Sinopsis
Lakorn / Thai-Drama : F4 Thailand - Boys Over Flowers Episode 04 part 1
Gorya kaget. Saat dia tiba, Thyme benar-benar
menunggunya sambil hujan-hujanan. Woah. Langsunglah timbul rasa bersalah di
hati Gorya. Dia mendekati Thyme dan memayunginya. Suasana langsung terasa
romantis.
Kick!!! Eh,
Thyme malah mengambil payung dari tangan Gorya dan menendangnya. Dia kesal
karena Gorya datang terlambat. Padahal, seumur hidupnya, Thyme belum pernah
menunggu orang, tapi sekarang, lihat, dia kayak anak kecil yang kecebur di
kolam!! Gorya jadi ikutan marah. Dia kan nggak ada meminta Thyme untuk
menunggunya. Lagian, Thyme membuat janji tanpa persetujuan darinya. Ditambah
lagi, ada banyak tempat teduh untuk berlindung dari hujan, kenapa Thyme malah
nggak berteduh dan hujan-hujanan?! Dasar bodoh!!
Akhirnya, mereka malah bertengkar di bawah
hujan. wkwkwkw.
=
Episode 04 =
The
Broken Door
Hujan udah reda. Keduanya juga udah puas
bertengkar. Sekarang, Gorya pergi untuk membeli handuk untuk Thyme. Dia
benar-benar basah kuyup. Gorya sedikit menyindir dengan bertanya, gimana
rasanya berlagak keren menunggu ditengah hujan? Meski sarkas, tetap saja Gorya
khawatir kalau dia sakkit. Sebagai bentuk permintaan maafnya juga, dia
memberikan Thyme teh botol. Dasar Thyme! Padahal dia suka dengan perhatian
Gorya, eh, dia malah sok jual mahal dengan bilang hanya minum teh Earl Grey
atau Darjeeling. Gorya yang kesal dengan sikap sok jual mahalnya, mau mengambil
teh-nya kembali. Tapi Thyme nggak kasih dan langsung meminum teh-nya.
Baju Gorya juga basah kuyup dan dia
mengeringkannya hanya dengan memeras. Dia beralasan kalau hari ini cukup
berangin, jadi bisa kering sendiri sebentar lagi. Thyme mana tega dan
memberikan kembali handuk yang diberikan Gorya. Udah gitu, Thyme masih ingin
jalan-jalan dengan Gorya. Dia mengungkit kalau Gorya sudah membuatnya menunggu
lama dan basah kuyup, tanpa memberi kabar. Karena rasa bersalah, Gorya akhirnya
setuju untuk menemaninya jalan-jalan.
Masalahnya, saking kayanya, Thyme kayaknya
nggak pernah ke tempat begituan. Jadi, yah gitu, norak. Hahahah. Contohnya, ada
patung pakai topi caping. Thyme tertarik dan mau berfoto sama patung itu dan
mencoba mengambil topi caping yang merupakan bagian dari patung. Yah, mana
bisalah, kan memang topinya satu cetakan sama si patung. Gorya yang malu,
langsung meninggalkannya. Terus, waktu Gorya tertarik dengan promosi gratis
yang dberikan maskot beruang dan si maskot mau berpelukan dengannya, Thyme
langung marah dan menghalangi. Dia malah memaksa si maskot untuk memeluknya
saja sambil marah-marah menyebutnya oportunis.
Gorya beneran dibuat capek sama tingkah Thyme.
Thyme nggak terima di marahi dan balas mengomeli Gorya yang mudah tertiup dan
jangan cepat puas dengan barang gratis! Emangnya gratisan apa yang sepadan
dengan dipeluk si maskot?! Baru saja mengomel, sikap Thyme langsung berubah
saat melihat brosur gratis yang diberikan si maskot adalah promo pasangan
kekasih untuk melihat matahari terbenam. Menarik!!
Tanpa membaca baik-baik isi brosur, Thyme
langsung menghampiri petugas dan bilang mau promosi ini. Si petugas langsung
mengarahkannya untuk mengantri di pintu masuk kincir ria / bianglala. Wajah
Thyme langsung pucat. Dia takut ketinggian. Gorya menyadarinya dan mengejeknya
yang takut tinggi. Thyme nggak terima dan merasa tertantang! Untuk membuktikan
diri dia nggak takut tinggi, dia nekat mengajak Gorya naik kincir ria.
Endingnya? Diatas,
dia teriak-teriak ketakutan dan begitu turun, dia langsung muntah-muntah. Gorya
makin merasa bersalah. Dia kan hanya bercanda tadi, mana dia sangka Thyme
terpancing. Ya udah, sebagai permintaan maaf, dia yang traktir makan malam.
Thyme setuju dan mengajak Gorya untuk makan di restoran terdekat. Gorya
paniklah, soalnya makanan di restoran itu sangat mahal. Untuk satu porsi Tom
Yum Koong saja harganya 549 baht. Dia langsung menarik Thyme ke belakang pintu
darurat untuk berdiskusi.
Bagi Thyme, harga Tom Yum Koong itu nggak
mahal. Tapi, berbeda dengan Gorya. Dengan 500 baht (sekitar 215-an ribu rupia),
dia bisa membeli makanan layak untuk satu keluarganya. Thyme yang kelihatan
udah lelah, nggak mau berdebat dan bilang dia saja yang bayar. Nah, pas mau
keluar, mereka baru sadar kalau pintu daruratnya terkunci. Mereka terjebak di
sana. Mau teriak bagaimanapun, tidak ada yang mendengar. HP Gorya juga rusak.
HP Thyme kehabisan baterai.
Lebih parahnya, Thyme demam. Untungnya, di
dalam tas Gorya ada obat penurun panas dan sebotol air yang sisa setengah.
Kayak anak kecil, Thyme menolak minum obat itu karena dia hanya minum obat yang
diresepkan dokter. Kali ini, Gorya nggak mau mendengar rengekannya dan
memaksanya untuk meminum obat tersebut. Dia juga membiarkan Thyme berbaring di
pahanya. Dia benar-benar menjaga Thyme dan hal itu membuat Thyme semakin
tersentuh dan menyukainya.
Hubungan keduanya jadi agak membaik. Thyme
mulai penasaran akan kehidupan dan keluarga Gorya. Dia masih sulit percaya
kalau 500 baht bisa digunakan untuk memberi makan 1 keluarga Gorya. Membicarakan
mengenai keluarga, Gorya jadi cemas karena seluruh keluarganya pasti panik
sekarang karena putri mereka tidak pulang. Sangat berbeda dengan kehidupan
Thyme. Dia bercerita kalau tidak akan ada yang peduli meskipun dia hilang
beberapa hari atau melakukan apapun diluar. Satu-satunya yang peduli padanya
hanyalah kakaknya, tapi kakaknya selalu menendangnya.
Gorya mulai menceritakan mengenai adiknya.
Adiknya sekarang jauh lebih tinggi daripadanya dan setiap kali mereka
bertengkar, dia selalu kalah. Thyme membalas kalau tidak mungkin ada yang bisa
mengalahkan Gorya, soalnya Gorya saja berani padanya. Gorya membalas lagi, itu
artinya, adiknya jauh lebih hebat daripada Thyme. Pembicaraan sederhana itu
membuat mereka sedikit lebih memahami diri masing-masing.
Gorya juga memberanikan diri untuk bertanya,
alasan Thyme menyakiti orang-orang dengan kartu mereah. Entah Thyme
melakukannya serius atau tidak, tapi yang mereka lakukan cukup parah. Dia juga
masih di bully belakangan ini.
“Mulai sekarang… akan kubatalkan kartu merah,”
ujar Thyme.
Gorya beneran senang dan mengajak Thyme untuk
melakukan janji kelingking. Eh, belum melakukannya, Thyme malah udah ketiduran
dan ngigau mau kaviar.
--
Mereka menghabiskan malam bersama akhirnya.
Yang bangun duluan adalah Thyme. Tapi, begitu bangun, dia malah mau lanjut
berbaring di paha Gorya lagi. Sayangnya, gagal, soalnya petugas CS keburu
datang dan membuka pintu. Takut disalahpahami kalau mereka melakukan tindakan
‘nggak bener’ mereka langsung kabur.
Thyme mengantar pulang Gorya sambil mengeluh
kalau kencannya melelahkan, tapi dengan wajah tersenyum. Gorya nggak setuju
kalau jalan-jalan merekan disebut kencan, karena dia melakukannya dengan
paksaan. Walau begitu, tetap saja wajah Gorya kelihatan sedikit senang dengan
‘jalan-jalan’ mereka.
“Gorya, aku makin mengenalmu hari ini. Ayo
berkencan lagi,” ujar Thyme, sebelum pergi.
“Tidak!”
“Ya!”
Awh, so
cute melihat perdebatan kecil seperti ini. Gorya juga sambil tersenyum
menyuruh Thyme pergi sembari melemparkan handuk yang dibelinya kemarin untuk
Thyme. Lucu ^^
And, dari jauh, seseorang memotretnya. Ada
yang memata-matainya.
Hidup itu memang penuh hal nggak terduga.
Seperti roller-coaster, naik ke atas dengan lambat, namun turun dengan kencang.
Setelah mulai merasa bahagia, Gorya malah harus mendengar berita buruk. Dia
tanpa sengaja mendengar ayah, ibu dan adiknya membahas hutang.
Jadi, ayahnya mengambil pinjaman dari rentenir
yang mempromosikan usahanya melalui brosur yang ditinggalkan di sepeda. Ayah
menemukan brosur itu dan Kla Khao melihatnya. Dia langsung melapor ke Ibu. Sayangnya,
sudah terlambat. Ayah sudah mengambil pinjaman dan baru – baru ini, rentenir ke
kantor untuk menagih. Jika tidak membayar bunganya, mereka akan datang ke
rumah. Alasan ayah mengambil pinjaman karena kakek sakit dan butuh uang. Dan
juga, pinjaman itu baru jatuh tempo 2 pekan lagi, namun, rentenir malah
memajukan tenggat waktu. Ini sama saja seperti pemerasan.
Mau gimanapun ayah membela diri, tetap saja
tindakannya salah. Harusnya, dia memberitahu masalahnya pada mereka. Bagaimana
bisa dia mempercayai rentenir? Mereka itu mafia! Ayah dan Ibu hampir saja
bertengkar kalau Gorya tidak menengahi. Semua sudah terlanjur. Sekarang, mereka
harus memikirkan cara untuk membayar hutang ayah.
Gorya mengira nominalnya masih dalam angka
yang wajar. Siapa sangka kalau ayahnya meminjam 35.000 baht (sekitar 15jt-an).
Itu nominal yang sangat besar bagi keluarga mereka. Bahkan uang tabungan Gorya
saja tidak sampai 5000 baht. Kalau dalam keadaan begini, dia langsung teringat
sama Ren yang selalu ada di saat dia membutuhkan.
Dan sekarang, Ren nggak ada. Dia harus
berjuang sendirian. Setelah memberanikan diri, Gorya pergi ke tempat rentenir
sambil membawa sekop sebagai senjata perlindungan diri. Kantor rentenir itu
sendiri adalah sebuah klub malam. Dia datang untuk mengangsur hutang ayahnya.
Untuk sekarang, dia hanya punya sekitar 2000 baht. Sisanya akan dibayarkanya di
akhir bulan.
Bos rentenir menawarkan cara lain bagi Gorya
untuk membayar hutang, yaitu dengan menjadi gadis bar. Image gadis bar kan
terdengar negatif, jadi Gorya menolak. Si bos nggak nyerah dan menjelaskan
kalau tugas gadis bar hanya menemui pengunjung untuk minum dan menuangkan
minuman. Semakin banyak si pengunjung minum, makin banyak uang yang akan Gorya
kumpulkan. Dan juga, di barnya ini, dia sudah membuat laporan kalau pengunjung
tidak boleh menyentuh, meraba dan melecehkan secara seksual. Jadi, tidak perlu
khawatir.
Setelah berbagai pertimbangan, Gorya akhirnya
setuju untuk bekerja. Namun, tentu saja, dia tidak boleh mengenakan pakaian
santai dan harus memakain dress mini tidak berlengan yang sudah disediakan si
rentenir.
Pengunjung yang harus dilayani oleh Gorya
adalah seorang pria tua. Dia menggunakan nama Yaya sebagai identitasnya. Dan
selama bekerja, Gorya beneran menjaga jarak. Dia nggak mengizinkan pria tua itu
untuk menyentuhnya sedikitpun. Di dinding kan juga ada peraturan yang tertempel
agar tidak menyentuh. Jika macam-macam, dia akan menerima bogemannya!! Sikap kuat Gorya malah membuat pria tua semakin
bersemangat.
Sudah berjam-jam Gorya di sana dan hanya duduk
melihat pria tua dan teman-temannya joget. Dia beneran capek. Bukan hanya dia
yang capek, si pria tua juga capek menghadapi Gorya yang menolak untuk di
sentuh. Akhirnya, dia berteriak pada temannya untuk menunjukkan gimana
bersenang-senang dengan gadis bar. Gorya shock. Dia udah di tipu. Tempelan
aturan yang ada di sana adahal palsu.
Emosi Gorya memuncak. Saat si pria tua
mendekatinya, dia langsung menendang dan mencekiknya agar nggak macam-macam.
Setelah puas, dia pergi sambil menitipkan pesan sama pekerja bar untuk
menyampaikan ke bos mereka, dia berhenti. Dia akan mencari uang sendiri untuk
membayar hutang ayahnya!
--
Esok hari,
Gorya beneran menyesal sudah tertipu ucapan
manis si bos rentenir. Makanya, saat semua orang disekitarnya tiba-tiba
mendapat notifikasi dan semua mata tertuju padanya, Gorya jadi parno sendiri.
Mana hp-nya mati, jadi dia nggak bisa tahu apa yang dibicarakan orang-orang.
Dia takut orang-orang tahu dia menjadi gadis bar kemarin malam, meskipun dia
nggak melakukan apapun.
Tiba-tiba saja, Hana mendekatinya dan
menunjukkan video Gorya yang beredar yang menjadi bahan gosip saat ini. Video
saat Gorya diantarkan pulang sama Thyme. Pas pula Thyme muncul bersama MJ dan
Kavin sembari mengumumkan kalau dia dan Gorya berkencan. Dia juga sudah
membatalkan kartu merah pada Gorya.
“Artinya, mulai sekarang Gorya tidak boleh
disentuh. Paham?” umumkan Thyme.
Gorya senang sih kartu merah di cabut, tapi
dia nggak terima kalau Thyme bilang mereka berkencan. Sebelum mereka berdebat
di depan umum, Kavin mengajak mereka untuk bicara saja di kantin, tempat khusus
mereka. Thyme setuju dan menarik tangan Gorya agar mengikutinya. Dan Gorya
menarik tangan Hana agar ikut bersamanya. Dengan cepat, gosip keduanya yang
berkencan menyebar melalui medsos.
Sebelum mulai berbincang, MJ menanyakan nama
Hana sembari menyuruhnya untuk tidak takut lagi pada mereka. Kebetulan, Kavin
membaca nama Hana yang tertulis di buku cetak yang sedang di pegangnya :
Vidalha Malakarn. Nama keluarganya terdengar tidak asing. Begitu Kavin hendak
membahas nama keluarganya, Hana langsung mengalihkan pembicaraan dengan
menanyakan kebenaran, apa mereka benar-benar berkencan? MJ dan Kavin juga kepo.
Sudah diduga, Thyme membenarkan dan menyuruh
Gorya untuk jujur. Gorya secara tegas menyatakan kalau dia dipaksa, jadi tidak
bisa dihitung kalau mereka berkencan. Thyme mau nggak mau setuju.
Kesalahpahaman sudah diluruskan. Kavin kali ini dengan blak-blakan mulai
menanyakan perasaan Gorya pada Ren. Dia menyukai Ren kan? Tapi, dia malah
berkencan dengan Thyme. Dia nggak mau kalau teman-temannya bertengkar.
MJ bukannya mendukung Kavin, malah mengejeknya
yang begitu khawatir. Ren dan Thyme itu udah dewasa. Mereka nggak akan
bertengkar seperti anak-anak yang memperebutkan boneka. Kavin tetap khawatir.
Yang dibicarakan sekarang itu orang, bukan boneka.
“Hentikan. Jangan teralihkan. Hari itu aku
memaksanya keluar dan dia pergi denganku. Perasaannya adalah urusannya.
Berhentilah menekannya dengan pertanyaanmu. Lihat, dia mulai tidak nyaman.
Tolong hormati dia,” bela Thyme.
Kavin dan MJ melongo. Woaah, tidak sangka
Thyme sudah dewasa. Mari, beri tepuk tangan. Plok. Plok. Plok. Ya udah, kalau
Thyme nggak mau membahas topik ini, dia nggak akan melakukannya.
Lagi asyik mengobrol, tiba-tiba Gorya bersin.
Thyme langsung ngomel-ngomel kalau Gorya pasti tertular flu darinya soalnya
mereka kan bermalam bersama. Takut orang – orang akan salah paham, Gorya
memarahi Thyme karena menggunakan kalimat yang ambigu seperti itu. Ini semua
ngggak seperti yang dibayangkan dan tidak terjadi apapun. Eh, Kavin dan MJ malah
tersipu malu dan tertawa. Gorya semakin malu dan akhirnya menarik Hana untuk
pergi dari sana.
Hana sama penasarannya seperti MJ dan Kavin.
Dan untuk ke sekian kalinya, Gorya menegaskan kalau tidak ada yang terjadi
antara dia dengan Thyme.
Setelah Gorya pergi, Kavin dan MJ mengajak
Thyme untuk bicara serius. Mereka menanyakan keseriusan Thyme pada Gorya.
Mereka bukannya nggak setuju, tapi, jika dia serius dengan Gorya, hidupnya akan
sangat rumit. Keluarganya tidak akan setuju. Selama ini, setiap kali Thyme
terkena masalah, mereka akan membantu memperbaikinya dan tidak pernah
menghentikannya. Kali ini, mereka hanya ingin memperingati Thyme agar tidak
gegabah.
Mereka juga mengingatkan gimana saat Thea,
kakak Thyme di paksa untuk menikah dengan pria pilihan Ibunya. Jika Ibu Thyme
sampai tahu dia mengejar Gorya, hidupnya akan berantakan.
“Jika aku tidak mencoba, bagaimana aku tahu?”
tanya Thyme.