Perasaan yang Tidak Dapat Aku Abaikan Ini Dinamakan Berdebar-debar
Hari ini, ada tamu datang ke sekolah yaitu seorang dosen psikologi dari Universitas Jiangyi yang akan memberikan seminar untuk para siswa di aula. Siswa-siswi dibebaskan untuk memilih mengikuti seminar atau tidak. Jika tidak, mereka harus belajar mandiri.
Gu Ran memilih tidak ikut karena merasa tidak ada gunanya mendengar teori-teori psikologi. Pasti membosankan! Ah, tapi begitu tau kalau Jiang Jia akan mengikuti seminar tersebut, Gu Ran langsung berubah pikiran. Dia mau ikut, toh tidak ada ruginya menambah ilmu.
Ternyata ada cukup banyak siswa yang menghadiri seminar. Sang dosen juga sangat pandai menyampaikan materi. Di akhir sesi, dia mulai menanyakan penyanyi favorit mereka. Mayoritas menjawab Jay Chou. Dosen mulai membahas lagu Jay Chou yang berjudul “Her Eyelashes.” Saat dia masih SMA, dia sering meminta siaran sekolah untuk memutar lagu tersebut. Dia suka menghafal sementara teman sebangkunya suka tidur siang. Setiap dia menutup buku dan menghafal, dia dapat melihat bulu mata panjang teman sebangkunya. Hasilnya, dia sulit menghafal. Dia tidak tau apa alasannya bisa demikian, apakah karena pengaruh lagu atau apa. Hingga kemudian, dia mengenal satu kata ‘berdebar-debar.’ Dia jatuh cinta pada teman sebangkunya itu. Dan tanpa sadar, jika kita mencintai seseorang, sorot mata kita akan selalu mengikuti orang tersebut. Sekalipun dia tersenyum atau tiba-tiba saling bertatapan, semua yang memiliki perasaan ini pasti sadar, kalau hati akan menjadi tidak kunjung tenang. Beberapa orang disini pasti merasakan perasaan demikian sekarang. Itu hal yang wajar bagi remaja.
Dan sama seperti yang dikatakan oleh dosen tersebut, itulah yang dirasakan oleh Gu Ran saat melihat Jiang Jia sekarang. Namun, dia malah terus menyangkal. Dia sok kesal sama orang yang diam-diam suka. Dia juga malah berlagak kalau suka seseorang, dia akan heboh hingga semua orang tau. Ckckck, padahal buktinya tidak. Lu Rang memang lebih jujur, karena dia mengakui bahwa dia adalah tipe orang yang menyukai diam-diam. Lu Rang juga menasehati Gu Ran agar lebih mengenali diri sendiri dulu.
Nasehat Lu Rang memang tidak salah, karena Gu Ran benar-benar harus memahami diri sendiri. Dia jelas-jelas menyukai Jiang Jia secara diam-diam. Saat lagi belanja snack, dia mengumumkan akan mentraktir mereka karena baru menerima hadiah kompetisi. Dia melakukan itu karena tau Jiang Jia kehabisan uang jajan.
Saat lagi menuju kelas, dia salfok sama jepitan rambut yang dipakai seorang siswi. Guan Fang mengira Gu Ran memuji siswi itu, tapi Gu Ran ternyata membahas jepitannya yang bagus dan mirip seperti punya Jiang Jia. Dia juga memuji kalau jepitan itu lebih bagus saat di pakai Jiang Jia. Duhhh! Dia benar-benar sudah jatuh cinta.
Ketika pulang sekolah, dia menanyakan kenapa Jiang Jia tidak pulang bersama mereka? Zai Zai menjawab kalau Jiang Jia pergi menemui kak Qianyu untuk melakukan hal penting. Begitu mendengar jawaban itu, Gu Ran langsung kembali ke sekolah dengan alasan kalau buku PR-nya ketinggalan. Sebenarnya, dia pergi mencari Jiang Jia. Jiang Jia diam-diam masuk ke kelas Qian Yu untuk memberikan hadiah origami bintang yang sudah dilipatnya hingga memenuhi satu toples. Makanya, Jiang Jia kaget saat mendengar langkah kaki. Eh, ternyata yang masuk adalah Gu Ran.
Gu Ran kemudian mengatai Jiang Jia bodoh karena memberikan hadiah tanpa menuliskan nama. Jiang Jia menjawab kalau itu tidak penting, yang terpenting adalah barangnya. Dia juga membalas kalau Gu Ran tidak bakal mengerti karna tidak pernah menyukai orang lain. Ah, padahal ada. Gu Ran menyukai Jiang Jia, hanya saja dia juga sama penakutnya seperti Jiang Jia, tidak berani mengaku.
Saat mau pergi dari sana, mereka tanpa sengaja menjatuhkan buku-buku di atas meja Qian Yu. Saat itulah, Jiang Jia menemukan formulir permohonan transkrip nilai Qianyu untuk keperluan studi keluar negeri. Saat tau kalau Qianyu akan pindah keluar negeri, Jiang Jia langsung sedih.
Qian Yu tidak menyembunyikan hal ini. Begitu urusan administrasinya sudah selesai, di akhir kelas klub drama, Qian Yu mengumumkan kepindahannya. Dia akan pindah beberapa minggu lagi dikarenakan orang tuanya pindah lokasi kerja. Ah, karena ini sudah pasti, Jiang Jia semakin sedih. Dan setelah memikirkannya semalaman, Jiang Jia membuat keputusan kalau dia akan menyatakan cinta pada Qian Yu. Selama ini, dia merasa waktu bersama Qian Yu masih lama, makanya dia memberikan bintang diam-diam dan ingin mengenal secara perlahan. Namun, sekarang sudah tidak ada waktu lagi dan dia juga tidak ingin ada penyesalan.
Seperti yang sudah dia putuskan, malamnya, Jiang Jia sibuk menulis surat cinta untuk Qian Yu. Setelah selesai, besoknya dia menunjukkan surat itu ke Zai Zai untuk minta pendapat. Zai Zai memuji isi suratnya yang cukup bagus. Lagi fokus membaca surat, mendadak ketua kelas datang untuk mengumpulkan buku PR. Panik, mereka langsung menyembunyikan surat di dalam buku dan tanpa sadar bukunya malah dikumpulkan ke ketua kelas. Saat sadar, mereka langsung panik dan berlari kencang untuk menyusul ketua kelas. Sayang sekali, mereka terlambat karena bukunya sudah di letakkan di atas meja guru Lin. But, tidak masalah, karena mereka bisa mengambilnya saat jam istirahat siang, ketika ruang guru kosong. Tenang saja, karena guru Lin bukan tipe yang langsung memeriksa PR muridnya.
Sebelum jam istirahat siang, Lu Rang pergi ke ruang guru untuk mengambil kertas ujian kelas 1-1 yang tercampur dengan kelas 1-9. Tidak lama kemudian, Zhenxin menyusul karena guru Zhang menyuruhnya untuk membantu. Ish, padahal dia harusnya membantu menyortir kertas ujian, bukan melihat kertas ujian orang lain. Udah lihat, dia juga mengomentari jawaban ujian Zai Zai yang banyak salah. Lu Rang langsung menegur sikapnya yang tidak sopan karena sudah sembarangan memeriksa nilai orang lain.
Bukannya berhenti, dia malah membela diri dan membandingkan diri lebih baik daripada Zai Zai. Tentu saja, Lu Rang ada di pihak Zai Zai. Setelah memeriksa kertas ujian Zai Zai, dia juga melihat-lihat buku PR Zai Zai. Dan karena itu, dia jadi menemukan surat cinta Jiang Jia untuk Qian Yu. Masalahnya, Jiang Jia belum menulis nama pengirim dan penerima di surat itu, sehingga Zhen Xin berspekulasi itu surat cinta Zai Zai untuk seseorang. Lu Rang langsung mengambil surat itu kembali dan meletakkannya di tempat semula. Untuk kesekian kalinya, dia menegur Zhenxin karena membaca privasi orang lain.
Zhenxin tidak terima. Lu Rang menghela nafas kesal, kemudian menyuruh Zhenxin untuk kembali ke kelas saja, jika tidak ingin membantu. Kesal, Zhenxin pun pergi. setelah Zhenxin pergi, tidak lama Zai Zai tiba. Dia senang karena ketemu sama Lu Rang, tapi juga takut kalau Lu Rang melihat surat di dalam bukunya.
“Tidak,” jawab Lu Rang sambil memegang belakang lehernya.
Lu Rang kelihatannya saja tidak peduli, padahal sebenarnya dia peduli dan cemburu. Dia benar-benar salah mengira kalau surat itu adalah milik Zai Zai dan dia menyukai orang lain yang pandai bermain gitar (di suratnya ada tertulis soal gitar). Dan cemburunya sangat kekanak-kanakkan. HAHAHHA. Jadi kan kelas Zai Zai ada pemeriksaan kesehatan dengan sit-up, kebetulan Zai Zai ada di urutan terakhir. Saat itu, Lu Rang datang untuk meminta kunci ruang perlengkapan basket dari guru olahraga 1-9. Kuncinya ada di ruang guru. Guru pun memutuskan agar Lu Rang membantunya saja untuk mencatat sit-up yang dilakukan Zai Zai, sementara dia mengambilkan kunci di ruang guru.
Nah, Lu Rang kan lagi cemburu, jadi dia bersikap tegas sama Zai Zai. WKWKWKW. Zai Zai berhasil melakukan sit-up sebanyak 30 kali, tetapi Lu Rang bilang hanya 26 kali. Alasannya karena ada gerakan yang tidak benar. Nilai 26 itu hanya sedikit di atas standar. HAHAHAHA.
Saat pulang sekolah, mereka tetap pulang bersama. Namun, Zai Zai bisa menyadari suasana hatinya yang buruk. Lu Rang seperti biasa berbohong kalau dia baik-baik saja. Saat dia berbohong, dia memegang belakang lehernya. Ah, Zai Zai langsung teringat saat dia menanyakan apakah dia melihat surat di bukunya, dia menjawab tidak sambil memegang kepala leher. Zai Zia langsung sadar kalau Lu Rang melihat surat itu.
“Jangan-jangan kau mengira aku menulisnya untuk orang lain, lalu merasa cemburu?” tebaknya. “Hm. Aku harus mengomelimu. Kita sudah les begitu lama. Kau bahkan tidak mengenali tulisanku. Sungguh membuatku sedih. Aku hukum kau baca lagi buku catatanku dengan sangat teliti. Kali ini harus diingat baik-baik. Tentang kau yang membuatku kelelahan saat pelajaran olahraga, aku akan memaafkanmu,” ujarnya dengan ceria.
HAHAHAHHA, setelah mendengarkan itu, Lu Rang langsung tersadar kalau dia sudah salah paham. Dan seperti hukuman yang dikatakan Zai Zai, saat pulang, dia membaca buku catatan Zai Zai untuk melihat tulisannya. Padahal hanya melihat tulisan Zai Zai, tetapi dia sudah tersenyum begitu lebar.
Hari ini, Qian Yu berjumpa dengan Jiang Jia. Dia memberikan tiket pertunjukkan konser musik klasik yang akan diikutinya sebelum pindah. Dia meminta Jiang Jia untuk hadir jika tidak sibuk. Anggap saja sebagai tanda perpisahan. Jiang Jia langsung happy, merasa kalau dirinya ada orang spesial bagi Qian Yu karena hanya dia yang mendapatkan tiket.
Yah, ternyata bukan hanya dia yang dapat. Gu Ran dkk juga dapat. Jiang Jia langsung sedih lagi karena dia tidak seistimewa itu ternyata. Eitt, tapi tidak apa-apa. Dia tetap akan memakai baju terbaiknya untuk datang ke sana. Baju terbaik sudah ada, tetapi sepatu terbaik yang tidak ada. Semua sepatunya adalah sepatu kets. Sedangkan dia berencana memakai dress dan ingin pakai sepatu heels. Dia mau minta Zai Zai menemaninya beli sepatu, tetapi Zai Za ada jadwal les dengan Lu Rang. Dia menyarankan agar Jiang Jia pergi dengan Guan Fang saja sekalian mendengar pendapat dari anak lelaki.
Sayang, Guan Fang besok harus menemani neneknya belanja. Satu-satunya yang tersedia untuk menemani adalah Gu Ran. WKWKWK. Mereka pergi ke sebuah toko dan Jiang Jia tertarik pada sebuah sepatu kets. Namun, dia tidak membeli sepatu itu dan memilih membeli sepatu heels, seperti tujuannya. Setelah kebeli, dia langsung memakainya untuk latihan. Karena tidak terbiasa, dia hampir terjatuh beberapa kali dan Gu Ran sigap menangkapnya.
“Jelas-jelas tidak pernah memakai sepatu hak tinggi, mengapa masih dibeli?” tanya Gu Ran, heran.
Tentu jawabannya, demi Qian Yu. Wajah Gu Ran terlihat sedih, namun, dia tetap bahagia karena Jiang Jia bahagia.
Masalah hati masa muda pada tahun itu bagaikan musim panas yang menampakkan jejaknya.
Zai Zai dan Lu Rang pulang naik bus. Bus sangat ramai dan hanya Zai Zai yang kebagian tempat duduk. Lu Rang memilih untuk berdiri di sampingnya, untuk melindunginya agar tidak terkena tas orang lain yang berdiri.
Jadi, terjadi penyamaran dan kepura-puraan yang amat kentara. Dia membuat zona aman dengan kedua lengannya, tapi menyalahkan keringat di tangannya kepada cuaca yang panas. Sedangkan pertemuan yang kelihatannya hanya kebetulan, hanya salah satu pihak yang tau.
Jiang Jia ingin menyerahkan suratnya, tetapi urung karena melihat Qian Yu yang dikelilingi banyak siswi.
Seperti biasa, Gu Ran menganggunya, namun, itu membuat suasana hatinya menjadi membaik.
Ini sudah diperhitungkan jelas, bahkan melebihi soal matematika. Hadiah yang diberikan setelah mengumpulkan keberanian ditutupi dengan tindakan jahil, diam-diam mengucapkan dalam hati, “Semoga kau senang.”
Zai Zai menjawab soal les dari Lu Rang dan hasilnya memuaskan.
Namun, rasa suka akan selalu terlihat.
Pada sorot mata setiap menatapnya, pada diari yang diam-diam ditulis di bawah lampu meja. Semua momen kecil yang penuh kehati-hatian ini bagaikan permen yang disembunyikan anak kecil di sakunya yang dibuka pada malam hari untuk mencium aroma permennya.
Rasanya, besok semakin layak untuk dinantikan.
Epilog,
Sebagai bentuk perpisahan dari klub drama kepada Qian Yu, mereka mengadakan pesta. Seperti biasa, Zai Zai merekamnnya dengan handycam. Murid pria diminta maju dan akan meniru binatang. Guan Fang meniru ayam. Gu Ran meniru ular. Keduanya amat menjiwai. Sementara Lu Rang, dengan wajah datar hanya mengucapkan “Meong.”