Sinopsis K-Drama : Ms. Hɑmmurɑβi Episode 01 - 1

Images by : JTBC
Dinding sebuah rumah penuh dengan piagam penghargaan atas nama Im Ba Reun. Ibu Ba Reun membangunkan Ba Reun untuk pergi ke acara kencan buta yang sudah di aturkannya. Ba Reun menolak karena dia mau beristirahat hari ini sebelum masuk kerja hari pertama di kantor pengadilan yang baru. Ibu memaksa dengan memelas karena orang yang mengatur kencan buta, Ibu Ji Soo, hendak menaikkan biaya sewa rumah mereka. Ba Reun dengan terpaksa ikut kencan buta.
Dan yang tidak di sangka-nya, dia harus mengikuti kencan buta sebanyak 3 kali dalam satu hari. Ba Reun tentu tidak suka, tetapi dia sudah terlanjur datang dan mau tidak mau terpaksa ikut.
Wanita pertama adalah putri dari Grup Oryong. Penampilan wanita itu sopan dan elegan. Ba Reun mengenal grup tersebut, grup yang sering terlibat kasus penggelapan dan malpatrik. Wanita itu berusaha merendah dengan memberitahu aktivitasnya, seperti merangkai bunga, yoga dan memaksa, serta berlatih bulu tangkis di dua lahan parkir rumahnya. Dan pelatih bulu tangkisnya adalah mantan atlet, Lee Yong Dae. Ibu Ji Soo, si mak comblang, sambil terbelalak mendengar kekayaan yang dimiliki wanita itu.
Wanita kedua adalah putri dari geng Beruang Cokelat  Dapsimni, dimana itu merupakan lembaga peminjaman uang. Ba Reun tahu geng tersebut, itu merupakan usaha rentenir dan yakin kalau pasti mereka melakukan penghindaran pajak. Penampilan kedua terlihat sangat mencolok, cara berbicaranya juga blak-blakan. Dia bertanya mengenai banyak hal mengenai aktivitas hakim seperti apakah hakim selalu di sadap, apakah mereka selalu mengadakan pertemuan rahasia untuk membantu orang berduit dsb. Ba Reun dengan tegas menyindir wanita itu yang pasti sangat sering menonton drama. Wanita itu tersenyum dan menjawab kalau dia menjadi cerewet karena sering mengikuti ibunya dan teman ibu-ibunya untuk mendaki gunung. Ibunya punya hobi untuk mengoleksi gunung.
Wanita ketiga datang bersama dengan ibunya. Wanita itu adalah putri dari anggota kongres yang telah terpilih empat kali dan sekarang akan mencalonkan diri menjadi gubernur. Ibu dan anak itu sangat bahagia bisa bertemu Ba Reun yang adalah seorang hakim, mereka sampai meminta Ba Reun untuk terjun ke dunia politik dan mencalonkan diri sebagai presiden. Dengan begitu, sang anak bisa punya suami seorang presiden.
Dan akhirnya, ketiga kencan buta itu tidak ada yang berhasil menarik minat Ba Reun.
Usai mengikuti kencan buta, Ba Reun pergi ke sebuah kursus piano untuk berlatih. Seorang anak kecil mengejek permainan Ba Reun yang tidak bagus dan kenapa dia selalu memainkan lagu yang sama? Ba Reun menjawab kalau dia hanya ingin memainkan lagu tersebut.
Esok hari,
Ba Reun naik kereta bawah tanah menuju kantor pengadilan. Dia menunggu kereta hingga sampai tempat tujuan sambil membaca buku To Kill a Mockingbird. Ba Reun teringat masa lalunya.

Saat SMA, Ba Reun bergabung dengan klub membaca sebuah perpustakaan daerah. Dia membaca buku To Kill a Mockingbird di dekat jendela dan terlihat keren. Seorang siswi wanita, Park Cha O Reum, melihatnya dan tersenyum. Ba Reun juga sering mengintip O Reum yang sedang membaca di lorong. Kemudian, Ba Reun memberikan buku To Kill a Mockingbird kepada O Reum.
Ba Reun tersenyum mengingat hal tersebut.
Tidak jauh dari tempat duduknya, seorang ahjumma menelpon dengan suara keras sambil memamerkan kekayaannya. Dia punya mobil impor dan karena mobilnya mogok dia terpaksa naik kereta. Dia juga membahas uang yang diberikannya sebagai bantuan sebesar 50.000 dollar. Dia juga menggosipi orang lain dan membahas mengenai anaknya.
Penumpang yang duduk di sebelahnya sampai kesal dan memilih pergi ke gerbong sebelah. Seorang wanita, Park Cha O Reum, melihat bangku tersebut kosong, dan segera duduk di sana.
Ba Reun melihatnya dan kaget karena itu wanita yang di sukainya. Tetapi, dia sedikit ragu.
Ahjumma terus bergossip dengan suara keras seolah tidak menyadari kalau obrolannya itu mengganggu penumpang lain. O Reum tiba-tiba tertawa dan bercerita kepada ahjumma mengenai anjingnya yang jenius karena menggonggong dengan cara berbeda. Ahjumma yang sedang berteleponan, jengkel dan menyebut O Reum orang gila karena menceritakan anjingnya padanya. Dia tidak mau tahu.
"Itu dia. Untuk apa aku mendengar soal anak Anda?" tanya balik O Reum.
Ahjumma terdiam dan baru menyadari kalau semua penumpang menetertawainya. Karena malu, dia segera pergi dari tempat duduknya dan pindah gerbong.
Ba Reun ternganga tidak percaya. O Reum tidak sama dengan O Reum yang dikenalnya saat SMA.
Saat SMA, Ba Reun sempat berbincang dengan O Reum mengenai kursus piano yang di ikuti oleh O Reum. O Reum dengan takut memberitahu kalau dia tidak suka ikut kursus piano karena selama kursus, guru nya terus melakukan sesuatu padanya.
Hujan tiba-tiba turun. Ba Reun melindungi O Reum dengan tas-nya. Tetapi, supir O Reum datang menjemput dengan payung. Dan O Reum pergi bersama supir-nya. Ba Reun hanya bisa memandangi kepergian O Reum.
Kereta sudah mulai penuh. Seorang wanita berdiri di depan O Reum dan terlihat tidak nyaman. O Reum menyadari kalau pria di belakang wanita itu sedang melakukan pelecehan seksual dan O Reum segera merekamnya.
Setelah itu, dia berteriak dengan suara keras memanggil pria itu. Dia memberitahu kalau wanita di depan pria itu terus menggosokkan bokongnya ke tangan pria tersebut. O Reum bahkan menawarkan bantuan untuk membantu pria itu untuk melaporkan sang wanita ke polisi. Pria itu tentu malu, karena dia tahu maksud sebenarnya perkataan O Reum, bahwa dia melecehkan wanita tersebut. Semua orang mulai merekamnya.
Pria itu marah dan mau merebut rekaman di ponsel O Reum. O Reum melawan dengan menendang pria itu tepat di selangkangannya.
Pria itu di bawa ke polisi saat sudah tiba di stasiun. Ba Reun memberikan kartu nama ke polisi dan bersedia menjadi saksi. Polisi berterimakasih atas kerjasama Ba Reun yang adalah hakim. Polisi kemudia membawa pria tersebut yang ternyata berprofesi sebagai dosen etika. Pria itu malu tetapi dia lebih merasakan sakit di selakangannya.
Wanita korban berterimakasih atas bantuan O Reum.
O Reum sendiri juga berterimakasih kepada Ba Reun untuk bantuannya. O Reum memperkenalkan dirinya yang juga seorang hakim untuk departemen Kasus Perdata 44. Ba Reun terkejut karena dia juga bekerja di departemen tersebut.
O Reum kemudian memandangi Ba Reun seksama dan mengenali Ba Reun sebagai teman SMA-nya. Dia merasa sangat senang. Ba Reun sendiri berpura-pura baru ingat dan mengenali O Reum setelah O Reum memperkenalkan nama-nya.
O Reum mengingat saat masih di klub buku, orang-orang menghindari Ba Reun walaupun Ba Reun sangat pintar dan tampan. Hal itu karena teman sekelas Ba Reun di SMA memberitahu anggota klub kalau Ba Reun sangat angkuh. Ba Reun sendiri suka membaca di pinggir jendela walaupun dirinya harus kesusahan karena kain jendela berkibas-kibas mengenainya.
Di SMA-nya, saat temannya meminta Ba Reun mengajari mereka, Ba Reun menjawab kalau dia itu orangnya tidak sabaran. Dan dia merasa butuh banyak kesabaran untuk mengajari mereka. Yang secara tidak langsung Ba Reun menyindir mereka bodoh.
Kemudian, saat seorang teman meminta Ba Reun menjodohkannya dengan pria yang tinggi-nya lebih dari 180 cm, bugar, dan modis serta kalau bisa merupakan salah satu siswa terbaik di sekolah, Ba Reun menyetujui. Tapi, dia harus mencari pria yang ingin mencari wanita dengan standar rendah.
Terus, saat di bagikan hasil ujian. Teman-teman Ba Reun penasaran berapa nilai Ba Reun. Dan Ba Reun dengan lemas menjawab kalau tidak ada peningkatan dalam nilainya. Semua jadi penasaran dan bertanya berapa nilai Ba Reun sebelumya? 100, jawab Ba Reun.
Akan tetapi, O Reum tetap suka melihat Ba Reun. Apalagi melihat tingkah konyol Ba Reun yang diam-diam menatapnya.
Ba Reun sepertinya sangat menyukai O Reum karena dia tahu berapa lama sudah tidak bertemu O Reum yaitu 12 tahun, 9 bulan dan 10 hari. Tapi, tentu saja, dia tidak mengatakan hal itu kepada O Reum.
O Reum dan Ba Reun tiba di pengadilan. O Reum sangat senang karena bisa masuk ke pengadilan, karena ini hari pertamanya menjadi hakim, dia sampai ingin berulang kali menggunakan id card-nya dan melewati pintu otomatis. Ba Reun menghentikannya dan menyuruhnya untuk segera naik ke kantor mereka.
Ba Reun mengajari O Reum mengenai apa saja yang akan dilakukan O Reum sebagai hakim. Setelah itu, mereka pergi menemui hakim majelis untuk departemen kasus perdata 44, Hakim Han Se Sang, dan memperkenalkan diri. Hakim Han menyuruh O Reum untuk bertanya kepada Ba Reun jika ada yang tidak di ketahuinya. Ba Reun adalah hakim sisi kanan.
Sekretaris Lee Do Yeon, menjelaskan apa saja yang mereka perlukan dengan sangat cepat. Dia menyuruh mereka untuk terlebih dahulu mendaftarkan sidik jadi  di kantor umum di lantai satu. Jika mereka belum punya stempel, mereka bisa memesannya di toko ketiga di seberang jalan karena harga stempel di sana lebih murah 5 dollar dari toko lain. Kemudian, hakim mereka harus lebih kecil daripada stempel ketua majelis. Dia juga memberitahu letak post-it dan bidal yang dapat mereka gunakan. Dan untuk Ba Reun yang merupakan hakim mutasi, dia sudah meletakan barang-barang dari kantor sebelumnya.
Sekretaris Lee sangat cekatan dan cepat dalam bekerja. Dia bahkan tahu apa yang hendak di tanyakan dan langsung menjawab.
O Reum akhirnya masuk ke ruang kerjanya dan duduk di meja kerja-nya. Dia melihat sekeliling dan melihat kalau Ba Reun memajang lukisan Goya di dinding samping-nya.
"Dia sangat pandai menggambarkan kebodohan dan ketamakan manusia," jelas Ba Reun mengenai alasannya memajang lukisan tersebut. "Departemen ini memiliki banyak kasus yang belum tuntas. Totalnya, 450 kasus. Selain itu, ada sekitar 50 kasus baru. Kita perlu memecahkan lima kasus tiap pekan untuk mempertahkan status quo. Sidang dilakukan hari rabu, jadi kita perlu menyerahkan draft putusan kepada Ketua Majelis hari senin, agar dia sempat merevisi-nya. Setelah itu, kita harus mengulas kasus untuk pekan depan dan bersepakat dengannya pada hari Kamis."
O Reum mencatat semua perkataan Ba Reun tersebut dan menyadari kalau tidak ada waktu bagi mereka untuk berisitirahat.

3 Comments

Previous Post Next Post