Mulai dari saat itu, Mina dan
Toru mulai berkencan. Mereka berjalan- jalan ke berbagai tempat, bersenang-
senang, bermain- main, tertawa, bermesraan, dan berfoto- foto dengan ceria.
Minato : Jumlah foto Toru dan Mina bertambah
setiap kali mereka berkencan. Ini … bukanlah sosokku yang sebenarnya.
Ketika Toru pulang, Mina berpura-
pura membahas tentang wanita yang mirip dengannya untuk mengetahui reaksi dan
pendapat Toru terhadap Minato. “Orang itu orang yang bagaimana?”
“Orang yang enggan kuajak
bicara,” jawab Toru.
Suara yang lesu. Aku tak berpikir kalau dia
lelah. Tak kusangka dia bakal bilang dengan suara seperti itu.
@@@
Mina berdiri dipinggir jalan dan menunggu Toru.
Sambil berdiri, dia terus teringat akan jawaban Toru kemarin. Dan dia merasa
sedih serta kecewa.
Minato : Aku tahu. Aku paham.
Rasanya menyedihkan kalau Minato … tidak ada
dalam hati Toru.
Ketika Karasuma berjalan, dia
melihat Mina. Dia merasa heran dengan penampilan Minato yang tampak sangat gaul
dan dia ingin memanggilnya. Tapi sebelum dia sempat melakukan itu, dia melihat
Toru datang menghampiri Mina.
@@@
Dikampus. Ketika Karasuma melihat
Minato, dia memanggilnya dan mengajaknya untuk pulang bersama. Dan dengan
canggung, Minato mengiyakan.
Lalu saat Karasuma dan Minato
berjalan pulang bersama, mereka bertemu dengan Ibu Takatsuki dan Toru yang
kebetulan baru pulang dari berbelanja bersama. Dan saat bertemu, Ibu Takatsuki
mengajak Karasuma untuk makan malam bersama dirumah nya hari ini.
“Karasuma-kun bakal kerepotan
kalau tiba- tiba diajak,” kata Minato, menolak ajakan Ibu Takatsuki yang ingin
mengundang Karasuma.
“Baiklah, saya terima
tawarannya,” kata Karasuma, menerima. Dan Minato merasa terkejut serta
canggung, karena ada Toru.
Makan malam. Saat makan bersama
dan mengobrol- ngobrol, Ibu Takatsuki akhirnya ingat siapa Karasuma. Dan dengan
bersemangat, dia mengatakan bahwa dulu Minato tertarik pada Karasuma. Mendengar
itu, dengan panik, Minato langsung mengatakan kalau dagingnya sudah habis dan
meminta Ibu Takatsuki untuk mengambil lagi, supaya Ibu Takatsuki tidak
mengatakan sesuatu yang salah.
Lalu ketika Ibu Takatsuki pergi
ke dapur, Karasuma mencoba mengobrol dengan Toru yang sedari tadi hanya diam
saja. “Adik, gimana hubunganmu dengan pacarmu?” tanyanya, seperti tanpa maksud
apapun. Dan mendengar itu, Toru serta Minato sama- sama melihat Karasuma yang
duduk diantara mereka, yaitu ditengah. “Waktu itu aku melihatmu di Shibuya.
Dengan pacarmu. Aku terkejut, loh…” komentarnya.
Tanpa mengatakan apapun, Toru
berdiri. “Bisa bicara sebentar?” ajaknya.
Saat Karasuma dan Toru pergi,
Minato merasa sangat gugup dan khawatir. Tapi dia tidak mungkin mengikuti
mereka berdua.
Tidak lama kemudian, terdengar
suara keras. Dan Minato langsung pergi untuk melihat ada apa. Lalu dia melihat,
Toru me megang kerah baju Karasuma dan menahannya di dinding. Dengan khawatir,
Minato langsung mendorong Toru dan memarahinya untuk melepaskan Karasuma.
Dengan kesal, Toru melepaskan
Karasuma dan pergi ke kamar nya.
“Karasuma- kun, kamu baik- baik
saja?” tanya Minato, khawatir.
“Maaf. Sepertinya, aku enggak
klop sama adikmu,” jawab Karasuma sambil menundukkan kepalanya. Lalu dia pamit
untuk pulang.
“Tunggu sebentar. Biar ku
jelaskan,” panggil Minato.
Ditaman. Dengan jujur dan
singkat, Minato menjelaskan kepada Karasuma tentang hal yang sebenarnya. Dia
berpura- pura menjadi orang lain dan berpacaran dengan adiknya, Toru.
“Itu agak terlalu singkat, dan
semakin tak objektif,” komentar Karasuma.
“Eng… sebenarnya… “
Toru pulang ke apatermennya. Dan
dia menatap fotonya bersama Mina.
Setelah Minato menceritakan
segalanya dengan rinci, Karasuma merasa kalau hal ini agak rancu. Dan dia
menanyai hal paling penting, “Apa kamu menyukai adikmu?”
“Mu… mungkin,” jawab Minato,
pelan.
“Meskipun tiri, kamu tinggal
bersama adikmu, ya.”
“Iya. Saat pertama kali bertemu
dengannya, sewaktu aku SD. Orang tuaku menikah kembali dan mulai tinggal
bersama sebelum SMP,” kata Minato, bercerita.
“Rasanya, aku mungkin kurang bisa
memahaminya,” kata Karasuma sambil mengerutkan dahinya. “Andai adikku punya
pemikiran seperti itu … itu menjijikan.”
Mendengar itu, Minato tertegun.
“Oh, begitu. Maaf ya, aku berbicara hal yang rumit,” katanya sambil tertawa
kering. “Soal ini …”
“Takkan kuberitahu siapapun,”
kata Karasuma, mengerti. “Hanya saja, mungkin aku kurang bisa mendukungmu.
Maaf, Minato,” jelasnya. Lalu dia pergi.
Minato : Cintaku ini…
Menjijik kan, ya?
@@@
“Ayo kita putus,” kata Toru
dengan mantap. “Sebenarnya, aku selalu kepikiran. Semakin aku melihat wajah
Mina tertawa, hatiku jadi terasa sakit. aku selalu menyembunyikan perasaanku
dan memanfaatkan Mina,” katanya, menjelaskan.
“Memanfaatkan?” gumam Mina, tidak
paham.
“Sebelumnya, kamu bertanya soal
orang yang mirip dirimu. Aku selalu… menyukai orang itu. Makanya, aku sangat
terpikat padamu, karena kamu mirip dengannya. Tapi pada akhirnya, yang kusuka
adalah… orang itu,” kata Toru, mengakui perasaan nya yang sebenarnya.
“Orang yang mirip itu …?” tanya
Mina, ingin tahu dan memastikan.
“Wafat. Sejak dulu. Sebagai
penggantinya, aku memperlakukan mu sangat berbeda. Aku benar- benar minta
maaf,” jawab Toru.
Mendengar itu, Mina terdiam.
@@@
Minato sebenarnya menyukai Toru,
tapi dia tidak berani untuk mengakuinya. Karena dia dan Toru adalah saudara,
walaupun mereka bukan saudara kandung melainkan hanya saudara tiri saja, tapi
dalam pandangan dunia, itu aneh dan menjijikan. Jadi sekarang putus dengan Toru
mungkin adalah yang terbaik.
“Tak masalah kalau kamu yakin
dengan itu,” kata Maki, menghormati pilihan Minato.
Toru pindah kembali ke rumah. Dan
saat dia serta Minato bertemu, mereka berdua bersikap seperti dulu. Seperti
saudara.
Dicafe. Karasuma meminta maaf,
karena perkataannya kemarin terlalu kasar, seperti ‘menjijikan atau tak bisa
mendukung’. Dan dengan tenang, Minato menjelaskan tidak apa- apa, karena
sekarang semuanya sudah berakhir. Dia dan Toru sudah putus.
“Kalau begitu, bagaimana kalau
lihat kastel untuk ganti suasana? Tentu saja sebagai teman,” kata Karasuma,
mencoba menghibur Minato. “Besok jam 10. Kita bertemu di stasiun Shinagawa.
Akan kutemani seharian.”
“Baiklah,” jawab Minato,
mengiyakan.
Keesokan harinya. Dengan
perhatian, Karasuma menanyai pendapat Minato, kastel apa yang paling ingin
Minato lihat sekarang. Dan saat Minato menjawab kastel Inuyama, di prefektur
Aichi, Karasuma langsung memutuskan untuk ke sana saja.
“Enggak, enggak. Itu terlalu
jauh,” tolak Minato, merasa tidak enak. “Yang lebih dekat saja. Yang disukai
Karasuma-kun.”
“Sudahlah. Sudahlah. Ayo
bersenang- senang hari ini!” ajak Karasuma.
Dirumah. Ibu Takatsuki
menyarankan Toru untuk jalan- jalan keluar, mumpung cuacanya sedang bagus. Dan
Toru menolak, karena tidak tahu mau kemana.
“Ke manapun tak masalah, ‘kan?
Minato pergi dari pagi dan katanya mau ke kastel,” kata Ibu Takatsuki. Dan Toru
menanggapi tanpa semangat. “Itu loh, waktu itu ada lelaki muda yang kemari,
‘kan? Karasuma. Katanya, dia main berdua dengan cowok itu!” kata Ibu Takatsuki,
bercerita sambil tersenyum senang.
Mendengar itu, Toru diam dan
bersikap murung.
Karasuma dan Minato berjalan-
jalan, bersenang- senang, dan tertawa dengan riang.
Sedangkan Toru tidur merenung di
dalam kamar.
Selesai mengujungi beberapa
tempat, Karasuma memberitahu Minato bahwa dia juga sudah ada menyewa hotel
untuk tempat mereka menginap malam ini. Dan Minato merasa terkejut, karena dia
kira mereka akan langsung pulang dan juga dia belum ada memberitahu orang
tuanya kalau mereka bakal menginap.
“Hubungilah. Supaya enggak
cemas,” kata Karasuma, menyarankan dengan sikap tenang.
“Aku juga belum ada persiapan
untuk me- …”
“Tenang saja. Beli apa saja nanti
di miniswalayan. Ayo,” ajal Karasuma, memegang dan menarik tangan Minato untuk
mengikutinya.
Malam hari. Ibu Takatsuki merasa
cemas karena Minato belum pulang juga. Dia cemas kalau Minato melakukan
pekerjaan paruh waktu yang mencurigakan. Namun Ayah Takatsuki tidak percaya dan
tidak cemas, karena dia percaya dengan Minato.
“Ada yang selalu membuatku
penasaran. Minato itu punya dua ponsel,” kata Ibu Takatsuki, memberitahukan hal
yang dicurigainya.
Mendengar perkataan itu, Toru
tertegun.
Dikamar hotel. Karasuma bersikap
biasa saja. Tapi Minato merasa tidak nyaman, karena menginap sekamar bukanlah
hal yang baik menurutnya, bahkan walaupun tempat tidur didalam kamar ada dua.
Jadi Minato ingin pulang saja.
“Kalau kamu pulang, aku mungkin
akan memberitahu adikmu kalau kakaknya berpura- pura jadi orang lain dan
berpacaran dengannya,” ancam Karasuma dengan halus. “Apa kamu enggak mau
ketahuan oleh adikmu? Tidakkah kamu berpikir dia akan memaafkanmu kalau kamu
berkata jujur?”
“Aku… enggak masalah kalau
ketahuan. Ini pun karena kebohongan yang kubuat. Aku tak peduli apa yang
dikatakan Toru. Tapi, aku tak bisa mengatakannya,” balas Minato.
Minato tidak berani memberitahu
Toru, karena dia tidak ingin orang lain sampai tahu, karena meski Toru pacaran
karena dibohongin olehnya, tapi orang lain tetap akan mengecap Toru menjijikan.
“Kalau begitu, tunjukkan seberapa
jauh usahamu demi adikmu itu,” kata Karasuma, membuka pintu kamar mandi.
“Silahkan mandi duluan,” jelasnya sambil tersenyum.
Dirumah. Ketika Ibu Takatsuki
mendapat kabar kalau Minato ada di Aichi dan akan menginap disana, dia merasa
tenang. Karena tandanya Minato baik- baik saja.
Minato melepaskan baju luarnya.
Lalu dia mau masuk ke dalam kamar mandi. Melihat itu, Karasuma menghentikan
Minato dan menutup pintu kamar mandi.
“Kamu bilang sudah berakhir
dengan adikmu. Tapi sama sekali enggak berakhir,” kata Karasuma, merasa kecewa.
“Dengan begini, bukankah kamu paham? Perasaan sejatimu. Kamu masih menyukainya
sampai sekarang, ‘kan? Kamu melakukan semua ini demi adikmu,” jelasnya.
Ternyata dia hanya berniat untuk mengetes perasaan Minato.
“Karasuma-kun. Jangan- jangan…
kamu sengaja melakukan ini?” tebak Minato, tidak menyangka.
Dengan jujur, Karasuma
menjelaskan bahwa sebenarnya dia hanya ingin memastikan saja. Dia ingin
memastikan apakah ada bagian dari mereka yang tidak klop supaya dia bisa yakin
putus dengan Minato adalah pilihan yang tepat. Namun dia tidak bisa
memastikannya, karena ternyata, mereka memiliki ketertarikan yang sama dan
mereka bisa membahas apapun. Dan dia sangat menyukai Minato. Mendengar itu,
Minato merasa agak canggung dan bersalah.
“Maaf membuatmu berurusan dengan
keegoisanku. Karena hari ini… benar- benar berakhir,” kata Karasuma dengan
sedih. “Selamat tinggal, Minato.”
Setelah mengatakan itu, Karasuma
mengambil barang- barangnya dan berniat pergi. Namun sebelum pergi, dia
memberikan satu nasihat kepada Minato.
“Cobalah bicara dengan adikmu.
Aku yakin dia akan paham,” kata Karasuma sambil tersenyum menyemangati. Lalu
dia pergi.
Keluar dari hotel, Karasuma
menarik nafas dalam- dalam. “Aku enggak keren, ya,” gumamnya sambil menengadahkan
kepalanya supaya jangan sampai menangis.
Didalam kamar hotel. Minato
menangis penuh rasa bersalah.
Minato : Aku benar- benar kejam ya.
Membuat orang sebaik itu melakukan hal
seperti ini.
Toru berdiri di depan kamar
Minato, dan mengingat- ingat kembali setiap detail kecil tentang Mina, saat
mereka berdua berkencan. Dan sikap aneh Minato. Kemudian diapun menyadari bahwa
mungkin saja Minato dan Mina adalah orang yang sama.
Toru lalu kembali ke dalam
kamarnya. Dia mencoba menghubungi Mina untuk memastikan dugaannya. Dan di saat
dia menelpon, dia mendengar suara telpon berdering didalam kamar Minato. Dan
dia pun menjadi yakin kalau Mina adalah Minato.
@@@
Minato : Karena kebohongan yang kulakukan
dengan pasrah, aku menarik ulur banyak orang. Banyak orang yang terluka dan
berakhir tanpa menyelesaikan kebohongan yang kubuat.
Itu benar- benar enggak baik.
Tak bisa kubiarkan kebohongan berakhir dengan
kebohongan.
Ayo bicarakan semuanya, dan minta maaf pada
Toru.
Ketika Minato berjalan, tiba-
tiba saja seseorang muncul didepannya. Dan tanpa sengaja dia menabrak orang
tersebut dan terjatuh. Lalu saat dia melihat ke atas, dia melihat Toru. Dan
ditangan Toru ada ponsel Mina yang disembunyikannya didalam kamar.
Ditaman. Minato membungkuk dan
meminta maaf kepada Toru. Lalu dia menjelaskan bahwa awalnya dia berbohong, itu
karena ingin iseng saja dan ingin memperbaiki sikap Toru yang sering memainkan
cewek. Lalu karena Toru tampak sangat menyukai Mina, dia jadi sulit mengakui
kebohongannya. Dan jadi terus berbohong.
“Maaf,” kata Toru. Dan Minato
merasa heran, kenapa Toru meminta maaf juga, kepadahal dia yang telah
membohongi Toru. “Aku juga selalu membohongimu. Aku benar- benar terkejut saat
menabrakmu di perempatan itu. Karena benar- benar mirip Minato,” jelasnya.
“Eh? Bukankah dia orang yang
telah wafat?” tanya Minato, heran.
“Wafat. Aku selalu berpikir
seperti itu dalam diriku. Karena dia orang yang kucintai sejak kecil,” jawab
Toru, menceritakan.
@@@
Toru : Sejak pertama kali kita bertemu, aku
jatuh hati padamu.
Pada awalnya, aku senang hanya bisa bersama
Minato. Lalu tak lama kemudian, aku tahu kalau saudara tak bisa menikah.
Kita sudah jadi keluarga. Kalau aku melewati
perasaan ini, sesuatu yang berharga akan hancur. Karena itu, aku menghapus
Minato yang ada dalam diriku.
Kalau sudah tidak bisa bersama orang yang
kusuka, aku tak peduli lagi. Aku jadi benci semuanya. Aku seenaknya meninggalkan
mereka.
Aku juga tahu hal itu merepotkanmu. Tapi, tak
ada yang bisa kulakukan lagi.
Tak kusangka jadi saudara akan semenyakitkan
ini.
Saat aku tahu saudara bisa menikah kalau tak
sedarah. Itu sudah terlambat. Karena tindakan egoisku, kamu jadi membenciku
sepenuhnya.
Aku memang dibenci olehmu. Tapi, setidaknya
aku ingin dekat denganmu.
@@@
“Kalau begitu … orang yang selalu
kamu sukai itu … “ tanya Minato, memastikan. Dan Karasuma menganggukkan
kepalanya. “Maaf. Aku selalu berpikir kalau kamu cuma suka cewek gaul. Soalnya,
kamu langsung ikut kencan buta waktu dibilang cewek gaul akan datang, kan?”
komentar Minato sambil tersenyum.
“Itu… karena kamu datang juga,”
jawab Toru dengan gugup. “Maaf. Aku ingin mengawasimu,” jelasnya.
Toru dan Minato akhirnya mulai
saling terbuka. Toru mengakui bahwa dia bahagia bisa pacaran dengan Mina dan
dia cemburu saat melihat Minato bersama Karasuma. Lalu sebenarnya, dia panik
saat Karasuma datang makan malam di rumah mereka, karena Karasuma tampaknya
menyadari kalau dirinya menyukai Minato. Kemudian dari obrolannya dengan
Karasuma saat itu, dia menyadari kalau tampaknya dia telah memanfaatkan Mina,
karena Mina mirip dengan Minato. Karena itulah dia memutuskan Mina. Lalu dia
meminta maaf kepada Minato, karena mereka sedekat ini, tapi dia malah tidak
menyadari kalau Mina adalah Minato.
“Kita ini benar- benar bodoh ya,”
komentar Minato sambil tertawa.
Toru kemudian membawa Minato ke
kebun binatang untuk melihat penguin. Tempat pertama kali mereka bertemu
sewaktu kecil dulu. Dulu sewaktu kecil, ketika mereka bertemu, Minato adalah
orang pertama yang mengulurkan tangan dan memegang tangan Toru. Kali ini Toru
ingin menjadi orang pertama yang mengulurkan tangan dan memegang tangan Minato.
“Tapi, kita ini …” kata Minato, ragu
memegang tangan Toru yang terulur.
Sebelum Minato selesai berbicara,
Toru mendekati wajahnya dan mencium bibirnya. “Dengan ini, kebohongannya usai.
Mulai kini, ayo bersama secara terang- terangan.”
“Oke,” jawab Minato sambil
tersenyum.
Akhirnya, Toru dan Minato pun
berpacaran dan berakhir dengan bahagia. Seperti sewaktu kecil dulu, mereka
berjalan sambil berpengangan tangan.
@@@
Toru dan Minato
menghadap Ayah dan Ibu. Dengan jujur, mereka memberitahu Ayah dan Ibu
bahwa sekarang mereka berdua berpacaran
dan mereka juga berpikir akan menikah. Lalu mereka menunduk dan meminta maaf.
“Bagus, dong?” kata Ibu
Takatsuki, tanpa disangka tidak marah.
“Selama kalian bahagia,
itu tak masalah,” kata Ayah Takatsuki, mendukung.
Mendengar itu, Toru dan
Mina sama- sama merasa lega serta senang.
Maki terkejut saat,
Minato datang dan memberitahu kalau Minato dan Toru berencana untuk tinggal
bersama. Lalu dia memberikan selamat kepada Minato.
Teman Toru datang dan
membantu Toru serta Minato untuk pindah ke apatermen sebelumnya.
Setelah lulus, Toru
melamar. Dan Minato menerima dengan senang hati.
Kemudian secara
bersama- sama, Toru dan Minato mengisi formulir pernikahan mereka.
Lalu akhirnya Toru dan
Minato pun menikah. Yeah … :D
.TAMAT.