukulan hebat bagi Gi Hun.
Dalam rasa amarah, Gi Hun hendak menikam Sang
Woo, tapi pengawas menghentikannya. Tatapannya penuh dengan kemarahan dan
kebencian pada Sang Woo.
In Ho mengobati dirinya sendiri di kamar
mandi. Dia mencabut peluru Jun Ho yang mengenai lengannya tadi. Dari
tatapannya, dia tampak ketakutan sudah membunuh adiknya sendiri.