Sinopsis K-Drama
: Bad and Crazy Episode 01 part 1
SEMUA KARAKTER, TEMPAT, GRUP, PERISTIWA DAN ORGANISASI
ADALAH FIKTIF
Disebuah
tempat di bawah tanah, sedang ada pertandingan martial arts liar. Daripada di sebut pertandingan, Sang lawan, Ryu Su
Yeol, benar-benar tidak berdaya dan babak belur. Anehnya, dia seperti berada
dalam keadaan dibawah sadar karena jauh di dalam dirinya, dia merasa seperti
tenggelam di dalam air yang sangat dalam~~. Seolah dia berada di pertandingan
tersebut, namun, disisi lain, seolah dia hanya bermimpi.
Ketika
dia membuka matanya, dia seperti melihat ada cahaya terang di permukaan.
Refleks, dia berenang menuju sumber cahaya.
Byurr!!! Semua hanyalah mimpi. Nyatanya, dia
berada di dalam bathub kamar yang berisi air penuh dan hampir mati konyol jika
tidak terbangun. Dia saja merasa sangat bodoh karena mabuk dan tertidur di
dalam bathub yang full air. Ckck. Dia tidak akan minum banyak lagi. Jika dia
melakukannya, maka dia akan menyebut dirinya sendiri bodoh!! Benar-benar bodoh!
Seolah
kesialannya masih belum cukup, dia malah menemukan mobilnya di parkiran
apartemen dalam keadaan rusak parah. Kaca spion patah, kaca lampu pecah, mobil
penyok dan lecet! Kesal, dia pergi ke ruangan security untuk mengajukan protes!
Dia kan sudah membayar biaya keamanan yang mahal tetapi kenapa mobilnya bisa
sampai begitu?!
Kepala
keamanan di sana, menghela nafas capek dan memerintahkan anak buahnya untuk
menunjukkan rekaman CCTV. Dari rekaman tersebut, jelas terlihat kalau yang
menghancurkan mobil itu adalah Su Yeol sendiri. Dia yang mematahkan, memecahkan
dan melompat – lompat di mobilnya. Si kepala keamanan juga menyindir kalau
inilah gunanya dia membayar mahal biaya keamanan agar mereka punya kamera CCTV
canggih yang bisa merekam secara jelas. Harus diakui, dia bersyukur karena Su
Yeol hanya merusak mobil sendiri dan bukan mobil penghuni lainnya.
Su
Yeol shock berat. Dia beneran nggak ingat sama sekali melakukan hal tersebut.
Tapi, mau gimana lagi, nasi sudah menjadi bubur. Mana mobil itu cicilannya
masih lunas 7 bulan lagi dan dia harus membayar biaya perbaikan yang sukup
berat.
Belum
selesai satu masalah, pas dia datang ke kantor, dia malah harus berhadapan
dengan Lee Hui Gyeom, polisi di unit narkotika dan juga mantan pacarnya 2 tahun
lalu. Hui Gyeom sangat marah dan menebak kalau Su Yeol melakukan ‘itu’ hanya
demi naik jabatan.
Apa
yang dimaksud sama Hui Gyeom? Sekarang ini, Su Yeol disuruh menangani kasus
pembunuhan yang terjadi di unit narkotika. Dan orang yang menjadi tersangka
adalah kapten unit tersebut, yang berarti adalah kapten dari Hui Gyeom. Hui
Gyeom memberitahu Su Yeol kalau kaptennya melihat rekannya mati di depan
matanya sendiri, tapi kenapa dia harus diselidiki padahal tidak bersalah!
“Dengar,
Inspektur Lee Hui Gyeom. Kita udah putus dua tahun lalu dan sekarang aku
atasanmu. Kaptenmu atau bukan, siapapun yang dicurigai melakukan kesalahan
harus diselidiki. Itu tugasku di sini! Apa masalahnya?” tanya Su Yeol, emosi.
Hui
Gyeom juga emosi dan membalas kalau masalahnya ada di Su Yeol yang nggak pernah
membedakan urusan kerja dan urusan pribadi. Dan untuk meluapkan kekesalannya,
dia melakukan bantingan punggung pada Su Yeol. Jelas saja Su Yeol merasa marah
sekaligus malu karena di banting di depan umum begitu.
Semua
kekesalan dan kesialan yang terjadi dari pagi hingga sekarang, harus dilupakan
sejenak karena dia harus mulai menginterogasi, Kim Gye Sik, kapten dari Unit
Narkotika. Sebelum mulai, Su Yeol memperkenalkan diri terlebih dahulu sebagai
Inspektur Senior dari Unit Antikorupsi dan rekannya bernama Yang Jae Seon. Su Yeol bersikap sangat sopan sambil
mengulurkan tangan untuk bersalaman dan membawakan ice americano. Gye Sik yang
sadar posisinya disini sebagai tersangka, menanggapi dingin uluran tangannya
dengan pernyataan kalau dia disini bukan untuk acara kehormatan.
Tidak
membuang waktu untuk basa-basi lagi, Su Yeol mulai membuka berkas kasus Gye Sik
: Laporan Kecelakaan Senjata Api Inspektur Senior Kim Gye Sik. Dari laporan
berkas itu ada nama korban Tak Min Su, yang merupakan rekan Gye Sik. Gye Sik
mulai menjelaskan situasi saat itu. Ketika itu, Min Su bilang harus segera
menemui seseorang dan menyuruhnya menunggu dibawah. Dia pun melakukan seperti
yang dikatakan Min Su, menunggu dibawah sebuah gedung kosong. Dan tiba-tiba,
terdengar suara teriakan dan dari lantai atas, sebuah tubuh terjatuh. Yang
terjatuh adalah Min Su yang langsung meninggal di tempat.
Saat
Gye Sik menoleh ke atas, terlihat ada seseorang di atas sana. Tanpa berpikir
panjang, Gye Sik berlari menuju lantai atas untuk menangkap pelaku. Saat
menemukannya, dia langsung memukulinya. Pelaku tidak berdiam diri dan menusuk
perut Gye Sik dengan pisau yang memilikinya kemudian mencoba kabur. Melihat hal
itu, Gye Sik mengeluarkan pistolnya dan menembak paha pelaku. Saat itu, pelaku
berada di dekat pinggiran lantai yang belum memiliki pembatas sehingga ketika
pahanya di tembak, dia kehilangan keseimbangan dan langsung terjatuh ke bawah.
Gye Sik menjerit keras saat melihat itu, karena bukan itu maksudnya.
Bahkan
saat menceritakan kejadian itu, Gye Sik masih measa sedih. Pelaku yang dimaksud
oleh Gye Sik bernama Sim Sang Ho dan sudah pernah dipenjara dua kali karena
pelanggaran narkoba. Su Yeol mulai mengajukan pertanyaan mengenai apa motif
Sang Ho membunuh Min Su, padahal dari yang didengarnya, Min Su membantu Sang Ho
terbebas dari narkoba dan hubungan mereka baik. Gye Sik menjawab kalau mereka
bisa dekat dengan pemakai narkoba, tapi saat narkoba terlibat, si pemakai tidak
akan ragu menyerang.
Su Yeol
mulai mengintimidasi dengan bertanya pada Jae Seon, apakah ditemukan jejak
narkoba pada tubuh Sang Ho? Tidak. Bagaimana dengan alkohol? Apa dia mabuk?
Tidak juga. Setelah itu, dia mulai membahas kedekatan Gye Sik dengan Min Su.
Jika seseorang begitu dekat, saat orang tersebut mati dihadapannya, dia tidak
akan bisa berpikir jernih dan menjadi kalut. Dia pasti ingin menghancurkan
apapun bukan? Apakah itu alasan Gye Sik membunuhnya?
Gye
Sik sedikit terkejut mendengar pertanyaan itu. Dia mencoba tidak termakan
dengan pertanyaan itu dan menjawab tegas kalau yang dilakukannya sudah sesuai
dengan protokol dan menembak paha pelaku. Su Yeol mengingatkan lagi kalau saat
itu, mereka berada di gedung terbengkalai lima lantai yang tidak berpagar dan
Gye Sik malah menembak pahanya.
“Lalu,
haruskah aku membiarkannya bebas?! Bedebah itu sudah membunuh Min Su!!” teriak
Gye Sik, terpancing.
“BENAR
SEKALI! BEDEBAH ITU MEMBUNUH MIN SU! REKANMU!” balas Su Yeol, berteriak dengan
menyeramkan.
Setelah
mengatakan itu, ekspresi wajahnya kembali tenang dan membahas sikap Gye Sik
yang sekarang saja masih sangat marah. Jadi, dia pasti sangat marah saat
kejadian itu terjadi. Dari maksud ucapannya, sudah jelas kalau Su Yeol hendak
mengatakan kalau Gye Sik sengaja membunuh Sang Ho karena termakan emosi.
“Satu
hal lagi. Di mana bukti bahwa Sim Sang Ho bertanggung jawab atas kematiannya?”
tanya Su Yeol.
“Hari
itu hujan deras. Mereka tak menemukan bukti DNA yang bisa membuktikan Sim
membunuh Inspektur Tak. Aku yakin disana hanya ada Min Su dan si brengsek itu.”
“Tidak,”
sangkal Su Yeol. “Ada satu orang lagi bersama mereka di TKP,” ujarnya dan
menatap Gye Sik, tajam. “Benar. Kau juga ada di sana. Kau, Inspektu Senior, Kim
Gye Sik.”
Pernyatan
yang membuat Gye Sik kehilangan kata-kata untuk mengungkapkan emosinya. Setelah
dia dituduh membunuh pelaku karena termakan emosi, sekarang dia dicurigai
sebagai orang yang membunuh Min Su, rekannya sendiri.
Dan
semua interogasi tersebut disaksikan oleh petinggi kepolisian : Komisaris Kim
Sung Ho dan Kepala Subsesksi Gwak Bong Pil. Mereka amat sangat puas dengan
kinerja Su Yeol yang menyudutkan Gye Sik sampai seperti ini. Kenapa? Karena
memang semua adalah perintah dari Komisaris Kim Sung Ho. Komisaris Kim dendam
pada Gye Sik yang sudah memenjarakan keponakannya di awal tahun ini karena
terlibat dalam kasus narkotika. Dan mumpung ada kejadian ini, mereka hendak
menggunakannya sebagai peringatan pada Gye Sik.
Usai
interogasi selesai, Su Yeol pergi ke ruangan Kepala Gwak Bong Pil. Dasar tidak
bermoral. Bisa-bisanya, Kep. Gwak menyimpan miras di ruangannya dan meminumnya
di tengah hari seperti ini demi merayakan keberhasilan membuat Gye Sik tersudut.
Su Yeol juga bertingkah seolah tidak tahu sebelumnya kalau Gye Sik punya
masalah dengan Komisaris kim. Kep. Gwak mana tertipu dengan aktingnya, soalnya
kemarin malam kan Su Yeol sudah pergi minum bersama keponakan Koms. Kim. Su
Yeol tersenyum membenarkan.
Kep.
Gwak memerintahkan Su Yeol untuk membuat Gye Sik diskors dan jika dia berhasil,
dia akan mendukungnya kali ini. Agar tidak terlalu kentara kalau benar dia
melakukan semua ini hanya demi naik jabatan, Su Yeol mulai marah-marah protes
kalau dia bekerja siang malam demi menyingkirkan korupsi yang terjadi. Kep.
Gwak mengerti maksudnya dan memberitahu informasi tambahan kalau Koms. Kim
bersiap untuk pergi ke Yeouido. Sebelum dia pergi, mereka harus mendapat
imbalan atas jasa mereka untuknya. Benar, kan?
“Tentu
saja,” jawab Su Yeol sambil bertepuk tangan, senang.
--
Setelah
semua urusan selesai, Su Yeol memutuskan bersantai sejenak dengan pergi ke
tempat sauna. Sambil membuka baju, dia mengeluhkan badannya yang terasa sakit
akibat bantingan Hui Gyeom tadi. Padahal dia kan anak orang kaya, ngapain juga
malah masuk Unit Narkotika. Pasti dia punya hobi hidup sulit.
Di
dalam ruangan sauna, Su Yeol hanya sendirian. Panasnya ruangan, perlahan
membuatnya kehilangan fokus dan sedikit kesadaran. Saat itulah, terdengar suara
langkah kaki menuju ruangannya. Seorang pria berpakaian jaket kulit merah
hitam, celana hitam dan helm hitam, memasuki ruangan dan berjalan menuju arahnya.
Su Yeol mulai panik. Dan benar saja, pria itu tiba – tiba memukulinya.
Menjambak rambutnya. Membanting tubuhnya ke dinding. Mencuci wajahnya
menggunakan sabun bubuk secara kasar. Mencekik lehernya dengan tali shower,
kemudian menyiramkan wajahnya dengan air shower panas. Terakhir, dia menarik Su
Yeol ke pinggiram kolam dan meninju wajahnya dengan kuat hingga terjatuh.
B A D A N D
C R A Z Y
Disuatu
tempat, seorang opsir polisi yang sedang bertugas, melihat seorang anak kecil
menempel selebaran di tempat yang tidak seharusnya. Anak perempuan itu sedang
mencari Ibunya, Jeong Yu Na. Merasa kasihan, opsir tersebut, Oh Kyung Tae,
membawa anak itu ke Kepolisian Munyang. Dia hendak membantu anak itu melaporkan
ibunya yang menghilang. Saat detektif yang bertugas hendak membuat laporan
kehilangan, dari database yang ada, terlihat kalau sudah ada orang yang
melaporkan mengenai hilangnya Jeong Yu Na. Ya udah, Kyung Tae dengan sopan
meminta tolong diberitahukan siapa detektif yang menangani kasus Jeong Yu Na.
Detektif
yang menangani kasus itu adalah Do In Beom. Det. Do tidak langsung memberikan
infomasi tapi menanyakan motif dan hubungan Kyung Tae dengan Nn Jeong, sehingga
mau jauh-jauh ke kepolisan ini. Kyung Tae menjawab kalau dia hanya merasa
kasihan pada anak itu. Det. Do memberikan informasi kalau Nn Jeong kabur dari
rumah dan berprofesi sebagai gadis bar. Nn Jeong dipenjara setahun karena
narkoba dan dibebaskan baru-baru ini. Ah, dia pasti memakai narkoba lagi dan
dipenjara. Det. Do kelihatannya tidak serius menangani kasus pelaporan ini,
soalnya dia menggerutu kalau harusnya mereka membuat unit terpisah untuk orang
hilang. Haruskah Unit Jasantras mencemaskan kasus pelarian?
Kyung
Tae terlihat tersinggung dengan ucapannya yang merendahkan unit lain. Namun, perhatiannya
teralih pada anak itu yang sedang sibuk bermain sendirian sembari menunggunya.
--
Su
Yeol masih hidup. Begitu sadar dan memakai baju, dia langsung melaporkan
peristiwa penyerangan yang dialaminya tadi pada resespionis. Dia menyebutkan
ciri-ciri si penyerang yang memakai helm, jaket, celana hitam hingga sepatu ke
dalam ruangan sauna. Masalahnya, si resepsionis sudah memeriksa kamera CCTV dan
tidak menemukan orang dengan ciri-ciri yang disebutkan Su Yeol. Su Yeol tetap
bersikeras kalau orang itu benar-benar masuk ke ruangan sauna dan memukulinya
hingga wajahnya terluka seperti ini!!
Sepertinya
Su Yeol udah lama mengajukan protes di sana dan teriak-teriak, makanya, bos
sauna juga menyerah dan memutuskan untuk mengembalikan uang Su Yeo saja.
Resepsionis pun menyampaikan hal itu pada Su Yeol. Su Yeol kesal karena uang
itu nggak seberapa dan bukan itu tujuannya mengajukan taruhan. Dia hanya ingin
menangkap orang yang menyerangnya.
Beruntung
bagi si resespsionis karena Su Yeol mendadak dapat telepon penting yang
menyuruhnya untuk segera kembali ke kantor. Telepon itu membuat Su Yeol
tersenyum senang dan langsung pergi. Udah jalan beberapa langkah, dia balik
lagi untuk menyetujui pengembalian dana. Tapi karena prosesnya ribet, dia
berubah pikiran lagi.
--
Kyung
Tae mengantarkan anak perempuan itu pulang. Anak itu bercerita kalau dia
tinggal berdua dengan neneknya. Ibunya pulang hanya di hari Minggu. Dari cerita
si anak, Kyung Tae jadi tahu kalau Nn Jeong selama ini berbohong pada anaknya
kalau dia ke Amerika selama setahun, padahal sebenarnya dia masuk penjara. Anak
itu juga bilang walaupun di Amerika, Ibunya tetap menulis surat untuknya setiap
hari. Ibunya selalu sibuk. Dan saat terakhir ibunya hilang, Ibunya bilang akan
membelikan hadiah ulang tahunnya.
“Anda
akan menemukan Ibuku, kan?”
“Ya,
tentu. Aku seorang polisi,” jawab Kyung Tae.
Sebagai
bentuk terimakasih karena Kyung Tae mau membantunya, anak itu memberikan hadiah
semanggi berdaun tiga. Dia hanya menemukan itu, tapi lain kali, dia akan
mencari semanggi berdaun empat dan membuatkan gelang yang sama seperti miliknya
untuk Kyung Tae. Kyung Tae tersenyum ramah dan berterimakasih.
--
Su
Yeol tiba di kantor, bersamaan dengan rekannya, Ju Dae Won, yang datang dengan
mobil barunya. Hubungan keduanya tidak baik. Terlihat dari cara keduanya
berbincang. Dae Won juga memamerkan mobil barunya yang dibelinya untuk
merayakan ulang tahun pertama putranya. Su Yeol heran, apa hubungannya mobil
Porsche dengan ulang tahun pertama putranya?
“Kau
harus segera menikah dan punya anak. Kestabilan emosional yang berasal dari
memiliki keluarga sendiri amatlah penting,” jawab Dae Won, tidak nyambung.
Bukan
hanya Dae Won yang bisa sombong, Su Yeol juga. Dia datang dengan membawa
setelan kepolisiannya karena akan ada kabar penting, tapi mungkin akan menjadi
berita sedih untuk Dae Won. Baru juga pamer, Jae Seon datang untuk memberitahu
kabar buruk.
Benar
saja, yang mendapat promosi bukan Su Yeol, melainkan Dae Won. Su Yeol mana
terima karena kerja kerasnya malah dicuri orang lain. Kep. Gwak beralasan kalau
ayah Dae Won adalah teman masa kecil Koms. Kim. Su Yeol nggak percaya, soalnya
Dae Won dan Koms. Kim berasal dari kota berbeda!! Satu di Incheon, satu lagi di
Daegu, gimana bisa jadi teman masa kecil!!
Wajar
jika Su Yeol marah, karena ini bukan kali pertama promosinya di batalkan dan di
berikan pada orang lain. Kali terakhir dia hampir mendapat promosi, malah orang
lain yang di promosikan dengan alasan punya koneksi di Rumah Biru. Kep. Gwak
juga nggak tahu harus gimana. Kalau menurut Su Yeol nggak adil,lahirlah kembali
di keluarga kaya.
“Anda
akan membantuku atau tidak?” tanya Su Yeol, serius. Dia sudah capek hanya terus
diberikan janji palsu setelah melakukan pekerjaan ‘kotor.’ “Anda berencana
meninggalkanku setelah memanfaatkanku? Begitukah?”
Kep.
Gwak menyangkal dan menyebutnya berlebihan. Dia mulai mengungkit latar belakang
Su Yeol. Su berhasil lulus dengan nilai tertinggi. Meskipun dia berasal dari
keluarga miskin dan tidak kuliah, tapi dia bisa bergabung dengan Unit Antikorupsi
dan sampai sejauh ini, semua karena dia! Dia mengerti jika Su Yeol marah,
makanya, dia berusaha menyadarkannya.
Su
Yeol hanya bisa menundukkan kepala dan mengangguk, tapi di dalam hatinya, dia
menyimpan kemarahannya.
--
Esok
hari,
Kyung
Tae menghabiskan jam istirahat di Polsek Sohyang. Jika Kepolisian Munyang tidak
mau menyelidiki kasus hilangnya Nn Jeong dengan serius, maka dia yang akan
mencarinya sendiri. Dia jam istirahat, dia memulai memprint selebaran orang
hilang untuk disebarkan. Para rekannya sudah terbiasa dengan sifat Kyung Tae
yang selalu membantu mencari orang dan kucing hilang. Mereka sampai mengira
tempat ini spesialis kucing hilang.
Kyung
Tae bercerita kepada rekan-rekannya kalau kemarin dia bertemu dengan anak
perempuan yang mencari Ibunya. Masalahnya, Ibunya pernah dihukum atas
pelanggaran narkoba. Meski begitu, Ibunya selalu menulis surat untuk putrinya,
setiap hari. Dan putrinya mengira Ibunya di Amerika. Makanya, dia merasa kalau
harusnya ibunya akan merawat anaknya baik-baik begitu bebas, tapi kenapa dia
tiba-tiba meninggalkan anaknya?
Rekannya
langsung menyuruhnya untuk tidak ikut campur demi kebaikannya sendiri.
Sayangnya, Kyung Tae tidak bisa seperti itu. Mana pas mau makan dia mendapat
telepon yang bilang punya riwayat panggilan Jeong Yu Na. Tanpa menghabiskan
makanannya, dia langsung pergi menemui orang yang menelepon.
Hari
sudah malam dan Kyung Tae sudah selesai bertugas. Dari riwayat telepon yang ada
di ponsel Nn Jeong yang didapatnya, Kyung Tae sekarang berakhir di sebuah apartemen.
Dia menunjukkan foto Nn Jeong pada petugas security. Petugas security tidak
begitu ingat wajah para penghuni, soalnya para penghuni di sana, sering
pindah-pindah. Dia hanya ingat orang yang membawakannya minuman atau orang yang
kasar dan jahat padanya.
Karena
nggak ada petunjuk, Kyung Tae memutuskan menempelkan selebaran itu di komplek
apartemen. Usahanya berhasi karena salah satu penghuni mengenali wajah Nn Jeong
yang adalah tetangganya.
Dengan
informasi itu, Kyung Tae pergi ke depan unit apartemen Nn Jeong. Kelihatannya,
unit tersebut sudah lama kosong, soalnya ada banyak selebaran yang tertempel di
depan pintu dan kotak – kotak pesanan yang dibiarkan begitu saja. Bel juga
sudah ditekan berulang kali, tapi tidak ada jawaban.
Setelah
berbagai pertimbangan, Kyung Tae memutuskan memanggil ahli pintu untuk membuka
paksa pintu. Si ahli khawatir sebenarnya karena itu bukan apartemen Kyung Tae
dan jika terjai masalah, dia tidak mau ikut bertanggung jawab. Kyung Tae
menjawab kalau mungkin saja ada orang di dalam.
Tidak
jauh dari tempatnya, seseorang mengawasi dari unit atas. Melihat apa yang
dilakukan Kyung Tae, Orang itu adalah petugas security yang tadi ditanyai Kyung
Tae. Dan dia menelepon seseorang untuk melaporkan kalau Kyung Tae sudah meminta
ahli kunci membobol pintu.
Kyung
Tae masuk sendirian. Apartemen dalam keadaan sangat rapi. Foto di ruang tamu,
menunjukkan bahwa pemiliknya memang benar adalah Ny.Jeong. Ada juga beberapa
foto putrinya. Di lemari baju yang ada di kamar, juga ada sebuah pakaian anak
perempuan.
Terakhir,
Kyung Tae memeriksa kamar mandi. Dia tidak menyalakan lampu tapi menggunakan
senter dari hapenya. Dengan pena, dia membuka saringan saluran air. Di dalamnya
ada helaian rambut dan bekas darah.
Klak.
Klak. Klak. Terdengar suara pintu di buka dan langkah kaki. Yang datang adalah
det. Do. Kyung Tae langsung menunjukkan apa yang ditemukannya. Dan yang
diterimanya adalah tendangan dari det. Do. Det. Do menendangnya hingga
terjatuh, memukulinya dan menendang-nendang tubuhnya.
--
Dan keesokan
harinya, Kep. Gwak kembali mendapatkan kasus baru. Kali ini, anggota dewan Do
Yu Gon yang meminta bantuan Kep. Gwak. Seperti yang bisa diduga, Kep. Gwak
memberikan kasus itu untuk ditangani sama Su Yeol. Su Yeol sudah capek menerima
harapan palsu dan tidak ingin lagi menangani kasus dari para ‘petinggi.’ Kep.
Gwak mengeluarkan mulut manisnya dengan bilang kasus kali ini akan bisa
mengambil hati Koms. Kim. Mau atau tidak?
“Apa
itu? Kesempatan apa?” tanya Su Yeol, tertarik.
“Kau
pasti tahu sepupu Anggota Dewan Do Yu Gon seorang polisi.”
“Do
In Beom di Unit Jatanras.”
“Kau
tahu semuanya. Maka kau juga pasti tahu mereka sangat dekat, seperti saudara.
Tapi Do In Beom, si bodoh itu, menyebabkan masalah. Itu tidak bagus untuk
pemilu mendatang. Bagaimana menurutmu? Kau mau membantu Anggota Dewan?”
Su
Yeol menolak. Dia bisa merasakan kalau det. Do pasti melakukan masalah yang
tidak bisa dibereskan hingga dia harus turun tangan. Semua polisi di sini juga
tahu kalau det. Do seperti bom waktu.
“Tapi
Anggota Dewan Do ngin bertemu denganmu. Siapa yang tahu, mungkin aku akan
mendengar kabar kau dan Anggota Dewan Do teman masa kecil. Dia bersekolah di
SMP dan SMA Munyang. Kau juga begitu. Ceritanya masuk akal, kau tahu?” pancing
Kep. Gwak.
Pancingannya
berhasil. Dia mau menemui tn. Do. Pertemuan di atur di resto pizza Yeol Yeol,
milik kakak Su Yeol, Ryu Dong Yeol. Setelah berbasa basi sejenak, tn. Do mulai
memberitahu keinginannya. Pemilu sebentar lagi dan dia ingin masalah ini
diselesaikan dengan tenang. Dengan
semangat dan teramat ramah, Su Yeol menyanggupi.
Begitu
pertemuan selesai, dia langsung menghubungi Jae Seon dan meminta tolong
menghubungi Polsek Sohyang.
Meski
Su Yeol dingin, tapi dia peduli sama keluarga. Dia yang membukakan resto pizza
untuk kakaknya. Dia juga yang membayar biaya operasi punggung ibunya. Dia
adalah tulang punggung keluarga.
--
Para
opsir polisi di Polsek Sohyang sudah bersiap untuk kedatangan Su Yeol yang
berasal dari kantor pusat. Su Yeol benar-benar bermuka dua. Saat tiba dan
melihat Kepala Opsir Kim Dong Gyun menunggunya, dia langsung memarahi Jae Seon
karena sudah menelepon kemari dan membuat semua orang berdiri diluar menyambut
mereka. Jae Seon cuma bisa diam, tapi di dalam hati dia pasti merutuk, karena
jelas-jelas yang menyuruh menelepon adalah Su Yeol.
Kyung
Tae juga sudah menunggunya. Wajahnya babak belur akibat pemukulan det. Do
kemarin padanya. Selama Su Yeol bicara dengan Kyung Tae, yang lain menunggu di
dalam polsek.
Su
Yeol membacakan perkara yang diadukan oleh Kyung Tae terkait penyerangan yang
dilakukan det. Do. Dia membahas lokasi pemukulan yang agak aneh. Kyung Tae
menjelaskan kalau itu adalah lokasi terakhir dari sinyal ponsel Nn Jeong, si
wanita hilang, terlacak. Dia pergi ke sana untuk memeriksa apa terjadi sesuatu
di rumahnya.
Su
Yeol mulai menanyakan hubungan Kyung Tae dengan Nn Jeong. Kyung Tae menjawab
kalau dia belum pernah bertemu dengan Nn Jeong. Su Yeol kembali bertanya, untuk
apa dia ke sana padahal itu juga bukan kasus Kyung Tae.
“Ada
seorang gadis bernama In Seon. Dia putrinya Nona Jeong. Aku berjanji kepadanya
akan menemukan Ibunya.”
“Jadi,
biar kuluruskan. Kau ke sana karena berjanji kepada seorang anak? Anak yang
belum pernah kau temui, benar?”
“Benar.
Aku opsir polisi,” jawab Kyung Tae. “Aku polisi dan ingin melihat jika ada yang
bisa kubantu.”
Jawaban
itu membuat Su Yeol semakin menyudutkannya. Emangnya, Kyung Tae kira cuma dia
yang polisi? Det. Do yang menangani kasus orang hilang ini juga seorang polisi.
Dia juga polisi. Dan yang dilakukan oleh Kyung Tae adalah pelanggaran karena
tidak menghormati tugas atau yurisdiksi orang lain. Apa dia mau menangani semua
kasus di Munyang? Haruskah mereka semua mengundurkan diri? Begitu maunya?!
“Bukan
begitu maksudku. Aku…”
“Aku
tahu,” potong Su Yeol. “Kita semua rekan kerja. Mari kita akhir dengan
permintaan maaf.”
“Tapi
aku melihat noda darah di rumahnya,” beritahu Kyung Tae.
Untuk
membuktikan ucapannya, Kyung Tae membawa Su Yeol ke apartemen Nn. Jeong.
Anehnya, saat dia ke sana, saringan saluran pembuangan air sudah terlihat
sangat bersih, seolah di ganti dan tidak ada noda sama sekali. Kyung Tae panik
dan menyakinkan kalau seseorang pasti sudah membersihkannya. Dia jelas melihat
ada rambut kusut yang berlumuran darah.
“Astaga.
Rambut. Darah. Maksudmu, ada seseorang yang dibunuh di sini?” tanya Su Yeol
dengan nada tidak percaya. “Dengar, Opsir Oh. Kau pikir semudah itu membunuh
seseorang? Kau juga menonton acara TV Amerika? Sungguh. Drama adalah
masalahnya,” gerutunya.
Kyung
Tae tidak menyerah. Bagaimana jika ny. Jeong benar-benar terkena masalah? Pertanyaan yang tidak mampu dijawab sama Su
Yeol.