Ternyata Rang Rang Menyukai Bunga Matahari
Jiang Jia datang ke konser Qian Yu dengan penampilan yang amat berbeda daripada biasanya. Dia memakai heels dan dress. Sangat cantik hingga membuat Gu Ran terpesona. Mereka duduk sebelahan dengan Guan Fang sementara Lu Rang duduk di belakang karena datang terlambat. Sambil menunggu giliran Qian Yu tampil, Gu Ran membuka pembicaraan dengan menanyakan alasan kenapa Jiang Jia bisa menyukai Qian Yu.
Jiang Jia bercerita bahwa awalnya dia hanya kagum saat melihat Qian Yu bermain gitar dengan fokus dan serius. Lalu, setelah berteman dengannya, dia jadi tau kalau Qian Yu mempunyai sifat yang baik dan prestasinya juga bagus. Setelahnya, dia semakin menyukai Qian Yu karena Qian Yu menolongnya ketika dia dalam masalah. Itu adalah hari di saat Gu Ran sibuk bermain basket dan tidak bisa mengantarnya pulang (itu asumsi Jiang Jia). Saat itu untuk pertama kalinya, dia merasakan kelembutan Qian Yu. Matahari terbenam yang mereka lihat hari itu adalah matahari terindah yang dilihatnya. Setelahnya, dia mulai merasakan perasaan berbeda dan terasa unik. Dia jatuh cinta pada Qian Yu.
Ah, begitu mendengarkan jawabannya, ada bagian di sudut hati Gu Ran yang terasa pedih. Mungkin, sebuah rasa penyesalan. Hari itu, saat Jiang Jia memintanya untuk mengantarkannya pulang, Gu Ran menyadari bahwa dia ‘datang bulan’. Makanya, dia meminta Jiang Jia menunggu sebentar. Dia bukan pergi bermain basket, melainkan ke kantin untuk membelikannya pembalut, meskipun dia merasa malu karena dilihat siswi perempuan. Saat dia kembali, Jiang Jia sudah tidak ada di sana.
Andaikan saja hari itu dia mengatakan dengan jelas alasannya meminta Jiang Jia menunggu, mungkin saja, Jiang Jia tidak akan jatuh cinta pada Qian Yu. Mungkin, perasaan Jiang Jia pada Qian Yu hanya akan berakhir dengan sebatas rasa kagum. Namun, semua sudah terjadi. Gu Ran juga tidak berniat untuk memberitahu yang sebenarnya. Sekarang, dia hanya tidak ingin Jiang Jia merasa menyesal sama seperti dirinya karena terlambat.
Dia membawa Jiang Jia ke belakang panggung dan mendukungnya untuk bertemu dengan Qian Yu. Jiang Jia memberanikan dirinya dan memberikan surat yang sudah di tulisnya. Qian Yu berterimakasih atas surat yang diberikan Jiang Jia. Dia juga bilang kalau Jiang Jia sangat mirip seperti adiknya. Entah kapan mereka akan bertemu lagi, namun dia berharap agar Jiang Jia cepat dewasa dan bertemu dengan orang yang tepat. Ucapan-ucapan dan doa-nya, membuat Jiang Jia sadar bahwa bagi Qian Yu, dia hanyalah seorang adik. Tidak lebih. Dan dia tidak ingin merusak hubungan mereka karena sebuah surat yang sudah ditulisnya. Karena itu, dia mengambil kembali surat itu dengan alasan bahwa ada banyak kesalahan tulis di dalamnya dan dia akan merevisinya sebelum memberikan kembali surat tersebut.
Gu Ran yang memperhatikan dari jauh, tidak merasa bahagia. Sebaliknya, dia merasa sedih karena Jiang Jia gagal menyatakan perasaan. Meski begitu, dia punya caranya untuk menghibur Jiang Jia. Dia membelikannya sandal, agar dia bisa berjalan lebih nyaman. Dia berujar bahwa Jiang Jia sama seperti bintang di langit. Setidaknya ada dua milyar bintang di langit, namun, tidak ada satupun bintang yang sama seperti yang lain. Itu sama seperti Jiang Jia, tidak ada duanya meskipun tidak sempurna. Dia tidak perlu memakai sepatu yang tidak cocok dan menjadi orang lain karena dia yang tiada duanya juga sedang mengeluarkan cahaya.
Perkataan yang sangat menghibur Jiang Jia yang sedang patah hati.
Tidak terasa hari ini adalah hari kepergian Qian Yu ke luar negeri. Gu Ran dkk memutuskan untuk mengantarkannya ke bandara. Jiang Jia juga ikut. Dan sebagai pengganti surat, dia memberikannya origami bintang ke-1000 yang menandakan keberuntungan. Qian Yu tersenyum dan berterimakasih. Hm, tampaknya, Qian Yu juga menyadari bahwa Gu Ran menyukai Jiang Jia.
Begitulah cinta pertama Jiang Jia berakhir.
Waktu terus berlalu dan tidak terasa mereka sudah melewati ujian akhir. Seperti biasa, Zai Zai lebih fokus memeriksa peringkat Lu Rang sementara Lu Rang memeriksa peringkat Zai Zai. Ini sudah seperti kebiasaan mereka saja. Hasil ujian kelima sekawan cukup bagus. Jadinya, mereka merencanakan untuk menghabiskan liburan musim panas dengan pergi ke Baichuan.
Lu Rang langsung minta izin ke paman dan Ibunya yang datang ke Jiangyi untuk memeriksa nilai ujian. Ibu menolak memberikan izin dan menyuruhnya untuk lebih fokus belajar karena sudah naik ke kelas 2 SMA. Dia juga tidak puas dengan nilai ujian Lu Rang. Di matanya, nilai Lu Rang memang selalu kurang, mau sekeras apapun usaha Lu Rang dalam belajar. Sambil mengomel, Ibu memberikan udang ke piring Lu Rang. Pamannya, guru Lin, membujuk kakaknya untuk tidak bersikap demikian karena nilai Lu Rang sudah termasuk bagus karena soal memang sulit. Ibu tidak setuju dan mulai membandingkan nilai Lu Rang dengan Lu Li.
Lu Rang sepertinya lelah dengan tuntutan Ibunya. Selama ini, Ibunya selalu menuntut tanpa memedulikan pendapatnya. Dan untuk kali ini, Lu Rang mengemukakan pemikirannya. Dia memberitahu Ibunya bahwa sejak dia pindah ke Jiangyi, nilainya tidak pernah menurun. Dan juga, dia alergi terhadap udang.
Begitu mendengar kalau Lu Rang alergi terhadap udang, Ibu langsung panik dan mengambil kembali udang yang diberikannya. Ibu tidak mau mengakui kesalahannya dan beralasan bahwa dia lupa karena tadi fokus membahas nilai Lu Rang. Huft, padahal nampak sekali kalau Ibu memang tidak tau karena memang dia tidak pernah memperhatikan Lu Rang.
Mungkin karena rasa bersalah dan bujukan dari Guru Lin, akhirnya Ibu memberi izin pada Lu Rang untuk liburan ke Baichuan bersama teman-temannya. Suasana hati Lu Rang yang sempat memburuk kemarin saat bicara dengan Ibunya, langsung berubah drastis begitu bertemu teman-temannya. Teman-temannya ibarat air di kehidupannya yang kering akan perhatian dan kasih sayang.
Perjalanan mereka amat sangat menyenangkan. Tidak hanya bagi Lu Rang, tetapi bagi semuanya. Ada banyak hal yang mereka lakukan. Mulai dari bermain ke pantai, makan ice cream dan bermain kembang api. Hari-hari itu berlalu dengan amat sangat menyenangkan.
Masalah datang di hari-hari terakhir liburan mereka. Dompet Jiang Jia hilang dan di dalamnya bukan hanya ada uang Jiang Jia tetapi juga uang Gu Ran yang dititipkan padanya. Makanya, Jiang Jia makin merasa bersalah meskipun tidak ada satupun yang menyalahkannya. Malahan, semua berusaha menghiburnya. Hm, atau mereka cari saja uang yang hilang dengan kerja sampingan. Lebih baik mencoba pengalaman baru.
Kebetulan sekali, sebuah EO sedang mencari pekerja part time untuk membagikan brosur terkait konser Festival Musik Baichuan yang akan dilakukan besok. Jiang Jia dan Gu Ran kebagian untuk memakai baju boneka. Lu Rang dan Zai Zai kebagian tugas untuk membantu menyusun tenda. Lagi kerja, seorang pekerja meminta bantuan Zai Zai untuk mengambilkan barang yang tertinggal di ruangan.
Itu bukan tugas yang berat, tapi Zai Zai malah nyasar pas mau kembali. Dia buta arah. HAHAHAHA. Lu Rang jelas khawatir karena Zai Zai pergi terlalu lama dan tidak bisa dihubungi. Zai Zai mulai panik karena tidak bisa menemukan pintu keluar yang tepat. Semua pintu yang dia temukan, terkunci. Lampu lorong juga mendadak rusak dan berkedap-kedip. Kemudian, terdengar suara menyeramkan. Zai Zai langsung berteriak ketakutan dan berlari kencang. Untunglah Lu Rang menemukannya. Lu Rang juga membawanya pergi memeriksa asal suara menyeramkan. Dan ternyata asalnya dari sebuah ponsel milik seseorang yang tertinggal. HAHAHAHA. (Btw, Guan Fang nggak diperlihatkan membantu apaan)
Pekerjaan sudah selesai dan mereka mendapatkan uang. Hm, sekarang mereka malah bingung, besok mau kemana. Ah, tiba-tiba saja mereka kepikiran untuk nonton Festival Musik saja. Tidak buang waktu, mereka langsung pergi menemui atasan mereka barusan untuk membeli tiket. Uang mereka kurang, namun, setelah bujuk rayu, akhirnya atasan itu mau menjual tiket secara murah pada mereka.
Di malam hari, Lu Rang mendapat telepon dari Ibunya. Ibu mengeluh karena Lu Rang baru pulang lusa sehingga les bahasa inggris yang sudah dia jadwalkan, jadi kacau. Dia juga lagi-lagi membandingkan Lu Rang dengan adiknya. Lu Rang benar-benar tertekan.
Di saat itu, Zai Zai memangilnya dan mengajak makan es potong bersama. Seperti biasa, Zai Zai yang ceriwis mulai menceritakan kehidupannya dan menanyakan keluarga Lu Rang. Zai Zai adalah anak tunggal, sehingga setiap membeli es potong, dia selalu menghabiskannya sendiri (es potongnya itu, yang satu es tapi ada dua tangkai stik es, jadi bisa dibagi). Jadi, dia mau tau apakah Lu Rang juga anak tunggal?
Lu Rang bercerita kalau dia punya adik. Dia berujar kalau adiknya lebih baik dari dari dia. Zai Zai tidak setuju karena menurutnya, Lu Rang sudah amat baik. Dia juga yakin kalau Lu Rang lebih tampan dari adiknya.
“Mungkin hanya kau yang merasa begitu,” ujar Lu Rang.
“Kau bilang, hanya aku yang merasa kau lebih baik daripada adikmu. Aku tidak hanya merasa kau lebih baik dari adikmu, aku bahkan akan selalu merasa seperti itu. Jika dia mendapat 100 point, maka kau akan dapat 101. Selamanya, aku akan menyimpan satu point khusus ini untukmu,” ujar Zai Zai, yakin.
Ah, Zai Zai memang adalah orang yang tepat bagi Lu Rang yang selama ini selalu merasa tidak percaya diri.
Guan Fang, Jiang Jia dan Gu Ran sedang bermain kartu bersama. Saat sedang bermain, Gu Ran mendapat pesan dari Qian Yu. Jiang Jia otomatis langsung ikut membaca pesannya. Hm, sepertinya itu keputusan yang salah karena di pesannya, Qian Yu bercerita kalau dia sudah menemukan orang yang tepat untuknnya. Qian Yu sudah punya pacar. Begitu membaca pesan itu, Jiang Jia langsung pamit kembali ke kamar.
Zai Zai melihatnya yang tampak linglung dan mengajaknya ke atap untuk berbincang. Jiang Jia tidak sedih karena Qian Yu sudah punya pacar. Dia cuma tidak menduga saja kalau jodoh bisa datang tiba-tiba. Dia memuji pacar Qian Yu yang sangat cantik dan Qian Yu yang tampak bahagia. Jiang Jia benar-benar sudah menganggap Qian Yu hanya sebatas ‘kakak’ sekarang. Saat sedang bicara, matanya tiba-tiba kelilipan debu.
Eh, kebetulannya Guan Fang lagi ke atap untuk mencari sinyal guna menelpon Neneknya. Tidak sengaja dia melihat Zai Zai dan Jiang Jia yang sedang mengucek mata. Dia salah paham mengira Jiang Jia menangis dan menceritakannya ke Gu Ran. Gu Ran jadi salah paham juga, mengira Jiang Jia masih sangat menyukai Qian Yu dan lagi patah hati.
Besok harinya, di festival musik,
Zai Zai dkk melakukan face painting. Guan Fang minta di gambarkan awan putih di wajahnya karena dia suka kebebasan. Jiang Jia mau bintang. Gu Ran ikutan mau bintang juga. Zai Zai meminta di gambarkan matahari karena julukannya adalah matahari kecil. Sangat cocok dengan musim panas. Lu Rang minta di gambarkan bunga matahari. Zai Zai mengira Lu Rang menyukai bunga matahari, ah, tapi aku menebak alasannya karena dia menyukai Zai Zai.
Semua terlihat senang dan sangat menikmati konser yang berlangsung. Untuk saat seperti ini, Lu Rang terlihat seperti remaja sesungguhnya. Penuh semangat dan kegembiraan.
Epilog,
Zai Zai membuat rekaman dengan handycam di lapangan festival. Tentu saja, yang menjadi fokusnya adalah Lu Rang.
“Ternyata bunga matahari dan matahari saling menyinari satu sama lain,” bisiknya ke kamera.