Sinopsis Lakorn : Trabab See Chompo (Pink Sin) Episode 03 – 1


Sinopsis Lakorn : Trabab See Chompo (Pink Sin) Episode 03 – 1
Images : Channel 3
Kiew pergi ke mall untuk berbelanja bahan-bahan membuat kue. Dan dia malah tanpa sengaja berjumpa dengan Kris. Kris menyapanya dengan ramah dan mengajaknya untuk berbincang sebentar. Kiew menolak dengan ketus.
“Namaku Kriss,” perkenalkan Kris walaupun Kiew tidak mau mendengarnya. “Aku dan Peat, kami berbeda.”
“Tapi mereka bilang kalau orang dengan tipe yang serupa bergaul dan berteman satu sama lain. Kau adalah teman Peat, jadi kau pasti punya kelakuan yang sama dengannya.”
Tetapi, Kris tetap mengajak Kiew berbincang dan meminta maaf karena dia tidak berencana membuat Kiew kehilangan pekerjaan. Kiew tidak peduli karena sekarang dia sudah jadi pengangguran. Dan orang kaya seperti Kris pasti tidak akan mengerti pentingnya pekerjaan baginya.
“Itu… sekarang aku sedang berencana membuka café. Dan aku masih kekurangan pegawai. Tolong, bekerjalah untukku,” pinta Kris.
“Tidak,” tolak Kiew dengan takut. “Ini… pasti Nai Peat yang menyuruhmu untuk mengerjaiku, kan?”
“Hey, Khun. Tolong bedakan. Aku sedang mencari orang yang mau bekerja untukku, bukan mengerjai orang. Sekarang, kau terima saja ini dulu dan pikirkan,” ujar Kirs menyodorkankartu namanya.
Kiew tidak mau mengambilnya. Tetapi, Kris meletakkan kartu nama itu dalam genggaman Kiew dan langsung kabur.
--

Kiew sudah pulang dan sibuk membuat kue ulang tahun. Taeng hanya berdiri memperhatikan dan memuji Kiew yang sangat ahli memasak. Dia bahkan menggoda Kiew yang sengaja membuat kue untuk Peat, tapi Kiew membantah hal itu.
--
Chaya menemui Peat di café dan memberikan hadiah ulang tahun untuk Peat. Peat sedikit terkejut karena Chaya ingat ulang tahunnya, dan dia mengucapkan terimakasih. Chaya meminta Peat untuk membuka hadiahnya dan lihat. Dia menatap Peat dengan pandangan penuh harap, sehingga mau tidak mau Peat membukanya.
Setelah melihat hadiah Chaya, dia menyuruh Chaya untuk tidak memberikan hadiah lagi padanya lain kali. Hari ini hanyalah hari yang sama seperti biasanya. Chaya menolak, baginya Peat adalah orang yang penting baginya. Tampak jelas kalau Chaya sangat menyukai Peat. Dan Peat tampak tidak nyaman dengan hal tersebut.
--
Tee memberikan dua kotak kalung sesuai pesanan Khun Nai. Isi dua kotak kalung itu adalah kalung dengan lambang gemini. Tee merasa kalau tahun ini sedikit berbeda karena Khun Nai memesan sendiri hadiah itu untuk Peat padahal biasanya dia hanya memberi uang pada Peat dan menyuruhnya membeli sendiri hadiah ulang tahun.
“Aku berencana mengurangi pekerjaanku dan secara bergantian memberikan perhatian lebih dan menjaga Peat serta Nu’Kiew.”
“Tapi, aku takut kalau Khun Peat akan mengira… kalau kau mengurangi pekerjaanmu adalah karena Khun Sa dan Khun Kiew.”
“Dimata Peat, apapun yang ku lakukan selalu salah.”
“Itu karena Anda selalu membuat Khun Peat kecewa dan marah.”
“Karena itu aku ingin memperbaikinya,” ujar Khun Nai dengan serius.
--
Chaya menemui Kriss di café Kriss yang belum di buka itu. Kris menghindangkan segelas kopi untuk Chaya. Sepertinya, ada sesuatu serius yang mereka bicarakan.
“Peat adalah orang penting bagimu Chaya. Lalu, bagaimana denganmu? Apa kau orang penting juga bagi Peat?” tanya Kris, sepertinya dia berusaha menyadarkan Chaya kalau Peat tidak menyukainya.
Tetapi, Chaya merasa kalau Peat juga menganggapnya sebagai orang penting. Walaupun Peat tidak mengatakannya, Chaya yakin kalau Peat mencintainya karena dia lah satu-satunya wanita yang paling dekat dengan Peat.
“Jika ada wanita lain yang dekat dengan Peat, kau selalu menyingkirkannya,” ingati Peat.
“Benar. Aku punya hak!”
“Hak apa?”
“Kekasih,” tegas Chaya. (OMG, halu woy.)
 “Jika kau merasa seperti itu dan merasa bahagia, itu terserah padamu. Tapi hati-hatilah karena kau akan kecewa,” nasihat Kris.
Tetapi, Chaya menatapnya tajam dan menegaskan kalau dia tidak akan kecewa. Kris tidak tahu lagi harus berkata apa pada Chaya untuk menyadarkannya.
--
Taeng berjaga di depan pagar rumah. Dia mengintai Peat. Dan saat melihat motor Peat tiba, dia langsung berlari ke dalam rumah untuk memberi tanda.
Peat sendiri merasa berat untuk masuk ke dalam rumahnya. Setelah berdiam beberapa saat, dia masuk ke dalam rumah yang gelap. Wajahnya tampak muram.
Dan dari kegelapan keluar Kiew yang membawa kue ulang tahun, di ikuti oleh Khun Nai dan Khun Sa. Mereka menyanyikan lagu ulang tahun. Melihat Kiew yang membawakan kue ulang tahun untuknya, tanpa sadar Peat tersenyum lebar, dia tampak bahagia. Bahkan saat Kiew menyuruhnya untuk meniup kue ulang tahun, dia langsung meniup kue tersebut.

Lampu di nyalakan. Khun Nai mengucapkan selamat ulang tahun, dan Khun Sa pun demikian. Seperti tersadar dengan situasi yang sebenarnya, wajah Peat langsung berubah kembali menjadi muram. Khun Nai tidak menyadari hal tersebut, dia bahkan memberikan kotak kalung dan memberitahu Peat kalau itu adalah hadiah darinya dan Khun Sa.
Peat menerima kotak itu. Dan Taeng malah memberitahu Peat kalau hari ini adalah hari ulang tahun Kiew juga. Dan walaupun hari ini hari ulang tahun Kiew, tetapi Kiew tetap membuat kue ulang tahun untuk Peat sendiri. Semua tersenyum dengan bahagia. Kecuali Peat.
Peat melihat kotak hadiahnya, sebuah kalung dengan liontin berbentuk lingkaran dimana ada lambang bintang ‘Gemini’. Dan Peat melihat kalau Kiew juga menggunakan kalung yang sama seperti hadiah yang di terimanya.

Flashback
Khun Nai memberikan hadiah tersebut terlebih dahulu pada Kiew. Kiew berterimakasih atas hadiah tersebut.
End
“Kalung ini…”
“Aku memberikannya juga pada Kiew. Aku secara khusus memesan kalung itu untukmu. Simbol dari gemini. Bintang zodiak kau dan Kiew,” jelas Khun Nai.
Peat tampak lebih marah. Sepertinya, dia mengira kalau ulang tahunnya di rayakan tahun ini oleh Khun Nai karena sekalian rayakan ulang tahun Kiew juga. Dan Peat denga kejamnya, mendorong kue itu ke mulut Kiew dan menyuruhnya untuk memakan kue itu sendiri. Semua jelas kaget dengan sikap Peat tersebut.

Khun Nai sangat marah dan mulai mengomeli Peat. Peat balas marah. Khun Nai sudah hendak memukul Peat, tetapi Kiew melarang. Dia sendiri yang akan membalas, dan dia mendorong kue itu juga ke wajah Peat. Khun Sa kaget dan menarik Kiew. Peat marah, dan Taeng segera menahannya.
“Aku sudah bilang padamu. Jika kau melakukan sesuatu padaku, aku tidak akan menyalahkanmu. Tapi, jika kau berani menyentuh ibuku…!”
 Peat langsung protes pada Khun Nai karena tidak memarahi ataupun menampar Kiew ketika Kiew bersikap seperti ini padanya. Tapi, saat dia melakukannya, Khun Nai menjadi sangat marah dan menamparnya.
“Aku dan Khun Sa tidak berselingkuh,” tegas Khun Nai, agar Peat dapat sadar.
“Aku tidak percaya. Mulai dari sekarang… jangan buat pesta ulang tahun untukku. Silahkan rayakan sendiri. Karena jika ada aku, aku akan menghancurkannya,” tegas Peat. “Dan ini,” sambil menunjukkan kotak hadiah Khun Nai, “Aku tidak perlu,” dan membanting kotak itu.
Peat langsung naik ke tangga untuk masuk kamar. Kiew mengejarnya. Khun Sa berusaha mencegah Kiew menemui Peat, tetapi Kiew tetap pergi. Dan Khun Sa tiba-tiba merasakan sakit di lututnya.
Kiew mengejar Peat dan berusaha membalik tubuhnya, dan hal itu membuatnya hampir terjatuh dari tangga. Untung Peat menahan tubuhnya sehingga Kiew tidak terjatuh.
“Jika kau jatuh dari sini, lehermu pasti patahkan?” tanya Peat mengancam. Kiew menegurnya, dan Peat malah hendak melepaskan pegangannya agar Kiew terjatuh. Kiew jelas panik dan memegang lebih erat pada Peat.
“Aku ingin membicarakan sesuatu. Dan kau harus mendengarnya.”
Peat terus bermain mengancam untuk menjatuhkan Kiew, Kiew berteriak panik dan menarik tubuhnya lebih dekat ke Peat. Melihat wajah Kiew sangat dekat padanya, membuat Peat gugup. Akhirnya dia tidak melepaskan Kiew dan menariknya agar tidak terjatuh. Dia juga menyuruh Kiew untuk menjauh karena wajah Kiew sangat jelek. Kiew membalas kalau wajah Peat juga tidak tampan.
“Biarku kasih tahu, aku tidak ingin bertengkar denganmu. Aku hanya ingin hidup dengan damai.”
“Sudah selesai?”
“Belum. Kita hidup terpisah. Kau tetap di tempatmu, dan aku akan tetap di tempatku. Jika kau ingin aku melakukan sesuatu, jika aku bisa, akan ku lakukan. Tapi, aku minta satu hal. Jangan mengganggu ibuku.”
“Keluar dari rumah ini. Bisa kau melakukannya?”
“Tidak.”
“Kau ingin mewarisi semua kekayaan ini hingga kau mencuri ayah orang lain?”
“Bukan seperti itu.”
“Lalu apa? Bilang. Apa yang kau inginkan?”
“Ibuku sakit dan dia butuh pengobatan. Dan ayahmu bersedia untuk menolong. Aku tidak punya pilihan,” jujur Kiew.
“Pada akhirnya, semua juga karena uang,” sinis Peat. “Hingga kau menggunakan tubuhmu sebagai gantinya. Tidak ada harga diri.”
“Kau tidak mengerti,” kesal Kiew.
“Aku ngerti! Dan aku juga tidak percaya kalau ibumu sakit. Aku lihat dia sangat sehat. Dia bisa berselingkuh dengan ayahku. Itu artinya dia baik-baik saja. Berhenti berbohong. Aku tidak percaya.”
Kiew jelas marah mendengar Peat menjelekan ibunya. Dia menegaskan kalau ibunya tidak berselingkuh. Dan akhirnya mereka saling berargumen. Peat kesal dan memilih pergi dari rumah. Sebelum pergi, dia sempat melirik kue ulang tahun yang jatuh berserak di lantai.
Kiew pergi ke kamar mandi dan membersihkan mukanya dari cream kue. Dia tampak kesal.
Setelah itu, dia pergi menemui Khun Sa di kamar. Kiew tampak khawatir pada ibunya dan bertanya, apa lutut ibunya sakit? Dia akan mengurutnya. Khun Sa menolak, dan Kiew memilih mengurut tangan Khun Sa. Dengan sedih, Kiew berkata kalau hari ini adalah ulang tahun terburuk.
“Kiew, jika kau tidak bisa menahannya, kita bisa pergi dari sini, sayang,” ujar Khun Sa.
Kiew menolak. Dia tahu, kalau mereka pergi dari rumah ini, ibunya pasti akan menolak pengobatan karena biaya. Dia masih bisa bertahan atas semua sikap Peat, tetapi dia tidak bisa bertahan kalau harus kehilangan Khun Sa. Dan Kiew juga meminta Khun Sa mengabaikan semua perkataan Peat, karena mereka bukan seperti yang Peat katakan, jadi tidak usah di pedulikan.
Khun Sa malah merasa sedih, dia merasa telah menjadi beban bagi Kiew.
“Ibu adalah seluruh duniaku. Ibu bukan beban,” tegas Kiew.
Ibu jadi terharu mendengarnya. Kiew menangis, dia membayangkan kalau ayah masih ada, mereka pasti tidak perlu berada di posisi seperti ini. Mendengar Kiew membahas ayah, membuat Khun Sa sedikit sedih. Sepertinya ada rahasia mengenai ayah Kiew (?)

Khun Nai masuk dan melihat mereka. Dia membawakan obat untuk Khun Sa minum. Kiew pamit untuk kembali ke kamar. Sebelum Kiew pergi, Khun Nai lagi-lagi meminta maaf mewakili Peat.
“Aku ingin permintaan maaf dari mulutnya,” ujar Kiew.
Khun Nai tidak bisa berkata-kata. Dia bisa mengerti kemarahan Kiew.
--

Peat ternyata pergi dan menemui teman-temannya. Mereka pergi ke café dan memesan banyak makanan untuk merayakan ulang tahun Peat. Sayangnya, Peat tidak merasa bahagia. Kris menyadari hal itu, dan bertanya alasan Peat merasa tidak senang? Chaya juga menanyakannya. Peat menjawab tidak ada, tetapi Chaya terus bertanya. Peat jadi kesal dan berteriak mengatakan kalau dia tidak apa-apa.
“Hey, Chaya bertanya dengan lembut, kenapa kau harus berteriak?” marah Kris.
“Aku jawab dengan baik kok!”
“Jika mood mu jelek, jangan lampiaskan pada temanmu. Minta maaf ke Chaya,” perintah Kris.
Chaya meminta Kris untuk melupakan hal itu, tetapi Kris tidak mau. Dia tetap ngotot menyuruh Peat minta maaf pada Chaya. Emosi Peat tersulut juga. katha mengambil alih, dia menyuruh mereka untuk tidak bertengkar di café-nya. Walau tidak jadi bertengkar, Kris dan Peat saling menatap tajam.

11 Comments

  1. Lanjuut sampe slese dong...tq min

    ReplyDelete
  2. Aq tunggu episod selanjut nya zaa...makasih semangattt

    ReplyDelete
  3. kak semngt yaa buat nulisnya❤
    smoga cepat up

    ReplyDelete
  4. Knapa blm dilanjut min...ak tiap jm bolak balik nengok blok ini blm lnjut jga....semangaaat tlng dong cpt dilnjut😊😊

    ReplyDelete
  5. Part 2 sudah lanjut. Episode selanjutnya minggu depan karena minggu ini sibuk banget. Mohon pengertiannya 🙏🏻🙏🏻

    ReplyDelete
Previous Post Next Post