Sinopsis C- Drama : Reset Episode 2 part 1

 

Original Network : Tencent Video

“Gila,” keluh Xiao Heyun, ketika Li Shiqing menyeretnya keluar dari bus dan lalu berjalan pergi begitu saja.


Kemudian ketika ada sebuah taksi yang lewat, Xiao Heyun menghentikan taksi tersebut dan masuk ke dalamnya. “Pak, ke Digital Plaza,” katanya, memberitahu tujuannya.

Ntah mengapa Xiao Heyun merasa agak pengap, walaupun ac didalam taksi sudah menyala. Jadi diapun meminta si supir untuk membuka kan jendela untuknya. Lalu setelah jendela dibuka, Xiao Heyun bersandar sambil menghirup udara segar dari luar.

Dilampu merah. Taksi berhenti. Lalu Xiao Heyun mendapatkan pesan dari temannya, dan diapun kemudian sibuk berchat-an dengan temannya.


Ketika lampu sudah menjadi hijau, bus yang dinaikinnya sebelumnya itu, berjalan duluan. Lalu terjadi kecelakaan dan bus itu meledak. Saking besarnya ledakan tersebut, taksi yang ditumpanginya juga ikut terkena imbas ledakan tersebut.


Dalam kondisi setengah sadar, Xiao Heyun melihat petugas kebakaran datang dan menyelamatkannya. Lalu dia dibawa ke rumah sakit. Dan kemudian dia merasakan bagaimana dia meninggal.

***

Xiao Heyun tersentak dan terbangun dengan nafas terengah- engah. Lalu saat dia melihat ke sekitarnya, dia tersadar bahwa dia masih berada didalam bus.

“Mimpi ini terasa terlalu nyata,” gumam Xiao Heyun.

Li Shiqing yang duduk di sebelah Xiao Heyun terbangun. Melihat itu Xiao Heyun bertanya padanya untuk memastikan sesuatu, “Aku minta maaf. A-apakah ini pertemuan pertama kita?” tanyanya. Lalu dia merasa geli sendiri, “Tidak apa- apa,” jelasnya.

“Kamu … juga masuk?” tanya Li Shiqin dengan terkejut dan agak ragu- ragu.

“Masuk dimana?” balas Xiao Heyun, heran.


“Lingkaran,” bisik Li Shiqing dengan bersemangat, karena bertemu teman yang mengalami hal yang sama. “Tidakkah kamu merasa pernah bertemu denganku sebelumnya? Sebelumnya kita juga disini, dan setelah aku bangun, kamu memberiku beberapa tisu. Tidakkah kamu ingat?” tanyanya.

Xiao Heyun mengira kalau Li Shiqin adalah orang aneh. Jadi diapun pindah duduk. Lalu dia berpikir sejenak dan mengingat segala yang terjadi sebelumnya.

Li Shiqing mendekati Xiao Heyun, “Apakah kamu pikir itu hanya mimpi belaka? Tapi, sebenarnya itu bukan mimpi. Itu nyata!” jelasnya, menyakinkan Xiao Heyun.

Dengan ngeri, Xiao Heyun menjauhi Li Shiqing. Dia mendekati si supir bus dan meminta untuk di turunkan. Tapi si supir bus menolak.


Li Shiqing kembali mendekati Xiao Heyun. “Aku sudah mencoba ini sebelumnya, tidak ada gunanya,” katanya, menjelaskan.

“Jangan bicara padaku,” balas Xiao Heyun, menghindari Li Shiqin. Lalu dia mengendor- ngedor pintu dan memaksa untuk keluar.


Kemudian saat bus berhenti karena lampu merah, Xiao Heyun mendekati si supir. Dia ingin menekan tombol pintu yang ada didekat si supir. Dan melihat itu, penumpang Pria Hitam (pria berbadan besar dan baju singlet warna hitam), menghentikan Xiao Heyun dan memarahinya.

“Apakah kamu ingin membunuh kami?” keluh Pria Hitam, marah.

“Kita berurusan dengan seseorang yang ingin berkelahi disini,” kata Pria Hijau sambil merekam tindakan Xiao Heyun dengan kamera ponselnya.


Xiao Heyun mengabaikan mereka. Dia diam sambil memperhatikan sekeliling bus. Lalu dia melihat tombol darurat. Dia ingin menekan tombol tersebut, tapi Pria Hitam langsung menghentikannya dan menahannya.

“Aku ingin keluar dari bus!” teriak Xiao Heyun. “Ada yang salah dengan busnya!” katanya berusaha menjelaskan.

“Dari apa yang aku lihat, ada sesuatu yang salah denganmu!” balas Pria Hijau sambil masih merekam Xiao Heyun.


Lampu lalu lintas berubah hijau. Melihat itu, Li Shiqin langsung duduk dan memejamkan matanya dengan erat. Dia siap menerima kenyataan bahwa bus akan meledak.

Seorang pria pengirim barang tiba- tiba lewat, dan melihat itu supir bus langsung membanting stir. Lalu bus pun menabrak mobil minyak dan meledak.

***


Xiao Heyun tersentak dan terbangun. Li Shiqing yang berada disampingnya langsung menanyai, apakah kali ini Xiao Heyun percaya padanya. Dan dengan panik, Xiao Heyun ingin menekan tombol darurat yang ada di bus.

“Jangan bertindak impulsif lagi,” kata Li Shiqing, menghentikan Xiao Heyun.


Mendengar peringatan Li Shiqing dan melihat orang- orang disekitarnya, Xiao Heyun pun tidak jadi menekan tombol darurat.

Xiao Heyun berpura- pura berpindah tempat duduk sejenak. Lalu saat para penumpang lengah, dia pura- pura mendekati pintu untuk melihat pemandangan diluar. Kemudian dengan cepat, dia mengambil palu pemecah kaca, dan saat dia mengambil itu, alarm didalam bus berbunyi keras.


Xiao Heyun terkejut sendiri ketika alarm berbunyi keras. Dengan panik, dia memecahkan kaca jendela dan berniat melompat keluar. Melihat itu, Pria Hitam menarik Xiao Heyun untuk jangan melompat. Dan Pria Hijau merebut palu yang Xiao Heyun pegang.

Li Shiqing menggunakan kesempatan ini, disaat para penumpang merasa panik. “Paman, hentikan busnya! Biarkan semua orang keluar, itu terlalu berbahaya!”


“Bus tidak diperbolehkan berhenti sebelum tiba di terminal bus. Itu adalah instruksi,” jawab supir bus, menolak menghentikan bus.

“Semua kaca bus rusak, peraturan apa yang masih kamu pedulikan?” keluh Xiao Heyun.

“Kamu masih keberanian untuk berbicara. Jendela telah rusak oleh kamu. Palu pengaman itu hanya digunakan ketika ada situasi kristis,” kata Pria Hitam, memarahi Xiao Heyun.


Didekat lampu merah. Bus berhenti. Dengan putus asa, Xiao Heyun menanyai Li Shiqing, mengapa mereka selalu tidak bisa turun dari bus ini. Dan Li Shiqing menjawab bahwa dia juga tidak tahu, dia sudah mencoba berkali- kali juga sebelumnya.

Mendengar pembicaraan mereka berdua, para penumpang merasa bingung.

“Tidak ada gunanya turun dari bus juga. Dan ini sudah terlambat,” kata Li Shiqing saat melihat lampu lalu lintas sudah berubah hijau.

“Apakah kita harus menunggu mati?” tanya Xiao Heyun, putus asa.

“Benar. Kita harus menunggu dan mati,” jawab Li Shiqing. “Tapi bisakah kamu tidak bersikap impulsif lainkali dan dengarkan aku sampai selesai bicara, oke?” pintanya.

Setelah Li Shiqing mengatakan itu. Kecelakaan yang sama terjadi. Lalu bus pun meledak.

***

“Apakah kamu sudah tenang?” tanya Li Shiqing, setelah Xiao Heyun terbangun. Lalu saat dia melihat Xiao Heyun tampak seperti tidak nyaman, dia menenangkannya. “Kamu bisa memberi petunjuk pada diri sendiri. Itu hanya rasa sakit di hatimu, itu tidak akan melukaimu. Hal ini tidak nyata,” jelasnya.

Dengan stress, Xiao Heyun menghela nafas. “Kamu mungkin tidak akan percaya, tapi aku tidak pernah se-impulsif itu sebelumnya.”

“Aku percaya,” kata Li Shiqing, bersungguh- sungguh.


Xiao Heyun masih merasa sangat bingung, bagaimana ‘lingkaran’ ini terjadi. Dia berpikir, apakah mungkin mereka di hinoptis. Dan Li Shiqing menjelaskan bahwa dia juga berharap mereka di hinoptis, karena dia juga tidak tau kenapa ‘lingkaran’ ini terjadi. Awalnya dia mengira bahwa dengan menyeret Xiao Heyun bersamanya untuk keluar dari bus, itu akan menyelamatkan Xiao Heyun, tapi dia tidak nyangka bahwa dia malah menarik Xiao Heyun ke dalam ‘lingkaran’ ini.

“Jadi tidak ada gunanya turun karena kita masih akan kembali ke sini,” kata Xiao Heyun, menyimpulkan.

“Pada saat ini memang seperti ini,” gumam Li Shiqing. “Aku juga tidak tahu apa yang akan terjadi nanti,” jelasnya.

Mendengar itu, Xiao Heyun jadi merasa sangat lemas dan putus asa.

Li Shiqing menenangkan dirinya. Dia mencoba menguraikan semua yang sudah terjadi sampai sekarang. Pertama, mereka selalu berpikir untuk dari bus, karena mereka berpikir kalau turun dari bus, itu akan menyelesaikan masalah. Tapi untuk keluar dari bus saja, itu terlalu sulit. Kedua, saat mereka berhasil turun dari bus, itu tetap tidak berguna. Jadi dia mengajak Xiao Heyun untuk berpikir sebaliknya. Yaitu mereka tidak perlu turun dari bus lagi. Mereka hanya harus mencegah bus mengalami kecelakaan. Dengan serius, Xiao Heyun mendengarkan analisis Li Shiqing.


“Lihat. Setiap kali kita tiba di depan persimpangan ini dan lampu merah padam, akan ada sepeda pengantar barang yang datang dari sisi ini, yang secara paksa akan datang ke sini. Dan setelah itu, untuk menghindarinya, kita akan berbelok ke arah ini dan kemudian menabrak tangki bahan bakar disisi itu. Setelah itu dua mobil akan bertabrakan dan kemudian meledak,” kata Li Shiqing menjelaskan dengan detail. “Jadi aku berpikir, jika kita bisa mencegah kecelakaan lalu lintas, maka kita dapat mencegah ledakan.”

“Itu… itu masuk akal,” balas Xiao Heyun, setuju.


Li Shiqing dan Xiao Heyun kemudian saling mengangguk. Lalu Li Shiqing berjalan maju ke depan sambil memegang dadanya. Dia mendekati supir bus dan menjelaskan bahwa hatinya terasa sakit dan tidak nyaman sampai dia tidak bisa bernafas.

“Apakah ini mendesak?” tanya si supir bus.

“Iya,” jawab Li Shiqing. “Bagaimana bila kamu …”

“Berhenti disana,” kata Xiao Heyun. Dan secara bersamaan, Li Shiqing mengatakan, “Bisakah kamu mengemudi lebih cepat?”

Mendengar itu, si supir bus merasa bingung, apakah harus berhenti atau lanjut. Dan Li Shiqing serta Xiao Heyun saling bertatapan. Lalu akhirnya, Xiao Heyun memilih untuk berhenti bicara, dan membiarkan Li Shiqing yang bicara.


Para penumpang yang melihat Li Shiqing sakit, dengan perhatian mereka memberikan air serta obat kepadanya. Melihat itu, Li Shiqing tersadar bahwa di kejadian sebelumnya, ketika dia berpura- pura sakit juga, Ibu Ungu memberikannya obat.

Karena tidak mungkin untuk turun dari bus, Li Shiqing dan Xiao Heyun pun memikirkan rencana baru. Xiao Heyun menyarankan, bagaimana jika mereka memperingatkan si supir bus supaya mereka dapat menghindari kecelakaan lalu lintas. Dan Li Shiqing setuju.


Didalam mobil minyak. Supir tanker bertengkar dengan asisten supirnya, karena si asisten supir membuka musik terlalu keras. Dan itu mengganggunya.


Didalam bus. Xiao Heyun menasehati supir bus untuk jangan terburu- buru saat menyentir, karena itu berbahaya. Dan mendengar itu, Pria Hijau mendengus serta mengejek Xiao Heyun untuk tidak perlu menasehati si supir bus, karena si supir bus adalah pengemudi yang sangat baik dan keahlian mengemudinya luar biasa.


Selagi Pria Hijau berbicara, Li Shiqing dan Xiao Heyun mengabaikannya. Mereka fokus memperhatikan jalan. Tapi semakin di abaikan, Pria Hijau makin terus berbicara, membuat Li Shiqing merasa pusing dan kesal.

“Bisakah kamu tidak berbicara lagi?” tanya Li Shiqing, mengeluh.


“Apa yang salah dengan wanita muda ini?” balas Pria Hijau, agak kesal. “Eh, kamu tidak bisa menjalani hidup dengan cemas, kamu harus hidup dengan pikiran terbuka. Apakah kamu bahagia atau tidak, kamu masih harus hidup dari hari demi hari. Jadi kamu harus hidup bahagia setiap hari, kamu tidak bisa menghindari bencana. Orang harus positif dan cerdas,” katanya, mulai berceramah tentang kehidupan.

Pria pengantar barang mendapatkan peringatakan bahwa dalam 1 menit pesanannya akan habis. Mendengar itu, dia jadi agak terburu- buru.


Dimobil minyak. Supir tanker memarahi asisten supirnya untuk mematikan musiknya. Dan si asisten supir balas marah, karena ketika dia mengemudi, si supir juga duduk disampingnya sambil bermain game.

Karena kesal, si supir tanker sengaja mempercepat sedikit. Dan itu membuat si asisten supir tersentak ke belakang. Tapi kemudian dia melanjutkan bermain ponselnya lagi.


Sesampainya didekat perempatan, tempat kejadian. Li Shiqing dan Xiao Heyun memperingatkan si supir bus untuk berhati- hati, karena ada orang yang lewat didepan. Karena peringatan itu, si supir bus pun berhasil berhenti tepat waktu, sebelum sesuatu terjadi.


Untungnya, si supir tanker juga berhasil berhenti tepat waktu. Sehingga tidak terjadi kecelakaan. Dan bus melanjutkan perjalanan seperti biasa.



Dibelakang bus, seorang pria bermasker hitam memperhatikan semua itu.

Post a Comment

Previous Post Next Post