Sinopsis
K-Drama : Bulgasal : Immortal Souls Episode 01 part 1
SEMUA KARAKTER, TEMPAT, GRUP, PERISTIWA
DAN ORGANISASI ADALAH FIKTIF
Adegan dimulai
dengan memperlihatkan dua orang pria yang berusaha saling menikam diatas
jembatan dan berakhir dengan keduanya terjatuh bersamaan ke sungai.
Di tanah ini, 600 tahun lalu, ada
makhluk hidup yang bukan manusia. Mereka adalah Monster.
Salah seorang
dari pria yang jatuh ke sungai itu berhasil selamat. Dia bertahan meskipun
terjatuh dari tempat tinggi dan mendapat banyak luka tusukan.
Dahulu, ada Monster pemakan manusia yang
tidak terhitung jumlahnya. Namun kini, semua Monster telah menghilang.
Kecuali aku.
Semua luka
yang ada ditubuhnya perlahan menutup bagaikan sihir. Dia abadi.
Aku Monster yang terakhir selamat. Yang
tak bisa dibunuh dan tak bisa mati karena aku adalah Bulgasal. Untuk mengakhiri
kutukan abadi ini, aku sudah mencari dirimu selama 600 tahun.
Pria itu
berjalan dan menemui seorang wanita yang sudah menunggunya di atas jembatan.
Pada hari itu, 600 tahun lalu, jika
saja aku tidak bertemu denganmu…
Akhir Dinasti Goryeo,
Segerombolan
orang yang berasal dari sebuah desa, menempuh perjalanan panjang di tengah
musim dingin dan ditengah lebatnya salju. Mereka hendak mencari daerah baru
sebagai pemukiman setelah desa mereka dijarah oleh perompak Jepang. Lahan dan
rumah mereka juga hangus terbakar. Kini, mereka benar-benar tidak punya harta
apapun lagi. Namun, melakukan perjalanan sepanjang ini dan sampai tengah malam,
membuat sebagian penduduk merasa takut kalau-kalau mereka akan bertemu monster.
Salah satu monster yang kabarnya ada di sekitar sana adalah Jomagu, monster
pemakan mayat.
Umur panjang,
baru saja dibicarakan, mereka bertemu Jomagu. Monster tersebut sedang memakan
mayat-mayat yang bergelimpangan di bawah sebuah pohon kering. Sangat
menakutkan. Anehnya, seorang penduduk wanita yang sedang hamil malah berjalan
mendekati Jomagu. Suaminya jelas panik dan berusaha menghentikannya, tapi
beberapa penduduk menarik dan membekap mulutnya agar tidak mengeluarkan suara
dan tidak menarik perhatian Jomagu.
Wanita hamil
tersebut benar-benar tidak takut pada Jomagu. Dia malah memanggil nama Jomagu
dan menawarkan diri agar dibunuh oleh monster menyeramkan tersebut. Dia ingin
Jomagu mengambil bayi yang dikandungnya. Alih-alih memakannya, Jomagu malah
kabur. Suami si wanita langsung berlari menghampiri istrinya dan memarahinya.
Wanita itu dengan tatapan penuh ketakutan, berujar kalau bayinya sudah dikutuk.
Anak di dalam kandungannya ini tidak boleh dilahirkan. Bulgasal mengincarnya.
Padahal tidak ada siapapun di sana, namun si wanita terus menangis dan berujar
kalau Bulgasal mengincarnya.
Ketakutan
wanita itu benar-benar serius. Di tengah malam, saat semua penduduk tertidur,
dia pergi ke dalam hutan untuk bunuh diri. Suaminya yang terbangun dan
menyadari istrinya menghilang, bergegas keluar mencarinya tanpa mempedulikan
petir yang menyambar-nyambar dan hujan yang turun. Dia terlambat menemukan
istrinya. Istrinya sudah mati gantung diri dalam keadaan hamil.
Masih belum
pulih dari rasa terpukul dan shocknya, dia malah melihat bayi yang dikandung
istrinya, lahir. Bayi tersebut keluar dari tubuh istrinya meskipun istrinya
sudah tidak bernyawa. Kabar mengenai kematian istrinya dan kelahiran anaknya
dengan cepat menyebar ke seluruh penduduk desa.
Bayi yang
dilahirkan istrinya yang sudah meninggal tidak menangis. Di tangan kanannya
terdapat bekas luka yang cukup dalam. Seorang wanita pintar diantara penduduk memberitahu kalau bayi itu tidak
seharusnya terlahir. Dia harusnya mati bersama Ibunya. Bayi itu sudah dikutuk
oleh Bulgasal sehingga tidak bisa dibunuh.
Bayi itu membuat Bulgasal dendam di kehidupan sebelumnya. Dan jika telah
mendendam, Bulgasal akan memburu jiwa manusia itu sampai mati.
Seluruh
penduduk desa menjadi ketakutan dan membenci bayi tersebut.
Hingga 10 tahun kemudian,
Bayi yang
telah tumbuh menjadi anak lelaki itu, masih saja di benci oleh seluruh desa.
Dia dianggap sebagai anak terkutuk. Pembawa sial. Dan harus dijauhi. Anak
lelaki itu hanya bisa menangis menghadapi sikap sinis, jijik dan marah para
penduduk terhadapnya. Setiap kali dia berpas-pasan dengan mereka, dia akan
menyembunyikan dirinya. Dia juga tidak pernah berbicara sekalipun sehingga
semua penduduk mengira dia bisu akibat kutukan.
Suasana desa
yang selama ini selalu aman, mendadak menjadi mencekam ketika seorang warga
meninggal dalam keadaan kehabisan darah. Satu-satunnya saksi kejadian juga
mengalami shock berat dan tidak bisa menceritakan apa yang dilihatnya. Tapi,
meskipun dia tidak bercerita apapun, para penduduk sudah membuat kesimpulan
sendiri. Melihat kondisi korban yang meninggal kehabisan darah tapi dalam
keadaan perut masih utuh, pelakunya jelas bukan hewan liar, Jomagu ataupun
Mokgwang. Satu-satunya kemungkinan yang tersisa adalah Bulgasal yang meminum
darah manusia.
Bulgasal
telah datang ke desa ini. Dan ini semua pasti gegara bocah terkutuk tersebut.
Semuanya menyalahkan anak lelaki yang tidak bisa berbicara dan telah
ditinggalkan oleh ayahnya tersebut. Dan yang bisa dilakukan oleh anak tersebut
hanya bersembunyi.
Ditengah
malam, seorang wanita misterius pergi ke pohon dimana si korban terbunuh. Di
pohon tersebut terlihat jejak cakaran seperti cakaran binatang buas. Darah
korban juga masih tertinggal di sana, di batang pohon dan di salju putih.
Dengan kekuatannya, si wanita bisa melihat saat-saat terakhir korban yang penuh
ketakutan.
Dan di malam
yang tenang itu juga, lagi-lagi sebuah keluarga tewas sama seperti korban
pertama. Mereka meninggal dalam keadaan kehabisan darah. Ketakutan semakin
menguasai penduduk desa. Wanita tua pintar
(ku sebut saja dukun) kembali memberitahu para penduduk kalau Bulgasal
sudah tiba di sana ini dan memasuki rumah penduduk untuk mencari bocah
tersebut. Makhluk itu akan terus memasuki rumah warga hingga menemukan anak
tersebut. Semua orang di desa ini akan mati.
Rasa takut
akan kematian, membuat penduduk desa memutuskan untuk membunuh anak lelaki
tersebut. Berbondong-bondong mereka masuk ke dalam hutan untuk membunuh anak
tersebut. Anak lelaki yang sedang sibuk memetik buah, sontak berlari ketakutan
saat melihat penduduk desa berlari ke arahnya sambil membawa senjata. Dia bisa
menebak kalau dia akan dibunuh. Demi menyelamatkan hidupnya, dia terus berlari
hingga ke sebuah sungai yang membeku. Lapisan sungai tidak cukup kuat untuk
menopang tubuhnya. Pada akhirnya, dia terjatuh ke dalam sungai dengan air yang
sangat dingin. Yang terlintas di pikirannya saat nyawanya hampir melayang
adalah sikap penduduk desa yang amat sangat membencinya dan seorang pria tua
yang menolongnya. Pria tua itu memberikannya beberapa makanan dan menyuruhnya
untuk pergi dari desa ini karena sesuatu yang buruk akan terjadi pada desa ini.
Anak lelaki
itu sudah menyerah pada hidupnya. Di nafas terakhirnya, dia teringat kenangan
yang paling menyakitkan di hidupnya. Ayahnya menjualnya kepada pria tua yang
baik hati dengan imbalan sebotol miras. Ayahnya membencinya sama seperti kebencian
penduduk desa padanya. Ketika dia mengejarnya, ayahnya mendorongnya hingga
terjatuh.
Disaat dia
sudah menyerah, seseorang melompat ke dalam sungai membeku itu dan
menyelamkatan nyawanya. Entah berapa jam berlalu, ketika dia sadar, dia sudah
berada di dalam gua dan api unggun menyala di hadapannya. Tidak jauh dari
tempatnya, ada sebuah topi jerami dan gulungan kain. Anak itu tersenyum,
mengira ayahnya kembali untuknya dan menyelamatkannya. Sayangnya, tidak. Saat
dia keluar gua, dia hanya menemukan seorang wanita yang sangat cantik.
Sebelum dia
sempat menghampiri wanita tersebut, penduduk desa yang masih mengincar
nyawanya, menemukannya. Sekuat tenaga dia melarikan diri, tapi pada akhirnya
dia tertangkap juga. Pedang dilayangkan padanya. Di detik saat pedang itu
hampir membunuhnya, wanita cantik yang dilihatnya tadi, mendadak memeluknya
sehingga pedang menembus tubuhnya. Wanita itu mengorbankan diri untuk
menyelamatkan nyawanya.
“TIDAK!!!”
teriak anak lelaki itu, menangis keras. Untuk pertama kalinya, dia berbicara.
Untuk menangis karena seseorang mati demi menolongnya.
Padahal ada
orang yang mati dihadapan mereka, tapi penduduk desa tidak peduli dan tetap
lanjut ingin membunuh anak lelaki itu.
“Berhenti!”
suara seorang pria yang menunggang kuda menghentikan para penduduk.
Pria itu
adalah orang terpandang. Terlihat dari pakaian, kuda dan banyaknya prajurit
yang menyertainya. Dia bernama Dan Geuk. Seorang jenderal dan panglima Goryeo. Dan
Geuk mengencam aksi mereka. Sebagai pria dewasa tidak sepantasnya mereka
menganiaya seorang anak kecil. Dan Geuk juga nggak peduli meskipun dukun tua
memberitahu kalau anak itu dikutuk oleh Bulgasal. Tanpa mempedulikan tatapan
sinis para penduduk, Dan Geuk menanyakan nama anak tersebut.
“Aku… tak
punya nama,” jawab anak tersebut.
“enarkah? Kalau
begitu, mulai sekarang namamu adalah Hwal,”
ujar Dan Geuk.
Setelah
memberikan nama pada anak tersebut, dia mengulurkan tangannya dan menarik anak
itu ke atas kudanya. Hwal tersentuh. Dia sudah lama mengharapkan uluran tangan
dari ayahnya dan kini dia mendapatkannya dari Dan Geuk. Dan Geuk menyelamatkan
nyawanya dan akan membawanya bersamanya. Meskipun penduduk desa menghalangi dan
dukun berkata dia akan menyesal membawanya, dia tidak peduli karena dia tidak
percaya akan adanya Bulgasal. Si dukun juga berujar kalau semua orang yang
berada di sisi Hwal akan muntah darah dan matanya akan kemasukan tanah hitam.
Semua tidak akan bisa menghindari kutukan Bulgasal termasuk Dan Geuk. Kutukan
itu tidak akan berakhir sebelum anak itu mati.
17 tahun kemudian, awal Dinasti Joseon,
Hwal masih
setia berada di sisi Dan Geuk. Sama seperti jejak ayah angkatnya, dia menjadi
panglima hebat yang membasmi para monster demi kerajaan. Dan Geuk juga tidak
segan-segan memuji kemampuan Hwal yang sudah jauh melampauinya kepada utusan
kerajaan. Rumor mengenai Hwal yang dikutuk oleh Bulgasal ternyata sampai
diketahui sama utusan kerajaan juga. Tapi, rumor buruk itu sudah berubah
menjadi rumor baik. Hwal sekarang di sebut sebagai orang yang mendapat anugerah
dari Bulgasal.
Rumor itu
timbul bukan tanpa sebab. Itu semua berkat kemampuan Hwal dalam membasmi
monster. Sejauh ini, dia sudah berhasil membunuh Teoreokson, monster sungai
Yongsan yang membuat tangan kiri Dan Geuk cedera dan monster Gapsangoe, monster
Gunung Gap yang sudah banyak membunuh orang. Karena kemampuannya, anak buah Dan
Geuk memberikan julukan pada Hwal : Setan Pembunuh para Monster.
Malam ini,
monster yang akan mereka basmi adalah Dueoksini, monter pengendali pikiran.
Dengan kemampuannya dalam mengendalikan pikiran, dia membuat para prajurit
saling menyerang satu sama lain dan membunuh. Dan satu-satunya orang yang mampu
tetap bertahan dan tidak terpedaya adalah Hwal. Dia melukai Dueoksini dengan
tombaknya sehingga pengaruh pengendali pikirannya hilang. Dia juga berhasil
membuat Dueoksini menunjukkan wujud aslinya yang mengerikan dan buas. Setelah
pertarungan panjang, dia berhasil membunuhnya. Sebelum mati, Dueoksini sempat
berujar kalau rasa dendamnya akan terus mengingat jiwa Hwal.
Sekali lagi,
Hwal membawa kemenangan. Sayang, tidak semua menyambut kemenangan tersebut
dengan sukacita. Ada seorang prajurit dengan pangkat tinggi yang menganggap
Hwal adalah monster yang tidak peduli pada kematian rekan dan hanya hidup untuk
membunuh. Dia menyebut Hwal terlahir hina. Orang sial yang dikutuk setan.
“Kenapa kita
yang lahir di keluarga terhorma menjadi bawahannya? Aku tidak bisa menerima
itu” ujarnya, iri.
Dia nggak
tahu saja kalau Hwal adalah manusia biasa seperti mereka. Dia juga terluka
parah akibat pertarungan tersebut, tapi menyembunyikannya dari semua orang. Dia
bertingkah seolah dia baik-baik saja, padahal, dia mengobati lukanya sendiri di
tendanya. Hanya Dan Geuk yang mengetahuinya.
“Apa ada masalah?” tanya Dan Geuk, menyadari
kegelisahan Hwal.
“Konon,
Monster akan membalas jika mereka mendendam terhadap kita.”
“Lalu, kau
pikir para Monster yang kau bunuh di kehidupanmu ini akan membalas dendam di
kehidupanmu yang selanjutnya?”
“Di kehidupan
selanjutnya… aku berharap tak terlahir kembali.”
“Jika kau
takut karena hal itu, lahirlah menjadi putra kandungku di kehidupan
selanjutnya. Ayahmu ini akan melindungimu, Nak. Ayah berutang nyawa kepadamu. Jika
kau tidak datang menyelamatkan, ayah pasti sudah ditelan Teoreokson dan keluar
menjadi kotorannya. Bagaimanapun, mari kita berbahagia hari ini. Monster
terakhir di tanah ini sudah tiada.”
Tapi, menurut
Hwal masih tersisa satu monster lagi. Bulgasal. Konon, Bulgasal diceritakan
meminum darah manusia dan menghancurkan jiwa manusia. Dia tidak bisa dibunuh
karena tidak berjiwa. Namun, menurut Dan Geuk hal seperti itu tidak ada.
Ketakutan pada monster malah menciptakan mosnter yang lebih mengerikan.
Bukankah tidak ada yang pernah melihat Bulgasal secara langsung?
“Itu karena orang
yang pernah melihat Bulgasal pasti sudah mati,” ujar Hwal dan memandangi tanda
lahir berbentuk luka di punggung tangan kanannya.
Dan Geuk tahu
apa yang dipikirkan putranya. Makanya, dia menyakinkan kalau pemburuan ini
sudah berakhir. Bulgasal tidak ada. Lupakan semua masa lalunya yang berhubungan
dengan Bulgasal.
Masih
ditengah pembicaraan, seorang prajurit datang mencari Dan Geuk untuk
menyampaikan kalau ada pesan penting dari keluarga Dan Geuk.