Sinopsis K-Drama : Bad and Crazy Episode 04 part 2

 

Sinopsis K-Drama : Bad and Crazy Episode 04 part 2

SEMUA KARAKTER, TEMPAT, GRUP, PERISTIWA DAN ORGANISASI ADALAH FIKTIFv


tn. Do sudah menyewa pengacara. Namun, pengacaranya menyarankan padanya untuk mengakui saja tuduhan karena perbuatannya sudah tertangkap basah dan respon publik sangat buruk. Lebih baik jika tn. Do mengakui kalau perbuatannya dilakukan dibawa pengaruh obat-obatan. Itu jalan terbaiknya. Dan tn. Do harusnya juga paham mengenai itu.

--



Su Yeol sekarang berada di kawasan rumah In Seon. Dia membawa kartu memory ‘hadiah’ pensiun dari tn. Do padanya kemarin. Di kartu itu adalah rekaman ucapan ulang tahun Nn. Jeong untuknya. Setelah ragu sejenak, Su Yeol memutuskan menemuinya. Tapi, saat melihat Kyung Tae sedang bersama In Seon, Su Yeol mengurungkan niat. Untunglah Kyung Tae melihatnya dan berteriak memanggilnya. In Seon juga jadi tahu kedatangannya dan memanggilnya.


Jae Seon juga diundang. Mereka mengadakan pesta BBQ bersama keluarga In Seon. Awalnya, Su Yeol merasa canggung. Tapi karena ada banyak orang, rasa canggungnya jadi berkurang. Dia cukup peduli dengan In Seon, soalnya, dia menegur paman In Seon untuk berhenti merokok demi In Seon. Paman In Seon memberitahu kalau rokoknya palsu dan bebas nikotin. Paman In Seon juga mengucapkan terimakasih karena Su Yeol dia bisa menerima uang asuransi jiwa. Su Yeol jelas kesal, soalnya menerima uang asuransi jiwa itu bukan hal membanggakan!



“Pak Jeong, kau yakin bisa membesarkan keponakanmu dengan baik? Jika kau tidak yakin, kusarankan kau mencari alternatif. Daftarkan untuk adopsi atau kirim ke...”

“Tidak mungkin. Aku akan membesarkannya dengan baik. Tentu saja tidak akan cukup. Tapi kenapa harus dibesarkan orang asing jika dia masih punya paman?”

“Pamannya terus membicarakan uang asuransi. Itulah alasannya.”


“Kurasa kau salah paham. Kakakku selalu bilang bahwa aku harus memastikan mendapatkan uang asuransi jika sesuatu menimpanya. Dia memintaku mengurus In Seon dengan baik menggunakan uang itu. Aku akan menepati janji itu. Aku akan bekerja dengan baik membesarkan In Seon,” janji paman In Seon.

Setelah mendengarkan alasannya, Su Yeol jadi lebih tenang.



Su Yeol juga akhirnya memberikan pesan video terakhir Nn. Jeong pada In Seon. In Seon yang selama ini berusaha tegar, akhirnya menangis saat melihat video ibunya.

“Jeong In Seon! Selamat ulang tahun    Selamat ulang tahun, Nak!  Bukankah boneka beruang ini sangat manis? Jadi, berhentilah membawa pulang mainan jelek itu.  Jaga ini baik-baik mulai sekarang.  Ibu akan mengawasimu dan melihat kegiatanmu seharian.  Ya, Sayang?  Apa ini direkam dengan benar? Omong-omong, kenapa kau tidak memberi tahu ibu soal acara bakat? Kau pikir ibu pasti tak akan pernah tahu. Nenek memberi tahu ibu semuanya. Ibu berjanji akan datang besok. Kau pasti bisa melakukannya dengan baik, jadi, ibu harus melihatnya. Semoga berhasil, In Seon! Ibu menyayangimu.”


“Aku melakukannya dengan sangat baik. Aku tidak membuat satu kesalahan pun, Ibu. Aku menjadi pohon. Awalnya, aku seharusnya hanya muncul sebentar,  tapi aku melakukannya dengan baik sampai guruku memujiku dan semua orang bertepuk tangan untukku,” cerita In Seon, membalas pesan Ibunya.




Tentu ada penyesalan di hati Su Yeol. Menyesal karena dia tidak bisa membawa pulang Nn. Jeong secara sehat pada In Seon.

--



Hari demi hari berlalu begitu cepat,

Kim Gye Sik akhirnya kembali bekerja. Hukumannya sudah berakhir. Semua rekan menyambutnya dengan semangat. Tentu saja, masih ada rasa sedih karena Tak Min Su kini tidak ada lagi bersama mereka.

Sekembalinya Gye Sik, mereka mulai mengusut kasus baru.


“Do Yu Gon punya ini. Ini obat yang dikenal sebagai "Pupil". Pengaruh kartel di distrik kita tumbuh pesat dalam beberapa tahun  terakhir. Tapi mereka masih pemain baru di industri ini, jadi, kita tak tahu banyak tentang mereka. Kami mencoba mencari tahu jalur distribusi mereka dahulu,  tapi kami kesulitan saat ini.”

“Semua pencandu bilang kualitasnya bagus. Kualitas terbaik. Harganya juga yang terbaik.”


“Jadi, kemungkinan besar Min Su dibunuh oleh orang-orang yang mengedarkan narkoba itu,” simpulkan Gye Sik.

“Mengenai Sim Sang Ho, pria yang membunuh Min Su. Sim Sang Ho mengurus narkoba berkualitas rendah. Menurut kalian dia punya hubungan dengan sindikat narkoba itu?”

“Kau sangat naif, Nak. Saat restoran baru dibuka, semua orang ingin melihatnya.”


Masalah terbesar, tn. Do tidak mau bekerja sama dan menutup mulut.

--


Karena jasa Su Yeol, Kep. Gwak dan Koms. Kim jadi banyak diuntungkan. Kalau udah gini aja, Kep. Gwak baru memuja muji Su Yeol yang penuh potensi dan membuat sejarah baru dalam kepolisian Munyang. Su Yeol menerima pujian itu sembari menyindir kalau dia berutang pada Kep. Gwak dan Koms. Kim yang sudah melemparkannya ke neraka sendirian! Jika tidak ada mereka berdua, itu tidak mungkin terjadi.

Kep. Gwak sudah terbiasa dengan sindirannya. Dia tidak akan marah soalnya baru dapat kabar kalau Koms.Kim bergabung dalam rapat sarapan di Rumah Biru dan itu semua berkat Su Yeol. Dan juga, Su Yeol jangan buat janji Jumat ini karena mereka akan minum bersama reporter.

Tapi, bukan itu yang di pentingkan Su Yeol sekarang. Dia memikirkan nasib kasusnya di Kejaksaan. Dan betapa leganya hatinya saat Kep. Gwak bilang kalau Kejaksaan sudah membatalkan penyelidikan terhadap Su Yeol. Kep. Gwak mengira kalau Su Yeol yang membujuk, tapi Su Yeol malah baru tahu.


Eh, ternyata semua karena perbuatan K. tn. Nam memberitahukan kalau penyelidikan di hentikan, soalnya Su Yeol ternyata mendonasikan semua uang di rekening pinjamannya ke Penampungan Remaja Impian. Karena tindakannya, tn. Nam jadi kagum padanya, soalnya itu kan bukan hal yang mudah.


Su Yeol shock! Tidak ada uang lagi di rekeningnya. Semuanya 0.  Ah, ada satu yang bersaldo. Satu aja. sebanayk Rp 52.



Tanpa malu, Su Yeol pergi ke yayasan Penampungan Remaja Impian untuk meminta kembali semua uang donasinya. Dia menjelaskan kalau dia sedang dalam keadaan sakit saat melakukan donasi. Mustahil ada orang yang mendonasikan semua gajinya selama bertahun – tahun sekaligusn tanpa alasan. Bulan ini saja dia tidak punya uang untuk bayar sewa!


Sudah terlambat! Sangat terlambat! Dia sekarang miskin. Dalam kondisi ini, dia hanya mau bertemu K. Jika K tidak keluar, dia akan melompat dari atap. Jika dia mati, K juga mati. Dan akhirnya, K keluar. Dia sangat bangga dengan tindakannya. Jika bukan karena dia, Su Yeol pasti sudah di penjara.


“Tapi kenapa kau memilih penampungan ini?”

“Pertanyaan bagus. Kenapa aku tertarik dengan tempat ini? Entah kenapa. Entahlah.”



Jawabannya membuat Su Yeol beneran stress. Padahal dia sudah mengumpulkan uang itu dengan susah payah. K tidak peduli soalnya itu uang dari menjilat kepada bedebah seperti tn. Do. Dia beneran jijik. Kalau dia masih belum jera, lebih bai mati saja!

--


Gye Sik dan Hui Gyeom pergi menemui tn. Do. Mereka mengira tn. Do yang membunuh Min Su. Tapi, dugaan mereka salah. tn. Do tidak mengenali Min Su sama sekali.  Ya udah, Gye Sik hanya mau tahu darimana dia membeli obat-obatan bernama ‘pupil’ itu. Seperti yang ditebak, tn. Do tidak mau bekerja sama.

--



Su Yeol sudah benar-benar ngga punya uang. Terpaksa, dia pindah dari apartemen mewahnya ke apartemen Ibunya. Dia yang membelikan apartemen itu atas nama Ibunya.





Sekarang, Su Yeol juga sulit untuk fokus karena K selalu muncul di dekatnya. Hal itu benar-benar membuat Su Yeol merasa risih. Dari kantor hingga kamar mandi, K selalu ada. Karena sudah muak, Su Yeol menawarkan kesempatan pada K untuk menggunakan tubuhnya. Dia akan memberikan 4 jam sehari pada K untuk mengambil alih tubuhnya dari jam 24.00 sd 04.00.



K mana mau. Ya udah, Su Yeol memberikan waktu dari tengah malam hingga matahari terbit. Dan siang hari menjadi miliknya. Agar K bersedia, dia juga memasang kamera dan perekam di jam tangannya, jadi semua yang di lakukan bisa terekam. Dan setelah negosiasi yang pelik, K setuju.



Hm, padahal arloji itu untuk merekam aktifitas Su Yeol seharian agar K  bisa tahu apakah dia melakukan hal ilegal lagi. Tapi Su Yeol yang pintar, diam-diam melepas jam tanganya dan meninggalkan di setir mobil, seolah dia sedang menyetir gitu lho untuk mengecoh.

Dia sekarang sedang menangani kasus suap yang diterima det. Im. Uang suap yang diterima det. Im pasti sangat besar hingga dia bisa membuat bar. Yang dilakukan det. Im adalah memberitahu penggerebekan yang akan terjadi.


“Kau salah paham, Bung. Kau tahu? Aku hanya menutupi penyelidikanmu karena aku tahu situasimu dan ingin kau mendapat pesangon yang cukup besar. Hanya itu. Kau pikir aku melakukan ini untuk uang receh? Kau membuatku merasa sangat kotor karena kau pikir aku akan menutup mata terhadap korupsi demi uang!” marah Su Yeol setelah menerima amplop berisi uang dari det. Im.

“Baiklah. Ini belum cukup. Benar, bukan? Ini dia,” ujar det. Im dan menyerahkan lagi dua amplop uang.

Su Yeol menerima uang itu dan mau menutupi kasus. Tapi, tidak dengan K.


Di tengah malam, waktunya K. Dia mengambil alih tubuh K dan ke bar det. Im. Dia menghajar semua penjaga dan mengambil buku besar det. Im. Det. Im jelas marah. Kalau Su Yeol merasa uang yang diberikannya kurang, harusnya dia beritahu sedari awal! K langsung meninju wajahnya dan mengembalikan uang yang diberikan det. Im tadi.


Besoknya, Su Yeol menggiila. Dia pergi ke tempat dr. Yeom untuk curhat. Tadi pagi, dia mendapat telepon dari det. Im yang menyuruhnya mengembalikan buku besarnya. Jika tidak dikembalikan, dia akan membunuhnya. Su Yeol jelas heran dan benar saja, buku besar yang dibicarakn det. Im ada di samping tempat tidurnya. K yang mengambilnya. Dan K diam-diam sudah memasang alat perekam di ponselnya, makanya bisa tahu perbuatannya.

“Aku mengerti kau pasti terkejut. Tapi kau tak bisa datang tanpa janji temu. Aku tak menerima pasien datang langsung.”

“Aku hanya bisa melampiaskannya kepadamu. Si berengsek itu. Beraninya dia mengkhianatiku? Beraninya kau!”

“Pak Ryu. Aku akan jujur saja. Bagaimana jika kau berhenti bekerja dan fokus pada perawatanmu?”


“Benar. Kau ingin aku diobati? Usai menghabiskan seluruh tabunganku? Aku harus mengobati gangguan mentalku dan dipecat? Begitukah? Baiklah. Aku akan ke rumah sakit jiwa. Lalu kau akan dipenjara. Itukah yang kau inginkan? Kau bercanda? Kau pikir aku main-main? Ini membuatku gila! Yang benar saja. Aku hampir kehilangan...,” teriak Su Yeol. Dia sampai jatuh pingsan karena emosi.

Saat dia sadar, sudah ada infus di tangannya.  dr. Yeom menjelaskan kondisinya.


“Itu masalah terkecilmu sekarang. Jika terus begini, kau akan mati lebih dahulu. Jika dia kesulitan mencari tahu apa yang kau rencanakan, itu artinya kepribadian kalian sudah lebih terpisah sekarang. Makin kuat kepribadiannya, makin kau kehilangan jati dirimu. Kepribadian ganda yang kau alami... Menurutmu tubuhmu bisa mengatasinya? Semua orang harus tidur.”

“Aku hanya lembur dan perlu istirahat sebentar.”

“Kau bisa mati tanpa tidur. Jika terus begini, hari-harimu akan segera berakhir. Entah kepribadianmu akan menghilang atau kau akan mati kelelahan. Jiwa dan ragamu sedang dihancurkan,” beritahu dr Yeom.

--


tn. Do benar-benar punya banyak koneksi. Dengan uangnya, dia bisa tahu siapa hakim di persidangannya nanti. Hakim yang menangani kasusnya bernama Yoon Ji Ho. Pengacaranya sudah mencari informasi mengenai hakim tersebut. Putra Hakim Yoon mempunyai bisnis di Amerika, jadi butuh uang.

“Yong akan menangani itu,” ujar tn. Do, santai. “Dia tahu Unit Narkotika datang menemuiku, kan?”

“Ya.”



Hahahaha. tn. Do ingin mengancam bos Yong secara tidak langsung agar menolongnya untuk bebas, jika tidak mau dia buka mulut. tn. Do tidak tahu kalau dia melawan orang berbahaya. Ada banyak orang bawahan bos Yong di penjara. Dan benar saja, begitu dia selesai menemui pengaracanya, seorang tahanan langsung menusuk perutnya membabi buta.

--


Su Yeol kesulitan untuk tidur. Dia baru bisa tidur saat tengah malam. Tapi baru juga tidur beberapa menit, K sudah mengambil alih tubuhnya dan beraktifitas. Dengan motornya, K pergi ke depan rumah Hui Gyeom sambil membawa sebuket bunga. Asyikkk! Dia lagi kasmaran. Yuhuuy. Dapat telepon dari Hui Gyeom saja, dia sudah salting. Hui Gyeom sampai bingung. Kenapa? karena ternyata setiap malam, K selalu memberikannya bunga. Pas ketahuan kemarin malam, Su Yeol langsung kabur.



Lebih anehnya lagi, mereka teleponan, tapi K bukannya langsung menjawab, malah mengirim pesan. Hui Gyeom jelas kesal merasa di kerjai.



Berita penyerangan tn. Do sudah sampai ke Unit Narkotika. Mereka langsung menuju ke rumah sakit. Untungnya tn. Do baik-baik saja. Luka tusukannya sudah diobati. Dan sebelum tertidur karena pengaruh obat, tn. Do sempat bilang kalau sindikat narkoba ingin menyingkirkannya. Karena itu, tn. Do mau bersaksi. Dia akan bersaksi jika keselamatannya terjamin.

Karena itulah, Hui Gyeom menyarankan agar mereka memindahkan tn. Do ke lapas lain. Rekannya menyarankan agar mereka mengajukannya besok, tapi Hui Gyeom tidak mau. Dia merasa tidak ada jaminan kalau tn. Do akan bertahan malam ini di tempat ini.

“Begitu keselamatannya terjamin, dia pasti akan menemukan cara untuk mencari nafkah, membuang-buang waktu kita. Hari ini kesempatan kita. Kita harus memindahkannya sendiri dan mendapatkan pernyataan darinya. Akan kuminta hakim menandatanganinya. Kapten, hanya hari ini kesempatan kita,” tegas Hui Gyeom.



Sesuai permintaan Hui Gyeom, tn. Do di pindahkan malam itu juga dengan mobil tahanan. Hui Gyeom dan semua rekannya juga ada di dalam mobil itu untuk mengawasinya agar tidak kabur. Anehnya, sepanjang jalan, tn. Do terlihat cemas dan terus menggoyangkan kakinya.

Bus tiba-tiba saja berhenti karna ada seseorang yang melompat ke depan bus. Saat itu, tn. Do langsung menjerit – jerit karena mereka berhenti.  Hui Gyeom berusaha menenangkannya kalau bus akan segera berangkat lagi. Ah, sayang ucapannya tidak terbukti.



Sebuah truk melaju kencang ke arah bus mereka yang berhenti. Bus terjatuh terguling – guling sebelum sempat mengelak. Semua yang ada di dalam bus, terluka parah. tn. Do masih hidup, tapi ada seseorang yang mengelas pintu besi penahan dan berusaha membunuhnya. tn. Do udah frustasi dan berteriak sekeras mungkin memohon pertolongan. Hui Gyeom terbangun mendengar suara teriakannya dan samar-sama dia melihat wajah orang yang membunuh tn. Do. Dia juga dalam keadaan tidak berdaya.




Aihhhh! Yang dibunuh bukan hanya tn. Do. Tapi semua yang ada di dalam bus yang terlihat bergerak. Semua ditikam.


Dan setelah peristiwa itu, Hui Gyeom menjalani interogasi. Wajahnya menunjukkan kalau dia masih shock dengan peristiwa tersebut.


“Semua petugas di tim transportasi dan Do Yu Gon tewas.  Do Yu Gon, Anggota Dewan ke-21. Ditusuk sampai mati. Satu-satunya penyintas adalah Inspektur Lee Hui Gyeom. Apa itu kebetulan? Atau apakah ada alasannya? Itu yang harus kita cari tahu,” jelas Kep. Gwak.

“Dia masih hidup karena suatu alasan? Siapa mau ambil? Biarkan kantor pusat menanganinya. Dia salah satu dari kita.”

“Kau ingin orang bilang kita bersikap lunak kepada rekan kerja?”


“Dia sesama polisi, kita harus membantunya membersihkan namanya. Jika kantor pusat mengambil alih, mereka pasti melakukan segalanya agar dia mengundurkan diri,” saran Jae Seon.

“Kau punya bukti bahwa dia dijebak?” tanya rekan lain. “Do Yu Gon dan Kim Gyeong Jun (rekan kerja Hui Gyeom) mendapatkan puluhan luka tusukan. Tapi tidak dengan Lee Hui Gyeom. Selain itu, dia sendiri yang bersikeras untuk mengantarnya pada hari dan waktu itu.”

“Penyelidikannya sudah berakhir? Kita bahkan belum mulai. Kenapa kau sudah...” protes Jae Seon.

“Hei. Diamlah!” hentikan Kep. Gwak.


Hui Gyeom di ruang interogasi masih merasa sangat trauma. Dia ingat kalau waktu itu orang yang menusuk mempunyai pupil  mata yang aneh. Warna putih gitu.


Yang harusnya menginterogasi Hui Gyeom adalah Su Yeol. Tapi sekarang, Su Yeol harus bertengkar dengan K. K yakin kalau Hui Gyeom di jebak, tapi Su Yeol tetap mau menginterogasi. Suara teriakannya sampai kedengaran sama Hui Gyeom di ruang interogasi. Pasti Hui Gyeom merasa aneh karena Su Yeol seperti melakukan monolog.

K yang ingin menyelamatkan Hui Gyeom, menawarkan kesepakatan. Jika Su Yeol menolong Hui Gyeom, dia akan pergi selamanya.

“Kau pikir aku gila? Aku tak percaya ucapanmu.”


“Pahlawan selalu menepati janji,” ujar K.



“Hui Gyeom. Kau bisa mendengarku, bukan?” tanya Su Yeol, menyalakan mic yang menghubungkan ruangan pengawas dengan ruang interogasi. “Jangan cemaskan apa pun sekarang. Aku akan menyelamatkanmu apa pun yang terjadi.”

 

 

Post a Comment

Previous Post Next Post