Sinopsis K-Drama : Bad and Crazy Episode 02 part 1

 

Sinopsis K-Drama : Bad and Crazy Episode 02 part 1

SEMUA KARAKTER, TEMPAT, GRUP, PERISTIWA DAN ORGANISASI ADALAH FIKTIF




Pada akhirnya, Su Yeol berakhir di rumah sakit. Begitu sadar, dia langsung mendapat pukulan dari Ibunya yang khawatir setelah dia melompat untuk menyelamatkan nyawa Oh Kyung Tae. Dasar gila! Untungnya ada Dong Yeol dan Jae Seon yang berusaha menenangkan Ibu. Su Yeol juga masih setengah bingung dan malah nanya ke Jae Seon, kenapa dia bisa berakhir di sini? Jae Seon jelas bingung mau jawab apa karena itu yang harusnya dia tanyakan.


Kondisi Kyung Tae jauh lebih buruk daripadanya. Kyung Tae dirawat di ruang ICU dan masih belum sadarkan diri hingga sekarang. Su Yeol sudah menceritakan padanya mengenai kejadian yang diingatnya. Tentang si pria berhelm yang melemparnya masuk ke dalam rumah Kyung Tae yang kebakaran dan memaksanya melompat dari jendela bersama Kyung Tae. Orang itu pasti psikopat, itu pikir Su Yeol.


Masalahnya bukan itu. Jae Seon memberitahu kalau semua orang bilang Kyung Tae mencoba bunuh diri karena Su Yeol mengawasinya diam-diam. Rumor itu dibuat untuk membuat tim mereka dalam masalah. Jae Seon amat kesal, soalnya mereka kan polisi juga, tapi kenapa rekan mereka menyebarkan gosip sejahat itu. Apa lebih baik mereka menangkap orang yang dibilang Su Yeol?

Su Yeol yang sedari tadi mendengarkan, merasa ada hal yang aneh. Siapa yang melaporkan terlebih dahulu mengenai insiden ini?


Tidak membuang waktu, Su Yeol segera mengurus administasi keluar rumah sakit dan mulai langsung bekerja. Dia dengan Jae Seon menemui orang yang pertama kali melaporkan kejadia n ini. Yang melapor adalah seorang wanita. Wanita itu bersaksi bahwa dia memesan jokbal dan keluar untuk mencari udara segar. Saat itulah dia melihat pria tampan di atas motor. Tadinya, dia ingin menyapa pria itu, tapi tiba-tiba terdengar suara dentuman keras dan melihat asap dari rumah itu. Jadi, dia panik dan langsung menelepon polisi. Kemudian, Su Yeol dan Kyung Tae tiba-tiba jatuh seperti di film-film.


Su Yeol tidak mau mendengar ceritanya yang sangat panjang dan mau tahu intinya saja. Apa dia melihat wajah pria yang memakai helm tersebut? Sayangnya, tidak. Jae Seon juga sudah menanyakan penduduk sekitar dan mereka tidak melihat pria dengan ciri-ciri yang di deskripsikan Su Yeol. Makanya Jae Seon berkesimpulan kalau Su Yeol mungkin hanya sedang bingung.



Di sebuah lapangan besar, luas dan terpencil, det. Do bersama Dewan Do sedang melihat isi kartu memory yang mereka berhasil dapatkan dari Kyung Tae. Isinya adalah video rekaman Nn. Jeong yang mengucapkan selamat ulang tahun untuk putrinya, In Seon. Hanya itu.



Dewan Do jelas marah. Udah berusaha keras, ternyata isinya hanya pesan video. Apa dia yakin cuma ini videonya? Det. Do kelihatan takut dan menjawab, ya. Dewan Do tertawa tidak percaya karena video seperti itu mereka harus melalui banyak masalah. Hahahhahahahhahahahahaha.

“Bagaimana dengan Ryu Su Yeol?”

“Aku belum mendengar kabar darinya, jadi, kurasa dia tidak melakukannya karena tahu situasinya. Sepertinya para petinggi ingin menegurnya atas penyelidikan berlebihan.”

“Bagaimana dengan polisi itu?”

“Dia masih belum sadar. Peluang dia sadar sangat kecil.”

“Bukankah kau bilang dia melihat wajahmu?”

“Ya.”

Jawaban yang membuat Dewan Do sangat marah. Mereka harus segera menyelesaikan masalah ini. Jika sampai Kyung Tae sadar dan buka suara, maka det. Do bisa di tuntut percobaan pembunuhan. Jika itu terjadi, bahkan Presiden tidak akan bisa menyelamatkannya!

--



Rumor salah mengenai kasus Kyung Tae sudah masuk ke forum kepolisian dan semua menyalahkan Su Yeol sebagai penyebab Kyung Tae mencoba ‘bunuh diri.’ Kep. Gwak juga sangat pusing dengan masalah ini. Jika berita ini sampai ke Rumah Biru, mereka bisa terkena masalah besar! Masih sama seperti yang dikatakannya pada Jae Seon,  dia memberitahu pad Kep. Gwak kalau seseorang memukulinya, memaksanya masuk ke dalam rumah yang terbakar dan menyelamatkan nyawa Kyung Tae yang saat itu sudah tidak sadarkan diri. Dia yang menyelamatkannya!


Kep. Gwak nggak percaya sama sekali. Dia itu tahu sifat Su Yeol yang tidak akan menyelamatkan siapapun jika tidak ada yang menguntungkan! Dia kan sudah memperingati untuk menghindari masalah hingga evaluasi selesai. Tapi, dia malah dengan sukarela terlibat masalah dan itu menunjukkan dia tidak mau dipromosikan. Benar, bukan?

Su Yeol marah. Apa hubungannya masalah ini dengan promosinya? Kenapa pula dia tidak mau promosi?! Mau apapun yang dikatakan, masalah ini bisa membuat promosi Su Yeol menjadi gagal. Su Yeol juga tahu masalah ini besar dan berjanji akan menyelesaikannya.


Jae Seon malah menambah luka. Dia mentraktir Su Yeol makan siang, tapi sambil menyindir Su Yeol yang dia kira akan mendapat promosi setelah mengacaukan Kyung Tae, eh, semua malah sia-sia karena dia menyelamatkan Kyung Tae. Su Yeol dengan kesal berujar kalau semuanya belum selesai.

“Apa yang akan kau lakukan? Kau akan melacak orang yang memukulinya?”

“Astaga, berandal itu… Aku bersumpah, bedebah berhelm itu juga melihatnya.”


Jae Seon muak mendengar pembahasan mengenai pria berhelm. Dia sudah bertanya kesana kemari di TKP dan tidak ada satupun melihat orang yang dikatakan Su Yeol. Jika Su Yeol terus mengatakannya, orang bisa bilang dia berbohong. Hanya dia yang bisa sabar mendengarkan omong kosongnya. Su Yeol sama kesalnya karena dia benar-benar melihatnya!


Eh, tapi gimana caranya dia bisa tahu tempat tinggal Kyung Tae? Mungkin saja mereka saling mengenal? Su Yeol mulai mencoba mencari garis merah antara kasus ini dengan orang pemuda berhelm itu. Jae Seon sampai capek dan menyarankannya untuk mengikuti konseling. Dia harus segera menemui psikiater sebelum benar-benar gila! Dia kenal seorang dokter yang bagus bernama Yeom Geun Su.

Su Yeol sebenarnya nggak mau, soalnya dia bisa kehilangan lencananya. Tapi Jae Seon memintanya untuk mempercayainya.

--


Dokter yang dibicarakan oleh Jae Seon, buka praktek di pasar Munyang dengan nama tempat : “Penyembuh Hati.” Dr. Yeom dan Jae Seon kenal 5 tahun lalu saat Jae Seon menangani kasus distribusi ilegal obat kesehatan mental. Sejak saat itu, hubungan mereka sangat baik. Seperti sahabat.

“Begini...,” ujar Su Yeol, membuka pembicaraan. “Aku terus melihat pria gila belakangan ini. Tapi pria itu tiba-tiba muncul entah dari mana dan mulai menyerangku.”


“Kau polisi. Kau bisa menangkapnya sendiri. Apa masalahnya?”

“Tidak, dengar. Masalahnya, aku tidak tahu siapa dia. Dia selalu memakai helm. Jadi, aku belum pernah melihat wajahnya. Dia tiba-tiba muncul dan menghilang. Tapi yang membuatku gila adalah tak ada yang melihatnya selain aku. Tak ada yang mau percaya. Ini sungguh membuatku gila.”


Selama Su Yeol menceritakan masalahnya, diam-diam dr. Yeom berkirim pesan. Temannya menyuruhnya segera datang ke tempatnya karena ada prospek besar, tapi dr. Yeom nggak bisa pergi sekarang. Dia bilang pada temannya kalau dia akan datang terlambat karena harus mendengarkan orang gila dulu. Wkwk. Dasar dokter gadungan.


Su Yeol udah capek karena dr. Yeom terus memintanya mengulang ceritanya. dr. Yeom akhirnya memberikan diagnosisnya. Ketika seseorang mengalami peristiwa traumatis, orang itu akan mulai bicara omong kosong dan berhalusinasi. Su Yeol nggak setuju dengan diagnosisnya karena dia sudah melihat K (aku sebut si pria berhelm dengan K) sejak sebelum kecelakaan dr. Yeom merasa kalau Su Yeol mulai bingung membedakan waktu. Yang dia perlukan adalah banyak istirahat dan tidur. Menerima kondisi adalah langkah pertama dalam rencana pengobatan apapun.

“Kubilang itu tak ada hubungannya. Kemarin kedua kali aku melihatnya.”


“Kapan kali pertamanya?” tanya dr. Yeom. “Kau tampak seperti pria pintar. Ada apa denganmu? Bagaimana mungkin tidak ada yang melihat pria berhelm di sauna? Itu terdengar aneh bagimu, bukan?”

“Benar sekali!”

“Aku sering pergi ke sauna sendiri, jadi, aku tahu mudah tertidur di sana!”

“Kalau begitu, maksudmu itu juga mimpi? Luka ini bagaimana? Dia memukuliku cukup keras.”

“Saat orang jatuh ketika tidur, mereka mudah terluka. Kau tahu? Apa kau bisa tidur? Kau harus banyak tidur dan beristirahat. Baiklah. Kenapa kau tidak tidur saja? Apa yang kau butuhkan? Obat tidur?” ujar dr. Yeom sembari memberikan sebotol obat tidur.



Saran dr. Yeom sedikit banyak membuat Su Yeol jadi berpikir. Apa benar dia hanya bermimpi? Namun, bukan itu fokus utamanya. Sekarang, dia harus mencari tahu dulu, apa yang terjadi banyak Kyung Tae di hari kejadian. Soalnya, waktu dia menemukan Kyung Tae, Kyung Tae kan babak belur dan berdarah-darah. Jae Seon sudah membantunya mencari tahu ke Polsek Sohyang. Orang di sana bilang tidak ada yang punya dendam pada Kyung Tae karena dia sangat suci.


Tapi, mereka mendapat informasi kalau di hari kejadian, Kyung Tae mampir kembali ke apartemen Nn. Jeong. Sepertinya, Kyung Tae tidak berniat menyerah. Su Yeol seolah ingin menyakinkan diri kalau dia ngga salah membantu orang. Det. Do bilang padanya kalau mereka menemukan aktivitas yang membuktikan Nn. Jeong baik-baik saja.

“Transaksi kartu kreditnya? Sebenarnya aku sudah menyelidikinya sebelum datang ke sini. Dia tidak menggunakan kartu kredit. Temannya dari bar mengambil kartunya saat dia menjatuhkannya. Dia kekurangan uang, jadi, dia menggunakannya. Dia berniat mengembalikan uang Jeong,” beritahu Jae Seon.

“Kalau begitu...”

“Kasus ini ditutup di Kepolisian Munyang. Tapi Jeong Yu Na masih belum ditemukan.”


Su Yeol yang pintar, pasti sudah bisa menebak kalau ini bukan kasus orang hilang biasa karena terlalu banyak kebohongan di sana sini. Ditambah lagi, apartemen Nn. Jeong di rombak habis. Si pekerja mengomel karena dari kemarin, banyak sekoli orang yang mengganggu pekerjaannya. Dia baru berhenti mengomel saat Jae Seon menunjukan kartu indetitas kepolisiannya. Su Yeol juga menunjukkan foto Kyung Tae untuk memastikan, apa dia orang yang dimaksud pekerja tadi mengganggu pekerjaannya kemarin? Si pekerja membenarkan dan menambahkan kalau Kyung Tae mencari sesuatu seperti boneka. Tapi, semua barang di unit ini sudah dibuang.



Saat Su Yeol memeriksa kamar mandi, dia merasa nggak asing. Di kaca kamar mandi ada tempelan semanggi berdaun empat. Ini sama seperti yang ada dalam ‘mimpi’ nya. Apa yang dilihatnya waktu itu bukanlah mimpi?


Jae Seon merasa aneh. Waktu itu, Kyung Tae bilang kalau menemukan noda darah di kamar mandi dan bisa saja menjadi TKP. Tapi tempat itu sekarang sudah habis direnovasi. Kyung Tae pasti menemukan petunjuk tentang Jeong Yu Na sebelum insiden tersebut.

“Bagaimana jika ada orang yang harus menutupi apa pun penemuannya?” tebak Jae Seon.

“Mereka akan melakukan sesuatu kepadanya.”

“Tunggu. Lalu bagaimana dengan Do In Beom? Dia sudah pernah memukuli Oh Kyung Tae.”

“Astaga. Memang benar. Tapi itu semua kebetulan,” jawab Su Yeol, masih memihak.


Tidak ada pilihan lain. Sepertinya mereka harus mencari Nn. Jeong. Memikirkan itu membuat Su Yeol jadi sakit kepala dan memutuskan mengakhiri pencarian hari ini. Dia memerintahkan Jae Seon untuk menemui satpam, ambil rekaman CCTV pada hari Nn Jeong berhenti menggunakan ponselnya sampai dia dilaporkan menghilang.


Su Yeol pergi ke apotek untuk membeli obat sakit kepala. Dan sama seperti Kyung Tae waktu itu, dia menemukan selebaran yang ditempelkan In Seon. Selebaran untuk mencari Ibunya yang hilang. Sepertinya, hati Su Yeol mulai terketuk, soalnya dia meminta Jae Seon mencarikan informasi keluarga Nn. Jeong.


Dengan berbekal informasi yang ada, Su Yeol pergi ke SD untuk mencari In Seon. Kepalanya masih terasa sakit, tapi dia memaksakan diri untuk tetap bekerja, alih-alih pulang dan beristirahat. Su Yeol cukup beruntung bisa menemukan In Seon dengan mudah karena saat itu, In Seon sedang menempelkan selebaran mencari ibunya di sebuah poster.


Su Yeol membawanya pergi ke café dan membelikannya ice cream. In Seon sudah berharap kalau Su Yeol bilang kalau ibunya ketemu. Tapi, kalau bukan kabar itu, apa ibunya kabur? Su Yeol jadi merasa iba. Apalagi In Seon bilang kalau Su Yeol bisa memberitahunya. Dan juga, dia ingin minta tolong pada Su Yeol memberikan gelang tangannya pada Kyung Tae. Itu adalah gelang yang dijanjikannya.



“Aku berjanji akan membuatkannya yang baru, tapi aku tidak bisa menemukan semanggi berdaun empat lagi,” ujar In Seo, sedih.

Su Yeol semakin tidak bisa berkata-kata.


Tapi karena pertemuan dengan In Seon tadi, Su Yeol jadi lebih serius mencari Nn. Jeong. Jae Seon sudah mengumpulkan semua rekaman CCTV dari sekitar apartemen Nn. Jeong. Keduanya sibuk memilah satu persatu nomor BM yang terlihat di sekitar apartemen. 


Dan setelah memeriksa sepanjang malam, Jae Seon menemukan ada mobil mencurigakan. Mobil itu berbentuk van dengan pipa kompor. Su Yeol ternyata pernah melihat mobil seperti itu saat anjingnya mati dan kakaknya membuat kehebohan. Dan itu adalah mobil ilegal.




Dengan kerja keras mereka, mereka berhasil melacak mobil tesebut. Mobil itu adalah mobil pemakaman. Yang ada di sana hanyalah seorang pekerja. Dan saat mereka lengah, pekerja itu langsung kabur. Tapi, kaburnya pekerja itu membuat hal lain lebih mudah bagi Su Yeol dan Jae Seon. Mereka bisa mengambil barang yang mencurigakan termasuk abu yang ada di dalam mobil pemakaman.



Berita itu sampai ke telinga det. Do dan dia langsung pergi mencari si bos pemakaman ilegal tersebut . Mau di kata apa, semua sudah terjadi. Jalan terakhir, det. Do memberikan sejumlah uang dan menyuruhnya untuk meninggalkan negara ini atau bersembunyilah bersama semua anak buahnya kecuali dia ingin mati.


Det. Do benar-benar menghalalkan segala cara. Sekarang, dia sudah berada di rumah sakit dan melakukan sesuatu pada Kyung Tae yang masih dalam keadaan koma, tapi sudah keluar dari ruang ICU.

--



Hari ini, Su Yeol dan Jae Seon akhirnya mendapatkan hasil test terhadap abu yang mereka berikan kemarin pada forensik. Hasilnya, diantara abu yang dibawa mereka kemarin, terdapat sedikit abu manusia. Apa mereka mau mereka melakukan analisis test DNA? Mereka mengiyakan.


Untuk pembandingan DNA, mereka mengambilnya dari keluarga Nn. Jeong. Yang diambil adalah sampel air ludah dari adik Nn. Jeong. Bukannya merasa takut atau setidaknya khawatir kalau kalau kakaknya meninggal, sang adik malah membicarakan asuransi yang dimiliki kakaknya. Dia tahu kalau kakaknya punya asuransi jiwa dan pewarisnya adalah In Seon. Jika benar abu itu milik kakaknya, artinya mereka bisa mendapatkan uang asuransi kan?


“Kau hanya bisa mendapatkan uangnya jika kakakmu mati,” kesal Jae Seon.

“Benar, jadi, jika dia mati...”

“Apa itu lebih penting bagimu sekarang? Kau berharap agar kakakmu mati?” teriak Jae Seon.


“Putrinya penerima polis asuransi jiwanya?” tanya Su Yeol. “Kalau begitu, pastikan kau mendapatkan hak asuh anak. Lantas, kau akan diberi hak untuk mengatur pembayaran. Tapi begini, uang itu miliknya. Jika macam-macam dengan uang itu atau menghabiskannya, kau akan berakhir di penjara,” peringati Su Yeol.



Sebelum mereka benar-benar pergi, In Seon mengejar mereka untuk menanyakan Ibunya. Apakah Ibunya sudah mati? Jawaban yang tidak mampu dijawab Jae Seon. Su Yeol yang menjawab secara jujur, kalau mereka masih belum tahu. Tapi, mereka juga tidak tahu kalau dia masih hidup atau tidak.


“Sudah kubilang tidak apa-apa. Aku tidak perlu menemukan ibuku. Jadi, sekarang Anda bisa berhenti mencari ibuku,” tangis In Seon. Sepertinya, dia tidak ingin mendengar kabar buruk dan lebih berharap untuk menganggap ibunya hilang, alih-alih meninggal.

--


Sedang dilakukan pembongkaran di tempat tinggal Kyung Tae yang sudah hangus terbakar. Dan ketika petugas membongkar tangki air yang sudah penyok akibat ledakan kemarin, mereka menemukan sesuatu mencurigakan di batu penahan tangki air.



Di saat yang sama, Su Yeol yang sedang menjenguk Kyung Tae, mendapat telepon dari Jae Seon. BFN sudah menemukan hasilnya dan benar itu adalah abu Nn. Jeong. Dari kasus hilang sekarang telah menjadi kasus pembunuhan. Su Yeol kelihatan menyesal karena apa yang dikatakan Kyung Tae, benar.


Mood Su Yeol lagi jelek. Dan saat pulang, dia malah melihat kakaknya membawa seorang wanita ke apartemennya dan sibuk menggombal. Takut kalau Su Yeol akan marah, Dong Yeol langsung menyuruh pacarnya untuk pergi. Su Yeol juga tidak mau melihatnya dan menyuruhnya pergi selagi dia masih baik. Belum cukup, ternyata Dong Yeol sempat memesan jokbal tadi untuk pacarnya.


Woah, gegara itu Su Yeol jadi dapat clue. Pengantar jokbal memakai helm yang dipasangi kamera. Dan dia ingat dari saksi yang melapor kalau saat itu dia memesan jokbal. Berbekal petunjuk yang ada, Su Yeol menelepon Jae Seon untuk meminta nomor telepon saksi. Dia ingin tahu dimana wanita itu memesan jokbal.


Begitu tahu tempatnbya, Su Yeol langsung ke sana untuk meminta izin melihat rekaman di hari kejadian. Dan benar, ada salah seorang pengantar yang melewati kawasan rumah Kyung Tae. Dan hasilnya, terekam jelas wajah Det. Do. Dia berada di sekitar TKP.


Begitu mendengar hal yang ditemukan Su Yeol, Jae Seon berseru senang. Dia sudah menduga kalau semuanya bukan kebetulan. Dari dia memukuli Kyung Tae di rumah Nn. Jeong, itu semua sudah direncanakan sejak awal. Jae Seon menebak kalau det. Do yang membunuh Nn. Jeong dan kesal karena Kyung Tae mencoba menggali kasus itu, makanya, dia berusaha membunuhnya.



Niat mereka menangkap Det. Do tapi mereka malah menemukan informasi mengejutkan. Det. Do bilang kalau waktu itu dia pergi ke rumah Kyung Tae untuk meminta maaf, tapi jika dia tahu Kyung Tae orang menyeramkan, dia tidak akan melakukannya. Kyung Tae membunuh Jeong Yu Na.


Flashback

Yang ditemukan oleh pembongkar di dekat batu penahan tangki di rumah Kyung Tae adalah sebuah pisau. Di pisau tersebut terdapat sidik jari Kyung Tae dan noda darah Nn. Jeong.

Bagaimana bisa ada sidiki jari Kyung Tae? Saat Det. Do ke rumah sakit kemarin, dia mengambil sidik jari Kyeong Tae yang sedang dalam keadaan koma dan menempelkan sidik itu ke pisau yang memiliki noda darah Nn. Jeong sebagai barang bukti.

End


Kali ini, Jae Seon tidak bisa menahan emosinya lagi. Dia tahu kalau Det. Do sudah menjebak Kyung Tae! Su Yeol juga tidak percaya. Mana ada orang bodoh menyembunyikan senjata pembunuh di rumahnya! Det. Do yang tidak tahu malu, menjawab kalau orang bodoh itu ada. Si bodoh itu mencoba bunuh diri karena takut.

Jae Seon tidak lagi menahan diri dan mulai memukuli Det. Do. Perkelahian tidak terelakkan hingga beberapa polisi harus turun tangan untuk melerai.  

B A D  A N D  C R A Z Y

 

Post a Comment

Previous Post Next Post