Sinopsis K-Drama : Ms. Hɑmmurɑβi Episode 02 - 4

Images by : JTBC
O Reum melakukan mediasi dan meminta mereka menandatangani kesepakatan berdamai. Nn. Jin menandatangani-nya dan merasa salah karena sudah membawa kasus ke persidangan. O Reum melihatnya dan merasa ada yang aneh. Dia akhirnya memutuskan merobek surat perdamaian yang sudah di tandatangani. Dia menyuruh mereka untuk datang ke persidangan lagi, dan dia akan memberitahu kapan persidangan selanjutnya di adakan.
Setelah itu, O Reum menemui Hakim Han dan memberitahukan keputusannya. Hakim Han tentu marah karena merasa O Reum mempersulit mereka lagi. O Reum memberitahu kalau dia tidak bisa membiarkan kasus hanya diselesaikan dengan perdamaian. Jika salah satu pihak mengatakan kebenaran, tentu akan terasa tidak adil bagi orang itu. Hakim Han tetap tidak setuju dan memarahi O Reum. Tetapi, O Reum tetap pada pendiriannya, dia merasa sebagai hakim, mereka tetap harus mencari tahu siapa yang lebih bertanggungjawab. Hakim Han terdiam marah. Ba Reun yang berada di ruangan sebelah sampai masuk ke dalam ruangan Hakim Han karena mendengarkan pertengkaran mereka.
“Jadi kau ingin mengayunkan pedang pengadilan mu? Maka lakukannya. Tapi kita tidak tahu siapa yang akan di tusuk oleh pedangmu itu,” ujar Hakim Han.
“Itu terlalu kasar, pak,” ujar Ba Reun.
Hakim Han kesal. Dia menantang O Reum untuk melakukan apa yang O Reum inginkan. Silahkan temukan siapa yang bersalah antara penggugat dan tergugat.
O Reum mulai mempelajari kasus itu lagi. Dia merasa ada yang aneh. Dia mulai berdiskusi dengan Ba Reun walau Ba Reun sedikit kesal karena yang dilakukan O Reum sekarang hanya mempersulit mereka.

O Reum dan Ba Reun akan melakukan persidangan ulang. Bo Wang datang lagi ke ruangan mereka dan menyapa. Dia memberitahu kalau dia akan datang melihat persidangan ulang mereka. Saat keluar ruangan, dan menyapa sek. Lee. Dia memuji rambut sek. Lee yang baru di keriting. Sek. Lee dengan tenang menjawab kalau rambutnya seperti ini karena dia tidak sempat mencucinya karena hampir terlambat tadi. Bo Wang jadi canggung ditambah lagi sek. Lee menawarkan Bo Wang untuk mencium rambutnya. Bo Wang segera pamit pergi.
Persidangan ulang dilakukan. Tergugat, pemilik restoran, menjelaskan kalau saat kejadian dia sedang berada di meja kasir dan tiba-tiba terdengar teriakan dan penggugat sedang bertengkar dengan karyawannya. Saat itu, tergugat segera menghampiri mereka dan menawarkan semangkuk daging gratis. Penggugat marah karena merasa di perlakukan seperti pengemis. Tergugat lebih marah lagi karena tingkah penggugat yang berlebihan. Dia bahkan berteriak akan memanggil polisi untuk menyelesaikan hal ini dan penggugat segera pergi bersama anaknya. Tergugat bahkan curhat mengenai hidupnya yang sulit, dia harus mencari uang untuk membayar biaya medis orangtuanya, sewa bangunan dan biaya hidup.
Nn. Jung, si pelayan, juga curhat mengenai hidupnya yang sulit. Saat umur 16 tahun, dia sudah harus mengikuti broker ke Korea dan menikah dengan pria berusia 50 tahun. Dia saja tidak tahu apa dia di jual atau di nikahkan. Di siang hari, dia harus menjga pertenakan dan di malam hari dia juga harus mengalami keguguran. Dia  juga harus mengalami keguguran beberapa kali dan di perlakukan kasar oleh mertuanya di peternakan. Dia merasa negara asalnya terasa seperti surga daripada di sini. Nn. Jung juga menatap ke Nn. Jin dan menyindir Nn. Jin yang pasti tidak pernah bekerja seumur hidupnya. Putranya terus menempel pada Nn. Jin dan Nn. Jin marah padahal yang bukan masalah besar. Dia mengeluhkan putra Nn. Jin yang sudah besar tetapi terus memeluk Nn. Jin seperti bayi.
O Reum merasa ada yang aneh mengenai pernyataan Nn. Jung mengenai putra Nn. Jin yang memeluk ibunya seperti bayi. Dia kemudian bertanya kepada Nn. Jin kenapa saat mengajukan tuntutan, dia tidak mencantumkan nama putranya sebagai penggugat? Karena korbannya kan adalah putra-nya. Nn. Jin menjawab kalau putranya tidak mau. O Reum kemudian bertanya kepada Nn. Jin apa maksud pertanyaan Nn. Jin waktu dia mengatakan ‘bagaimana bisa kau mengatakan itu ketika anakku terluka?’ Dimana dia terluka? Apa maksud perkataan itu?
Tergugat, pemilik rest. Kemudian mencemooh korban yang adalah seorang murid SMA dan buka bayi. Tapi terus menempel pada ibunya. Apakah dia cacat mental?
“Terdakwa. Berhati-hatilah dengan apa yang kau katakan,” teriak Hakim Han terhadap perkataan tergugat yang kasar. “Minta maaf kepada penggugat.”
“Dia sakit,” ujar Nn. Jin. “Itu karena dia sakit… kau bertanyaa mengapa aku tidak membawanya ke sini sebagai penggugat. Aku akan memberitahu kau jika kau benar-benar ingin tahu. Anakku… dia sakit jiwa. Tubuhnya berkembang tetapi dia tetap sebagai seorang anak secara mental. Itu saja. Tetapi orang-orang terus memanggilnya seperti ‘cacat mental’.”

Nn. Jin mulai bercerita kalau waktu anaknya masih kecil, dia pernah tanpa sengaja melukai tangannya di atas pancai panas. Tetapi, anaknya menyukai galbi dan tidak bisa mengambilnya karena trauma kepada arang. Karena itu, dia yang mengambilkan daging yang di panggang dan meletakkannya di piring anaknya. Tetapi, Nn. Jung tanpa sengaja menjatuhkan panggangan dan mengenai wajah ankanya. Api memercik dan arang jatuh. Untung hal itu tidak mengakibatkan bekas luka di wajah anaknya. Akan tetapi, tergugat, pemilik rest. tidak menanyakan kondisi anaknya dan malah terus berteriak. Anaknya sangat ketakutan dan kencing di celana. Karena itu, dia membawa anaknya segera pergi ke restoran. Dia tahu, anaknya mengalami ketakutan terhadap teriakan orang dewasa karena suaminya selalu meneriakinya setiap minim alkohol dan bahkan terkadang memukulnya. Dia membawa anaknya pulang dan ingin melupakan apa yang terjadi.

Masalahnya, anaknya mengalami trauma. Saat sedang melakukan pratikum kimia di sekolah, salah seorang temannya, tanpa sengaja memercikan api. Dan anaknya menjadi ketakutan dan ngompol. Setelah hari itu, semua temannya mulai membully anaknya. Saat jam makan siang, anaknya hanya tidur di kelas karena tidak mempunyai teman. Saat sarapan, anaknya meminta di berikan banyak makanan karena dia tidak bisa makan siang di sekolah. Jadi dia perlu banyak makan sarapan. Tentu hal itu sangat mengiris hati Nn. Jin. Dia menjadi marah dan karena itu mengajukan tuntutan.
Nn. Jung menangis dan akhirnya meminta maaf. Dia mengaku kalau dia sudah berbohong. Dia tahu kalau panggangan itu mengenai anak korban, tetapi dia terlalu takut tidak bisa membayar uang pengobatan sehingga dia berbohong. Dia memberitahu kalau saat dia kabur dari rumah mertua-nya, dia sedang hamil dan sekarang membesarkan anaknya sendirian. Mereka tinggal di ruang bawah tanah dan putrinya menderita asma. Dia sering memecahkan piring di restoran, dan setiap kali gajinya selalu di potong. Dia takut karena sudah melakukan kesalahan besar, jadi dia berbohong saat bos-nya bertanya padanya. Dia ketakutan saat itu.
Pemilik restoran juga menangis. Dia meminta maaf. Dia mengaku kalau dia terperangkap dengan masalahnya sendiri hingga tidak mempedulikan orang lain. Dia meminta maaf atas sikapnya saat itu. Seharusnya dia menanyakan kondisi korban dan meminta maaf, tetapi dia malah tidak melakukannya. Dia menunduk dan meminta maaf berulang kali kepada ibu korban.
Nn. Jin menangis.
“Saat mengenakan jubah hakim, kau harus menghapus semua ekspresi wajah. Tetapi kau seharusnya tidak menghapus semua emosi-mu. Aku gagal melihat hal-hal yang hanya bisa dilihat dengan hati,” narasi Ba Reun. “Tapi seseorang… tidak pernah mengalihkan pandangannya.”
Persidangan selesai dengan penggugat menarik gugatannya. Penggugat sudah mendapatkan permohonan maaf dari penggugat dan mereka berdamai.
Hakim Han memuji pekerjaan O Reum.
Saat menggantungkan jubah hakim-nya, Hakim Han melihat namanya yang terukir : Han Se Hang. Dia ingat saat pertama kali menjadi hakim, hakim panutannya yang memakaikan jubah hakim padanya.
“Hakim Han, apa kau tahu apa pekerjaan hakim?”
“Membuat penilaian. Untuk menilai mana yang benar dan salah.”
“Benar. Tapi… setelah 30 tahun, aku masih belum tahu, apa yang benar dan apa yang salah. Hakim Han, kau harus belajar untuk mendengarkan. Sebelum membuat penilaian, pastikan untuk mendengar semua orang.”
Hakim Han teringat nasihat tersebut. Dia sadar setelah 20 tahun, dia masih sulit untuk mendengarkan orang lain.
O Reum menggantungkan jubah hakimnya. Dia mendapat pelajaran hari ini. Ba Reun memandanginya.

1 Comments

  1. Yeeyy O Reum berhasil^^ semangat kakak untuk lanjutannya:)

    ReplyDelete
Previous Post Next Post