Sinopsis K-Drama : Bad and Crazy Episode 07 part
2
SEMUA
KARAKTER, TEMPAT, GRUP, PERISTIWA DAN ORGANISASI ADALAH FIKTIF
Su Yeol
mengantarkan Hui Gyeom pulang. Hari ini adalah hari yang berat bagi Hui Gyeom.
Dia akhirnya berhasil menangkap orang yang sudah membunuh rekan-rekannya dan
menipunya. Dan orang itu tidak lain adalah ketua team yang selalu menjadi
panutannya. Makanya, keputusan untuk menembak ketua teamnya tadi adalah
keputusan yang berat baginya. Su Yeol memahami itu, makanya dia memeluknya saat
Hui Gyeom menangis tadi.
Sebagai
ucapan terimakasih, Hui Gyeom mengundang Su Yeol ke rumahnya dengan alasan mau
mengobati luka gores yang ada dijidat Su Yeol. Niatnya mau mengobati, tapi
malah Su Yeol membantu memperbaiki lampu rumah dan membersihkan rumahnya yang
berantakan. Hui Gyeom juga lupa dengan kondisi rumahnya, makanya dia sangat
malu saat Su Yeol malah melihat rumahnya dalam kondisi berantakan dan kotor.
Hui Gyeom
jadi kesal karena Su Yeol terus mengomelinya. Su Yeol juga mengungkit masa lalu
saat mereka pacaran dan dia membantu membersihkan rumah Hui Gyeom. Eh, kenangan
masa lalu mereka juga masih terlihat jelas di kotak P3K milik Hui Gyeom. Di
semua obat yang ada di sana ada tulisan tangan Su Yeol mengenai fungsi obat dan
pesan agar Hui Gyeom tidak terluka. Dan Hui Gyeom baru melihatnya sekarang. Dia
nggak pernah membukat kotak P3K nya sebelumnya.
Terbawa
suasana masa lalu, Su Yeol tiba-tiba saja menciumnya. Hui Gyeom shock. Su Yeol
juga kaget dengan yang dilakukannya. Dia udah takut akan dipukuli, makanya dia
meminta Hui Gyeom tidak memukul karena mereka sama – sama mau. Hui Gyeom
membenarkan dan mencium Su Yeol. Perasaan keduanya masih ada. Dan moment ini
membuat mereka tidak bisa menahan perasaan mereka lagi.
--
Esok hari,
Jae Sun sudah
kembali bekerja. Saat dia sampai, Kyung Tae baru saja selesai menginterogasi
Chan Gi. Begitu interogasi selesai, Chan Gi langsung tidur dengan lelap di
ruang interogasi. Jae Sun yang baru tiba sampai kaget melihatnya tidur begitu.
“Kurasa
akhirnya dia bisa tidur sekarang,” ujar Kyung Tae.
Kyung Tae
berkata demikian karena selama proses dia menginterogasi Chan Gi, Chan Gi
mengakui semua kejahatan dan tuduhan yang ada, tanpa pembelaan diri sama
sekali. Termasuk kejahatan Kim Gye Sik. Dan dimata Kyung Tae, saat Chan Gi
mengakui semua perbuatannya, dia kelihatan lega.
Sekarang
saatnya Su Yeol mengingterogasi Gye Sik.
“Pada
akhirnya, aku berhasil menyeretmu kemari.”
“Ayolah. Ini
bukan kali pertamaku di sini. Bukankah ruangan sebelumnya sama? Saat kau
mencoba segalanya untuk membuatku diskors? Kebenaran tak pernah penting bagimu sejak
awal saat kau mencoba menjatuhkanku. Ryu Su Yeol. Apa menurutmu kau dan aku
berbeda?”
“Tidak. Tapi aku harus menginjak rem cukup keras belakangan
ini. Jadi, aku memikirkannya karena tak bisa ke mana-mana. Aku sadar bahwa aku
menuju arah yang salah. Aku yakin kau punya beberapa kesempatan untuk melakukan
hal yang sama. Tak Min Su, Jeong Chan Gi, dan Lee Hui Gyeom. Mereka semua
mencoba menghentikanmu setidaknya sekali. Kau yang mengabaikan kesempatan itu, Kim
Gye Sik. Benar kan?” ujar Su Yeol.
Interogasi
sudah berakhir.
Dan kini, Su
Yeol mau mengakui semua perbuatan salahnya kepada Kep. Gwak. Dia mau bertobat
sepenuhnya. Kejahatan yang sudah dilakukannya meliputi : sumpah palsu,
menghalangi penyelidikan, terlibat dalam rekayasa dan menutupi kasus. Dan untuk
semua kejahatannya dia bersedia untuk dihukum. Untuk membuktikan keseriusannya,
dia menyerahkan tanda pengenal dan pistolnya. Dia juga udah siap kalau harus
dipecat. Kep. Gwak shock. Yang dihadapannya tidak seperti Su Yeol yang
dikenalnya.
Di
ruangannya, Kyung Tae memberikan hadiah untuk Jae Sun. Sebuah dompet kulit. Itu
sebagai ganti dompetnya yang kecopetan hari itu. Meskipun hanya hadiah
sederhana, tapi jae Seon merasa terharu hingga meneteskan air mata. Pas
ketahuan, dia menyangkal. Melihat kebahagiaan rekan kerjanya, Su Yeol ikut
senang.
Niat hati Su
Yeol mau bertobat sepenuhnya. Tapi, ada banyak cobaan. Contohnya saat makan
malam, Ibunya menanyakan kapan dia akan pindah padahal kemarin bilang hanya
akan tinggal sebulan. Saat dia berandai-andai mau berhenti kerja dan ingin
bekerja di toko pizza saja, Dong Yeol nggak setuju. Dan sepertinya, Ibunya juga
mulai pikun. Belakangan ini, dia sering sekali lupa. Seperti sekarang, ibunya
lupa memasak bubur hingga gosong. Bukannya khawatir, Dong Yeol malah tertawa
mengira itu ha biasa.
Esok harinya,
toko pizza mereka kebanjiran karena kelupaan mematikan wastafel sehingga air
merembes hingga ke basement. Usut punya usut, ternyata Ibu yang terakhir
meninggalkan dapur kemarin. Akibat hal ini, pemilik tempat meminta ganti rugi
untuk renovasi sebesar 20 juta won. Itu uang yang sangat besar.
Akhirnya,
dengan bertebal muka, Su Yeol kembali ke kantor menemui Kep. Gwak dan meminta
agar diizinkan kembali bekerja. Dia mengaku kalau dia kurang tidur dan gila
kemarin makanya mengatakan omong kosong seperti kemarin. Kep. Gwak tertawa
seolah sudah menduga hal itu. Dia langsung mengembalikan tanda pengenal dan
pistol Su Yeol. Dia juga sudah mengatur semuanya sehingga Su Yeol tidak akan
terkena masalah.
“Hei.
Omong-omong, kau harus menjalani konseling. Ceritamu tentang dibius dan diancam
dikuatkan oleh saksi. Untungnya, kau bisa menghindari itu. Tapi mereka harus
memeriksa kondisimu untuk melihat apakah kau bisa bekerja. Agensi kita punya
terapis. Kau tahu penampungan yang menangani remaja pelarian? Namanya
Penampungan Pemuda Impian. Dia bekerja di sana. Astaga. Dari yang kudengar, dia
terapis terbaik. Mengerti? Temuilah terapis itu. Jangan terlambat untuk janji
temu. Ayo,” beritahu Kep. Gwak.
Saat itu, K
kembali muncul dan memberitahu kalau tempat itu adalah tempat dimana Su Yeol
menyumbang, jadi si terapis pasti akan bersikap baik dengan Su Yeol.
--
Bos Yong jauh
lebih mengerikan daripada Andrei. Dia nggak menerima kata gagal. Anak buahnya
yang diutusnya mengambil barang sitaan dari Gye Sik, langsung dibunuhnya
sebagai akibat sudah menghilangkan barang dan uangnya.
Andrei yang
juga sedang dalam perjalanan menuju penjara tahanan, berhasil membunuh semua
sipir yang ada di dalam mbil dan melarikan diri. Pasti ada seseorang yang
membantunya.
--
Su Yeol pergi
menemui terapis yang diberitahu oleh Kep. Gwak. Terapisnya adalah seorang pria
muda. Selama sesi konseling mereka akan di rekam. Si terapis juga sangat
teliti. Dia menyadari gerak gerik aneh Su Yeol yang terus melirik ke sebuah
ruangan padahal di sana kosong. Alasan Su Yeol melakukannya karena K berada di
sana dan sibuk mondar mandir.
“Kau melalui
banyak insiden selama beberapa bulan terakhir, Pak Ryu.”
“Ya. Terjadi
begitu saja. Itu sudah biasa di bidang pekerjaanku.”
“Apa tidurmu
berkualitas?”
“Itu... Hanya
beberapa polisi di Korea yang bisa tidur nyenyak di malam hari.”
“Matamu
indah,” puji si terapis. “Kalau begitu, bagaimana jika membahas insiden terbaru
yang kau alami? Kau dibius. Kau melihat seorang pria mati di depanmu. Kau
dipaksa terlibat dalam kejahatan itu. Bagaimana perasaanmu saat itu?”
“Apa
maksudmu? Perasaanku tentang apa?”
“Kau berada
dalam situasi yang tak bisa kau kendalikan di jangka waktu lama. Kau tak merasa
malu pada dirimu sendiri atau tak bersemangat dalam hidup?”
“Jadi, apa
aku harus merasa begitu? Aku melalui banyak hal saat mengerjakan kasus.”
“Bagaimana
dengan sekarang? Apa semuanya di bawah kendalimu?”
“Ya. Tentu
saja. Aku bisa mengendalikan diri seperti semua orang. Aku baik-baik saja.”
“Tapi kenapa
kau terus melihat ke tempat lain? Apa kau melihat orang lain di sini selain
kita?”
“Tidak,”
sangkal Su Yeol. Tapi, kelihatan sekali dia dan K gugup.
Sesi konseling
berakhir sampai di sana. Untuk hari ini! Yap, benar, Su Yeol di minta datang
lagi besok. Dan topik besok mereka akan membahas masa kecil Su Yeol.
Saat
mendengar itu, Su Yeol jadi teringat akan kenangan buruknya. Namanya sebelum
diadopsi adalah In Jae Hui. Itu nama aslinya. Dulu, dia selalu dipukuli oleh
ayahnya. Setelah ayahnya meninggal, dia langsung diadopsi. Namun, ingatannya,
enam bulan sebelum kematian ayahnya, menghilang. Dia tidak bisa mengingat
kenangan enam bulan tersebut. Entah kenapa. Yang dia ingat, dia hanya berlari
seolah di kejar-kejar. Dan saat dia mencoba mengingatnya sekarang, dadanya
terasa sakit. Dan entah kenapa, K muncul
dihadapannya.
“Bagaimana
kau…”